HUBUNGAN PENGALAMAN SPIRITUAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PENGHUNI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

HUBUNGAN PENGALAMAN SPIRITUAL DENGAN
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PENGHUNI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN

TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad
Magister Sains Psikologi

Diajukan Oleh:
Liwarti
NIM 20101044021006

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
201

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2012
Penelit

Liwarti

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini
dengan judul “Hubungan Pengalaman Spiritual dengan Psychological Well being
Penghuni Lapas“
Penyusunan Tesis ini diajukan untuk memenuhi syarat akademis dalam rangka
menyelesaikan Studi S2 Program Studi Sains Psikologi di Program Pasca Sarjana
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan Tesis ini, penulis banyak sekali menemui hambatan dan
kesulitan, namun berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan
tersebut dapat teratasi dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Dr. Latipun, Selaku Direktur Pasca sarjana Universitas Muhammadiyah
Malang, dan selaku Dosen Pembimbing I yang dengan ikhlas telah banyak
mengorbankan waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan, petunjuk,
serta saran demi terselesainya penyusunan tesis ini

2.

Dr. Diah Karmiyati, M. Si, Psi, Selaku kepala program Pasca Sarjana
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

3.

Zakarija Achmad M.Si. M.Psi, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan
sabar memberikan pengarahan dan petunjuk kepada penulis yang terkadang
perlu beberapa kali penjelasan hingga penulis mampu memahaminya

4.


Lembaga pemasyarakatan Lowokwaru dan Lembaga pemasyarakatan wanita
Sukun yang telah memfasilitasi tempat dalam penelitian ini.

5.

Bapak mertua tercinta, yang selalu memberikan petuah-petuah dan dukungan
moril sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah S2 Ini.

6.

Buat Suamiku tercinta Permadi yang dengan ikhlas, setia, mengorbankan
waktu dan tenaga untuk memberikan dukungannya dalam menyusun tesis ini.

7.

Buat Anakku Ghifari Fachrun Jati Permadi semoga dengan gelar S2 ini
memacu semangatmu dalam meraih prestasi.

8.


Keluarga Besarku: Mbak Mamik, Mbak Nung, dan Mas Yon, yang selalu
memberikan dorongan agar penulis segera menyelesaikan tesis ini dan

memberi bantuannya sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah S2 Ini,
terima kasih semuanya.
9.

Teman-teman seperjuangan mahasiswa pasca sarjana Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, trimakasih atas kebersamaannya selama ini.

10. Para Subjek yang terlibat dalam penelitan ini, trimakasih telah membantu
dalam penelitian ini semoga bermanfaat buat kehidupan yang akan datang.
11. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak dapat saya
uraikan satu persatu.

Malang, Juli 2012
Penulis

Liwarti S.Psi


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................

i

ABSTRAK ...............................................................................................

ii

DAFTAR ISI............................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................


v

LATAR BELAKANG ..............................................................................

1

PSYCHOLOGICAL WELL BEING .................................................................

4

PENGALAMAN SPIRITUAL ..........................................................................

7

METODE PENELITIAN
Subyek ...................................................................................................

9


prosedur.................................................................................................

11

Variabeldan Instrumen ...........................................................................

11

Analisa Data .........................................................................................

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi data....................................................................................................
-

HasilUjikorelasiPengalaman Spiritual dengan
Psycologicalwell beingberdasarkanJeniskelamin ....................................

-


-

12

13

HasilUjibedaPengalaman Spiritual dengan
sychological well being ..........................................................................

13

Pembahasan ...........................................................................................

14

KESIMPULAN DAN SARAN
-

Kesimpulan............................................................................................


18

-

Saran .....................................................................................................

18

-

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

23

-

LAMPIRAN ..........................................................................................

24


DAFTAR TABEL

Tabel 1

: KarakteristikSubyekPenelitian ...................................................

10

Tabel 2

: Pengalaman Spiritual danWell being ..........................................

13

Tabel 3

: KorelasiPengalaman Spiritual denganAspek
Psychological well being ............................................................


