Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Pupuk Cair Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca Sativa Var. Crispa)

i

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI
PUPUK CAIR ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA
(Lactuca sativa var . crispa)

ELISABETH A. TAMPUBOLON
A24061274

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ABSTRACT
ELISABETH A. TAMPUBOLON. Utilization of Livestock Waste as Organic
Liquid Fertilizer to Increase Growth and Production of Lettuce (Lactuca sativa
var. crispa). Under direction of Dr. Ir. DARDA EFENDI, M. Si.
The research are to determine the effect of organic liquid fertilizer derived from
manure and urine of cattle, urine of sheep, urine of rabbits and combination between

of manure and urine on growth, production, physical quality and freshness of lettuce
(Lactuca sativa var. crispa) and to find the best organic liquid fertilizer. The
experiment was conducted in the Vegetable Garden, University Farm Cikabayan
Bogor Agricultural University, Dramaga, Bogor (processing of organic liquid
fertilizer and planting) in December 2010 until February 2011 and Postharvest
treatment in the Laboratory of Production, Department of Agronomy and
Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University in March 2011.
The Method of this research is Randomize Complete Block Design with one
factor. The treatment are kinds of organic liquid fertilizer with three replicates. The
treatments are treatment without liquid fertilizer application (just water), liquid
fertilizer from urine of cattle, liquid fertilizer from urine of sheep, liquid fertilizer
urine of rabbit, liquid fertilizer from manure of cattle, liquid fertilizer from
combination between manure and urine of cattle, liquid fertilizer from combination
between manure of cattle and urine of sheep, liquid fertilizer from combination
between manure of cattle and urine of rabbit.
The results indicate that the liquid fertilizer does not significantly affect the
growth, production, physical quality and freshness of lettuce. This means that, each
treatment gives the same effect for all parameters.
Keywords: lettuce, livestock waste, liquid fertilizer


ii

RINGKASAN
ELISABETH A. TAMPUBOLON. Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai
Pupuk Cair Organik untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Selada
(Lactuca sativa var. crispa). Dibimbing oleh Dr. Ir. DARDA EFENDI, M. Si.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk cair organik yang
berasal dari urin sapi, urin domba, urin kelinci, kotoran padat sapi dan campuran
antara kotoran padat sapi dan urin ternak terhadap pertumbuhan, produksi dan
pascapanen selada keriting (Lactuca sativa var. crispa), mengetahui pupuk cair
organik yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi selada, menentukan persentase
perubahan bobot dan kadar air selada selama penyimpanan serta mengetahui mutu
warna, kesegaran dan visual selada selama penyimpanan pada suhu ruang.
Kegiatan pembuatan pupuk cair organik, persemaian dan penanaman di lahan
dilaksanakan di Kebun Percobaan University Farm Cikabayan IPB, Unit Lapangan
Dramaga, Bogor dari Desember 2010 sampai Februari 2011. Pengamatan pascapanen
dilaksanakan di Laboratorium Produksi, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian IPB pada Maret 2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan satu faktor, yaitu jenis pupuk cair dengan tiga ulangan. Perlakuan yang

diberikan adalah perlakuan tanpa aplikasi pupuk cair (hanya pemberian air),
pupuk cair dari urin sapi (biourin sapi), pupuk cair dari urin domba (biourin
domba), pupuk cair dari urin kelinci (biourin kelinci), pupuk cair dari kotoran
padat sapi (biokultur sapi), pupuk cair campuran dari biokultur dan biourin sapi,
pupuk cair campuran dari biokultur sapi dan biourin domba, pupuk cair dari
campuran biokultur sapi dan biourin kelinci. Analisis data menggunakan uji F
pada taraf 1% dan 5%, apabila terdapat pengaruh nyata terhadap peubah yang
diamati, maka setiap perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 1% dan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang
sama terhadap semua parameter yang diamati. Masa penyimpanan selada pada
suhu ruang dalam kondisi yang masih baik, masih bisa dipasarkan dan dikonsumsi
adalah 2 – 3 hari penyimpanan.

i

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI
PUPUK CAIR ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA
(Lactuca sativa var . crispa)


Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ELISABETH A. TAMPUBOLON
A24061274

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ii

Judul

: PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SEBAGAI PUPUK CAIR
ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa var . crispa)


Nama

: ELISABETH A. TAMPUBOLON

NRP

: A24061274

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr . Ir . Dar da Efendi, M.Si
NIP. 19630616 198903 1 006

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr . Ir . Agus Pur wito, MSc. Agr

NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

iii

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Elisabeth A. Tampubolon, dilahirkan tanggal 18 Januari
1989 di Jambi. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari
pasangan Bapak Ir. D. A. Tampubolon dan Ibu L. Aruan.
Penulis mulai menjalani pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1994 di SD
Negeri III Cutmutia Kayu Aro, Kerinci, Jambi. Tahun 2000 penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 2 Kayu Aro, Kerinci
Jambi dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2003 – 2006 penulis menjalani
Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Santo Thomas 2 Medan, Sumatera
Utara.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2006 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007 penulis diterima
di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penulis aktif dalam Penulis organisasi Keluarga Mahasiswa Katolik IPB

(KEMAKI) sebagai Ketua RT Putri Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun
2006 – 2007, anggota paduan suara KEMAKI 2006 – 2008 dan Tim Pendamping
IPB (Asisten Agama Katolik IPB) dari tahun 2007 – 2011. Penulis pernah menjadi
asisten praktikum Mata Kuliah Pembiakan Tanaman pada tahun 2010. Penulis juga
pernah menjadi peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang proposalnya
didanai oleh DIKTI pada tahun 2009 – 2010 dan 2011 – 2012.
Penulis mengakhiri masa studi di IPB dengan menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Pupuk Cair untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa var. crispa)”.
Penelitian dan penulisan skripsi dapat dilaksanakan dengan baik atas bimbingan
Dr. Ir. Darda Efendi, MSi.

iv

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Pupuk Cair Organik untuk
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa var. crispa)”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir dan menjadi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Banyak bantuan dan dukungan, baik moril dan materiil, yang diberikan oleh
berbagai pihak kepada penulis dan hal ini sangat berarti. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepada :
1. Bapak Ir. D.A. Tampubolon dan Ibu L. Aruan selaku orang tua tercinta yang
selalu memberikan doa, dukungan, bimbingan dan kasih kepada penulis.
Saudara-saudara penulis A. Imelda S. Tampubolon, Brigitta G. Tampubolon,
Cita Mela J. Tampubolon, Donacius J.P.P.M. Tampubolon dan Fransiscus
Fancius Tampubolon yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi.
2. Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan arahan serta nasehat kepada penulis dalam proses dan
penyelesaian penelitian serta menyusun skripsi.
3. Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama melaksanakan studi.
4. Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc dan Dr. Ani Kurniawati, S.P., M.Si selaku
dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran.
5. Seluruh staf dan dosen yang mengajar di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor atas bimbingan dan
pengajaran yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan studi.

