Identifikasi Thrips (Insecta Thysanoptera) yang Berasosiasi dengan Tanaman Hortikultura di Bogor, Cianjur, dan Lembang

IDENTIFIKASI THRIPS (INSECTA: THYSANOPTERA) YANG
BERASOSIASI DENGAN TANAMAN HORTIKULTURA
DI BOGOR, CIANJUR, DAN LEMBANG

VANI NUR OKTAVIANY SUBAGYO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Identifikasi Thrips
(Insecta: Thysanoptera) yang Berasosiasi dengan Tanaman Hortikultura di
Bogor, Cianjur, dan Lembang adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Vani Nur Oktaviany Subagyo
NIM A351110081

*

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan
pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.

RINGKASAN
VANI NUR OKTAVIANY SUBAGYO. Identifikasi Thrips (Insecta:
Thysanoptera) yang Berasosiasi dengan Tanaman Hortikultura di Bogor, Cianjur,
dan Lembang. Dibimbing oleh PURNAMA HIDAYAT dan AUNU RAUF.
Trips merupakan serangga yang sebagian besar spesiesnya berperan sebagai
hama dan vektor penyakit pada tanaman hortikultura. Namun, informasi mengenai
studi taksonomi serangga ini di Indonesia masih sangat terbatas, sedangkan untuk
mendukung pengendalian hama trips pada tanaman hortikultura penyediaan
informasi mengenai jenis trips dan kunci identifkasinya sangat diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi jenis trips yang berasosiasi

dengan tanaman hortikultura di Bogor, Cianjur, dan Lembang, Jawa Barat; (2)
mendeskripsikan karakter morfologi dari setiap spesies trips; (3) membuat kunci
identifikasi dikotomi dan kunci identifikasi interaktif dengan program komputer
Lucid Key Phoenix; serta (4) menganalisis hubungan kekerabatan antar spesies
trips. Pengambilan sampel trips dilakukan secara acak dari 14 jenis tanaman
hortikultura di ketiga wilayah tersebut (total 22 titik lokasi pengambilan sampel).
Proses identifikasi sampel diawali dengan pembuatan preparat slide dan
dokumentasi karakter dari setiap spesies. Identifikasi mengacu pada program
identifikasi Oztrips dan beberapa kunci identifikasi lainnya yang sudah
dipublikasikan. Kunci identifikasi dikotomi dibuat berdasarkan persamaan dan
perbedaan karakter dari setiap spesies, sedangkan kunci identifikasi interaktif
diolah dengan menggunakan program Lucid Key Phoenix (Lucid). Analisis
hubungan kekerabatan dilakukan dengan membuat diagram pohon (fenogram)
menggunakan program NTSYSpc versi 2.1. Hasil identifikasi dengan karakter
morfologi ditemukan 17 spesies trips yang berasosiasi dengan tanaman
hortikultura di Bogor, Cianjur, dan Lembang, Jawa Barat. Satu spesies termasuk
ke dalam subordo Tubulifera, famili Phaleothripidae, yaitu Spesies 1 (spesies
belum teridentifikasi) dan sisanya termasuk ke dalam subordo Terebrantia, famili
Thripidae, yaitu: Ceratothripoides brunneus, Ceratothripoides revelatus,
Frankliniella intonsa, Megalurothrips typicus, Megalurothrips usitatus,

Scirtothrips dorsalis, Thrips aspinus, Thrips coloratus, Thrips hawaiiensis, Thrips
javanicus, Thrips malloti, Thrips palmi, Thrips parvispinus, Thrips sp.1, Thrips
sumatrensis, dan Thrips unispinus. Spesies trips yang paling dominan ditemukan
pada berbagai jenis tanaman inang adalah T. parvispinus, sedangkan dua spesies
trips yang baru pertama kali dilaporkan di Indonesia adalah T. aspinus dan C.
revelatus. Kunci identifikasi sudah berhasil dibuat dari spesies yang ditemukan,
kecuali Thrips sp.1 (spesies belum teridentifikasi). Analisis hubungan kekerabatan
ditunjukkan oleh fenogram yang terbentuk, dimana hasilnya membagi trips ke
dalam dua kelompok besar, yaitu subordo Tubulifera dan subordo Terebrantia.
Kelompok subordo Terebrantia terbagi lagi ke dalam beberapa kelompok yang
mengarah sesuai dengan genus masing-masing spesies.
Kata kunci: Karakter morfologi, kunci dikotomi, kunci Lucid, fenogram,
Terebrantia, Tubulifera

SUMMARY
VANI NUR OKTAVIANY SUBAGYO. Identification of Thrips that Associated
with Horticultural Crops in Bogor, Cianjur, and Lembang. Supervised by
PURNAMA HIDAYAT and AUNU RAUF.
Most of thrips species are pests and vectors of diseases on horticultural
crops. In Indonesia, taxonomical information of thrips are limited. The need of

providing taxonomy information about the species and identification key is
indispensable to support pest control of thrips in horticultural crops. This research
aims to (1) identify of thrips species that associated with horticultural crops in
Bogor, Cianjur, and Lembang, West Java; (2) describe morphological characters
each trips species, (3) build a dichotomous identification key and interactive
identification key by computer program Lucid Key Phoenix, and (4) analyze the
phylogenetic interspecies relationship. Sampling was done randomly in some
horticultural crops in the area of Bogor, Cianjur, and Lembang. The identification
process began with sample slide preparations along with the documentation of the
character from each species. The identification was done mainly by using the
identification program Oztrips and some other published identification keys.
Identification key was built based on morphological characters of each species
and for interactive key processed by the computer program Lucid Key Phoenix
(Lucid). Diagram Tree (phenogram) for phylogenetic analysis was built using
NTSYSpc program version 2.1. The results of identification using morphological
characters showed that there were 17 species of thrips, where one species that
belong to the family Phlaeothripidae, suborder Tubulifera that is Species 1
(unidentified species) and the rest of them belong to the family Thripidae,
suborder Terebrantia. They were Ceratothripoides brunneus, Ceratothripoides
revelatus, Frankliniella intonsa, Megalurothrips typicus, Megalurothrips usitatus,

Scirtothrips dorsalis, Thrips aspinus, Thrips coloratus, Thrips hawaiiensis, Thrips
javanicus, Thrips malloti, Thrips palmi, Thrips parvispinus, Thrips sp.1, Thrips
sumatrensis, dan Thrips unispinus. The most dominant species were T.
parpisvinus and new species first reported in Indonesia are T. aspinus and C.
revelatus. An identification key was built for all species found, except Thrips sp.1
(species was unidentified). While the phenogram divided into two major groups
are suborder Tubulifera and suborder Terebrantia. Group suborder Terebrantia
divided into several groups in accordance genus of each species.
Keywords: Dichotomous key, Lucid key, morphology characters, phenogram,
Terebrantia, Tubulifera

