PEMAKNAAN PENONTON TENTANG UNSUR KEKERASAN DALAM FILM “THE RAID 2 : BERANDAL” KARYA GARETH EVANS (STUDI RESEPSI PADA ANGGOTA KOMUNITAS RUMAH FILM MALANG - RUFIMA)

(1)

PEMAKNAAN PENONTON TENTANG UNSUR

KEKERASAN DALAM FILM

“THE RAID 2 : BERANDAL”

KARYA GARETH EVANS

(STUDI RESEPSI PADA ANGGOTA KOMUNITAS RUMAH FILM MALANG - RUFIMA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

MUHAMMAD DIMAS ANDRIANTO 201010040311184

Pembimbing:

Widiya Yutanti, S.Sos, MA Dr. Achmad Habib, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Dimas Andrianto NIM : 201010040311184

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Judul Skrispi : PEMAKNAAN PENONTON TENTANG UNSUR

KEKERASAN DALAM FILM “THE RAID 2 : BERANDAL”

KARYA GARETH EVANS (Studi Resepsi Pada Anggota Komunitas Rumah Film Malang – RUFIMA)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Komunikasi Dan dinyatakan LULUS/TIDAK LULUS

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 29 Januari 2015 Tempat : Ruang 605 Mengesahkan,

Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji:

1. Drs Farid Rusman, M.Si Penguji I (...) 2. Rahadi, M.Si Penguji II (...) 3. Widiya Yutanti, S.Sos, MA Penguji III (...) 4. Dr. Achmad Habib, M.Si Penguji IV (...)


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Muhammad Dimas Andrianto NIM : 201010040311184

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Audio Visual Judul Skripsi :

PEMAKNAAN PENONTON TENTANG UNSUR KEKERASAN DALAM

FILM “THE RAID 2 : BERANDAL” KARYA GARETH EVANS

(Studi Resepsi Pada Anggota Komunitas Rumah Film Malang – RUFIMA)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Widiya Yutanti, S.Sos, MA Dr. Achmad Habib, M.Si

Mengetahui, Kajur Komunikasi


(4)

PERNYATAAN ORISINILITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Dimas Andrianto Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 13 July 1992

NIM : 201010040311184

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul

PEMAKNAAN PENONTON TENTANG UNSUR KEKERASAN

DALAM FILM “THE RAID 2 : BERANDAL” KARYA

GARETH EVANS

(Studi Resepsi Pada Anggota Komunitas Rumah Film Malang – RUFIMA)

Adalah bukan karya ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 17 Januari 2015 Yang Menyatakan


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Muhammad Dimas Andrianto Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : Pemaknaan Penonton Tentang Unsur Kekerasan

Dalam Film “The Raid 2 : Berandal” Karya Gareth Evans (Studi Resepsi Anggota Komunitas Rumah Film Malang – RUFIMA)

Nama Pembimbing : 1. Widiya Yutanti, S.Sos, MA 2. Dr. Achmad Habib, M.Si Tanggal

Bimbingan

Pembimbing

Keterangan

I

II

24 Maret 2014 ACC Judul

20 Agustus 2014 ACC Bab 1

29 Agustus 2014 ACC Bab 2

5 September 2014 ACC Bab 3

15 September 2014 Seminar Proposal

31 Desember 2014 ACC Bab 4

12 Januari 2015 ACC Bab 5

16 Januari 2015 ACC Bab 6

17 Januari 2015 Abstraksi

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Widiya Yutanti, S.Sos, MA Dr. Achmad Habib, M.Si Mengetahui

Ketua Prodi Ilmu Komunikasi


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta kuasanya-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satusyarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul :

PEMAKNAAN PENONTON TENTANG UNSUR KEKERASAN DALAM FILM “THE RAID 2 : BERANDAL” KARYA GARETH EVANS

(Studi Resepsi Pada Anggota Komunitas Rumah Film Malang – RUFIMA) Tidak sedikit penulis menghadapi hambatan dan tantangan dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dorongan baik secara moral maupun materiil sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada :

1. Ibu Widiya Yutanti, S.Sos, MA selaku Dosen pembimbing I terima kasih atas kesabarannya dalam memberikan arahan serta bimbingan kepada peneliti hingga terselesaikan tugas akhir ini. Banyak ilmu yang bisa peneliti dapat dari diskusi dengan beliau.