6. Seluruh staf dan pekerja di Kebun Percobaan University Farm Cikabayan IPB,
Dramaga, Bogor yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.
7. Woenxyz James S. dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan dan
motivasi.

v

8. Sahabat-sahabat penulis, Anif Lailatusifah, Seriulina N. Br. S. Keloko,
Susirani Kusumaputri, Fiet Syofyanti, Yulia Triwijiwati, Dionita Kristi
Napitupulu dan Benny G. Kaban yang telah membantu dan memberi motivasi.
9. Sahabat-sahabat di Keluarga Tim Pendamping IPB, Keluarga Mahasiswa
Katolik IPB (KEMAKI) serta rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura
angkatan 43 atas dukungan dan kebersamaan yang telah terjalin.
10. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis
selama menjalani studi dan pelaksanaan penelitian.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor,

Mei 2012


Penulis

v

vi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................. 3
Hipotesis ......................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 5
Botani Tanaman Selada ................................................................................... 5
Pemupukan...................................................................................................... 6
Bahan Organik ................................................................................................ 7

Limbah Peternakan .......................................................................................... 9
Kualitas Selada setelah Panen ........................................................................ 11
Pemanfaatan Pupuk Organik dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman .................................................................................. 12
Tanah Latosol................................................................................................ 13
BAHAN DAN METODE .................................................................................. 14
Tempat dan Waktu ........................................................................................ 14
Bahan dan Alat .............................................................................................. 14
Metode Penelitian.......................................................................................... 14
Pelaksanaan Penelitian .................................................................................. 15
Pengamatan ................................................................................................... 19
Analisis Contoh Tanah .................................................................................. 23
Analisis Pupuk Cair ....................................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 24
Kondisi Umum .............................................................................................. 24
Hasil Analisis Tanah dan Pupuk Cair............................................................. 25
Total Hara yang Diperoleh Selada Keriting ................................................... 28
Pupuk Cair Organik ....................................................................................... 30
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan, Produksi dan Pascapanen
Selada ........................................................................................................... 33
Jumlah Daun ................................................................................................. 36
Tinggi Tanaman ............................................................................................ 38
Bobot dan Panjang Akar ................................................................................ 40
Bobot Basah Tanaman ................................................................................... 43
Bobot Kering Tanaman ................................................................................. 44
Kadar Air ...................................................................................................... 45
Luas Daun ..................................................................................................... 46
Indeks Luas Daun .......................................................................................... 47
Produksi ........................................................................................................ 48
Pascapanen .................................................................................................... 50

vii

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 62
Kesimpulan ................................................................................................... 62
Saran ............................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 63
LAMPIRAN ...................................................................................................... 67

vii

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Kandungan Unsur Hara dan Air Beberapa Jenis Pupuk Kandang ............... 10
2. Kriteria dan Skala Numerik Uji Skor Warna ............................................. 22
3. Kriteria dan Skala Numerik Uji Skor Kesegaran........................................ 23
4. Kriteria dan Skala Numerik Uji Skor Mutu Visual secara Keseluruhan ...... 23
5. Hasil Analisis Pupuk Cair Organik sebelum dan setelah Proses
Fermentasi .............................................................................................. 27
6. Total Hara yang Diperoleh Selada selama Pertumbuhan di Lapangan ........ 29
7. Hasil Pengamatan Pupuk Cair Berdasarkan Warna .................................... 30
8. Hasil Pengamatan Pupuk Cair Berdasarkan Suhu ...................................... 31
9. Hasil Pengamatan Pupuk Cair Berdasarkan Bau ........................................ 32
10. Hasil Sidik Ragam Pertumbuhan, Produksi dan Pascapanen Selada .......... 33
11. Rata-rata Indeks Luas Daun pada 1 – 5 MST ........................................... 47
12. Produksi Selada yang Berakar dan yang Tidak Berakar ............................ 49

ix

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Rata-rata Jumlah Daun pada Selada ......................................................... 37
2. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Selada .................................................... 39
3. Rata-rata Bobot Basah Akar pada Selada ................................................. 41
4. Rata-rata Panjang Akar pada Selada ........................................................ 41
5. Rata-rata Bobot Basah Tanaman pada Selada .......................................... 43
6. Rata-rata Bobot Kering Selada................................................................. 44
7. Persentase Kadar Air Rata-rata pada Tanaman Selada selama
Pertumbuhan .......................................................................................... 45
8. Rata-rata Luas Daun Tanaman Selada...................................................... 46
9. Rata-rata Kadar Air Selada selama Penyimpanan ..................................... 51
10. Rata-rata Persentase Penurunan Bobot Selada yang Berakar selama
Penyimpanan .......................................................................................... 52
11. Rata-rata Perubahan Bobot Selada yang Tidak Berakar selama
Penyimpanan .......................................................................................... 53
12. Skor Warna Selada (Tanaman masih Berakar) ......................................... 54
13. Skor warna selada (tanaman tidak berakar) .............................................. 55
14. Skor Kesegaran selada (selada masih berakar) ......................................... 56
15. Skor Kesegaran selada (selada tidak berakar)........................................... 57
16. Skor Mutu Visual Sayuran Selada (Tanaman Masih Berakar) secara
Keseluruhan ........................................................................................... 59
17. Skor Mutu Visual Sayuran Selada (Tanaman Tidak Berakar) secara
Keseluruhan ........................................................................................... 60

x

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Layout Penelitian...................................................................................... 67
2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Selada Keriting Berdasarkan Volume
Tanah (Berdasarkan anjuran Maynard dan Hocmuth dalam Susila,
2006) ........................................................................................................ 68
3. Kondisi Beberapa Unsur Iklim selama Penelitian ...................................... 69
4. Hasil Analisis Tanah................................................................................. 70
5. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah,
1983) ........................................................................................................ 70
6. Dokumentasi Kegiatan.............................................................................. 71
7. Penampang Akar Selada pada 2 – 3 MST .................................................. 74