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014p
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


IDENTIFIKASI THRIPS (INSECTA: THYSANOPTERA) YANG
BERASOSIASI DENGAN TANAMAN HORTIKULTURA
DI BOGOR, CIANJUR, DAN LEMBANG

VANI NUR OKTAVIANY SUBAGYO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji pada Ujian Tesis : Dr Ir I Wayan Winasa, MS


Judul Tesis : Identifikasi Thrips (Insecta: Thysanoptera) yang Berasosiasi
dengan Tanaman Hortikultura di Bogor, Cianjur, dan Lembang
Nama
: Vani Nur Oktaviany Subagyo
NIM
: A351110081

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Purnama Hidayat, MSc
Ketua

Prof Dr Ir Aunu Rauf, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Entomologi


Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Pudjianto, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 7 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Identifikasi Thrips
(Insecta: Thysanoptera) yang Berasosiasi dengan Tanaman Hortikultura di Bogor,
Cianjur, dan Lembang dapat diselesaikan dengan baik, karya ilmiah ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada
program studi Entomologi, Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya
kepada komisi pembimbing Bapak Dr Ir Purnama Hidayat, MSc dan Bapak Prof
Dr Ir Aunu Rauf, MSc yang telah memberikan ilmu, pengarahan, dorongan, dan

bimbingannya selama ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Ibu Dewi Sartiami, MSi atas bantuan dan sarannya, serta kepada Bapak Dr Ir I
Wayan Winasa, MS, Bapak Dr Ir Pudjianto, MSi, Ibu Prof Dr Ir Sri Hendrastuti
Hidayat, MSc, dan Dr Ir Idham Sakti Harahap, MSc. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Ibu Iis Aisyah, Bapak Wawan, Anggota Laboratorium
Biosistematika Serangga IPB dan Laboratorium Virologi IPB, sahabatku Sari
Nurulita dan rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa/i Pascasarjana Entomologi dan
Fitopatologi angkatan 2011, serta kepada rekan-rekan CPNS LIPI angkatan 2014
dan staf/peneliti Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI.
Ungkapan terima kasih terbesar saya kepada kedua orang tua, Bapak Ade
Rasdiana Subagyo dan Ibu Neng Hadiyati, terimakasih apa dan mamah atas kasih
sayang yang berlimpah, perjuangan yang tanpa pamrih, dan doa yang tak pernah
putus dalam membesarkan adinda selama ini, juga teruntuk kakakku Vina
Aprilianty Subagyo, serta kedua adikku Annisa Puspadini Subagyo dan Salma
Nurul Fathimah Subagyo atas doa dan semangatnya. Ungkapan terima kasih
terdalam teruntuk imamku tercinta Dwi Priyo Prabowo, terimakasih ayah atas
kesabaran yang luas dan dukungan yang tak terbatas, keikhlasan dan doa ayah
memberikan keberkahan dan kemudahan dalam perjuangan mami, dan teruntuk
buah hatiku tersayang Muhammad Rafa Alghifari, terimakasih sudah menjadi
pengobat dalam lelah, penyemangat dalam penat, dan pelengkap kebahagiaan

mami. Terimakasih juga untuk semua keluarga di Bandung dan Pekalongan,
terutama bapak dan ibu mertua atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Vani Nur Oktaviany Subagyo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
Keluaran Penelitian ....................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Trips (Ordo: Thysanoptera) ........................................................................... 3
Morfologi .................................................................................................. 3
Klasifikasi ................................................................................................. 4
Biologi....................................................................................................... 4
Pemencaran dan Persebaran ...................................................................... 5
Arti Penting Trips Secara Ekonomi ............................................................... 6
Trips sebagai Hama................................................................................... 6
Trips sebagai Vektor Tospovirus .............................................................. 6
Hubungan Trips dengan Tanaman Inang....................................................... 7
Identifikasi dengan Karakter Morfologi ........................................................ 8
Kunci Identifikasi .......................................................................................... 8
Program Lucid Key Phoenix ..................................................................... 9
Analisis Filogenetik ....................................................................................... 9
BAHAN DAN METODE ......................................................................................10
Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................10
Teknik Pengambilan Sampel ........................................................................10
Identifikasi Morfologi Trips .........................................................................11
Pembuatan Preparat Slide ........................................................................11
Preparat slide permanen ......................................................................11
Preparat slide sementara ......................................................................11
Identifikasi Spesies Trips .........................................................................12
Pengamatan Sampel Trips ............................................................................12
Pengamatan Jumlah Individu ...................................................................12
Pengamatan Jenis Kelamin ......................................................................12
Pembuatan Kunci Identifikasi.......................................................................12
Analisis Filogenetik ......................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................13
Asosiasi Trips dengan Tanaman Inang .........................................................13
Karakter Morfologi Trips .............................................................................20
Subordo Tubulifera ..................................................................................20
Spesies 1 ..............................................................................................21
Subordo Terebrantia.................................................................................21
Ceratothripoides brunneus (Bagnall) .................................................24
Ceratothripoides revelatus (Priesner) .................................................25
Frankliniella intonsa (Trybom) ..........................................................25

Megalurothrips typicus Bagnall ......................................................... 27
Megalurothrips usitatus (Bagnall) ...................................................... 27
Scirtothrips dorsalis Hood.................................................................. 27
Thrips aspinus Mound dan Masumoto ............................................... 28
Thrips coloratus Schmutz ................................................................... 29
Thrips hawaiiensis (Morgan).............................................................. 29
Thrips javanicus Priesner ................................................................... 30
Thrips malloti Priesner ....................................................................... 30
Thrips palmi Karny ............................................................................. 31
Thrips parvispinus (Karny)................................................................. 31
Thrips sp.1 .......................................................................................... 32
Thrips sumatrensis Priesner................................................................ 33
Thrips unispinus Moulton ................................................................... 34
Kunci Identifikasi ........................................................................................ 49
Kunci Dikotomi ....................................................................................... 49
Kunci dengan Program Lucid Key Phoenix ............................................ 51
Analisis Filogenetik ..................................................................................... 56
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 61
Simpulan ...................................................................................................... 61
Saran ............................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 61
LAMPIRAN .......................................................................................................... 66
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 72

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Kisaran inang beberapa spesies trips pada tanaman hortikultura
Jenis tanaman inang dan lokasi pengambilan sampel
Spesies trips pada tanaman hortikultura di wilayah Bogor, Cianjur, dan
Lembang, Jawa Barat
Persentase proporsi individu setiap spesies trips per tanaman inang dan
kelimpahan trips pada suatu tanaman di setiap lokasi pengambilan
sampel

7
11
15

18

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

19.