2. Bapak Dr. Achmad Habib, M.Si selaku dosen pembimbing II yang selalu sabar dan sangat tekun memberikan masukan serta waktunya untuk membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada peneliti.

3. Kedua orang tua peneliti Bapak Hariyono, SH dan Ibu Drs. Suprihatin, terimakasih atas doa-doa yang selalu diselipkan dalam setiap sholat dan ucapan. Serta terimakasih atas limpahan kasih sayangnya yang selalu diberikan selama ini. 4. Andita Handianti, S.Tp selaku kakak peneliti yang turut mendukung dan


(7)

5. Kedelapan subjek penelitian yang telah bersedia memberikan waktu dan berbagi pengetahuan mengenai hal-hal terkait skripsi ini. Terimakasih untuk bantuan dan partisipasinya

6. Teman-teman bimbingan yang memberi tips serta motivasi selama bimbingan, Aini, Anggi, Baiq, Erwin, Niken, dan pihak lain yang juga turut memberikan bantuan, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat.

7. Juga kepada Arrohma, Terimakasih banyak atas segala perhatian yang telah diberikan kepada peneliti, terimakasih yang selalu setia menjadi rekan peneliti serta terima kasih atas keceriwisannya dalam mendorong peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan telah bersedia untuk selalu menemani peneliti disaat penelitian, berbagi suka maupun duka menjadi teman diskusi yang baik dan banyak lagi. Beribu ucapan terimakasih dari peneliti mungkin tidaklah cukup untuk membalas kebaikanmu, untuk itu peneliti bisa mendoakan semoga Allah yang membalas apa yang telah kamu berikan kepada peneliti selama ini.

8. Keluarga besar IKOM C 2010, banyak sekali kenangan bersama kalian, keakraban, perselisihan, biasa terjadi namun kalian tetap mengajarkanku banyak hal tentang arti pertemanan.

Dalam hal ini penulis hanya manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun yang lainnya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran agar dapat memberikan masukan dalam penulisan selanjutnya. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Malang, 25 Januari 2015


(8)

DAFTAR ISI

Cover ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Persetujuan ... iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan ... v

Abstrak ... vi

Abstrack ... viii

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Bagan ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6


(9)

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Film Sebagai Medium Komunikasi Massa ... 8

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 8

2.1.2 Konteks-Konteks Komunikasi ... 9

2.1.3 Ciri-Ciri Komunikasi Massa ... 12

2.1.4 Macam-Macam Media Komunikasi Massa ... 17

2.2 Film Sebagai Industri Hiburan ... 25

2.3 Kekerasan dalam Media Massa ... 31

2.3.1 Pengertian Kekerasan ... 34

2.3.2 Macam-Macam Kekerasan ... 35

2.4 Pemaknaan Audiens ... 36

2.5 Audiens Sebagai Pesan ... 38

2.5.1 Macam-Macam Asumsi Audiens ... 39

2.5.2 Audiens Aktif ... 41

2.5.3 Audiens Pasif ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

3.1 Pendekatan Penelitian ... 44

3.2 Studi Resepsi ... 45

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

3.4 Subyek Penelitian ... 48

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.6 Teknik Analisis Data ... 51

3.7 Teknik Keabsahan Data ... 53


(10)

4.1 Gambaran Umum The Raid 2 : Berandal ... 54

4.1.1 Sinopsis Film ... 55

4.1.2 Profil Pemain The Raid 2 ... 57

4.1.3 Profil Sutradara ... 65

4.1.4 Team dan Kru Film ... 66

4.2 Gambaran Umum Komunitas Rumah Film Malang ... 67

4.2.1 Sejarah Rumah Film Malang ... 67

4.2.2 Visi Rumah Film Malang ... 69

4.2.3 Misi Rumah Film Malang ... 69

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN ... 70

5.1 Identitas Subyek Penelitian ... 71

5.2 Pendapat Subjek Tentang Film The Raid 2 Berandal Secara Umum ... 75

5.3 Unsur Kekerasan Dalam Film The Raid 2 Berandal ... 83

5.4 Kemungkinan Dampak Dari Unsur Kekerasan Pada Pada Film The Raid 2 : Berandal ... 89

5.5 Kajian Teori ... 97

BAB VI PENUTUP ... 102

6.1 Kesimpulan ... 102

6.2 Saran ... 104

6.2.1 Saran Akademis ... 104

6.2.2 Saran Praktis ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Identitas Subyek Penelitian ... 72 Tabel 2 Tabel Rekapan Wawancara dan FGD ... 128 Tabel 3 Tabel Kategori Resepsi ... 139