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan tanaman yang memiliki nilai gizi yang tinggi, diantaranya
vitamin, serat, kalsium, besi, karoten, dan kandungan lainnya. Fungsi dari sayuran
bagi tubuh manusia adalah untuk meningkatkan proses metabolisme tubuh dan
untuk kesehatan. Sayuran memiliki kandungan gizi yang berbeda-beda tergantung
jenisnya. Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian (2002 – 2007), tingkat
konsumsi sayur-sayuran penduduk Indonesia sebesar 43.48 kg/kapita/tahun (2002);
45.04 kg/kapita/tahun (2004); 35.30 kg/kapita/tahun (2005); 34.06 kg/kapita/tahun
(2006); dan 40.90 kg/kapita/tahun (2007).
Selada keriting (Lactuca sativa var. crispa) adalah salah satu jenis sayuran yang
cukup digemari dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Sayuran ini merupakan
sayuran yang paling penting dalam kelompok sayuran berdaun. Selada memiliki
kandungan air yang tinggi, sementara kandungan karbohidrat dan proteinnya rendah.
Sayuran yang biasa dikonsumsi mentah ini juga merupakan sumber mineral, serat,
pro-vitamin A dan vitamin C (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Sayuran yang tergolong dalam famili asteraceae ini dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah, tetapi tanaman pada umumnya, termasuk selada keriting var.
crispa, dapat tumbuh baik pada tanah yang gembur, remah, dan kandungan bahan
organiknya tinggi. Tanaman selada yang baik dapat menghasilkan ± 15 ton/ha (Edi
dan Bobihoe, 2010). Data dari BPS pada tahun 2001 – 2003 menunjukkan
produktivitas selada di Indonesia sebesar 4.252 ton/ha (2001); 4.622 ton/ha (2002);
1.494 ton/ha (2003). Berdasarkan data tersebut, produktivitas selada masih rendah
sehingga perlu ditingkatkan. Salah satu caranya adalah melalui pemupukan.
Budidaya tanaman umumnya menggunakan pupuk anorganik (kimia) dan
cara ini sudah banyak diterapkan oleh petani. Penggunaan bahan-bahan kimia ini
memang dapat meningkatkan produksi tanaman dan penggunaannya sangat
praktis, tetapi penerapan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kemunduran
sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Zulkarnain, 2010). Hal ini dapat
menyebabkan penurunan produksi sehingga biaya masukan makin besar. Aplikasi
pupuk kimia secara terus menerus dengan tidak bijaksana juga dapat mengganggu

2
kesehatan karena terjadi peningkatan residu kimia pada bahan pangan dan pakan
ternak (Sutanto, 2002). Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah
dengan menggunakan pupuk organik. Penggunaan pupuk organik 2.0 – 2.5 ton/ha
pada tanaman padi dan sayuran dapat menekan penggunaan pupuk anorganik
hingga 50 % (Londra, 2008).
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari
bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk menyuplai
bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Peraturan
Menteri Pertanian, No.2/Pert/HK.060/2/2006). Pupuk organik juga merupakan
bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya dan
pupuk yang ramah lingkungan, serta tanah yang mengandung bahan organik
cukup mempunyai kemampuan mengikat air lebih besar daripada tanah yang
kandungan bahan organiknya rendah (Sutanto, 2002).
Limbah ternak berupa kotoran padat (feses) dan urin ternak sudah banyak
digunakan oleh para petani sebagai pupuk. Limbah peternakan umumnya meliputi
semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa
limbah padat dan cairan, gas ataupun sisa pakan. Limbah ternak ini dihasilkan
dalam jumlah yang besar, dan apabila diolah sangat bermanfaat, dimana salah
satunya menjadi pupuk cair ataupun padat (Hidayatullah et. al., 2005).
Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik dapat bermanfaat untuk
mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Pupuk organik juga bermanfaat untuk
meningkatkan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas dan meningkatkan
kualitas lahan secara berkelanjutan (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).
Limbah padat (feses) dan limbah cair (urin) ternak merupakan jenis limbah yang
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair organik melalui proses fermentasi. Pupuk
organik cair selain mengandung nitrogen yang menyusun protein, asam nukleat dan
klorofil juga mengandung unsur hara mikro, antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S, B, Ca
dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam proses
sintesis protein dan pembentukan klorofil (Salisbury dan Ross, 1995).

3
Sayuran daun seperti selada keriting var. crispa terutama membutuhkan unsur
nitrogen dalam jumlah besar selama proses pembentukan organ vegetatif daun.
Kandungan N pada pupuk kandang cair umumnya lebih tinggi dibandingkan pupuk
kandang padat. Komposisi nitrogen pupuk kandang cair sapi dan domba masingmasing sebesar 0.50 % dan 1.40 %, sedangkan komposisi pupuk kandang padat sapi
dan domba masing-masing sebesar 0.32 % dan 0.65 % (Sutanto, 2002).
Proses pembuatan pupuk cair organik juga membutuhkan waktu yang lebih
singkat dibandingkan pembuatan pupuk organik padat. Proses pembuatan pupuk
organik cair sekitar tujuh hari (Londra, 2008; Prabukusuma dan Sulistyorini, 2009),
sedangkan proses dekomposisi pupuk organik padat (misalnya kompos)
membutuhkan waktu 3 – 4 bulan (Sutanto, 2002) atau 1 – 2 bulan tergantung
metode yang digunakan (Setyorini et al., 2006).
Sapi, domba dan kelinci merupakan hewan ternak yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat, khususnya peternak. Berdasarkan hasil
survei ketiga jenis hewan ternak ini termasuk dalam kelompok utama dari
hewan yang diternakkan (Lekasi et al., 2001). Sapi dengan bobot 360 kg
dapat menghasilkan feses dan urin sebanyak 8.3 ton/tahun, domba dengan
bobot 27 kg dapat menghasilkan feses dan urin sebanyak 0.4 ton/tahun dan
kelinci dengan bobot 4.5 kg dapat menghasilkan feses dan urin sebanyak
0.056 ton/tahun (Barker et al., 2002). Limbah ini memiliki potensi untuk
diolah menjadi pupuk cair organik dan diaplikasikan ke lapangan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui pengaruh pupuk cair organik
yang berasal dari kotoran padat sapi, urin sapi, domba dan kelinci serta campuran
antara kotoran padat sapi dan urin ternak (sapi, domba dan kelinci) terhadap
pertumbuhan, produksi dan pascapanen selada keriting (Lactuca sativa var.
crispa), 2) mengetahui pupuk cair organik yang terbaik untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman selada, 3) menentukan persentase perubahan bobot dan kadar
air selada selama penyimpanan pada suhu ruang, dan 4) mengetahui mutu warna,
kesegaran dan visual produk selada selama penyimpanan pada suhu ruang.