Perbedaan morfologi trips (a) subordo Terebrantia dan (b) subordo
Tubulifera (sumber: Lewis 1973)
3
14
Persentase jumlah individu per spesies dari total sampel
Ujung abdomen betina trips (a) subordo Tubulifera dan (b) Terebrantia ...... 21
Imago betina Spesies 1 (a) seluruh tubuh dan (b) sayap depan dan
belakang ......................................................................................................... 21
Antena trips bagian dorsal (a) sepasang seta dorsal apikal pada ruas I
antena dan (b) organ sensor yang bercabang (menggarpu) pada antena
ruas III dan IV
22
Toraks trips bagian ventral (a) terdapat spinula pada furca dan (b) tidak
terdapat spinula pada furca
…22
Abdomen S. dorsalis (a) tergit ruas VI-VII dan (b) sternit ruas VI-VII
23
Tergit abdomen ruas VIII (a) genus Thrips (b) genus Frankliniella ............. 23
Imago (a) C. brunneus betina dan (b) C. revelatus jantan
24
Imago (a) F. intonsa jantan dan (b) F. intonsa betina
25
Imago (a) M. typicus jantan, (b) M. typicus betina, (c) M. usitatus
jantan, dan (d) M. usitatus betina ................................................................... 26
Seta S1 pada sternit abdomen ruas VIII (a) M. typicus dan (b) M.
usitatus
26
Imago S. dorsalis betina
28
Seta subterminal (sst) dan seta terminal (st) pada clavus sayap depan T.
hawaiiensis
30
Craspendum pada sternit abdomen T. sp.1…………………
32
Tergit abdomen ruas II (a) 4 seta lateral pada T. hawaiiensis dan (b)
3seta lateral pada T. sumatrensis
33
Sternit abdomen (a) T. aspinus dengan lebih dari 30 seta diskal (b) T.
33
unispinus dengan 10 sampai 24 seta diskal
Imago (a) T. aspinus jantan, (b) T. aspinus betina, (c) T. unispinus
betina, (d) T. coloratus jantan, (e) T. hawaiiensis jantan, (f) T.
hawaiiensis betina, (g) T. javanicus jantan, dan (h) T. javanicus betina
35
Imago (a) T. palmi jantan, (b) T. palmi betina, (c) T. parvispinus jantan,
(d) T. parvispinus betina, (e) T. sumatrensis jantan, (f) T. sumatrensis
betina, (g) T. malloti betina, dan (h) T. sp.1. betina........... ............................ 36

20. Antena imago trips: (a) C. brunneus, (b) C. revelatus, (c) F. intonsa, (d)
S. dorsalis, (e) M. typicus, (f) M. usitatus, (g) T. aspinus, dan (h) T.
unispinus
21. Antena imago trips (a) T. coloratus, (b) T. hawaiiensis, (c) T. javanicus,
(d) T. malloti, (e) T. palmi, (f) T. parvispinus, (g) T. sumatrensis, dan
(h) T. sp.1
22. Kepala imago trips (a) C. brunneus, (b) C. revelatus, (c) F. intonsa, (d)
S. dorsalis, (e) M. typicus, (f) M. usitatus, (g) T. aspinus, dan (h) T.
unispinus
23. Kepala imago trips (a) T. coloratus, (b) T. hawaiiensis, (c) T. javanicus,
(d) T. malloti, (e) T. palmi, (f) T. parvispinus, (g) T. sumatrensis, dan
(h) T. sp.1
24. Pronotum imago trips (a) C. brunneus, (b) C. revelatus, (c) F. intonsa,
(d) S. dorsalis, (e) M. typicus, (f) M. usitatus, (g) T. aspinus, dan (h) T.
unispinus
25. Pronotum imago trips (a) T. coloratus, (b) T. hawaiiensis, (c) T.
javanicus, (d) T. malloti, (e) T. palmi, (f) T. parvispinus, (g) T.
sumatrensis, dan (h) T. sp.1
26. Metanotum imago trips (a) C. brunneus, (b) C. revelatus, (c) F. intonsa,
(d) S. dorsalis, (e) M. typicus, (f) M. usitatus, (g) T. aspinus, dan (h) T.
unispinus
27. Metanotum imago trips (a) T. coloratus, (b) T. hawaiiensis, (c) T.
javanicus, (d) T. malloti, (e) T. palmi, (f) T. parvispinus, (g) T.
sumatrensis, dan (h) T. sp.1
28. Sayap depan imago trips (a) C. brunneus, (b) C. revelatus, (c) F.
intonsa, (d) S. dorsalis, (e) M. typicus, (f) M. usitatus, (g) T. aspinus,
dan (h) T. unispinus
29. Sayap depan imago trips (a) T. coloratus, (b) T. hawaiiensis, (c) T.
javanicus, (d) T. malloti, (e) T. palmi, (f) T. parvispinus, (g) T.
sumatrensis, dan (h) T. sp.1
30. Tergit abdomen imago trips ruas VIII (a) C. brunneus, (b) C. revelatus,
(c) F. intonsa, (d) S. dorsalis, (e) M. typicus, (f) M. usitatus, (g) T.
aspinus, dan (h) T. unispinus
31. Tergit abdomen imago trips ruas VIII (a) T. coloratus, (b) T.
hawaiiensis, (c) T. javanicus, (d) T. malloti, (e) T. palmi, (f) T.
parvispinus, (g) T. sumatrensis, dan (h) T. sp.1
32. Piringan pori yang panjang melintang pada sternit abdomen imago
jantan (a) C. revelatus, (b) F. intonsa, (c) T. aspinus, (d) T. coloratus,
(e) T. hawaiiensis, (f) T. javanicus, (g) T. palmi, (h) T. parvispinus, dan
(i) T. sumatrensis ...........................................................................................
33. Tampilan kunci identifikasi dikotomi pada program Lucid
34. Langkah pertama contoh identifikasi sampel dengan program Lucid
35. Langkah kedua contoh identifikasi sampel dengan program Lucid
36. Langkah ketiga contoh identifikasi sampel dengan program Lucid
37. Langkah keempat contoh identifikasi sampel dengan program Lucid
38. Langkah kelima contoh identifikasi sampel dengan program Lucid
39. Langkah keenam contoh identifikasi sampel dengan program Lucid
40. Langkah ketujuh contoh identifikasi sampel dengan program Lucid

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49
52
52
53
53
54
54
55
55

41. Langkah kedelapan (terakhir) contoh identifikasi sampel dengan
program Lucid
42. Pohon filogenetik (fenogram) spesies trips berdasarkan karakter
morfologi dengan metode UPGMA

56
60

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.