(12)

DAFTAR BAGAN


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Poster The Raid 2 Berandal ... 54

Gambar 2 Iko Uwais ... 57

Gambar 3 Yayan Ruhiyan ... 58

Gambar 4 Arifin Putra ... 59

Gambar 5 Oka Antara ... 60

Gambar 6 Alex Abbad ... 61

Gambar 7 Cecep Arif Rahman ... 62

Gambar 8 Julie Estelle ... 63

Gambar 9 Very Tri Yulisma ... 64

Gambar 10 Gareth Evans ... 65

Gambar 11 Logo Rufima ... 67

Gambar 12 Gusti dan Rama ... 142

Gambar 13 Boy dan Asfani ... 143

Gambar 14 Pandu ... 144


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Draft Wawancara dan Surat Pernyataan Persetujuan

Subjek Penelitian ... 109

Lampiran 2 Draft Pertanyaan Focus Group Discussion ... 114

Lampiran 3 Rekapan Hasil Focus Group Discussion ... 115

Lampiran 4 Rekapan Wawancara dan FGD ... 128

Lampiran 5 Kategori Resepsi ... 139


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala. 2007. Komunikasi Massa: Suatu

Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Ardianto, Elvinaro; Lukiati Komala dan Siti Karlinah. 2007. Komunikasi

Massa: Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitan : Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Baksin, Askurifai. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Kitarsis

Baran, Stanley J. 2012. Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan

Budaya. Jakarta: Erlangga.

Barker. Chris. 2009. Cultural Studies. Yogyakarta : Kreasin Wacana. Cangara. Hafie. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Dahlan, M Alwi. 1981. Film dalam Spektrum Tanggung Jawab

Komunikasi Massa. Jakarta

Dominick, Joseph R. 2000. The Dynamics Of mass Communication. New York: Random House.

Effendy, Onong Uchjana. 1981. Hubungan Masyarakat Suatu Studi

Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya

Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi : Manipulasi Media, Kekerasan dan


(16)

Karlinah, Siti, Betty Soemirat dan Lukiati Komala. 1999. Komunikasi:

Massa. Jakarta: Universitas Terbuka

McQuail. Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Salemba Humanika.

Moloeng. Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

______________. 2008. Komunikasi Massa kontroversi, teori dan

aplikasi. Bandung: Widya Padjadjaran.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soehardi, Burhan. 1978. Media Komunikasi Massa dan Perannya dalam

Pembentukan Opini Publik. Medan.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & B. Bandung: Alfabeta.

Sunarto. 2009. Televisi, Kekerasan, dan Perempuan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

Suprapto. Tommy. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: Medpress.

Susanto. Astrid S. 1977. Komunikasi Dalam Teori dan Praktik. Bandung: Binacipta.


(17)

West, Richard; Lynn Turner. 2007. Introducing Communication Theory. New York: McGraw Hill.

Widagdo, Bayu dan Gora Winastawan. 2007. Bikin Film Indie Itu Mudah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Windhu. I. Marsana. 1992. Kekuasaan & Kekerasan Menurut Johan

Galtung. Yogyakarta : KANISIUS.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo _______. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo

INTERNET

2014. The Raid 2 Berandal Sinopsis. diakses 25/12/2014 pukul 12:00.

http://filmindonesia.or.id/

2014. Film The Raid 2 Dihujat di Negeri Sendiri. Diakses 3/7/2014 pukul 19:30. http://kofindo.blogdetik.com/

Anastasia. 2014. Awas, Nonton The Raid 2 Bisa Berandal. Diakses 3/7/2014 pukul 20:00. http://www.eramuslim.com/