4
Hipotesis
Hipoteis yang diajukan adalah 1) pemberian pupuk cair organik yang berasal
dari kotoran padat sapi, urin sapi, domba dan kelinci serta campuran antara
kotoran padat sapi dan urin ternak (sapi, domba dan kelinci) dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi serta mutu selada keriting selama penyimpanan pada
suhu ruang, 2) dari beberapa jenis pupuk cair organik, terdapat pupuk cair yang
paling baik untuk pertumbuhan dan produksi selada keriting, dan 3) terdapat
pupuk cair organik yang dapat meningkatkan mutu fisik dan kesegaran selada
keriting selama penyimpanan pada suhu ruang.

5

TINJ AUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Selada
Genus Lactuca L. berasal dari famili Asteraceae (Compositae), merupakan
yang terbesar dari keluarga dikotil (Judd et al., 1999). Tanaman yang berasal dari
Lembah Mediterania ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu selada telur atau kropsla
var. capitata, selada umbi var. longifolia, selada daun atau keriting var. crispa L.,
dan selada asparagus var. asparagina Bailey (Ashari, 2006).
Selada telur atau kropsla var. capitata merupakan jenis selada yang paling
banyak dibudidayakan orang, dimana tanaman ini membentuk krop yang sangat
padat. Selada umbi var. longifolia memiliki daun yang berbentuk silindris,
lonjong atau bulat telur, batangnya roset, tumbuh tegak, dan teksturnya kasar.
Jenis selada ini pada umumnya melipat daunnya yang berbentuk jantung. Selada
daun atau keriting var. crispa L. memiliki tekstur daun yang sama dengan var.
capitata, tetapi kurang membentuk krop dan umumnya daunnya keriting. Selada
asparagus var. asparagina Bailey memiliki tekstur daun yang kasar dan bagian
yang biasanya dikonsumsi adalah tangkai daunnya. Jenis selada ini banyak
ditanam di Cina (Ashari, 2006).
Tanaman Selada dapat tumbuh di segala musim baik di dataran rendah
maupun dataran tinggi, akan tetapi lebih baik bila dibudidayakan di dataran tinggi
dengan ketinggian di atas 1 500 m di atas permukaan laut (Ashari, 2006). Suhu
udara optimum yang dibutuhkan selada adalah 20 °C pada siang hari dan 10 °C
pada malam hari. Suhu yang lebih dari 30 °C biasanya menghambat pertumbuhan,
merangsang tumbuhnya tangkai bunga (bolting) dan menyebabkan rasa pahit.
Suhu juga mempengaruhi kematangan tanaman dan masa panen. Pemanenan
dapat dilakukan paling cepat setelah tanaman berumur 60 hari pada cuaca panas
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Tanaman selada dapat ditanam pada media tanah dengan kisaran pH 6.5 – 7.
Selada dapat tumbuh baik pada tanah yang remah, subur, mengandung banyak
bahan organik dan berdrainase baik. Selada membutuhkan air dalam jumlah yang
cukup banyak, terutama pada masa vegetatif, yang harus diberikan setiap hari

6
melalui penyiraman berkala. Sebagian varietas selada ada yang tidak tahan cuaca
panas, tetapi ada juga yang mampu mengatasi keadaan ini seperti varietas selada
daun (Ashari, 2006).
Intensitas cahaya tinggi dan hari panjang dapat meningkatkan laju
pertumbuhan dan mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi
lebih lebar. Namun, pada hari panjang, beberapa kultivar selada terinduksi untuk
membentuk tangkai bunga. Hal ini cenderung karena terpacu oleh suhu tinggi
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Pemupukan
Tanaman membutuhkan unsur hara atau nutrisi selama pertumbuhannya
agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pemberian atau penambahan
unsur hara kepada tanaman dapat dilakukan melalui pemupukan. Pupuk adalah
suatu zat yang ditambahkan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman
untuk menyediakan unsur-unsur kimia untuk pertumbuhan tanaman. Pemupukan
tanaman merupakan kegiatan yang perlu dilakukan karena saat ini pencucian yang
mengakibatkan menurunnya jumlah unsur hara dalam tanah semakin meningkat
(Samekto, 2008).
Unsur hara dari tanah pertanian hilang dalam jumlah yang cukup besar,
seperti panen padi sebanyak 4 000 kg padi kering mengangkut unsur-unsur N, P
dan K dari tanah masing-masing sebanyak 32 kg N, 36 kg P2O5, dan 21 kg K2O
(Hardjowigeno, 2007). Hara pada tanah juga dapat berkurang karena terjadinya
pencucian akibat curah hujan yang tinggi (Salisbury dan Ross, 1995).
Hara harus dilarutkan dalam larutan tanah agar tersedia bagi tanaman dan
bahan organik yang mengandung nutrisi, seperti kotoran, residu tanaman atau
bahan organik tanah harus dipecah dan dimineralisasi menjadi molekul sederhana
sebelum dimanfaatkan oleh tanaman. Hara tanaman dibagi menjadi tiga
subkelompok (Lægreid et al., 1999), yaitu :
1. hara makro atau primer : N, P, K;
2. hara mayor atau sekunder : kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S);