Kordinat GPS dan ketinggian lokasi pengambilan sampel trips
Jumlah individu jantan dan betina spesies trips pada setiap tanaman
inang di setiap lokasi pengambilan sampel
Matriks persamaan dan perbedaan karakter morfologi spesies trips

66
66
68

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Trips (ordo Thysanoptera) merupakan serangga kecil dengan panjang antara
0.5 sampai 5 mm, namun beberapa jenis di daerah tropika panjangnya dapat
mencapai 14 mm (Borror et al. 1996; Antonelli 2003). Trips lebih mudah
dijumpai pada bagian bunga atau daun tanaman (Mound dan Collins 2000).
Keberadaan trips pada tanaman dapat berperan sebagai hama, vektor penyakit,
agens pengendalian hayati (predator atau parasitoid), atau sebagai serangga
penyerbuk (Lewis 1997; Mound dan Kibby 1998; Pinent et al. 2002). Namun,
sebagian besar spesies trips berperan sebagai hama dan vektor penyakit pada
tanaman hortikultura, terutama sayuran (Oparaocha dan Okigbo 2003; Alston dan
Drost 2008; Riley et al. 2011).
Beberapa spesies trips yang menjadi hama penting pada tanaman
hortikultura diantaranya adalah Dendrothrips sp., Frankliniella intonsa,
Frankliniella occidentalis, Helionothrips sp., Megalurothrips sp., Thrips aspinus,
Thrips hawaiiensis, Thrips palmi, Thrips parvispinus, Thrips tabaci, dan
Scirtothrips sp. (Fung et al. 2002; Kirk 2002; Murai 2002; Mound dan Masumoto
2005; Vierbergen 2005; Wang et al. 2010; Sartiami et al. 2011; Mound dan Tree
2013). Sementara itu, beberapa spesies trips yang berperan sebagai vektor virus
penyakit tanaman diantaranya adalah Frankliniella bispinosa, Frankliniella fusca,
F. intonsa, F. occidentalis, Frankliniella schultzei, Frankliniella zucchini, T.
palmi, Thrips setosus, T. tabaci, dan Scirtothrips dorsalis (Gyulai 2002; Mound
2002a; Riley et al.2011; Sartiami dan Mound 2013).
Peranan trips sebagai hama pada tanaman disebabkan oleh aktivitas
makannya. Kerusakan yang ditimbulkan berupa bintik putih atau merah pada
bunga dan bercak keperakan pada daun yang dapat mengganggu proses
fotosintesis, sehingga daun mengeriting dan tunas terminal yang terserang
menjadi kerdil (Kiers et al. 2000). Permukaan kulit buah yang terserang trips akan
menjadi tidak normal (Vierbergen 2005). Menurut Mound dan Kibby (1998),
serangan trips pada buah jeruk akan meninggalkan luka seperti bekas parutan.
Selain itu, peranan trips sebagai vektor penyakit seperti Tospovirus juga dinilai
sangat penting, karena tanaman yang terinfeksi akan mengalami gejala pada daun,
seperti bercak dan bintik, klorosis, nekrotik, malformasi, layu, hingga tanaman
menjadi kerdil dan mati (Riley et al. 2011; Pappu dan Rauf 2013). Kerusakan
akibat serangan trips secara langsung maupun tidak langsung ini menyebabkan
kehilangan hasil panen yang bervariasi, sehingga dapat menimbulkan kerugian
secara ekonomi (Lewis 1973). Di Indonesia, kerusakan yang disebabkan oleh trips
pada tanaman sayuran berkisar antara 12% sampai 74% (Dibiyantoro 1994 dalam
Dibiyantoro 1998). Menurut Indiati (2012), serangan trips yang tinggi pada suatu
area pertanaman dapat mengakibatkan kehilangan hasil panen sebesar 13%
sampai 64%. Menurut Sastrosiswojo (1991), meskipun permasalahan trips di
Indonesia dinilai cukup penting, namun tidak banyak penelitian yang telah
dilakukan, sehingga informasi mengenai serangga ini masih sangat terbatas.
Trips sangat mudah menyebar baik dalam bentuk telur, larva, maupun
imago, akibatnya sekarang banyak spesies trips yang telah tersebar di luar habitat