Dyah Ratna. 2014. Tolak Film The Raid 2, Miing Sebut Malaysia Cerdas. Diakses 2/7/2014 pukul 14:25. http://www.republika.co.id/

Dyah Ratna. 2014. Miing Pertanyakan Film The Raid 2. Diakses 2/7/2014 pukul 14:30. http://www.republika.co.id/

Ervan Handoko. 2014. Malaysia Larang Pemutaran Film “The Raid 2”. 25/6/2014 pukul 14:25. http://nasional.kompas.com/

Sabrina Asril. 2014. Malaysia Harus Jelaskan Alasan Pencekalan “The Raid 2”. 25/6/2014 pukul 14:35. http://nasional.kompas.com/


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat terbukti banyaknya media massa yang ada di masyarakat. Karena dalam kehidupan manusia perlu yang namanya berkomunikasi. Komunikasi itu selalu kita lakukan kapan pun dan dimana pun kita berada. Media massa yang digunakan dalam berkomunikasi banyak macamnya baik media elektronik maupun cetak. Banyak pengaruh positif maupun negatif berkomunikasi dengan media massa khusunya media elektronik. Media elektronik yang dimaksud disini adalah televisi maupun radio. Ataupun melalu media film. Film merupakan gambar bergerak (visual) yang didukung dengan suara (audio) termasuk didalamnya tokoh cerita, musik, sebagai pendukung kuat. Film memiliki suatu pesan yang mampu mempersuasi penontonnya jika dikemas dengan tepat, itupun tergantung pada teman yang diangkat untuk dipertontonkan serta kepiawaian dan ketelitian sutradara untuk menggali tema dengan mendetail

Film adalah salah bentuk karya seni yang menjadi fenomena dalam kehidupan modern. Sebagai objek seni, film dalam proses berkembang menjadi salah satu bagian dari kehidupan sosial, yang tentunya memiliki pengaruh yang cukup signifikan pada manusia sebagai penonton. “Selain itu pengaruh film juga sangat kuat dan besar terhadap jiwa manusia karena penonton tidak hanya terpengaruh ketika ia menonton film tetapi terus sampai waktu yang cukup lama” (Effendy, 1981:208). Jadi sebuah film merupakan bagian yang cukup penting


(19)

2 dalam media massa untuk menyampaikan suatu pesan atau setidaknya memberikan pengaruh kepada khalayak untuk bertindak sesuatu.

Film merupakan sebagai sarana hiburan yang menawarkan impian kepada penonton kedalam kejadian dan peristiwa yang terwujud dalam cerita dan misi yang dibawa film tersebut serta terangkum dalam bentuk action, horor, komedi dan lain-lain. Munculnya film-film lain dengan segment yang berbeda-beda yang juga sukses di mata penonton indonesia, misalnya film Merantau yang menjadi awal positif film action yang cukup membuat bangga para pencinta film cukup lama. Sejak saat itu dunia perfilman Indonesia diwarnai dengan beragam judul berbeda dan dengan tema dalam film action. Film action merupakan salah satu genre film yang muncul di negara penghasil film manapun juga, termasuk Indonesia. Sejak pertama kali diproduksi film action selalu mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat. Bahkan banyak beranggapan semakin menegangkan sebuah film, semakin bertambah pula daya tariknya. Para penonton mungkin akan tercenggang dan terpukau sepanjang film diputar dan bertahan di kursi masing-masing karena rasa penasaran seiring menegangkannya film yang mereka tonton.

Dilihat beberapa tahun belakangan jenis film action/thriller mulai di produksi oleh para sineas film berbeda dengan film horor, film action mendapat sambutan sangat positif oleh para pecinta film sebut saja film jenis action dari Indonesia ialah The Raid, Java Heat, Serigala Terakhir dan lainnya. Jenis film ini masih jarang di indonesia karena kemunculan adegan kekerasan yang ekstrem setiap scenenya dapat membuat dampak negatif bagi anak muda tetapi adegan kekerasan yang muncul dalam jenis film ini tidak hanya sebagai pelengkap


(20)

3 adegan saja tetapi menjadi adegan yang diutamakan ceritanya untuk menarik penonton.

