Uji daya beberapa galur kedelai (Glycine max L. Merr) di Majalengka pada dua musim tanam

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR KEDELAI
(Glycine max L. Merr) DI MAJALENGKA
PADA DUA MUSIM TANAM

ALIA ASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Uji Daya Hasil
Beberapa Galur Kedelai (Glycine max L. Merr) di Majalengka pada Dua Musim
Tanam merupakan gagasan dan karya saya bersama komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Juli 2011

Alia Astuti
G353090181

ABSTRACT
ALIA ASTUTI. Productivity Test of Soybean Lines in Majalengka at Two
Planting Seasons. Under direction of SUHARSONO and ENCE DARMO JAYA
SUPENA
Soybean (Glycine max L. Merr) is a very important crop in Indonesia. The
development of new elite varieties is one approach to increase the national
production of soybean. We have developed several potential lines of soybean to
be realeased as a new variety. The productivity of these lines has to be tested in
several locations. Therefore the objective of this research is to study the
productivity of fourteen soybean lines resulted from the cross between Slamet and
Nokonsawon varieties and four national varieties as standard in Majalengka in
two seasons. The research was designed as Randomized Block, with three block
replications in two planting seasons. The result showed that based on the seed
production per plant, at the two seasons, all the lines tested had higher
productivity than that of Anjasmoro variety which is the elite varieties recognized

as the highest productivity. All lines have bigger seed size than that of four
standard varieties. Soybean lines KH 40, KH 42, KH 44, KH 58 were the potential
lines to be released as new varieties with high productivity and big seed size.
More over KH 42 line adapt very well in two planting seasons.
Keywords: lines, productivity, seed size, soybean

RINGKASAN
ALIA ASTUTI. Uji Daya Hasil Beberapa Galur Kedelai (Glycine max L. Merr) di
Majalengka pada Dua Musim Tanam. Dibimbing oleh SUHARSONO, ENCE
DARMO JAYA SUPENA.
Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia, tetapi
produktivitasnya lebih rendah jika dibandingkan negara lain seperti China dan
Amerika. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji daya hasil 14 galur kedelai
dari persilangan Slamet x Nokhonsawon (KH 8, KH 9, KH 10, KH 11, KH 28,
KH 31, KH 35, KH 38, KH 40, KH 42, KH 44, KH 55, KH 58, KH 71) dan empat
varietas unggul nasional (Anjasmoro, Slamet, Tanggamus, Wilis) sebagai
pembanding.
Penanaman musim pertama dilaksanakan mulai tanggal 19 Desember 2009
sampai tanggal 20 Maret 2010 dan musim kedua dilaksanakan mulai tanggal 25
Mei sampai tanggal 18 Agustus 2010 di kebun petani di Dusun Tarik Kolot

Majalengka dan pengamatan komponen hasil setelah panen dilakukan di rumah
kaca Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, Darmaga-Bogor.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 18
genotipe kedelai (14 galur harapan kedelai dan 4 varietas pembanding) dengan
tiga kali ulangan selama dua musim tanam. Setiap satuan percobaan merupakan
petakan yang berukuran 5 m x 4 m. Analisis data menggunakan model linier
umum SPSS (Statistical Product Service Solution) versi 17.0 untuk software
Windows, meliputi analisis ragam, Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test), uji
kontras orthogonal, dan analisis kuadran/IPA (Important Performance Analisys).
Untuk mengetahui adaptasi galur-galur yang diuji dilakukan analisis model
AMMI (Additive Main Effect Multiplicative Interaction) dengan software SAS.
Tinggi tanaman galur yang diuji berkisar antara 71,9 sampai 94,2 cm lebih
tinggi dari varietas pembanding Anjasmoro, Tanggamus, Wilis dan sama atau
lebih tinggi dari varietas Slamet. Semua galur mempunyai kulit biji kuning terang
dengan hilum yang terang menyerupai varietas Anjasmoro tetapi berbeda dengan
varietas Slamet, Tanggamus dan Wilis. Umur berbunga galur yang diuji relatif
sama dengan varietas pembanding yaitu berkisar antara 27 dan 40 hari setelah
tanam (HST) dan umur panennya sekitar 80 sampai 90 HST. Semua galur
mempunyai ukuran biji besar dan lebih besar daripada varietas Wilis, Tanggamus
dan Slamet, namun lebih besar atau sama dengan varietas Anjasmoro. Pada

musim pertama seluruh galur yang diuji mempunyai produksi biji per tanaman
yang sama dengan ke empat varietas pembanding. Pada musim kedua seluruh
galur yang diuji mempunyai produksi biji per tanaman yang lebih tinggi daripada
keempat varietas pembanding. Galur yang diuji dapat beradaptasi lebih banyak di
musim kedua dibandingkan di musim pertama. Galur KH 44 berdaya hasil paling
tinggi dengan rataan potensi hasil 4,09 ton/ha dan cocok ditanam pada musim
pertama. Galur KH 42 beradaptasi baik di dua musim tanam dengan rataan
potensi hasil yang tinggi yaitu 2,44 ton/ha. Galur KH 58 berdaya hasil tinggi
dengan rataan potensi hasil yaitu 3,49 ton/ha. Galur KH 40 berdaya hasil tinggi
dengan rataan potensi hasil yaitu 2,52 ton/ha.