2

aslinya (Kirk dan Terry 2003). Selain itu, ukuran tubuh trips yang kecil membuat
keberadaan trips pada tanaman di lapangan atau yang diangkut untuk perdagangan
internasional sangat sulit untuk dideteksi dan dikendalikan (Mehle dan Trdan dan
2012). Meskipun demikian, tidak semua spesies trips yang berada pada tanaman
berperan sebagai hama atau vektor virus, sehingga berbagai informasi mengenai
serangga ini masih sangat diperlukan, terutama di wilayah sentra produksi
tanaman hortikultura. Salah satu sentra produksi tanaman hortikultura terbesar di
Indonesia adalah wilayah Jawa Barat dan keberadaan trips di wilayah tersebut
masih menjadi permasalahan, terutama pada tanaman famili Fabaceae, Rosaceae,
dan Solanaceae (Sartiami 2008; Sartiami dan Mound 2013).
Langkah pertama pemecahan permasalahan trips adalah adanya informasi
dasar yang lengkap dan lebih akurat mengenai studi taksonomi trips, karena
taksonomi menyediakan dua keluaran penting yang mendukung penelitian biologi
lainnya, yaitu pengklasifikasian dan pengidentifikasian suatu organisme (Moritz
1994; Mound 2002b). Salah satu ahli taksonomi trips, yaitu Zur (1994) telah
menerbitkan daftar spesies trips yang ditemukan di Indonesia, namun publikasi ini
hanya berupa daftar nama spesies, tidak dilengkapi dengan deskripsi karakter
morfologi atau kunci identifikasi.
Deskripsi yang jelas mengenai karakter morfologi suatu spesies serta
informasi sebaran inang dan peranannya sangat diperlukan untuk menentukan
tindakan selanjutnya. Meskipun beberapa kunci identifikasi trips di Indonesia
sudah tersedia, namun ketersediaan kunci identifikasi dengan deskripsi karakter
morfologi yang lebih spesifik berdasarkan lokasi tentunya sangat dibutuhkan
untuk memperkecil kesalahan proses identifikasi bagi pengguna di wilayah
tersebut. Seiring kemajuan teknologi kunci identifikasi dengan program komputer
yang lebih interaktif seperti program Lucid Key Phoenix akan lebih memudahkan
pengguna.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi jenis trips yang
berasosiasi dengan tanaman hortikultura di Bogor, Cianjur, dan Lembang, Jawa
Barat; (2) mendeskripsikan karakter morfologi dari setiap spesies trips; (3)
membuat kunci identifikasi dikotomi dan kunci identifikasi interaktif dengan
program komputer Lucid Key Phoenix; serta (4) menganalisis hubungan
kekerabatan antar spesies trips.
Keluaran Penelitian
Keluaran dari penelitian ini adalah tersedianya kunci identifikasi trips pada
tanaman hortikultura dari wilayah Bogor, Cianjur, dan Lembang, baik kunci
identifikasi dikotomi secara tertulis maupun kunci identifikasi interaktif yang
dibuat dengan program komputer Lucid Key Phoenix.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Trips (Ordo: Thysanoptera)
Morfologi
Trips merupakan serangga kecil bertubuh ramping dengan panjang antara
0.5 sampai 5 mm, namun beberapa jenis di daerah tropika panjangnya dapat
mencapai 14 mm (Lewis 1973; Borror et al. 1996; Antonelli 2003). Jumlah
spesies trips yang telah teridentifikasi sekitar 6000 spesies dan terbagi ke dalam
dua subordo, yaitu: Terebrantia dan Tubulifera (Lewis 1973; Mound 2008).
Struktur umum tubuh trips terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: kepala,
toraks, dan abdomen (Gambar 1) (Lewis 1973). Struktur yang khas pada bagian
kepala adalah antena, oseli, dan alat mulut. Imago trips memiliki empat sampai
sembilan ruas antena, serta oseli atau mata tunggal yang umumnya berjumlah tiga
dan membentuk pola segitiga (triangle) (Lewis 1973; Borror et al. 1996). Struktur
mulut trips disebut probosis yang berbentuk seperti sebuah kerucut dan terletak di
bagian belakang permukaan bawah kepala (Antonelli 2003). Alat mulut trips
asimetris (mandibel kanan tereduksi) dengan tipe meraut-menghisap, dimana stilet
pada alat mulut trips selain meraut jaringan tanaman yang dimakan, juga
berfungsi untuk menusuk dan menghisap cairan pada sel tanaman (Borror et al.
1996; Antonelli 2003).
a

b

Gambar 1 Perbedaan morfologi trips (a) subordo Terebrantia dan (b) subordo
Tubulifera (sumber: Lewis 1973)

4

Menurut Lewis (1973), struktur yang khas pada bagian toraks trips adalah
sayap. Jumlah sayap pada trips bila berkembang sempurna adalah dua pasang
dengan bentuk memanjang, berukuran sempit, dan mempunyai beberapa rangka
sayap serta rambut-rambut yang berumbai. Subordo Terebrantia memiliki struktur
sayap yang sejajar satu sama lain, sedangkan subordo Tubulifera sayapnya
tumpang tindih, sehingga hanya satu pasang saja yang terlihat (Gambar 1). Imago
jantan maupun betina, keduanya dapat bersayap atau tidak bersayap, tetapi pada
beberapa spesies hanya imago betina saja yang memiliki sayap, sedangkan
jantannya tidak bersayap (Mound 2006).
Abdomen spesies trips yang termasuk ke dalam subordo Terebrantia
ujungnya mengerucut dan memiliki ovipositor pada ruas VIII dan IX, sedangkan
spesies lainnya yang termasuk ke dalam subordo Tubulifera mempunyai ujung
abdomen yang berbentuk seperti tabung tanpa ovipositor (Gambar 1). Organ yang
berbentuk seperti tabung ini disebut genital opening organ, yang terletak antara
ruas IX dan X abdomen (Lewis 1973; Borror et al. 1996).
Klasifikasi
Ordo Thysanoptera terbagi ke dalam dua subordo, yaitu Terebrantia dan
Tubulifera yang terdiri atas lima famili. Empat famili termasuk ke dalam subordo
Terebrantia, yaitu: Aeolothripidae, Merothripidae, Heterothripidae, dan Thripidae,
sedangkan satu famili yaitu Phlaeothripidae termasuk ke dalam subordo
Tubulifera (Priesners 1964 dalam Lewis 1973). Sementara itu, klasifikasi terbaru
menurut Mound dan Morris (2007), membagi trips ke dalam sembilan famili,
dimana delapan famili termasuk ke dalam subordo Terebrantia, yaitu:
Uzelothripidae, Merothripidae, Melanthripidae, Aeolothripidae, Fauriellidae,
Adiheterothripidae, Heterothripidae, dan Thripidae, sedangkan famili
Phlaeothripidae termasuk ke dalam subordo Tubulifera.
Menurut Mound (2008), jumlah spesies terbanyak dimiliki oleh famili
Phlaeothripidae dengan 3500 spesies, dimana 2500 spesies termasuk ke dalam
subfamili Phlaeothripinae dan 700 spesies lainnya termasuk ke dalam subfamili
Idolothripinae. Sementara itu, total subordo Terebrantia adalah 2400 spesies
dengan jumlah spesies terbanyak terdapat pada famili Thripidae yaitu 2060
spesies (Mound 2008).
Menurut Mound (2006), beberapa spesies pada famili Uzelothripidae dan
Merothripidae merupakan pemakan cendawan, sedangkan famili Aeolothripidae
sebagian besar berperan sebagai predator. Sementara itu, spesies yang termasuk
ke dalam famili Fauriellidae, Adiheterothripidae, dan Heterothripidae pada
umumnya merupakan spesies trips yang hidup dan berkembang pada tanaman
berbunga. Famili lainnya, yaitu famili Thripidae yang merupakan famili terbesar
dalam subordo Terebrantia, anggotanya kebanyakan berperan sebagai hama pada
tanaman. Selain anggota famili Thripidae, anggota dari famili Phlaeothripidae
juga banyak berperan sebagai hama dan vektor penyakit tanaman.
Biologi
Trips dapat menghasilkan beberapa generasi pertahun dengan tipe
perkembangan peralihan antara metamorfosis sederhana (paurometabola) dan
metamorfosis sempurna (holometabola). Hal ini dikarenakan, perilaku larva instar
terakhir trips yang sebelum menjadi imago melewati fase diapause (Antonelli