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Try Out
Lampiran 2 : Hasil Try Out
Lampiran 3 : SkalaPsychological well being
Lampiran 4 : SkalaDaily Spiritual Experience
Lampiran 5 : HasilSkor Well being
Lampiran 6 : HasilSkorPengalaman Spiritual
Lampiran 7 : HasilKorelasi
Lampiran 8 : Hasilt-tets

14

DAFTAR PUSTAKA
An, J. S., & Cooney, T. M. (2006). Psychological well-being in mid to late life: The
role of generativity development and parent–child relationships across the
lifespan. International Journal of Behavioral Development, 30 (5), 410–421
Bradburn, M.1968. The structure of psychological well-being. Chicago: Aldine
Publishing Company. Diakses melalui http://www.norc.org
Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2003). The benefits of being present:mindfulness and
its role in psychological well-Being. Journal of Personality and Social
Psychology , 84 (4), 822–848.
Booklawa, J., Boyar, J., & Collage, L. (2008). Gender excessive body weight, and
psychological well-being in adulthood. Psychology of Women Quarterly, 32
(2008), 188–195.
Burke, M. T., Chauvin, J. C., & Miranti, J. G. (2005). Religious and spiritual Issues in
counseling: Applications across diverse populations. Newyork: Routledge
Cambell, J. D., Yoon, D. P., & Johnstone, B. (2010). Determining relationships
between physical health and spiritual experience, religious practices, and
congregational support in a heterogeneous medical sample. Journal of Religion
and Health,49(1),4-11. Diakses memalui http://www.springerlink.metapres.com
Carr, S. D. (1997). The fulfillment of career dreams at midlife: does it matter for
women’s mental healt ? Health and Social Behavior, 38, 331-334
Cooke, D. J., Baldwin, P. J., & Howison, J. (2008). Menyingkap dunia gelap Penjara.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Compton, W. C. (2005). An Introduction positive psychlogi. Newyork: Thomson
wadsworth. Diakses melalui http://www.cengagesites.com
Costanzo, E. S., Ryff, C. D., & Singer, H. B. (2009). Psychosocial adjustment among
cancer survivors: Findings from a national survey of health and well-being.
Health Psychology, 28, (2), 147–156.
Crawley, E., & Sparks, R. (2006). Is there life after imprisonment? How elderly men
talk about. Criminology & Criminal Justice, 6 (1) 63-C82.
Daalen, G. V., Sanders, K., & Willemsen, T. M. (2005). Sources of Social Support as
predictors of health, psychological well-being and life satisfaction among dutch
male and female dual-earners. Journal of Women & Health, Vol. 41(2), 43-62
Elison, C. G., & Fan, D. (2008). Daily spiritual experiences and psychological wellbeing among US adults. Social Indicators Research, 88(2), 247-271
http://www.scopus.com/.
Eigenbarg, H. M. (2000). Correctional officers and their perceptions of
homosexuality, rape, porstitution in male prisons. The Prison Journal, 80 (4),
415-433.
Garroute, M. E., Goldberg, J., Beals, J., Herrel, R., & Manson, M. S. (2003).
Spirituality and attempted suicide among American Indians. Social Science &
Medicine 56, 1571–1579
Griffith, J. (2005). Therapeutic role of spirituality in psychotherapy. Scottish Journal
of Healthcare Chaplaincy , 8(1), 1-6