Berdasarkan produktivitas tanaman, ukuran biji dan warna kulit biji beserta
hilumnya, galur KH 40, KH 42, KH 44, KH 58 layak untuk diajukan sebagai
varietas unggul.
Kata kunci: galur, kedelai, produktivitas, ukuran biji

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan

pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR KEDELAI
(Glycine max L. Merr) DI MAJALENGKA
PADA DUA MUSIM TANAM

ALIA ASTUTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biologi Tumbuhan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2011

Judul Tesis
Nama
NIM

: Uji Daya Hasil Beberapa Galur Kedelai (Glycine max L. Merr)
di Majalengka Pada Dua Musim Tanam
: Alia Astuti
: G353090181

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Suharsono, DEA
Ketua

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si
Anggota


Diketahui
Ketua Program Studi Biologi Tumbuhan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Miftahudin, M.Si

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 20 Juli 2011

Tanggal Lulus :

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Miftahudin, M.Si

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian yang
berjudul “Uji Daya Hasil Beberapa Galur Kedelai (Glycine max L. Merr) di
Majalengka Pada Dua Musim Tanam” telah diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Suharsono, DEA dan Dr.
Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si selaku pembimbing atas saran, bimbingan serta
dukungannya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.
Kepada Dr. Ir. Miftahudin, M.Si, atas saran dan bimbingannya. Kepada Prof. Alex
Hartana terimakasih atas saran dan informasinya. Disamping itu, penulis
sampaikan terimakasih kepada IM-HERE B2C IPB yang telah mendukung dalam
pendanaan proyek penelitian ini, yang berjudul “Test of adaptability of several
lines of soybean in several locations in the frame of the creation of new elite
cultivars” atas nama Dr. Ir. Suharsono, DEA.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Kementerian
Agama Republik Indonesia yang telah mengadakan program beasiswa
Pascasarjana. Terima kasih juga kepada Bapak Adi, juga kepada teman-teman di
Program Biologi Tumbuhan yang kesemuanya tidak dapat saya sebutkan satu per
satu, penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan kebersamannya.
Akhirnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kakanda Aan
Suciarahmat, S.Pd dan ananda Alifa Azkia atas kekuatan, kesabaran,
pengorbanan, dan ketulusannya dalam memberi motivasi dan semangat. Kepada
Bapak, Ibu serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Semoga Allah
senantiasa membalas kebaikan semuanya dengan pahala yang berlipat ganda,
amin.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat, terutama bagi masyarakat petani
Indonesia.

Bogor, Juli 2011

Alia Astuti

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 14 Desember 1977
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak H. Munawar Holil
dan Ibu Hj. Otih Hayati. Tahun 1995 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bandung,
dan tahun 1995 penulis diterima di Jurusan Budidaya Pertanian Universitas
Padjadjaran Bandung. Penulis lulus dari Universitas Padjadjaran pada tahun 2000.
Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar Biologi di Madrasah
Tsanawiyah Al Islah PERSIS Majalengka. Tahun 2009 penulis mendapatkan
kesempatan melanjutkan ke Program S2 Pascasarjana Program Mayor Biologi
Tumbuhan melalui beasiswa pendidikan Pascasarjana dari Kementerian Agama
Republik Indonesia.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................

1
3

TINJAUAN PUSTAKA
Penyebaran dan Biologi Tanaman Kedelai ............................................
Budidaya Kedelai....................................................................................

Syarat Tumbuh Kedelai ..........................................................................
Sifat Kualitatif dan Kuantitatif ...............................................................
Perakitan Varietas Unggul Kedelai ........................................................
Pelepasan Varietas Unggul Kedelai........................................................

4
5
6
7
8
10

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................
Bahan .....................................................................................................
Rancangan Percobaan .............................................................................
Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petakan ...........................................
Penanaman ..............................................................................................
Pengamatan .............................................................................................
Analisis Data...........................................................................................

12
12
12
12
13
13
16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertanaman Musim Pertama ...................................................................
Tinggi Tanaman...............................................................................
Jumlah Cabang ................................................................................
Jumlah Buku ....................................................................................
Jumlah Polong .................................................................................
Jumlah Biji.......................................................................................
Produksi Biji Per Tanaman ..............................................................
Produksi Biji Per Petak ....................................................................
Ukuran Biji ......................................................................................
Umur Panen .....................................................................................
Umur Mulai Berbunga .....................................................................
Pertanaman Musim Kedua......................................................................
Tinggi Tanaman...............................................................................
Jumlah Cabang ................................................................................
Jumlah Buku ....................................................................................
Jumlah Polong .................................................................................
Jumlah Biji.......................................................................................
Produksi Biji Per Tanaman ..............................................................

18
18
20
20
21
21
22
23
26
27
28
28
28
29
30
30
30
31

Produksi Biji Per Petak ....................................................................
Ukuran Biji ......................................................................................
Umur Panen .....................................................................................
Umur Mulai Berbunga .....................................................................
Pengelompokan Genotipe Berdasarkan Produksi dan Ukuran Biji .......
Interaksi Antar Musim dan Daya Adaptasi ............................................
Karakter Kualitatif ..................................................................................
Kandungan Protein dan Lemak ..............................................................

32
33
35
35
36
38
43
45

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .................................................................................................
Saran .......................................................................................................

48
48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

49

LAMPIRAN .....................................................................................................

55

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Perbedaan sifat kuantitatif dan kualitatif. .......................................................