5

2003). Menurut Lewis (1973), selain reproduksi secara seksual, trips juga
memiliki bentuk reproduksi aseksual yang disebut partenogenesis. Reproduksi
secara partenogenesis terbagi menjadi dua tipe yang berbeda, yaitu arrhenotoky
dan thelytoky. Arrhenotoky terjadi apabila imago betina yang tidak dibuahi
menghasilkan keturunan yang semuanya jantan haploid, sedangkan thelytoky
terjadi apabila imago betina yang tidak dibuahi menghasilkan keturunan yang
semuanya betina diploid.
Siklus hidup trips diawali dengan peletakan telur oleh imago betina. Imago
betina subordo Terebrantia meletakkan telur di dalam jaringan tanaman dengan
ovipositornya, sedangkan imago betina subordo Tubulifera meletakkan telur pada
permukaan substrat dengan genital opening organ (Mound 2006). Telur
Terebrantia berbentuk silindris seperti ginjal, permukaannya mulus, halus, dan
berwarna putih pucat atau kuning, sedangkan telur Tubulifera berbentuk oval,
kadang simetris, dan sering memiliki cangkang, serta berwarna merah muda,
kuning atau gelap dengan garis retikulasi pentagonal atau heksagonal (Lewis
1973). Setiap imago betina memiliki kemampuan bertelur yang berbeda
tergantung pada spesies dan kualitas makanan yang tersedia, tetapi pada umumnya
berkisar antara 30 sampai 300 butir telur (Lewis 1973; Lewis 1997). Telur akan
menetas 2 sampai 20 hari setelah diletakkan, tepatnya bergantung pada suhu
lingkungan, dimana semakin tinggi suhu akan semakin cepat telur menetas (Lewis
1973).
Menurut Lewis (1973), larva terdiri atas dua instar yang keduanya aktif
mencari makan untuk pertumbuhan. Larva instar pertama pada beberapa spesies
kebanyakan berperan sebagai predator, sedangkan larva instar kedua dan imago
pakan utamanya adalah cairan tanaman. Setelah larva instar kedua cukup makan
untuk pertumbuhannya, maka larva tersebut sudah siap untuk berubah menjadi
imago, dengan melewati tahapan prapupa dan pupa. Kebanyakan larva anggota
subordo Terebrantia akan pindah ke tanah atau serasah untuk menjadi pupa.
Sementara itu, spesies anggota subordo Tubulifera dan beberapa spesies
Terebrantia lainnya membentuk pupa pada tanaman inang, dengan atau tanpa
membuat kokon. Pupa biasanya terdapat pada permukaan bawah daun dekat sudut
menonjol yang dibentuk oleh jaringan vena tanaman atau beberapa spesies lainnya
ada yang masuk ke celah-celah tanaman, dasar dari tangkai daun, celah antara
sepal, rumput atau kulit kayu, dan ranting yang berongga.
Siklus hidup trips berkisar antara 10 sampai 30 hari atau umumnya 21 hari,
lamanya siklus hidup ini bergantung pada suhu lingkungan (Lewis 1973; Mound
dan Kibby 1998). Suhu juga berpengaruh terhadap banyaknya generasi yang dapat
dihasilkan suatu spesies trips per tahunnya, contohnya Frankliniella tritici pada
tanaman kapas dapat menghasilkan 10 sampai 15 generasi per tahunnya pada
musim panas, sedangkan pada musim dingin hanya 4 sampai 5 generasi per
tahunnya (Watts 1936 dalam Lewis 1973).
Pemencaran dan Persebaran
Pemencaran spesies trips tidak hanya bergantung pada keberadaan sayap,
karena trips dapat menyebar dari satu tanaman ke tanaman lainnya dengan
merayap atau melompat (Mound dan Kibby 1998). Trips juga sangat mudah
menyebar baik dalam bentuk telur, larva, maupun imago, akibatnya sekarang
banyak spesies trips yang telah tersebar di luar habitat aslinya (Kirk dan Terry

6

2003). Hal ini dikarenakan ukuran tubuh trips yang kecil, sehingga membuat
keberadaannya sangat sulit untuk dideteksi dan dikendalikan (Mehle dan Trdan
2012).
Arti Penting Trips Secara Ekonomi
Kehadiran trips pada tanaman dapat berperan sebagai hama, vektor
penyakit, agens pengendalian hayati (predator atau parasitoid), atau sebagai
serangga penyerbuk (Lewis 1997; Mound dan Kibby 1998; Pinent et al. 2002).
Peranan trips sebagai hama dan vektor penyakit memiliki arti penting secara
ekonomi, karena dapat menimbulkan kerugian secara materi (Lewis 1973). Di
Indonesia, kerusakan yang disebabkan oleh trips pada tanaman sayuran berkisar
antara 12% sampai 74%, bahkan pada tanaman bawang putih (Allium sativum L.)
kerusakan bisa mencapai 80% (Dibiyantoro 1994 dalam Dibiyantoro 1998).
Menurut Kakkar et al. (2010), suhu yang panas serta kelembaban yang tinggi
menjadi faktor pendukung utama meledaknya populasi trips di suatu wilayah.
Trips sebagai Hama
Peranan trips sebagai hama pada tanaman disebabkan oleh aktivitas
makannya yang menimbulkan kerusakan berupa bintik putih atau merah pada
bunga dan bercak keperakan pada daun yang dapat mengganggu proses
fotosintesis, sehingga daun mengeriting dan tunas terminal yang terserang
menjadi kerdil (Kiers et al. 2000). Menurut Vierbergen (2005) dan Mound dan
Kibby (1998), permukaan kulit buah yang terserang trips akan menjadi tidak
normal, seperti pada buah pisang, alpukat, dan anggur. Sementara itu, pada buah
jeruk serangan trips akan meninggalkan luka seperti bekas parutan (Mound dan
Kibby 1998). Beberapa spesies trips di rumah kaca menimbulkan gejala pada
daun yang khas, yaitu daun menjadi menonjol, berubah bentuk, dan berwarna
hitam karena butiran kotoran yang menempel pada daun atau buah. Selain itu,
populasi trips yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga
dan mengurangi jumlah pollen (Mound dan Kibby 1998).
Trips sebagai Vektor Tospovirus
Trips juga berperan sebagai vektor penyakit tanaman seperti Tospovirus
yang umumnya terjadi pada tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias
(German et al. 1992; Rezende et al. 1997). Menurut Riley et al. (2013), trips
mentransmisikan Tospovirus secara propagatif persisten, keduanya baik larva
maupun imago dapat aktif makan dan menginfeksikan virus ke tanaman inang,
tetapi hanya larva instar pertama yang dapat mentransmisikan virus sebelum
periode laten, sedangkan larva instar kedua dan imago hanya dapat
mentransmisikan virus setelah periode laten. Tanaman yang terinfeksi akan
mengalami gejala pada daun, seperti bercak dan bintik, klorosis, nekrotik,
malformasi, layu, hingga tanaman menjadi kerdil dan mati (Riley et al.; Pappu
dan Rauf 2013). Menurut Mound (2002a), terdapat 10 spesies trips yang berperan
sebagai vektor Tospovirus, yaitu Frankliniella intonsa, F. occidentalis, F. fusca,
F. bispinosa, F. schultzei, F. zucchini, Thrips tabaci, T. setosus, T. palmi, dan
Scirtothrips dorsalis. Sementara itu menurut Riley et al. (2011), trips dapat
mentransmisikan Tospovirus pada 1090 spesies tanaman inang dan hingga kini