Gutie´rrez, J. L., Jime´nez, B. M., Herna´ndez, E. G., & Puente, C. P. (2005).
Personality and subjective well-beingbig five correlates and demographic
variables. Personality and Individual Differences, 38.1561–1569
Hasnain,N., Ashari, S.A., & Samantray, S., (2011). Spirituality and happiness as
corelation of well-being in religius women. Europen Journal of Social Sciences,
20 (3), 431-442
Helson, R., & Srivastava, S. (2001). Three pats of adulth development; Conservers,
seekers, and achiefers. Journal Personality and Social Psychology, 80, 9951010
Hensley, C., Tewksbury, R., & Castle, T. (2003). Characteristics of prison sexual
assault targets in male oklahoma. Journal of Interpersonal Violence, 18 (6),
595-606.
Holmes, T. H., & Rahe, R. H. (1967). Social readjustment rating scale, Journal of
Psychosomatic , 11,213-218
Jacobson, C. M., Rosenfeld, B., Kosinski, A., Pessin, H., Cimino, J. E., & Breitbart,
w., (2004). Belief in an afterlife, spiritual well-being and end-of-life. General
Hospital Psychiatry , 26, 484-486.
Kalkstein, S., & Tower, R. B. (2009). The Daily Spiritual Experiences Scale and
Well-Being: Demographic Comparisons and Scale Validation with Older
Jewish Adults and a Diverse Internet Sample . The journals of religion and
Health , 48 (4),402-417. Diakses melalui http://www.springerlink.com
Kennedy, J. E., Abbott, R. A., & Rosenberg, B. S. (2002). Spirituality and well-being
for cardiac patiens . Spirituality, 8 (4),64-73.
Keyes, C., Ryff, C.D, & Shmotkin, D. (2002). Optimizing wellbeing: The empirical
encounter of two traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 82,
1007-1022
Kirby, S. E., Coleman, P. G., & Dayley, G. (2004). Spirituality and well-being in frail
and nonfrail older adults. The Journals of Gerontology Series B: Psychological
Sciences and Social Sciences, 59 (3): 123-129. Diakses melalui
http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Koenig, H.G., & George, L.K. (1998). The us of religion and other emotion
regualating coping strategies among older adulths. The gerontologist, 28,303310
Kubzansky, M. J. (2006). Gender differences in religious practices, spiritual
experiences and health: results from the US General Social Survey. Sciences
and Social Sciences, 62(11):2848-60. http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Listwan, J. S., Hanley, D., & Flannery, D. (2010). Victimization, social support and
psychological-wellbeing; A Study of recently released prisoners. Criminal
justice and behavior, 37 (10), 1140-1159.
Mauer, M., Potler, C., & Wolf, R. (1999). Women drugs and santencing police.
Gender and Justice
Mc Clain, C. S., Rosenfeld, B., Konskinki, A., Pessin, H., Cimino, J. E., & Breitbart,
W.(2004). Belief in an afterlife, spiritual well-being and end-of-life. General
Hospital Psycheatry, 26. 484-486.

Mc Clain, C. S., Rosenfeld, B., & Breitbart, W. (2003). Effect of spiritual well-being
on end-of-life despair in terminally-ill. The Lancet , 61, 1603–1607.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development. Jakarta:
Salemba Humanika. penterjemah Brian Marwensdy
Pinquart, M., & Sorensen, S. (2000). Influencess of socioeconomic status social
network and competence on subyektiv well-Being in later Llfe; Meta-Analysis.
Psychologi and Aging, 15 (2), 187-224
Pujileksono, S. (2012). Total Negotiated Order Di Lembaga Pemasyarakatan: Studi
fenomenologi tentang pengalaman petugas dan narapidana dalam negotiated
order di lembaga pemasyarakatan klas I Lowokwaru Malang. Disertasi.
Universitas Airlangga
Reid-Arndt, S. A., Smit, L. M., Yoon, D. P., & Johnstoon, B. (2011). Gender
differences in spiritual experiences, religious practices, and congregational
support for Individuals with Significant Health Conditions. Journal of Religion,
Disability & Health, 15 (2), 175-196.
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2001). A Review of research on hedonic and eudaimonic
well-being. Happiness and Human Potentials, 52,141-166
Ryff, C. D. (1989). Hapiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of
psychological wellbeing. Journal of Personality and Social Psychology,
57,1069-1081
Ryff, C. D. (1991). Possible selves in adulthood and old age: A tale of shifting
horizons. Psychology and Aging, 6 (2), 286-295.
Ryff, C. D., & Essex, M. G. (1992). The interpretation of life experience and wellbeing. Psychologi and Aging, 7,505-517. http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Ryff, C. D. (1995). Psychological well-being in adulth life. Curren directions in
psychological science, 4, 99-104. http//http://www.jstor.org
Ryff, C. D., & Keyes, C. (1995). The struktur of well-being recived. JournL of
Personality and Social Psychologi, 69 719-727.
Ryff, C. D., Magee, W. J., Kling, K. C., & Wling, E. H (1999). Forging mikro makro
linkages in the study of psychological well-being. In C.D., Ryff & V.W.
Marshall The Self and Societe In aging Proces ,(247-248). New York: Springer
Ryff, C. D., Keyes, C. M., & Shmotkin, D. (2002). Optimizing Well-Being: The
Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and Social
Psychology, 82 (6), 1007–1022.
Ryff, C. D., & Singer, B. H. (2006). Know Thyself and become what you are: A
eudaimonic approace to psychological well-being. Journal of Happiness Studies
9, 13-39.
Steel, P., Schmidt, J., & Shultz, J. (2008). Refining the relationship between
personality and subjective well-Being. Psychological Bulletin, 134, (1), 138–
161
Stephenson, Pamela, L., Claire, D., Martsolf, & Donna, S. (2003). The Experience of
Spirituality in the Lives of Hospice Patients. Journal of Hospice & Palliative
Nursing, 5 (1) 51-58. http://ovidsp.tx.ovid.com
Strawbridge, W. J., Cohen, R. D., & Shema, S. J. (2000). Comparative strength of
association between religious attendance and survival. International Journal of
Psychiatry in Medicine, 30(4):299-308. http://ukpmc.ac.uk