7

2 Rataan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku subur, jumlah buku
tidak subur, jumlah polong hampa, jumlah polong isi, jumlah biji dan
produksi biji musim pertama .......................................................................... 19
3 Korelasi antar karakter kuantitatif pada musim pertama................................ 22
4 Perbandingan produksi biji per tanaman (g) antara galur (1) dengan
varietas pembanding (2) pada musim pertama................................................ 24
5 Populasi tanaman per petak, produksi biji per petak dan ukuran biji
pada musim pertama ....................................................................................... 24
6 Perbandingan ukuran biji (g/100 biji) antara galur (l) dengan varietas
pembanding (2) pada musim pertama ........................................................... 27
7 Rataan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku subur, jumlah buku
tidak subur, jumlah polong hampa, jumlah polong isi, jumlah biji dan
produksi biji musim kedua ............................................................................ 29
8 Korelasi antar karakter kuantitatif pada musim kedua ................................... 31
9 Perbandingan produksi biji per tanaman (g) antara galur (1) dengan
varietas pembanding (2) pada musim kedua ................................................... 32
10 Populasi tanaman per petak, produksi biji per petak dan ukuran biji
pada musim kedua .......................................................................................... 33
11 Perbandingan ukuran biji (g/100 biji) antara galur (1) dengan varietas
pembanding (2) pada musim kedua................................................................ 34
12 Perbandingan produksi biji per tanaman (g) antar galur (1) dengan varietas
pembanding (2) dan antara ukuran biji (g/100 biji) galur dengan
varietas pembanding gabungan dua musim tanam ......................................... 40
13 Kandungan protein dan lemak biji kedelai ..................................................... 46

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Morfologi tanaman kedelai pada penelitian di Majalengka .................

18

2

Perbandingan ukuran biji antara A. varietas Slamet, B. varietas
Anjasmoro, C. galur KH 42 .................................................................

27

Pengelompokan 18 genotipe berdasarkan produksi dan ukuran biji
A: musim pertama, B: musim kedua, C: gabungan musim pertama
dan kedua .............................................................................................

37

Biplot pengaruh interaksi model AMMI 1 untuk data produksi biji
tiap tanaman .......................................................................................

42

3

4

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Deskripsi sifat varietas pembanding (Deptan 2010) .................................... 55

2

Hasil analisis tanah ....................................................................................... 56

3

Gambar tipe-tipe daun dan percabangan kedelai (IBPGR 1984) ................. 57

4

Curah hujan harian tahun 2009 ................................................................... 58

5

Curah hujan harian bulan Januari sampai bulan Agustus 2010.................... 59

6

Intensitas penyinaran matahari tahun 2009 ................................................. 60

7

Intensitas penyinaran matahari bulan Januari sampai bulan September
2010.............................................................................................................. 61

8

Temperatur udara tahun 2009 ...................................................................... 62

9

Temperatur udara bulan Januari sampai bulan September 2010 .................. 63

10 Nilai F hitung tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku subur,
jumlah polong isi, jumlah biji, produksi biji, ukuran biji musim
pertama ......................................................................................................... 64
11 Umur berbunga musim pertama dan musim kedua ...................................... 64
12 Nilai F hitung tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku subur,
jumlah polong isi, jumlah biji, produksi biji, ukuran biji musim
kedua ............................................................................................................ 65
13 Nilai F hitung Anova gabungan ................................................................... 65
14 Silsilah seleksi galur ..................................................................................... 66
15 Deskripsi sifat enam genotipe kedelai unggulan di Majalengka .................. 67
16 Deskripsi sifat dua belas genotipe kedelai di Majalengka ........................... 68
17 Hasil analisis proximat ................................................................................. 69

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L. Merr) merupakan salah satu tanaman pangan
penting di Indonesia karena digunakan untuk bahan baku pangan dan pakan
ternak. Pada tahun 2009 kebutuhan kedelai di Indonesia sebanyak 3,27 juta ton
dengan produksi kedelai sebanyak 1,31 juta ton, sehingga diperlukan impor
sebanyak 1,96 juta ton untuk memenuhi kebutuhan (BPS 2010). Produktivitas
kedelai di Indonesia

pada tahun 2009 adalah 1,35 ton/ha, lebih rendah bila

dibandingkan dengan rata-rata produktivitas di negara lainnya seperti China (1,65
ton/ha) dan Amerika (2,96 ton/ha) (FAO STAT 2011).
Untuk mengatasi impor dan ketergantungan kedelai kepada negara lain,
produksi kedelai nasional harus ditingkatkan. Usaha yang dapat dilakukan adalah
melalui peningkatan produktivitas tanaman (intensifikasi) maupun peningkatan
luas areal tanam (ekstensifikasi). Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian
membutuhkan varietas unggul untuk dijadikan benih.
Penggunaan varietas unggul dan penerapan teknologi budidaya yang tepat
telah dapat meningkatkan produktivitas kedelai dari 1,1 ton/ha pada tahun 1990
menjadi 1,3 ton/ha pada tahun 2009 (Deptan 2011). Ketersediaan varietas unggul
yang berpotensi hasil tinggi dan cocok terhadap kondisi lingkungan sangat
diperlukan. Varietas unggul kedelai telah banyak dilepas di Indonesia sejak tahun
1918 sampai 2008, diantaranya varietas Anjasmoro, Cikuray, Dempo, Slamet,
Sindoro, Tanggamus, dan Wilis (Deptan 2011). Usaha untuk mendapatkan
varietas unggul dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu: 1) introduksi atau
mendatangkan varietas/bahan seleksi dari luar negeri, 2) melakukan eksplorasi
yang diikuti dengan seleksi, 3) melakukan persilangan yang diikuti dengan seleksi
dan 4) melakukan mutasi. Cara yang banyak dilakukan untuk menghasilkan
varietas kedelai dengan sifat unggul adalah melalui persilangan yang diikuti
seleksi (Burton 1997).