Berbicara soal kekerasan dalam media massa khususnya film mungkin sudah lama dipermasalahkan oleh masyarakat. Karena sisi negatif yang secara tidak langsung hal tersebut menjadi dampak dan masalah yang besar dikalangan masyarakat, dengan banyaknya orang yang mengenal adanya kekerasan dalam media massa khususnya film akan menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak benar. Beberapa tahun terakhir ini adegan kekerasan banyak ditayangkan dalam film. Perkelahian, pemukulan, pembunuhan dan sebagainya yang merusak dan merugikan orang lain selalu muncul dalam film. Meningkatnya proporsi adegan kekerasan dalam film-film melahirkan kecaman akan timbulnya pengaruh negatif bagi penonton. Film memang tidak langsung mempengaruhi perilaku penonton tetapi kalau terus-menerus diperlihatkan akan berdampak negatif bagi penonton.

Banyak pro dan kontra pada penayangan film Indonesia bergenre action/thriller yang hanya menunjukan sisi kekerasan. Beberapa tahun terakhir ini adegan kekerasan banyak ditayangkan dalam perfilman. Perkelahian, pemukulan, pembunuhan dan sebagainya yang merusak dan merugikan orang lain selalu muncul dalam film pengaruh negatif semakin bertambah karena karakteristik penonton yang didominasi adalah remaja. Khususnya remaja yang masih duduk dibangku sekolah untuk mengikuti dan meniru kekerasan yang ada dalam film. Melihat realita anak sekolah di Indonesia pada sekarang ini, banyak sekali dari mereka yang seharusnya belajar dan menjadi penerus bangsa tetapi mereka malah tawuran, berkelahi, saling menyakiti bahkan sampai membunuh, hal ini tidak menutup kemungkinan kalau mereka meniru kekerasan dari sebuah film.


(21)

4 Salah satu film yang bercerita tentang kekerasan di Indonesia yaitu film berjudul “The Raid 2: Berandal” film yang disutradarai oleh Garet Evans dibintangi oleh Iko Uwais sebagai tokoh utama. Film The Raid 2 berkisah mengenai seorang polisi yang membantu membongkar skandal korupsi di kesatuannya untuk menyelesaikannya ia harus masuk ke dalam organisasi criminal. Film ini penuh dengan adegan kekerasan dan pembunuhan seperti leher di sayat dengan cuter, menyayat tubuh dengan kerambit, memukul kepada dengan sadis menggunakan palu dan pemukul baseball, menebas banyak orang dengan golok dan masih banyak lagi adegan lainnya yang lebih keras dan sadis film ini sudah termasuk dalam kategori film yang mengekspos kekerasan secara berlebihan. Hampir semua bentuk kekerasan tergambar dari kekerasan fisik, kekerasan verbal dan nonverbal.

The Raid 2: Berandal adalah film action dari Indonesia yang dirilis pada tanggal 28 marat 2014. Film The Raid 2: Berandal sudah lebih dahulu dipopulerkan lewat film sebelumnya The Raid Redemption yang juga disutradarai Garet Evans dan dirilis pada tahun 2010 di seluruh Indonesia. The Raid juga telah dilayarkan lebih dahulu diberbagai festival film International dan banyak meraih penghargaan. Film ini sangatlah bertolak belakang dengan apa yang diinginkan pada RUU perfilman Indonesia bulan maret 1992 RUU tersebut disahkan menjadi undang-undang. Pasal 48 mengenai pembatasan adegan sensual, kekerasan dan sadisme. Terkait dengan pasal 41 “barang siapa dengan sengaja mengedarkan, mempertunjukan dan menayangkan film yang tidak disensor akan dikenai pidanan kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan dengan paling banyak Rp. 40.000.000,00 (Empat Puluh Juta Rupiah). Tetapi mengapa Film The Raid yang penuh dengan


(22)

5 kekerasan dan sadisme telah lulus sensor dan ditayangkan serempak di Indonesia?. Film The Raid 2 juga telah dicekal dan dilarang untuk tayang di Malaysia karena dianggap bertentangan dengan hukum sensor Malaysia (Handoko.2014).