Synder, C., & Lopez, S. J. (2002). Handbook of positive psychology. Newyork:
Oxoford University Pers.
Synder, C., & Lopez, S. J. (2007). positive psychologi; The science and explorations
of human strengths. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications
Underwood, L. G., & Teresi, J. A. (2002). ). The Daily Spiritual Experience Scale;
Development, theoretical description, reliability,. Exploratory factor analysis,
and preliminary construct validity Using Health-related Data. . Annals of
Behavioral Medicine, 24 (1)22-23.
Underwood, L. G. (2006). Qualitative research, interpretive guidelines, and
Population Distribution for the Daily Spiritual. Archive for the Psychology of
Religion/Archiv
für
Religions
psychology,
28(1),
181-218.
http://www.dsescale.org/OrdSpirExp.
Underwood, L. G., (2011). The daily spiritual Experience scale : Overvew and results.
Religion, 2, 29-50. Diakses melaalui www. mdpi.com/journal/religion
Watson, R., Stimpson, A., & Hostick, T. (2003). Prison health care: a review of the
literature. Journal of Nursing, 41, 119-128.
Whitehead, B. R., & Bergeman, C. S. (20012). Coping with daily stress: differential
role of spiritual experience on daily positive and negative affect. The Journals
of Gerontologist, 67 (4): 456-459. Diakses melalui http://www.springerlink.com
Wink, P., & Dillon, M. (2008). Religiousness, spirituality, and pychosocial
functioning in late adulthood: Findings from a longitudinal study. Psychology
of Religion and Spirituality, 1, 102–115
Wood, W., Rhodes, N., & Whelan, M. (1989). Sex differences in positive well-being;
AConsideration of emotional style and marital status. Psychological Bulletin,
106, (2), 249-264.
Wolf, O. T., Neumann, O., Hellhammer, D. H., Geiben, A. C., Strassburger, J. C.,
Dressendorfer, R. A (1997). Effects of a two-Week physiological
dehydroepiandrosterone substitution on cognitivePerformance and well-Being
in healthy. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, 82 (7), 23632367.

Latar Belakang
Berbagai masalah muncul di lembaga pemasyarakatan mulai dari masalah
fisik seperti, penyakit yang menular, masalah yang terkait dengan kesehatan mental
dan penyalah gunaan zat (Watson, Stimpson, & Hostick, 2003) perkelahian antar
narapidana, perbedaan budaya,

sampai pada kekerasan seksual. Dalam beberapa

penelilitian menyatakan bahwa kekerasan dan pelecehan seksual berkembang dalam
penjara, termasuk pada narapidana perempuan (Hensley, Tewksbury, Castle 2003).
Demikian pula yang dialami oleh sebagian narapidana laki-laki, ditemukan banyak
terjadinya penyimpangan, kekerasan, dan pemerkosaan.
Narapidana juga mengalami beberapa masalah yaitu, ketakutan dalam
menghadapi rezim penjara, kehilangan peran pelindung, ketakutan akan hilangnya
identitas terhormat, serta takut meninggal di dalam penjara yang sering dialami oleh
beberapa narapidana lanjut usia (Crawley & Sparks 2006). Pada observasi awal yang
peneliti lakukan diketahui narapidana yang merasa tidak aman ketika berada di
lingkungan narapidana yang berbeda budaya. Orang yang pertama menjalani
hukuman pidana dipaksa untuk mampu menyesuaikan diri dengan rutinitas penjara
yang kaku, hilangnya privasi dan mengalami suatu kondisi kritis serta tidak
menyenangkan.
Cooke, Baldwin, & Howison, (2008) menegaskan bahwa narapidana
mengalami kehilangan beberapa hal yaitu (a) kehilangan kendali memilih hidup yang
dijalani bahkan melakukan fungsi dasar seperti mencuci dan tidur yang berampak
pada, putus asa, frustasi, bingung, dan agitasi, (b) kehilangan keluarga dekat seperti
anak dan suami, (c) kurangnya stimulasi kegiatan sehari-hari karena kegiatan di
lembaga pemasyarakatan cenderung monoton, (d) kehilangan panutan terutama pada
narapidana yang usia muda. Menurut Pujileksono (2012) Lembaga pemasyarakatan
bisa merusak pribadi dan nilai moral dan menimbulkan kehilangan lain yaitu
kehilangan