Persilangan diharapkan dapat menghasilkan kedelai

varietas unggul baru untuk memperbaiki varietas yang telah ada. Tujuan
pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri, adalah menggabungkan gen-gen yang

2

dikehendaki dari dua atau lebih genotipe ke dalam suatu genotipe tunggal (Allard,
1960).
Paserang (2003) telah melakukan persilangan antara varietas Slamet dan
Nokhonsawon yang diharapkan dapat menghasilkan varietas unggul yaitu varietas
yang memiliki produksi tinggi dan ukuran biji yang besar. Varietas Slamet
merupakan varietas unggul yang memiliki daya hasil tinggi (2,26 ton/ha), tahan
karat daun dan toleran terhadap tanah asam tetapi mempunyai biji yang berukuran
sedang (12,5 g/100 biji). Varietas Nokhonsawon merupakan varietas introduksi
dari Thailand, berbiji besar (19,6 g/100 biji), mempunyai biji berwarna kuning
bersih tetapi memiliki daya hasil rendah (1,5-2,0 ton/ha) (Deptan 2011). Seleksi
generasi F3 dan F4 (Dasumiati 2003), dan seleksi pada generasi F5 dan F6
(Jambormias 2004), serta analisis terhadap generasi F7 hasil persilangan tersebut
menghasilkan 18 galur yang mempunyai potensi produksi yang tinggi dan telah
seragam secara genetik.
Uji daya hasil merupakan pekerjaan penting setelah persilangan dan seleksi,
karena menentukan pemilihan galur potensial untuk dijadikan varietas unggul
(Suhartina 2005). Varietas unggul kedelai umumnya dirakit untuk memiliki sifatsifat yang menguntungkan, antara lain: (1) daya hasil tinggi, (2) tahan terhadap
hama dan penyakit, (3) umur genjah, dan (4) mutu hasil panen sesuai dengan
keinginan konsumen (Deptan 2007). Untuk mengetahui potensi produktivitas, ke18 galur kedelai tersebut harus diuji daya hasilnya di beberapa lingkungan atau
lahan dan musim tanam yang berbeda. Untuk mengetahui keunggulan dari galur
yang diuji maka varietas unggul nasional perlu digunakan sebagai pembanding.
Varietas pembanding yang digunakan adalah varietas Anjasmoro, Slamet,
Tanggamus, dan Wilis. Varietas Anjasmoro merupakan varietas pembanding
utama, karena varietas ini merupakan varietas unggulan departemen pertanian
yang sedang dikembangkan di banyak daerah diantaranya : Daerah Istimewa
Yogyakarta, Daerah Istimewa Aceh, Pasuruan, Bojonegoro, Tuban, Jember,
Malang, Kalimantan, Bali dan Kabupaten Bima (Balitkabi 2011), mempunyai
ukuran biji besar (14,8 -15,3 g/100 biji), mempunyai potensi hasil tinggi (2,3
ton/ha) (Deptan 2011), dan varietas yang paling disukai pengrajin tahu dan tempe
untuk digunakan sebagai bahan baku (Ginting et al. 2009). Penelitian yang

3

dilakukan pada lahan sawah di Lombok varietas Anjasmoro (2,4 ton/ha)
mempunyai hasil yang lebih tinggi dari Argomulyo (1,7 ton/ha), Burangrang (1,79
ton/ha), Kaba (1,6 ton/ha), Wilis (1,5 ton/ha) dan Panderman (0,9 ton/ha)
(Sudjudi et al. 2006).
Kecap merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Majalengka. Oleh
sebab itu tanaman kedelai merupakan tanaman unggulan di Kabupaten
Majalengka. Kondisi alam di Kabupaten Majalengka sangat cocok untuk budidaya
kedelai. Pada tahun 2009 luas panen kedelai di Majalengka adalah 2356 ha,
dengan rata-rata produksi tiap hektar mencapai 1,45 ton (Distan Kab. Majalengka
2011), yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas nasional .

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji produktivitas empat belas galur
kedelai yang dihasilkan dari persilangan antara varietas Slamet dan Nokonsawon
di Majalengka di dua musim tanam.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyebaran dan Biologi Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai (Glycine max L. Merr) bukan tanaman asli Indonesia
namun berasal dari daratan China Utara. Masuknya kedelai ke Indonesia
kemungkinan dilakukan oleh Imigran China, ditujukan sebagai bahan makanan,
kemudian menyebar di Jawa dan Bali pada tahun 1747 M (Adie dan Krisnawati
2007).
Tanaman kedelai termasuk ke dalam familia Leguminosae, sub famili
Papilionoideae dan genus Glycine.

Semua spesies budidaya dan spesies liar

Glycine adalah diploid dengan jumlah kromosom 2n=2x=40 (Burton 1997).
Tanaman ini merupakan tanaman semusim berbentuk perdu dengan tinggi antara
0,2 – 1 m, batang persegi, dengan bulu coklat yang menjauhi pertumbuhan batang
atau mengarah ke bawah. Daun berbentuk oval atau memanjang dengan tepi rata,
kedua belah sisi berbulu (Van Steenis 1997). Bunga kedelai termasuk bunga
sempurna, artinya dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina.
Bunga melakukan penyerbukan sendiri, yaitu kepala putik diserbuki oleh tepung
sari dari bunga yang sama. Penyerbukan disebut penyerbukan kleistogami
(penyerbukan tertutup), karena cara penyerbukannya terjadi sebelum bunga
mekar, kemungkinan terjadinya persilangan alami kurang dari 0,5% (Kartono
2005).
Tipe pertumbuhan batang kedelai yaitu determinat, indeterminat dan semi
determinat (IBPGR 1984). Tipe terbatas (determinate) memiliki ciri khas
berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi saat memasuki fase
generatif, tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar
dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah.
Tipe tidak terbatas (indeterminate) memiliki ciri berbunga secara bertahap dari
bawah ke atas dan batang tanaman terus tumbuh pada saat fase generatif, tanaman
berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe
setengah terbatas (semi determinate) memiliki karakteristik antara kedua tipe
lainnya (Deptan 2010).