Film The Raid 2 sudah identik dengan film penuh kekerasan karena sudah terlihat dari judul dalam filmnya yaitu Berandal. Karena kata berandal sendiri merupakan bentuk kekerasan itu sendiri memang The Raid 2 ditunjukan sebagai film penuh kekerasan tetapi kekerasan yang ada di film ini sangat berlebihan yang bisa berbahaya bagi penontonnya. Menariknya walaupun dijudul The Raid 2 sudah ada berandal tetapi masih banyak sekali orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk melihat film seperti ini. Kekerasan sendiri bisa berdampak apabila audiens belum tahu benar apa yang mereka lihat bisa diartikan apabila audiens belum memiliki pendidikan yang cukup maka kekerasan yang ada di film The Raid 2 bisa berdampak buruk tetapi jika audiens sudah memiliki pendidikan yang cukup maka audiens akan bersikap bahwa kekerasan tersebut hanya sebagai nilai hiburan bagi mereka.

Adanya keterkaitan antara tontonan kekerasan menimbulkan kecenderungan berprilaku kejam sehingga sikap dan tindakan kekerasan sudah merupakan gejala dalam bentuk peristiwa, berita, karya sastra, dan film. Karena itu kecenderungan berlangsung secara terus menerus dan setiap saat manusia menjadi tidak peka bahkan menjadi mati rasa terhadap gejala kekerasan, menganggap kekerasan sebagai kewajaran. Sehingga penulis memilih film “The Raid 2: Berandal” sebagai objek penelitian bertema kekerasan ini memiliki


(23)

6 ini banyak dikritik dari para penontonnya. Dari sini peneliti ingin meneliti makna tentang unsur kekerasan dalam film “The Raid 2: Berandal” kepada penonton, khususnya Anggota Komunitas Rumah Film Malang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pemaknaan Penonton Tentang Unsur Kekerasan Dalam Film “The Raid 2 : Berandal” Karya Gareth Evans (Studi Pada Anggota Komunitas Rumah Film Malang – RUFIMA). Dipilihnya Komunitas Rumah Film dikarenakan peneliti ingin mencari informasi mengenai film dan isi pesan dalam sebuah film. Rumah Film Malang sendiri adalah Production House serta komunitas para pecinta film-film. Oleh karena itu, besar kemungkinan peneliti dapat menggali lebih banyak informasi pemaknaan tentang unsur kekerasan melalui para pecinta film.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan permasalahanya penelitian sebagai berikut:

Bagaimana pemaknaan anggota Rumah Film Malang pada unsur kekerasan dalam film The Raid 2 : Berandal karya Gareth Evans?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarakan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan anggota Rumah Film Malang pada unsur kekerasan dalam film The Raid 2 : Berandal karya Gareth Evans.


(24)

7 1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu komunikasi khususnya audio visual mengenai makna kekerasan dalam film. Serta dapat memberikan masukan berupa gambaran, data, maupun refrensi bagi penelitian selanjutnya mengenai studi resepsi dalam pemaknaan sebuah film.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada masyarakat luas dalam menangkap dan menerima pesan yang terkandung pada sebuah film. Memberikan pengertian tentang adanya kandungan kekerasan dalam film, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan pecinta film dapat membedakan mana film yang mempunyai nilai pesan yang baik dan mana yang tidak.


(1)

2 dalam media massa untuk menyampaikan suatu pesan atau setidaknya memberikan pengaruh kepada khalayak untuk bertindak sesuatu.

Film merupakan sebagai sarana hiburan yang menawarkan impian kepada penonton kedalam kejadian dan peristiwa yang terwujud dalam cerita dan misi yang dibawa film tersebut serta terangkum dalam bentuk action, horor, komedi dan lain-lain. Munculnya film-film lain dengan segment yang berbeda-beda yang juga sukses di mata penonton indonesia, misalnya film Merantau yang menjadi awal positif film action yang cukup membuat bangga para pencinta film cukup lama. Sejak saat itu dunia perfilman Indonesia diwarnai dengan beragam judul berbeda dan dengan tema dalam film action. Film action merupakan salah satu genre film yang muncul di negara penghasil film manapun juga, termasuk Indonesia. Sejak pertama kali diproduksi film action selalu mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat. Bahkan banyak beranggapan semakin menegangkan sebuah film, semakin bertambah pula daya tariknya. Para penonton mungkin akan tercenggang dan terpukau sepanjang film diputar dan bertahan di kursi masing-masing karena rasa penasaran seiring menegangkannya film yang mereka tonton.