harta

pribadi,

kehilangan

jati

diri,

kehilangan

otonomi

serta

individualitasnya karena setiap tindakan dan rutinitasnya selalu dikontrol.
Hasil penelitian Holmes dan Rahe (1967) hukuman penjara menempati urutan
keempat dalam skala urutan pengalaman hidup yang menimbulkan stress. Data
statistik menunjukkan bahwa lapas di Indonesia seperti lapas lowokwaru di Malang
yang mempunyai daya tampung 940 penghuni ternyata dihuni ±1500 orang, kelebihan
kapasitas (over capacity) ini beresiko memunculkan masalah-masalah sosial seperti

kekerasan, pemerasan, dan suap (Pujileksono,2012). Beberapa perubahan hidup yang
dialami oleh narapidana

dapat membawa mereka dalam suatu perasaan

ketidaknyamanan fisik dan psikis. Ketidaknyamanan selama menjalani hukuman di
Lembaga Pemasyarakatan akan berdampak pada psychological well-being narapidana.
Psychological well-being dapat menjadikan gambaran mengenai level yang
tertinggi dari fungsi idividu sebagai manusia dan apa yang diidam-idamkannya
sebagai makhluk yang memiliki tujuan dan akan berjuang untuk tujuan hidupnya
(Synder & Lopez, 2002). Individu yang memiliki psychologicall well-being yang
positif adalah individu yang memiliki respon positif terhadap dimensi-dimensi
psychological well-being yang berkesinambungan. Pada intinya psychological wellbeing merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktifitas hidup sehari-hari. Perasaan
ini dapat berkisar dari kondisi mental negatif misalnya, ketidak puasan hidup,
kecemasan, merasa tertekan, rasa percayadiri yang rendah, dan sering berperilaku
agresif, sampai pada kondisi mental yang positif seperti, realisasi potensi dan
aktualisasi diri (Bradburn, 1989) selain itu psychological wellbeing dapat ditingkatkan
melalui spiritualitas (Jacobson, Rosenfeld, Kosinski, Pessin, James E, Cimino,
Breitbart 2004) disimpulkan bahwa spiritualitas memiliki dampak yang sangat kuat
pada keyakinan diri. Banyaknya masalah yang dihadapi di Lapas dan kurangnya
dukungan dari keluarga menimbulkan stres dikalangan penghuni lapas, dan
menyebabkan psychological well-being penghuni lapas rendah.

Pada umumnya

kegiatan yang diberikan di lapas hanya sekedar pengalihan agar penghuni lapas tidak
stres serta memberikan ketrampilan fisik. padahal ada begitu banyak kegiatan seharihari yang bisa dijadikan sarana bantuan psikologis dan salah satunya dengan
mengeksplorasi pengalaman spiritual.
Berbagai penelitian tentang psychological well-being telah banyak dilakukan
dan diketahui terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi psychological
well-being pada individu. Faktor-faktor tersebut adalah Usia, tingkat pendidikan, jenis
kelamin, status sosial ekonomi dan kepribadian. Dalam beberapa penelitian jenis
kelamin memberi pengaruh terhadap psychological well-being. Wanita memiliki
tingkat psychological well-being lebih tinggi jika dibanding pria (Ryff, 1989). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Wood, Rhodes, & Whelan, (1989) menghasilkan
temuan bahwa perempuan memiliki tingkat psychological well-being lebih tinggi dari
pada laki-laki khususnya pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, menurut