5

Kedelai memiliki dua tipe daun yang berkembang yaitu unifoliate yang
terletak di buku bagian bawah dan trifoliate yang terletak di cabang utama (Burton
1997). Bentuk daun kedelai adalah lancip, bulat, lonjong, dan lonjong-lancip
(Carlson 1973).
Kedelai memiliki biji yang berwarna hijau, kuning, coklat, hitam hingga
kombinasi berbagai warna atau campuran (Adie et al. 2006). Warna hijau karena
kandungan klorofil, merupakan gen resesif dan warna kuning gen dominan
(Burton 1997).
Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang
terbentuk dari calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat
barisan sepanjang akar tunggang, cabang akar sekunder dan cabang akar adventif
yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil (Adie et al. 2006). Pada akar kedelai
bisa terbentuk nodul setelah akar terinfeksi oleh Bradyrhizobium japonicum
(Burton 1997). Bakteri ini akan bersimbiosis dengan tanaman kedelai sehingga
tanaman dapat memanfaatkan nitrogen dari udara.

Budidaya Kedelai
Berdasarkan paket teknologi budidaya kedelai yang dianjurkan Balitkabi
(2011), budidaya kedelai meliputi penyiapan lahan, pemupukan, pengairan,
pengendalian hama dan penyakit, dan panen. Kedelai yang ditanam setelah padi
sawah tidak memerlukan pengolahan tanah. Saluran air dengan kedalaman 25-30
cm dan lebar 30 cm. Pemberian pupuk ditaburkan dalam larikan yang dibuat di
dekat lubang tanam di sepanjang barisan kedelai. Pada lahan sawah diperlukan
pupuk 100 kg urea, 150 kg SP36 dan 100 kg KCl. Pupuk anorganik diberikan
dengan dosis 5-10 ton/ha kotoran ayam maupun kotoran ternak lain seperti
kambing dan sapi. Pengairan ditujukan untuk mempertahankan kelembaban tanah
hingga dicapai kondisi kapasitas lapang. Fase pertumbuhan tanaman yang sangat
peka terhadap kekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif sekitar 15-21
HST (Hari Setelah Tanam), saat periode berbunga 25-40 HST, dan saat pengisian
polong 55-70 HST.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara biologis maupun
kimiawi. Kehilangan hasil kedelai akibat serangan hama dan penyakit sangat

6

beragam tergantung pada kerapatan populasi, varietas kedelai yang ditanam,
faktor-faktor lingkungan terutama kelembaban dan suhu, dan cara pengelolaan
lingkungan atau perawatan (Adnan 2000). Panen dilakukan apabila 90% jumlah
polong pada batang utama telah matang berwarna kuning kecoklatan atau
kehitaman dan sebagian besar daunnya sudah rontok. Panen yang paling baik dan
menghasilkan kualitas biji kedelai tinggi dilakukan ketika fase R6 (biji penuh) dan
R7 (polong mulai kuning coklat, matang) (Sheaffer et al. 2001).

Syarat Tumbuh Kedelai
Dalam rangka perencanaan penerapan dan pengembangan teknologi
budidaya, yang perlu diketahui adalah prasyarat tumbuh terutama iklim dan tanah,
adalah faktor lingkungan yang sangat menentukan keberhasilan usahatani. Faktor
lingkungan yang optimal akan meningkatkan hasil panen kedelai 600-700 kg/ha
(Cooper 2003).
Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asalkan drainase dan
aerasi tanah cukup baik. Keasaman tanah yang berkisar antara 6,0 – 6,5 optimal
untuk pertumbuhan tanaman kedelai (Deptan 2010).
Kedelai termasuk tanaman short day plant adalah tanaman dapat berbunga
apabila disinari cahaya 10 jam sampai 12 jam (Lambers et al. 1998). Pembungaan
dan masak polong pada kedelai dipengaruhi oleh fotoperiodisitas (panjang hari)
dan suhu (Burton 1997).
Temperatur yang baik untuk pertumbuhan kedelai berkisar antara 25°C-30
°C, suhu optimalnya 28°C (Deptan 2010). Temperatur berhubungan dengan
perkecambahan tanaman kedelai, perkecambahan maksimum tercapai apabila
temperaturnya 30°C. Temperatur antara 24°C – 25°C menyebabkan tanaman
lambat berbunga dua sampai tiga hari (Da Mota 1978). Temperatur lebih dari
30°C dapat menurunkan laju fotosintesis karena fotorespirasi lebih tinggi
dibandingkan fotosintesis, jika temperatur kurang dari 20°C akan menurunkan
laju fotosintesis dan fotorespirasi (Sinha 1977).
Tanaman kedelai dapat tumbuh di daerah yang memiliki curah hujan sekitar
100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman
kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Varietas kedelai

7

berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5- 300 m dpl.
Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari
500 m dpl (Deptan 2010).