Dilihat beberapa tahun belakangan jenis film action/thriller mulai di produksi oleh para sineas film berbeda dengan film horor, film action mendapat sambutan sangat positif oleh para pecinta film sebut saja film jenis action dari Indonesia ialah The Raid, Java Heat, Serigala Terakhir dan lainnya. Jenis film ini masih jarang di indonesia karena kemunculan adegan kekerasan yang ekstrem setiap scenenya dapat membuat dampak negatif bagi anak muda tetapi adegan kekerasan yang muncul dalam jenis film ini tidak hanya sebagai pelengkap


(2)

3 adegan saja tetapi menjadi adegan yang diutamakan ceritanya untuk menarik penonton.

Berbicara soal kekerasan dalam media massa khususnya film mungkin sudah lama dipermasalahkan oleh masyarakat. Karena sisi negatif yang secara tidak langsung hal tersebut menjadi dampak dan masalah yang besar dikalangan masyarakat, dengan banyaknya orang yang mengenal adanya kekerasan dalam media massa khususnya film akan menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak benar. Beberapa tahun terakhir ini adegan kekerasan banyak ditayangkan dalam film. Perkelahian, pemukulan, pembunuhan dan sebagainya yang merusak dan merugikan orang lain selalu muncul dalam film. Meningkatnya proporsi adegan kekerasan dalam film-film melahirkan kecaman akan timbulnya pengaruh negatif bagi penonton. Film memang tidak langsung mempengaruhi perilaku penonton tetapi kalau terus-menerus diperlihatkan akan berdampak negatif bagi penonton.

Banyak pro dan kontra pada penayangan film Indonesia bergenre action/thriller yang hanya menunjukan sisi kekerasan. Beberapa tahun terakhir ini adegan kekerasan banyak ditayangkan dalam perfilman. Perkelahian, pemukulan, pembunuhan dan sebagainya yang merusak dan merugikan orang lain selalu muncul dalam film pengaruh negatif semakin bertambah karena karakteristik penonton yang didominasi adalah remaja. Khususnya remaja yang masih duduk dibangku sekolah untuk mengikuti dan meniru kekerasan yang ada dalam film. Melihat realita anak sekolah di Indonesia pada sekarang ini, banyak sekali dari mereka yang seharusnya belajar dan menjadi penerus bangsa tetapi mereka malah tawuran, berkelahi, saling menyakiti bahkan sampai membunuh, hal ini tidak menutup kemungkinan kalau mereka meniru kekerasan dari sebuah film.


(3)

4 Salah satu film yang bercerita tentang kekerasan di Indonesia yaitu film berjudul “The Raid 2: Berandal” film yang disutradarai oleh Garet Evans dibintangi oleh Iko Uwais sebagai tokoh utama. Film The Raid 2 berkisah mengenai seorang polisi yang membantu membongkar skandal korupsi di kesatuannya untuk menyelesaikannya ia harus masuk ke dalam organisasi criminal. Film ini penuh dengan adegan kekerasan dan pembunuhan seperti leher di sayat dengan cuter, menyayat tubuh dengan kerambit, memukul kepada dengan sadis menggunakan palu dan pemukul baseball, menebas banyak orang dengan golok dan masih banyak lagi adegan lainnya yang lebih keras dan sadis film ini sudah termasuk dalam kategori film yang mengekspos kekerasan secara berlebihan. Hampir semua bentuk kekerasan tergambar dari kekerasan fisik, kekerasan verbal dan nonverbal.