7
3. hara mikro yang merupakan zat yang dibutuhkan oleh tanaman yang sedang
tumbuh : klorin (Cl), besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), seng (Zn), tembaga
(Cu), molybdenum (Mo) dan nikel (Ni).
Tujuan pemupukan adalah memberikan unsur hara yang cukup kepada
tanaman agar produksi meningkat atau mencapai titik optimal, menambah dan
mempertahankan kesuburan tanah. Kebutuhan hara tanaman akan pupuk
tergantung jenis tanamannya. Kebutuhan pupuk oleh tanaman juga ditentukan
oleh bagian tanaman yang akan dipanen (Mulyono, 2007). Tanaman yang diambil
daunnya memerlukan pupuk N (sayuran, teh), tanaman yang menghasilkan pati
atau gula disamping memerlukan N juga unsur K (ubi kayu, ubi jalar, wortel,
lobak), tanaman yang diambil bunga, buah atau bijinya disamping unsur N (untuk
pertumbuhan vegetatif) juga memerlukan banyak unsur P untuk pertumbuhan
generative (Hardjowigeno, 2007).
Cara pemberian pupuk juga merupakan hal yang perlu dperhatikan agar
pengambilan hara oleh akar tanaman lebih efisien dan tidak merusak tanaman
tersebut. Beberapa cara pemupukan, diantaranya dengan cara disebar (broadcast),
di samping tanaman (sideband), dalam larikan (in the row), ditaburkan pada
tanaman setelah tumbuh (top dressed atau side dressed), dimasukkan bersama biji
yang ditanam (pop up), pemupukan lewat daun (foliar application) dan
pemupukan lewat air irigasi atau fertigation (Hardjowigeno, 2007).

Bahan Organik
Bahan organik memiliki peranan yang penting bagi tanah. Jumlah bahan
organik pada permukaan tanah tidak besar, yaitu hanya sekitar 3 – 5 persen.
Peranan bahan organik bagi sifat-sifat tanah dan akibatnya bagi pertumbuhan
tanaman, diantaranya memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara makro dan
mikro, manambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan
tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi
tinggi) dan menjadi sumber energi bagi mikroorganisme ( Hardjowigeno, 2007).
Bahan organik juga mampu memperbaiki sifat biologi tanah sehingga tercipta
lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman sehingga akar dapat
menyerap unsur hara yang lebih banyak (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008).

8
Bahan organik tanah adalah sisa-sisa bahan secara keseluruhan yang berasal
dari jasad hidup, baik berupa bahan yang masih segar maupun yang sudah
melalui pembusukan (AAK, 2005). Bahan organik tanah juga diartikan sebagai
fraksi yang berasal dari organisme hidup. Bahan organik merupakan sumber unsur
mineral yang menjadi tersedia apabila sudah terurai oleh bakteri, cendawan, dan
organisme lain dengan membentuk karbondioksida dan air dan pelepasan mineral
(Harjadi, 1984).
Beberapa sumber bahan organik, yaitu tanah-tanah hutan, daun-daun dari
berbagai tanaman dan sisa hewan yang mati pada permukaan tanah; pada tanahtanah pertanian yang diperoleh melalui sisa-sisa tanaman setelah panen dan
berbagai macam rumput liar, serta tanaman penutup tanah, berbagai pupuk hijau
yang dimasukkan ke dalam tanah pada waktu pengolahan tanah; sumber-sumber
lain dari bahan organik, seperti pupuk kandang, kompos, dan berbagai jasad-jasad
hidup dalam tanah yang sudah mati (AAK, 2005).
Tanah yang sehat mengandung cacing tanah, jamur, bakteri, protozoa,
artropoda,

alga

dan

serangga.

Bakteri

dan

organisme

tanah

lainnya

mendekomposisi bahan organik (seperti pupuk kandang), kemudian melepaskan
nutrisi dari bahan organik dan mineral tanah bagi tanaman, memperbaiki struktur
tanah, mengatasi penyakit akar dan detoksifikasi tanah (Bradley, 2008). Proses
dekomposisi atau mineralisasi bahan organik akan mempengaruhi ketersediaan
hara (Setyorini et al., 2006). Ketersediaan unsur hara pada pupuk organik
umumnya lambat. Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk
kegiatan mikroba tanah untuk diubah dari bentuk ikatan kompleks organik yang
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan
anorganik sederhana yang dapat diserap oleh tanaman (Sutanto, 2002). Mikroba
tanah memetabolisme karbon organik (C) dan mengkonversi senyawa organik N
menjadi ammonium. Proses berikutnya mengoksidasi ammonium menjadi nitrat
melalui proses nitrifikasi (Gaskell dan Smith, 2007).
Proses fermentasi pupuk cair organik dapat berlangsung selama tujuh hari
(Londra, 2008; Prabukusuma dan Sulistyorini, 2009). Pupuk cair yang sudah
difermentasi memiliki warna yang coklat gelap dan bau amoniaknya sudah
berkurang (Prabukusuma dan Sulistyorini, 2009).