Sifat Kualitatif dan Kuantitatif
Sifat merupakan penampilan (ekspresi) dari gen yang tampak pada suatu
fenotipe. Sifat dapat dibedakan menjadi sifat kualitatif dan sifat kuantitatif (Tabel
1). Karakter kualitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen
dengan pewarisan sederhana yang pada generasi F2-nya akan mengikuti sebaran
Mendel (tidak kontinyu) dengan pembagian kelas fenotipe yang perbedaannya
jelas dan mudah diidentifikasi seperti warna bunga dan warna bulu. Karakter
kuantitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen (poligenik)
dengan pewarisan kompleks yang pada generasi F2-nya mempunyai sebaran
frekuensi berkarakter kontinyu dan kelas fenotipe yang membentuk sebaran
normal (Hilmayanti et al. 2006), dan gen masing-masing tersebut memberi
pengaruh kecil pada fenotipe suatu sifat (Adie dan Krisnawati 2007).

Tabel 1 Perbedaan sifat kualitatif dan kuantitatif
Sifat kualitatif

Sifat kuantitatif

Pewarisannya sederhana (simple gen),
bersifat diskrit, seperti warna, ukuran
dan sebagainya

Pewarisannya berderajat, kualitas
yang dapat diukur seperti hasil,
tinggi, dan sebagainya

Ragamnya diskontinyu, klas fenotipe
yang berbeda

Ragamnya kontinyu, fenotipe
membentuk spektrum, bila populasi
cukup besar, sering berbentuk kurva
normal

Pengaruh gen tunggal, kontribusi utama

Pengaruh gen berganda, kontribusi
kecil

Dianalisis dengan menghitung,
membandingkan

Dianalisis dengan menduga atau
menjumlah dari populasi seperti ratarata ragam dan simpangan baku

Sumber: Adie dan Krisnawati 2007

8

Warna bunga kedelai diwariskan secara kualitatif, karena adanya pengaruh
gen sederhana yang bersifat duplikat resesif epistasis yang didukung oleh
distribusi frekuensi populasi F2 yang diskontinyu. Karakter ukuran polong
(diameter dan panjang), diwariskan secara kuantitatif, karena dikendalikan oleh
banyak gen (poligenik) yang ditunjukkan oleh distribusi frekuensi F2 yang
kontinyu (Hilmayanti et al. 2006).
Untuk mendapatkan varietas unggul kedelai para pemulia tanaman sangat
memperhatikan sifat kuantitatif maupun kualitatif karena kedua sifat tersebut
ingin diperbaiki oleh pemulia tanaman. Untuk tanaman kedelai, terdapat lima sifat
utama yang perlu diperhatikan yaitu karakter biji, karakter vegetatif tanaman,
toleran terhadap cekaman lingkungan, tahan terhadap penyakit dan tahan terhadap
serangga (Burton 1997).
.
Perakitan Varietas Unggul Kedelai
Kedelai

merupakan

tanaman

menyerbuk

sendiri,

maka

cara-cara

pembentukan varietas unggul baru di mulai dari koleksi plasma nutfah,
hibridisasi, dan seleksi. Koleksi plasma nutfah merupakan langkah awal untuk
melakukan pemuliaan pada tanaman kedelai dengan cara mendapatkan plasma
nutfah lokal maupun hasil introduksi dari negara lain.
Metode pemuliaan yang dapat diterapkan adalah seleksi galur murni, seleksi
massa, dan metode persilangan (Allard 1960). Metoda persilangan dapat
dilakukan dengan metode silsilah (pedigree), metode bulk, dan metode silang
balik (back cross). Metode silsilah merupakan metode yang paling sering
digunakan oleh pemulia tanaman.
Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian
Bogor (PPSHB-IPB) sejak tahun 2001 telah menyilangkan varietas unggul
nasional Slamet yang berukuran biji sedang dengan varietas yang berukuran biji
besar (Paserang

2003). Diantaranya adalah persilangan varietas Slamet x

Nokhonsawon dan persilangan antara varietas Slamet x Wase. Sasaran akhir dari
program pemuliaan ini adalah untuk memperoleh varietas berdaya hasil tinggi,
berukuran biji besar dan toleran tanah masam.

9

Seleksi dengan menggunakan metode seleksi silsilah masa (mass pedigree
selection) telah dilakukan terhadap turunan persilangan Slamet x Nokhonsawon
dan telah mencapai generasi F5 dan F6, selanjutnya pada generasi F7 dilakukan
analisis kemantapan genetik. Seleksi yang dimulai pada generasi F2 (Generasi
Seleksi 0, S0) memperlihatkan ragam fenotipe yang besar untuk semua sifat
dengan rentang melampaui rentang kedua tetua. Generasi F2 menunjukkan
produksi biji 19,6±1,6 dengan ukuran biji 15,1±2,2 g/100 biji, Slamet 13,1±0,5
dan Nokhonsawon 15,8±0,9 (Paserang 2003). Hasil ini memperlihatkan
kemungkinan adanya segregan transgresif yang menguntungkan atau adanya
pengaruh gen dominan dan over dominan yang merugikan pada pembentukan
galur murni. Dasumiati (2003) melakukan pengujian pada generasi F3 (S1) dan F4
(S2) menunjukkan generasi Seleksi F3 menghasilkan produksi biji 9,0±4,5
g/tanaman (Slamet 4,2±2,5 dan Nokhonsawon 3,2±1,0) dan ukuran biji 15,3±2,5
g/100 biji (Slamet 10,9±2,2 dan Nokhonsawon 19,6±2,5) serta Generasi Seleksi
F4 menghasilkan produksi biji 2,9±1,7 g/tanaman (Slamet 2,5±0,7 dan
Nokhonsawon 2,0±0,7) dan ukuran biji 14,5±2,7 g/100 biji (Slamet 11,2±1,5 dan
Nokhonsawon 15,5±2,0). Seleksi 5% Generasi Seleksi F4 menghasilkan 250
famili-famili kandidat Generasi Seleksi F5 (S3) dengan produksi biji 7,8±2,1
g/tanaman dan ukuran biji 18.3±2,3 g/100 biji. Perbedaan produksi biji antara
generasi F3 dan F4 karena kedua generasi ditanam pada waktu dan kondisi yang
berbeda, generasi S1 ditanam pada bulan Maret sampai Juni 2002 mendapatkan
curah hujan yang lebih banyak dibandingkan generasi S2 yang ditanam pada
bulan Agustus sampai Oktober 2002. Rendahnya produksi disebabkan oleh
keadaan tanah yang kurang subur karena termasuk tanah masam. Jambormias
(2004) melakukan pengujian pada generasi F5 (S3) dan F6 (S4) menunjukkan
keragaan sifat-sifat kuantitatif generasi Seleksi F5 lebih rendah bila dibandingkan
tetua Slamet kecuali sifat ukuran biji, dan keragaan sifat-sifat kuantitatif generasi
Seleksi F6 juga lebih rendah dari tetua Slamet kecuali sifat ukuran biji dan
produksi biji, tetapi keragaan sifat-sifat kuantitatif untuk kedua generasi lebih baik
dari tetua Nokhonsawon. Pada generasi F7 telah dilakukan analisis kemantapan
genetik oleh Bastanta (2004) terhadap 25 galur hasil persilangan varietas Slamet
dengan Nokhonsawon, berdasarkan produksi biji menunjukkan bahwa semua