Wood at al, perempuan lebih trampil dalam sikap dan lebih emosional. Sementara
laki-laki di gambarkan sebagai sosok yang kuat, mandiri dan agresif.
Wolf, Naumann, Hellhammer, Geibin, Strasburger, Dresendorfer, Pirke, dan
Kirschbaum (1997) mengemukakan perbandingan laki-laki dan perempuan usia lanjut
dalam hal kinerja kognitif dan well being. Perempuan menurut mereka lebih memiliki
peningkatan kinerja kognitif. Lain halnya dengan Booklawa, Boyar, Collage (2008)
menyatakan pada kelompok yang mengalami obesitas, tingkat psychological wellbeing laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.
Pada umumnya, individu yang memiliki psychological well-being yang tinggi
merupakan individu yang mendapat dukungan sosial yang baik, memiliki locus of
control internal (kendali individu), memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi, tingkat
pendidikan yang tinggi dan berada di lingkungan yang baik, sedangkan narapidana
berada di lingkungan yang terbatas, komunikasi yang terbatas, serta tidak memliki
penghasilan (Ryff, 1995). Mengetahui keadaan psychological well-being narapidana
merupakan hal yang sangat penting. Narapidana yang memiliki psychological wellbeing yang tinggi berarti memiliki kemampuan untuk berfungsi secara penuh sebagai
individu.
Berbagai penelitiaan spiritualitas dan kebahagiaan memiliki pengaruh yang
signifikan pada kesejahteraan seseorang (Husnain, Ansari, & Samantray, 2003).
Spiritualitas berhubungan dengan fungsi psikologis, keyakinan tentang akhirat,
meningkatkan kesadaran akan keterhubungan dengan Tuhan dan menurunkan tingkat
stress pada penderita kanker (Jacobson, Rosenfeld, Kosinski, Pessin, Cimino, &
Breitbart, 2004). Individu yang dengan tingkat spiritualitas tinggi memiliki sikap yang
lebih baik, merasa puas dalam hidup, lebih sedikit mengalami pengalaman traumatik
dan lebih sedikit mengalami kesepian (Papalia, at all., 2009).
Spiritualitas dapat ditingkatkan melalui pengalaman spiritual dan aktifitas
spiritual yang dilakukakan individu sehari-hari. Underwood & Teresi (2002),
menyatakan pengalaman spiritual sebagai persepsi tentang adanya suatu yang bersifat
transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi tentang keterlibatan dengan
peristiwa-peristiwa transenden dalam kehidupan sehari. Mengeskplorasi pengalaman
spiritual pada pasien dapat meningkatkan spiritualitas, keyakinan pada keterhubungan
dengan Tuhan, hubungan dengan orang lain, memberikan kebahagiaan pada masa
sekarat (Stephenson, Pamela, Claire, Martsolf, & Donna, 2003). Dengan
mengekplorasi pengalaman spiritual individu lebih menyadari kesalahan dan

menyadari akan keterhubungan dengan Tuhan serta memiliki keyakinan bahwa
pengampunan dan pertolongan dari Tuhan. Pengalaman spiritualitas merupakan aspek
yang penting dalam mengukur spiritualitas.
Pengalaman spiritualitas sehari-hari meliputi rasa kagum, rasa syukur, kasih
sayang, menyadari kasih sayang, keinginan untuk lebih dekat dengan Tuhan
(Underwood, 2006), Sebuah penelitian

menyatakan bahwa orang yang lebih

memaknai hidup dengan baik, memiliki pengalaman spiritualitas yang lebih tinggi
dan mengalami kesejahteraan lebih tinggi maka kecenderungan psikopatologi rendah
dan spiritualitas sangat efektif untuk menekan angka bunuh diri (Garroute, Goldberg,
Bealsc, Herrelld, & Mansonc, 2003). Selain itu pengalaman spiritual dalam hal kasih
sayang, keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), dan pandangan yang
positif, kesehatan menjadi lebih baik, meciptakan perasaan damai dan sejahtera
(Campbell, Yoon, Johnstone, 2010), dalam beberapa kasus dijumpai bahwa penghuni
lapas menunjukkan adanya peningkatan dalam kegiatan keagamaan. Haltersebut
dimungkinkan ada peningkatan spiritualitasya.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan spiritualitas dan
pengalaman spiritual pada jenis kelamin. Mayoritas studi saat ini menunjukkan bahwa
wanita lebih religius daripada laki-laki (Bryant, 2007). Kalkstein & Tower (2009)
Penelitiannya dilakukan pada lanjut usia. ditemukan pengalaman spiritual sehari-hari
lebih sering dialami oleh wanita dari pada laki-laki. Secara keseluruhan pengalaman
spiritual memiliki korelasi psychological well-being, terutama pada aspek hubungan
positif dengan orang lain, termasuk dikalangan penghuni penjara.