9
Limbah Peternakan
Limbah peternakan merupakan limbah yang diperoleh dalam jumlah besar dan
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Limbah ternak dapat berupa limbah
padat (feses) dan limbah cair (urin). Limbah peternakan umumnya meliputi semua
kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah
padat dan cairan, gas, ataupun sisa pakan (Hidayatullah et al., 2005). Pupuk dari
limbah peternakan (cair atau padat) dapat dimanfaatkan untuk menyediakan hara
dalam tanah, sebagai sumber bahan organik dan membantu memperbaiki struktur
tanah dan kandungan humus, walaupun aplikasi pupuk kandang untuk
mengembalikan hara ke tanah hanya sebagian kecil (Lægreid et al., 1999).
Pupuk kandang merupakan sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan
sebagai penyedia hara bagi tanah dan tanaman. Pupuk kandang terdiri dari
beberapa bentuk, yaitu pupuk kandang yang berasal dari lahan pertanian atau
pupuk kandang stabil (kering-limbah ternak dicampur dengan sampah/jerami yang
digunakan untuk alas), urin (cair), kental (dicampur dengan kotoran kering dan
basah) atau kompos.
Setiap pupuk kandang memiliki kandungan hara yang berbeda-beda.
Kandungan hara pada pupuk tergantung pada spesies hewan, jenis pakan, metode
pengumpulan dan lama penyimpanan. Proses pengolahan pupuk kandang juga
tergantung pada metode yang digunakan, baik untuk pengumpulan maupun
penyimpanannya (Lægreid et al.,1999). Pupuk kandang mengandung banyak
nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan merupakan sumber penting untuk
penyediaan nitrogen. Pupuk kandang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
melalui pemberian bahan organik yang diperlukan tanaman dan peningkatan
kondisi fisik tanah (Splittstoesser, 1990).
Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk cair dapat menggunakan bahan
yang berasal dari urin (biourin) dan pupuk cair dari kotoran ternak yang padat
(biokultur). Pupuk kandang cair merupakan pupuk kandang berbentuk cair
yang berasal dari kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan
urin hewan atau kotoran hewan yang dilarutkan dalam air dengan
perbandingan tertentu. Urin dihasilkan oleh ginjal dan merupakan sisa hasil
perombakan nitrogen dan sisa-sisa bahan dari tubuh, yaitu urea, asam uric dan

10
creatine hasil metabolisme protein. Urin juga berasal dari perombakan
senyawa-senyawa sulfur dan fosfat dalam tubuh (Hartatik dan Widowati,
2006).
Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk cair dapat dilakukan melalui
proses fermentasi. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kadar hara N, K
dan C-organik pada biourin maupun biokultur yang diferrnentasi lebih tinggi
dibanding urin atau cairan feses yang belum difermentasi. Kandungan N pada
biourin meningkat dari rata-rata 0.34% menjadi 0.89%, sedangkan pada
biokultur meningkat dari 0.27% menjadi 1.22%. Kandungan K dan C-organik
juga meningkat drastis (Londra, 2008).
Tabel 1. Kandungan Unsur Hara dan Air Beberapa Jenis Pupuk Kandang
Kadar Unsur Hara dan Air (%)
Fosfor
Kalium
Sapi
-Padat
0.40
0.20
0.10
-Cair
1.00
0.50
1.50
Kerbau
-Padat
0.60
0.30
0.34
-Cair
1.00
0.15
1.50
Kambing
-Padat
0.60
0.30
0.17
-Cair
1.50
0.13
1.80
Domba
-Padat
0.75
0.50
0.45
-Cair
1.35
0.05
2.10
Sapi : kotoran dan urin*
1.20 – 1.70
0.30 – 1.01
0.50 – 0.94
Domba*
1.50
0.33
1.35
Kelinci*
1.20 – 1.90
0.29 – 0.55
0.46 – 1.67
Ayam**
1.50
1.50
0.80
Sapi**
0.50
0.20
0.50
Sumber : Lingga (1998), *Lekasi et al. (2001), **William et al. (1993)
Pupuk Kandang

Nitrogen

Air
85
92
85
92
60
85
60
85

Pupuk cair organik dapat menambah unsur hara pada tanah yang berkurang
akibat beberapa hal, seperti erosi. Pemberian urin ternak dalam 1 m3 pada lahan
dapat mengembalikan sekitar 1.5 kg N; 0.25 kg P; dan 4 kg K (AAK, 2007).
Kandungan K dan N pada urin ternak juga lebih tinggi dibandingkan kotoran
padat. Urin ternak memiliki kandungan K lima kali lebih banyak dan kandungan
N dua sampai tiga kali lebih banyak daripada unsur N dalam kotoran padat
(Hardjowigeno, 2007).

11
Kualitas Selada setelah Panen
Kualitas sayur

selada tergantung dari beberapa

faktor

yang bila

dikombinasikan akan menentukan produk tersebut dapat diterima atau tidak oleh
konsumen. Hal ini terbagi atas dua kategori, yaitu 1) sifat-sifat yang mudah
teramati (dirasakan) seperti kenampakan, warna, tekstur dan ketegaran (turgidity),
2) sifat-sifat yang kurang mudah teramati (dirasakan dari aroma dan nilai gizi.
Kualitas sayuran adalah sifat yang tidak stabil yang harus dipertahankan dalam
jangka waktu tertentu (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Warna merupakan salah satu pengamatan penampakan bahan pangan yang
berperan penting. Warna dapat menarik konsumen secara organoleptik dan dapat
digunakan sebagai indikator kualitas serta kandungan gizi (Apriantini, 2009).
Warna sayuran juga akan memengaruhi harga sayuran berdasarkan persentase
atau banyaknya daun yang menguning, serta kelayakan produk untuk dipasarkan.
Persentase daun yang menguning semakin tinggi menyebabkan harga akan
semakin menurun dan jika daun yang sudah menguning lebih dari 10 %, maka
selada tidak dapat dipasarkan (Utama et al., 2007).
Selada yang telah dipanen harus segera diangkut dari lapangan untuk
mempertahankan kualitas yang tinggi. Sayur Selada yang disimpan pada suhu
rendah (1 – 2 °C) dan kelembaban yang tinggi (90 – 95 %) dapat bertahan dalam
kondisi baik selama 2 – 3 minggu. Pemaparan etilen harus dihindari karena dalam
jumlah yang kecil juga dapat menyebabkan sense dini, bercak coklat kemerahan
dan kemerosotan kualitas yang nyata (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Produk sayuran yang disimpan akan mengalami pembusukan. Hal ini akan
berdampak pada kualitas produk sayuran. Kerusakan atau pembusukan produk
dapat terjadi akibat dehidrasi pada jaringan karena terbentuknya kristal dari
pembekuan air pada sel-sel dan menyebabkan jaringan menjadi kering dan hitam
(Apriantini, 2009). Sayuran yang layu juga dapat menurunkan kualitas. Awalnya
sayuran memiliki warna hijau segar, tetapi semakin lama warna menjadi hijau
cerah tetapi tidak segar, pucat dan mengalami pelayuan (Utama et al., 2007).
Kecerahan pada bahan pangan mentah dapat disebabkan kurangnya pigmen pada
kulit bahan tersebut (Apriantini, 2009).