10

galur sudah seragam. Atmaji (2005) telah melakukan uji daya hasil pendahuluan
terhadap delapan galur harapan kedelai hasil persilangan varietas Slamet dengan
Nokhonsawan, dilaporkan bahwa galur KH 42 berproduksi paling tinggi dan
berbiji besar.
Uji daya hasil merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk memenuhi syarat
pengajuan pelepasan varietas baru. Permentan tahun 2006 menyatakan bahwa uji
daya hasil merupakan bagian dari uji adaptasi, yaitu kegiatan uji lapang terhadap
tanaman di beberapa agroekologi bagi tanaman semusim, untuk memperoleh data
keunggulan-keunggulan dan interaksinya terhadap lingkungan dari calon varietas
yang akan dilepas menjadi varietas unggul.
Produksi kedelai di tingkat petani rata-rata 1,35 ton/ha sedangkan
potensinya mencapai 2 ton/ha, bahkan bila dibudidayakan di lingkungan yang
subur mampu menghasilkan 2,5-3,0 ton/ha. Untuk mendapatkan produksi kedelai
yang optimum perlu diperhatikan komponen teknologi budidaya kedelai, meliputi:
musim tanam, varietas, kebutuhan benih, persiapan lahan, penanaman, inokulasi
rhizobium, penyiangan gulma, pengairan, pemupukan, pengendalian hama,
pengendalian penyakit, dan panen serta pascapanen. Selain itu, kriteria kesesuaian
lahan juga harus diperhatikan (Astanto et al. 2007). Potensi produksi biji kedelai
varietas unggul nasional sudah mencapai 2,3 ton/ha (Anjasmoro), 1,6 ton/ha
(Wilis), 2,6 ton/ha (Sinabung), 3,5 ton/ha (Detam 1), 3 ton/ha (Detam 2), Slamet
(2,26 ton/ha), dan Tanggamus (1,22 ton/ha) (Deptan 2011).

Pelepasan Varietas Unggul Kedelai
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang
ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji dan
ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan
dari jenis atau spesies yang sama, dan sekurang-kurangnya terdapat satu sifat yang
menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan (Suhartina
2005).
Varietas unggul dapat berasal dari varietas lokal, tanaman liar, varietas
introduksi, galur homozigot, mutan atau genus-genus yang sama, yang
mempunyai potensi hasil tinggi dan sesuai dengan target pemuliaan yang

11

diinginkan. Untuk menghasilkan varietas unggul dengan sifat-sifat yang
diinginkan (misalnya: umur genjah, hasil tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit tertentu) ditempuh prosedur pemuliaan yang sistematik (Suhartina 2005).
Jumlah varietas unggul kedelai nasional yang dilepas pemerintah dari tahun
1918 hingga 2008 sebanyak 72 varietas (Deptan 2011). Berdasarkan karakteristik
varietas unggul kedelai yang telah dilepas oleh pemerintah menunjukkan bahwa
pada awal perkembangannya, tahun 1918 varietas kedelai memiliki umur dalam,
ukuran biji kecil, potensi hasil rendah dan rentan terhadap hama penyakit.
Kemudian antara tahun 1924 sampai 1981 umumnya varietas yang dilepas
memiliki umur sedang, ukuran biji sedang dan potensi hasil sedang. Tahun 1982
sampai 2006 mengalami perkembangan yaitu berhasil dilepas varietas-varietas
yang memiliki umur tanaman sedang, ukuran biji semakin besar, potensi hasil
yang meningkat dan ketahanan hama penyakit baik (Widyawati 2008), seperti
pelepasan varietas unggul Wilis (1983), Slamet (1995), Tanggamus (2001) dan
Anjasmoro (2001) (Deptan 2011).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penanaman musim pertama dilaksanakan mulai tanggal 19 Desember 2009
sampai tanggal 20 Maret 2010 dan musim kedua dilaksanakan mulai tanggal 25
Mei sampai tanggal 18 Agustus 2010 di kebun petani di Dusun Tarik Kolot
(ketinggian 400 m dpl) Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka.
Pengamatan komponen hasil setelah panen dilakukan di rumah kaca Pusat
Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, Darmaga-Bogor.