The Raid 2: Berandal adalah film action dari Indonesia yang dirilis pada tanggal 28 marat 2014. Film The Raid 2: Berandal sudah lebih dahulu dipopulerkan lewat film sebelumnya The Raid Redemption yang juga disutradarai Garet Evans dan dirilis pada tahun 2010 di seluruh Indonesia. The Raid juga telah dilayarkan lebih dahulu diberbagai festival film International dan banyak meraih penghargaan. Film ini sangatlah bertolak belakang dengan apa yang diinginkan pada RUU perfilman Indonesia bulan maret 1992 RUU tersebut disahkan menjadi undang-undang. Pasal 48 mengenai pembatasan adegan sensual, kekerasan dan sadisme. Terkait dengan pasal 41 “barang siapa dengan sengaja mengedarkan, mempertunjukan dan menayangkan film yang tidak disensor akan dikenai pidanan kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan dengan paling banyak Rp. 40.000.000,00 (Empat Puluh Juta Rupiah). Tetapi mengapa Film The Raid yang penuh dengan


(4)

5 kekerasan dan sadisme telah lulus sensor dan ditayangkan serempak di Indonesia?. Film The Raid 2 juga telah dicekal dan dilarang untuk tayang di Malaysia karena dianggap bertentangan dengan hukum sensor Malaysia (Handoko.2014).

Film The Raid 2 sudah identik dengan film penuh kekerasan karena sudah terlihat dari judul dalam filmnya yaitu Berandal. Karena kata berandal sendiri merupakan bentuk kekerasan itu sendiri memang The Raid 2 ditunjukan sebagai film penuh kekerasan tetapi kekerasan yang ada di film ini sangat berlebihan yang bisa berbahaya bagi penontonnya. Menariknya walaupun dijudul The Raid 2 sudah ada berandal tetapi masih banyak sekali orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk melihat film seperti ini. Kekerasan sendiri bisa berdampak apabila audiens belum tahu benar apa yang mereka lihat bisa diartikan apabila audiens belum memiliki pendidikan yang cukup maka kekerasan yang ada di film The Raid 2 bisa berdampak buruk tetapi jika audiens sudah memiliki pendidikan yang cukup maka audiens akan bersikap bahwa kekerasan tersebut hanya sebagai nilai hiburan bagi mereka.

Adanya keterkaitan antara tontonan kekerasan menimbulkan kecenderungan berprilaku kejam sehingga sikap dan tindakan kekerasan sudah merupakan gejala dalam bentuk peristiwa, berita, karya sastra, dan film. Karena itu kecenderungan berlangsung secara terus menerus dan setiap saat manusia menjadi tidak peka bahkan menjadi mati rasa terhadap gejala kekerasan, menganggap kekerasan sebagai kewajaran. Sehingga penulis memilih film “The Raid 2: Berandal” sebagai objek penelitian bertema kekerasan ini memiliki audience yang kebanyakan remaja. Alur cerita yang menjurus kepada kekerasan


(5)

6 ini banyak dikritik dari para penontonnya. Dari sini peneliti ingin meneliti makna tentang unsur kekerasan dalam film “The Raid 2: Berandal” kepada penonton, khususnya Anggota Komunitas Rumah Film Malang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pemaknaan Penonton Tentang Unsur Kekerasan Dalam Film “The Raid 2 : Berandal” Karya Gareth Evans (Studi Pada Anggota Komunitas Rumah Film Malang – RUFIMA). Dipilihnya Komunitas Rumah Film dikarenakan peneliti ingin mencari informasi mengenai film dan isi pesan dalam sebuah film. Rumah Film Malang sendiri adalah Production House serta komunitas para pecinta film-film. Oleh karena itu, besar kemungkinan peneliti dapat menggali lebih banyak informasi pemaknaan tentang unsur kekerasan melalui para pecinta film.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan permasalahanya penelitian sebagai berikut:

Bagaimana pemaknaan anggota Rumah Film Malang pada unsur kekerasan dalam film The Raid 2 : Berandal karya Gareth Evans?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarakan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan anggota Rumah Film Malang pada unsur kekerasan dalam film The Raid 2 : Berandal karya Gareth Evans.


(6)

7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu komunikasi khususnya audio visual mengenai makna kekerasan dalam film. Serta dapat memberikan masukan berupa gambaran, data, maupun refrensi bagi penelitian selanjutnya mengenai studi resepsi dalam pemaknaan sebuah film.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan kepada masyarakat luas dalam menangkap dan menerima pesan yang terkandung pada sebuah film. Memberikan pengertian tentang adanya kandungan kekerasan dalam film, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan pecinta film dapat membedakan mana film yang mempunyai nilai pesan yang baik dan mana yang tidak.