7

sudah teridentifikasi 20 spesies trips yang dapat menjadi vektor Tospovirus,
dimana 14 dari 20 spesies trips tersebut termasuk ke dalam famili Thripidae.
Hubungan Trips dengan Tanaman Inang
Tanaman inang sering kali mengalami kerusakan langsung maupun tidak
langsung akibat serangan trips, sehingga beberapa spesies trips dilaporkan sebagai
hama penting pada beberapa tanaman budidaya, baik yang bernilai ekonomi tinggi
maupun rendah. Kisaran inang beberapa spesies trips yang umumnya ditemukan
pada tanaman hortikutura dapat dilihat pada tabel 1 dan informasi tersebut
merupakan rangkuman dari beberapa sumber hasil penelitian di berbagai negara.
Tabel 1 Kisaran inang beberapa spesies trips pada tanaman hortikultura
Spesies trips

Tanaman inang

Referensi (sumber)

Ceratothripoides
claratris

Cabai, kacang tunggak,
mentimun, terung, labu,
tomat, semangka, dan kacang
panjang

Premachandra dan
Borgemeister (2006)

Frankliniella fusca
F. intonsa

Kacang-kacangan
Tanaman famili
curcubitaceae, kacangkacangan, selada, bawang,
jagung, dan berbagai tanaman
hias
Jagung manis,
Chrysanthemum sp., dan
tanaman hortikultura lainnya
Solanum sp. dan mentimun

Stavisky et al. (2002)
Wang et al. (2010)

F. occidentalis

F. schultzei

Haplothrips sp.
Megalulothrips sp.
Scirtothrips dorsalis
Thrips hawaiiensis
T. palmi
T. parvispinus

T. tabaci

Fung et al. (2002);
Kirk (2002)

Oparaocha dan Okigbo
(2003); Bacci et al.
(2008)
Amaranthus sp.
Oparaocha dan Okigbo
(2003)
Solanum sp.
Oparaocha dan Okigbo
(2003)
Berbagai tanaman hortikultura Mound dan Tree
(2013)
Berbagai tanaman sayuran
Reynaud et al.(2008)
Terung dan mentimun
Leite et al . (2006);
Bacci et al. (2008)
Berbagai tanaman sayuran,
Sartiami et al. (2011);
terutama pada cabai
Sartiami dan Mound
(Capsicum sp.)
(2013)
Bawang merah, bawang putih, Alston dan Drost (2008)
daun bawang, kubis, kembang
kol, tomat, mentimun, dan
asparagus

8

Identifikasi dengan Karakter Morfologi
Identifikasi yang berdasarkan pada karakter morfologi disebut juga
identifikasi tradisional. Setiap spesies memiliki warna dan ukuran yang bervariasi,
tetapi dalam beberapa kasus pada beberapa spesies secara morfologi tampak
serupa atau hanya berbeda pada detail struktur tertentu yang sulit dibedakan.
Pengidentifikasian biasanya diawali dengan pembuatan preparat trips untuk
memperjelas struktur karakter yang akan diidentifikasi, namun identifikasi dengan
teknik ini hanya umum digunakan untuk membedakan stadium imago (Mehle dan
Trdan 2012). Menurut Mound (2006), karakter yang dapat digunakan untuk
identifikasi trips secara morfologi adalah antena, oseli, pronotum, mesotoraks,
metatoraks, metanotum, sayap depan, tergit abdomen, sternit abdomen, dan alat
reproduksi.
Antena dan oseli merupakan karakter yang umum dilihat di bagian kepala
trips (Mound dan Kibby 1998; Mound 2006). Misalnya, antena trips imago
Thripidae umumnya berjumlah 7 atau 8 ruas. Ciri khas lainnya adalah keberadaan
organ sensor pada antena (sense cone sensorial) ruas III dan IV, dimana pada
beberapa spesies organ ini tampak bercabang (menggarpu) (Mound 2006). Imago
Thripidae bersayap umumnya mempunyai tiga pasang oseli yang posisinya
membentuk segitiga diantara mata majemuk pada bagian atas kepala, padahal
pada spesies lainnya oseli umumnya berkembang pada imago yang tidak bersayap
(Mound dan Kibby 1998; Mound 2006). Pola seta (bulu atau rambut) pada setiap
oseli juga menjadi karakter yang sering digunakan untuk identifikasi (Mound
2006).
Bagian pada toraks yang dapat dijadikan karakter untuk identifikasi adalah
pronotum, mesonotum, metanotum, tungkai, dan sayap depan. Rangkaian seta
pada pronotum sering digunakan untuk menentukan spesies dari suatu genus,
sedangkan pola retikulasi sklerit pada metanotum dapat digunakan untuk
membedakan spesies tertentu, karena pola ini bervariasi dan cenderung khas.
Sayap pada bagian toraks merupakan karakter yang paling sering digunakan untuk
identifikasi dan karakter yang sering dilihat adalah jumlah seta pada venasi sayap
depan serta ukuran seta terminal dan seta sub terminal pada clavus (Mound 2006).
Karakter pada abdomen yang umumnya dilihat adalah pola retikulasi pada
abdomen dan keberadaan microtrichia pada bagian tergit abdomen, selain itu
keberadaan stenidia pada tergit abdomen ruas VIII dan microtrichia atau comb
pada garis bagian belakang tergit abdomen ruas VIII dapat digunakan untuk
membedakan spesies satu dengan yang lainnya secara spesifik. Karakter lainnya
adalah setiap sternit abdomen mempunyai serangkaian seta pada tepi bawah,
umumnya berjumlah tiga pasang pada beberapa spesies, tetapi pada genus Thrips
sternit juga mempunyai serangkaian seta diskal (Mound 2006). Selain itu, pada
abdomen juga terdapat alat reproduksi yang umumnya digunakan untuk
membedakan subordo (Mound 2006).
Kunci Identifikasi
Teknik identifikasi dengan karakter morfologi yang umum digunakan
adalah metode dikotomus. Metode ini memungkinkan pengguna untuk memilih
karakter tertentu yang sesuai dengan spesimen yang sedang diidentifikasi,