12
Pemanfaatan Pupuk Organik dan Pengar uhnya ter hadap Per tumbuhan dan
Produksi Tanaman
Beberapa penelitian telah membuktikan dengan adanya penggunaan pupuk
organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bahan
pembuatan pupuk organik dapat berasal dari limbah ternak (kotoran padat dan
urin), sampah dedaunan (jerami, serasah bambu, sisa dedaunan), tulang dan
sebagainya. Penggunaan pupuk organik, seperti pupuk kandang, sudah dilakukan
petani sejak lama, tetapi penggunaannya dalam jumlah besar menimbulkan
kesulitas dalam sumber penyediaan, pengangkutan dan aplikasinya (Hartatik dan
Widowati, 2006).
Pupuk organik mempunyai peran yang cukup besar dalam meningkatkan
kandungan hara tanah, terutama kandungan C-organik tanah. Tanah-tanah yang
mempunyai kandungan C-organik yang rendah mutlak harus diberikan pupuk
organik untuk meningkatkan produktivitas tanah. Dengan semakin meningkatnya
kandungan C-organik tanah akan berpengaruh terhadap aktivitas mikroba tanah
sehingga ketersediaan hara lebih meningkat (Sirappa dan Razak, 2007).
Aplikasi pupuk kandang meningkatkan produksi kentang lebih dari 50 % dan
pisang 11 % (pada petani kecil), pertumbuhan jenis sayuran utama (ubi jalar,
wortel, kubis dan buncis Perancis) 43 – 45 % (Lekasi et al., 2001). Tanaman
sayuran dan bunga yang telah diberi pupuk cair organik juga memiliki daun yang
lebih hijau. Pemberian pupuk organik cair dari urin sapi yang difermentasi dengan
dosis 4 000 l/ha mampu menekan penggunaan pupuk kimia sampai 50 % dengan
tingkat produksi yang lebih tinggi ± 5 % (Prabukusuma dan Sulistyorini, 2009).
Padi sawah (Oryza sativa) mengalami pertumbuhan vegetatif yang cukup
baik dengan melakukan manajemen jerami dimana salah satunya dengan
memberikan kompos jerami padi (Amrah, 2008). Pemberian kompos jerami padi
juga meningkatkan produksi tanaman tomat (Pangaribuan dan Pujisiswanto,
2008). Pertumbuhan dan hasil tanaman padi cenderung lebih tinggi dengan
menggunakan bahan organik dibanding tanpa pupuk organik baik secara tunggal
maupun interaksinya dengan pupuk N, P dan K (Arafah dan Sirappa, 2003).
Pemberian

Posidan-HT

pada

tanaman

selada

secara

umum

dapat

meningkatkan produktivitas tanaman selada. Posidan-HT adalah salah satu pupuk

13
organik cair yang bahannya berasal dari ekstrak tumbuhan (daun, bunga, kara,
batang dan biji-bijian). Posidan-HT pada dosis 150 ml/l air memberikan pengaruh
yang paling baik terhadap pertumbuhan tinggi dan bobot segar tanaman selada
(Azis et. al., 2006). Pemberian pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk
organik menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
Cucumis sativus L. (Rachmat et al., 2005). Penelitian pada tanaman Bit (Beta
vulgaris L.) dan selada head (Lactuca sativa L.) menunjukkan terdapat pengaruh
nyata pemberian perlakuan pupuk organik terhadap produksi tanaman bit dan selada
(Mahasari, 2008).
Tanah Latosol
Tanah latosol memiliki lapisan solum yang tebal sampai sangat tebal, yaitu
dari 130 cm s.d. 5 m bahkan lebih, sedangkan batas horizon tidak begitu jelas.
Warna tanah ini adalah merah, coklat hingga kekuning-kuningan dengan
kandungan bahan organik 3 – 9 persen. Reaksi tanah pH dari jenis tanah ini adalah
4.5 – 6.5, yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur jenis tanah ini umumnya
adalah liat, sedangkan strukturnya remah. Ciri-ciri umum lainnya adalah
kandungan hara tanah ini rendah hingga sedang, agak sukar merembeskan air,
daya menahan air cukup baik dan tahan terhadap erosi (Sarief, 1985).
Daerah penyebaran jenis tanah ini, yaitu pada daerah dengan tipe iklim AlfaAma (menurut Koppen), sedang Schmidt dan Ferguson pada tipe A, B, dan C,
dengan curah hujan sebesar 2 000 – 7 000 mm/tahun, tanpa atau mempunyai
bulan kering kurang dari tiga bulan. Tanah ini terdapat pada daerah dengan
ketinggian 10 – 1 000 di atas permukaan laut (m dpl). Daerah penyebarannya
terutama di daerah Sumatera dan Sulawesi, tetapi dalam areal yang tidak begitu
luas terdapat pula di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, Kepulauan
Maluku, Minahasa, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Tanaman yang dapat tumbuh baik pada jenis tanah ini, diantaranya padi,
sayur-sayuran, buah-buahan, palawija, dan beberapa jenis tanaman perkebunan
(kelapa sawit, karet, cengkeh, kopi dan lada). Tanah ini secara keseluruhan
mempunyai sifat-sifat fisik yang baik, tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik
(Sarief, 1985).