9

penghilangan karakter yang tidak dipilih akan mendekatkan sampel pada suatu
nama spesies tertentu, dimana kunci dibuat dengan deskripsi tertulis atau gambar
suatu karakter (Mehle dan Trdan 2012). Kunci identifikasi trips yang telah
diterbitkan di Indonesia, yaitu kunci identifikasi yang dipublikasikan oleh
Sartiami (2008) yang berisi 16 spesies, yaitu Haplothrips gowdeyi, Nesothrips
lativentris, Mymarothrips bicolor, Helionothrips kadalipus, Heliothrips
haemorrhoidalis, Bolacothrips striatope, Echinothrips americanus, Frankliniella
intonsa, F. schultzei, Megalurothrips usitatus, Scirtothrips dorsalis, Thrips
australis, T. hawaiiensis, T. palmi, T. parvispinus, dan T. tabaci.
Sementara itu, kunci identifikasi yang dipublikasikan oleh Sartiami dan
Mound (2013) berisi 49 spesies trips, yaitu Franklinothrips vespiformis,
Mymarothrips bicolor, Astrothrips sp., Copidothrips octarticulatus, Elixothrips
brevisetis, Helionothrips ananthakrishnani, H. haemorroidalis, Panchaetothrips
indicus, Selenothrips rubrocinctus, Zaniothrips ricini, Asprothrips navsariensis,
Pseudodendrothrips sp., Anaphothrips sudanensis, Ayyaria chaetophora, Bathrips
melanicornis, Bolacothrips striatopennatus, Ceratothripoides brunneus,
Craspedothrips minor, Dendrothripoides innoxius, Dichromothrips corbetti,
Echinothrips americanus, Frankliniella intonsa, F. schultzei, Lefroyothrips lefroyi,
Megalurothrips distalis, M. typicus, M. usitatus, Microcephalothrips abdominalis,
Mycterothrips sp., Organothrips indicus, Rhamphothrips sp., Scirtothrips
dorsalis, Scolothrips rhagebianus, Stenchaetothrips biformis, Thrips alliorum, T.
coloratus, T. florum, T. hawaiiensis, T. javanicus, T. malloti, T. melastomae, T.
nigropilosus, T. palmi, T. parvispinus, T. simplex, T. safrus, T. tabaci, dan T.
unispinus.
Program Lucid Key Phoenix
Lucid Key Phoenix merupakan suatu program pembuat kunci identifikasi
dikotomi secara multimedia yang dibuat oleh Centre for Biological Information
Technology (CBIT) The University of Queensland. Program ini merupakan
perkembangan lanjut dari kunci manual identifikasi. Lucid dibuat untuk
mendesain, menyebarkan, mengelola dan menjalankan kunci identifikasi
dikotomi, yaitu kunci dengan dua pilihan pernyataan secara berpasangan. Kunci
Lucid membagi tampilan menjadi empat kolom yaitu, kolom 1 berisi sepasang
pernyataan atau pertanyaan, kolom 2 berisi tentang informasi pernyataan yang
telah dipilih dari kolom 1, kolom 3 berisi informasi mengenai sesuatu yang
dimaksud berdasarkan pernyataan-pernyataan terpilih pada kolom 1 dan 2,
sedangkan kolom 4 berisi tentang sesuatu yang tidak termasuk dalam pernyataanpernyataan terpilih di kolom 1 dan 2 (Lucid 2013).
Analisis Filogenetik
Taksonomi numerik (fenetik) adalah salah satu paham dalam taksonomi
yang pendekatannya berdasarkan persamaan atau perbedaan karakter morfologi.
Paham ini diperkenalkan pertama kali oleh Sneath dan Sokal pada tahun 1963
dalam bukunya yang berjudul Principle of Numerical Taxonomy (Quicke 1993).
Klasifikasi organisme menggunakan pendekatan taksonomi numerik sangat
objektif dan dapat diuji secara statistik, karena nilai-nilai persamaan dan
perbedaan karakter dapat digunakan untuk mengelompokan suatu taksa, sehingga

10

dapat digunakan untuk menyusun suatu sistem klasifikasi (Ubaidillah dan
Sutrisno 2009). Namun metode analisis hubungan kekerabatan yang berdasarkan
paham ini memiliki kelemahan, yaitu nilai-nilai persamaan dan perbedaan tersebut
tidak akan mencerminkan evolusi, karena perbedaan karakter tidak dapat
digunakan untuk mendefinisikan karakter primitif (plesiomorfi) atau karakter
keturunannya (Quicke 1993).
Menurut Sneath dan Sokal (1973 dalam Ubaidillah dan Sutrisno 2009),
metode yang umumnya digunakan untuk analisis fenetik adalah Principle
Componen Analysis (PCA), Unweighted Pair Group Method using Arithmetic
(UPGMA), dan Weighted Pair Group Method using Arithmetic (WPGMA).
Metode analisis tersebut berdasarkan dua prinsip taksonomi numerik, yaitu
pengelompokan (clustering) yang hasil akhirnya berupa diagram pohon
(fenogram) dan ordinasi (ordination) yang hasil akhirnya berupa data matriks
(scatter diagram) (Ubaidillah dan Sutrisno 2009). Salah satu program komputer
yang dapat digunakan untuk mengolah data binom dari matriks persamaan dan
perbedaan karakter morfologi suatu taksa dengan analisis fenetik adalah program
Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System (NTSYSpc). Fenogram
yang terbentuk dari program tersebut menunjukkan adanya diagram dari cabangcabang kekerabatan yang menunjukkan tingkat kedekatan (Ubaidillah dan
Sutrisno 2009).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober dan November 2012,
kemudian dilanjutkan pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2013. Pengambilan
sampel dilakukan di wilayah Bogor, Cianjur, dan Lembang (Tabel 2).
Pengidentifikasian sampel dan pembuatan kunci identifikasi dilakukan di
Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel trips dilakukan pada beberapa tanaman hortikultura
di tiga lokasi tersebut di atas, dengan menggunakan metode penga