14
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian (pembuatan pupuk cair organik dan penanaman selada)
dilaksanakan di Kebun Percobaan University Farm Cikabayan, Dramaga, Bogor
(persemaian). Kegiatan pascapanen dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010
sampai Maret 2011.
Jenis tanah di daerah ini adalah tanah latosol. Daerah ini memiliki
ketinggian sekitar 250 m dpl dengan curah hujan selama penelitian cukup tinggi,
yaitu 456.5 mm.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan, diantaranya benih selada daun atau keriting var.
crispa sebanyak ± 6 g, media tanam semai (tanah, pupuk kandang, sekam), pupuk
kandang ayam (sebagai pupuk dasar), urin murni ternak (sapi, domba, kelinci),
kotoran padat sapi, larutan gula merah dan EM4. Alat yang digunakan adalah alat
budidaya, alat tulis, alat pembuatan pupuk cair (ember dan penutup ember,
aerator, kayu pengaduk, plastik), termometer, timbangan digital, oven, gelas ukur
dan meteran.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu
faktor, yaitu jenis pupuk cair organik. Penggunaan Rancangan Acak Kelompok
didasarkan karena adanya perbedaan kondisi lahan yang berbeda pada masingmasing blok (kelompok). Layout penelitian terlampir pada Lampiran 1. Perlakuan
yang diberikan ada delapan perlakuan, dimana masing-masing perlakuan terdiri
dari tiga ulangan. Jumlah tanaman contoh yang diambil sebanyak 10 tanaman.
Perlakuan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

15
1. P0 : Tanpa aplikasi pupuk cair organik (hanya pemberian air)
2. P1 : Pupuk cair organik dari urin sapi (biourin sapi)
3. P2 : Pupuk cair organik dari urin domba (biourin domba)
4. P3 : Pupuk cair organik dari urin kelinci (biourinkelinci)
5. P4 : Pupuk cair organik dari kotoran padat sapi (biokultur)
6. P5 : Pupuk cair organik campuran dari biokultur dan urin sapi
7. P6 : Pupuk cair organik campuran dari biokultur dan urin domba
8. P7 : Pupuk cair organik dari campuran biokultur dan urin kelinci
Petak satuan percobaan berukuran 1 m x 5 m, sehingga total luasan lahan yang
dibutuhkan seluas 120 m2. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Yij = µ + αi + βi + εij
Keterangan :
Yij = Pengamatan pada perlakuan pupuk cair ke – i dan kelompok ke – j
µ

= Rataan umum pengamatan

αi

= Pengaruh pupuk cair pada taraf ke – i

βi = Pengaruh kelompok pada taraf ke – j
εij = Galat percobaan
Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan menggunakan uji F pada taraf 1%
dan 5%. Setiap perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut Duncan
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 1% dan 5% apabila terdapat
pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati.
Pelaksanaan Penelitian
1. Pembuatan Pupuk Cair Biourin dan Biokultur
Cara pembuatan pupuk cair dari urin ternak (biourin), urin sebanyak 5 l
ditampung di dalam ember berukuran 20 l, kemudian dicampur dengan bakteri
fermentasi (EM4) sebanyak 60 ml untuk mempercepat proses pengolahan
limbah organik, 600 ml larutan gula merah (0.25 kg gula merah) dan bahanbahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan, diantaranya lengkuas,

16
kunyit, dan kencur masing-masing sebanyak 1 ons untuk masing-masing pupuk
cair. Bahan-bahan tersebut ditumbuk sampai halus, kemudian dimasukkan ke
dalam ember plastik. Pengadukan dilakukan menggunakan kayu pengaduk.
Permukaan ember ditutup dengan plastik dan penutup, kemudian larutan
dibiarkan selama 10 hari. Pengadukan dilakukan setiap hari selama proses
fermentasi (10 hari).
Cara untuk membuat pupuk cair dari kotoran ternak (biokultur), kotoran
ternak (feses) sebanyak satu ember berukuran 5 l ditampung di dalam ember
berukuran 20 l, kemudian dicampur dengan air sebanyak 10 l. Biokultur
diberikan bakteri fermentasi (EM4) sebanyak 60 ml ke dalam ember untuk
mempercepat proses pengolahan limbah organik, 600 ml larutan gula merah
(0.25 kg gula merah) dan bahan-bahan tambahan. Bahan tambahan yang
digunakan diantaranya lengkuas, kunyit, dan kencur masing-masing sebanyak 1
ons untk masing-masing pupuk cair. Bahan-bahan tersebut ditumbuk sampai
halus, kemudian dimasukkan ke dalam ember plastik. Pengadukan dilakukan
dengan menggunakan kayu pengaduk. Permukaan ember ditutup dengan
plastik dan penutup, kemudian larutan dibiarkan selama 10 hari. Pengadukan
dilakukan setiap hari selama proses fermentasi (10 hari). Hari ke – 11, bagian
cairan (yang ada di atas) diambil dan bagian yang mengendap (padat)
diperas/dipres. Cairan hasil perasan dapat dicampur dengan cairan yang
diambil sebelumnya.
Cara untuk membuat pupuk cair dari campuran antara urin (sapi, domba
atau kelinci) dan kotoran sapi, kotoran ternak (feses) sebanyak setengah ember
berukuran 5 l ditampung dalam ember berukuran 20 l, kemudian dicampur
dengan urin sebanyak 5 l. Larutan diberikan bakteri fermentasi (EM4)
sebanyak 60 ml ke dalam ember untuk mempercepat proses pengolahan
limbah organik , 600 ml larutan gula merah (0.25 kg gula merah) dan bahanbahan tambahan. Bahan tambahan dalam pupuk cair, diantaranya lengkuas,
kunyit, dan kencur masing-masing sebanyak 1 ons untk masing-mas

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Konsentrasi Pupuk Cair Super Bionik Dan Waktu Aplikasi Pada Verti Kultur

0 59 76

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa, L) Terhadap Pupuk Kandang Ayam dan Konsentrasi Nitrogen

1 37 90

Respon Pertumbuhan dan Produksi Selada Lactuca sativa L.) Terhadap Konsentrasi dan Interval Aplikasi Pupuk Complesal

0 28 64

Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada (Lactuca sativa L) Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair).

1 54 109

Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Kascing

13 109 79

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L. ) Pada Berbagai Tingkat Dosis Pupuk Npk Dan Pupuk Mikro CuSO¬4.5H2O

2 82 78

PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik Pada Media Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing Dan Kotoran Kelinci.

0 3 10

PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) SECARA HIDROPONIK PADA MEDIA PUPUK ORGANIK CAIR DARI Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik Pada Media Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing Dan Kotoran Kelinci.

0 4 15

UJI PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PASAR SECARA ANAEROB TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA Uji Pupuk Organik Cair Dari Limbah Pasar Secara Anaerob Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L) Dengan Media Hidroponik.

0 0 15

UJI PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH PASAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L) DENGAN MEDIA HIDROPONIK.

0 0 7