Bahan
Bahan tanaman yang digunakan adalah 14 galur kedelai dari persilangan
varietas Slamet dengan Nokhonsawon dan empat

varietas unggul nasional

sebagai pembanding yaitu Anjasmoro, Slamet, Tanggamus, dan Wilis (Lampiran
1). Ke-14 galur kedelai yang diuji adalah KH 8, KH 9, KH 10, KH 11, KH 28,
KH 31, KH 35, KH 38, KH 40, KH 42, KH 44, KH 55, KH 58, dan KH 71.

Rancangan Percobaan
Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari
18 genotipe kedelai (14 galur harapan kedelai dan 4 varietas pembanding) dengan
3 ulangan. Setiap satuan percobaan merupakan petakan yang berukuran 4 m x 5
m. Penyulaman dilakukan apabila tidak ada tanaman yang tumbuh dalam lubang
tanam maupun jika hanya satu tanaman yang tumbuh satu lubang tanam, sebelum
umur satu minggu setelah tanam (MST).

Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petakan
Pengolahan tanah minimal dilakukan dengan cara di cangkul. Petakan
dibuat dengan ukuran 4 m x 5 m. Antar petakan dipisah oleh parit dengan
kedalaman 20 cm, dan jarak antar petak 50 cm. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Departemen Tanah IPB (Lampiran 2).

13

Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan kedalaman 3-5 cm (Atman
2006). Setiap lubang tanam diisi 2 biji. Jarak tanam dalam penelitian ini adalah
40 cm x 20 cm, sehingga dalam satu petakan terdapat 10 baris dan setiap baris
terdapat 25 lubang tanam. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang
kotoran sapi 10 ton/ha, 100 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP36 dan 100 kg/ha KCl yang
diberikan seluruhnya ketika tanam. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada
umur 3 dan 7 MST. Pengendalian hama dilakukan dengan pemberian Furadan 3G
(20 kg/ha) pada lubang tanam ketika penanaman dan penyemprotan dengan Decis
2,5 EC dosis 1-2ml/l atau 50-100 ml/ha, setiap minggu dari umur tanaman 2 MST
sampai dengan 10 MST.
Pengamatan
Pengamatan karakter kuantitatif tanaman dilakukan terhadap beberapa
karakter pada tanaman petakan dan tanaman sampel. Setiap petak diambil 10
tanaman sampel secara acak. Tanaman sampel diambil satu tanaman dari dua
tanaman pada setiap lubang tanam. Pengamatan karakter kuantitatif tanaman
meliputi: umur panen (HST), tinggi tanaman (cm), jumlah cabang, jumlah buku
subur, jumlah buku tidak subur, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, jumlah
biji per tanaman, ukuran biji (g/100 biji), produksi biji per tanaman (g), produksi
biji tiap petak, umur mulai berbunga (HST) dan umur panen (HST).
Kriteria pengamatan adalah sebagai berikut:
a. Produksi biji tiap tanaman (g) adalah bobot biji bernas per tanaman.
b. Produksi biji tiap petak (g) adalah bobot biji total tanaman dalam satu petak.
c. Ukuran biji (g/100 biji) ditentukan dengan menimbang 100 biji bernas yang
dibedakan menjadi ukuran kecil ≤( 10 g/100 biji), sedang (10 -12 g/100 biji)
dan besar (≥ 14 g/100 biji).
d. Jumlah tanaman tiap petak, ditentukan dengan menghitung tanaman yang
dipanen tiap petak.
e. Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai bagian pucuk
batang.
f. Jumlah buku subur per tanaman diamati pada saat panen dengan cara
menghitung jumlah buku yang terdapat polong.

14

g. Jumlah buku tidak subur per tanaman diamati pada saat panen dengan cara
menghitung jumlah buku yang tidak terdapat polong.
h. Jumlah cabang per tanaman diamati pada saat panen dengan cara menghitung
cabang yang terdapat pada batang tanaman.
i. Jumlah biji per tanaman adalah jumlah biji bernas yang ada pada tiap tanaman.
j. Jumlah polong per tanaman adalah jumlah polong yang ada pada tanaman.
k. Jumlah polong bernas adalah jumlah polong yang mengandung biji bernas.
l. Jumlah polong hampa adalah jumlah polong yang hampa.
m. Dugaan produksi tiap hektar
Karena tanaman pinggiran tidak di hitung maka luas petakan yang ditanam
adalah 4,6 x 3,2 m2, dengan asumsi bahwa lahan yang efektif ditanami adalah
85% maka dugaan produksi tiap hektar adalah :
x 85% x produksi tiap petak
Karena

jumlah

tanaman

setiap

petak

tidak

sama

maka

untuk

membandingkan produksi antar genotip data di standarisasi sehingga jumlah
tanaman menjadi sama. Tanaman sampel diambil satu tanaman secara acak dari
dua tanaman dalam satu lubang tanam. Perhitungan petak terkoreksi dengan
menggunakan jumlah tanaman yang paling banyak. Berdasarkan Gomez &
Gomez (1995), koreksi matematis disebut hasil terkoreksi yaitu hasil yang
seharusnya bila jumlah (dalam hal ini jumlah tanaman) lengkap :
Yc= f Ya
Yc= hasil terkoreksi
Ya= bobot bulir atau hasil dari n-m
N = jumlah seharusnya
M= tanaman hilang dalam satu lubang tanam.
F = faktor koreksi
n.

Umur mulai berbunga (HST) adalah lamanya waktu yang dibutuhkan
tanaman mulai berbunga

o.

Umur panen (HST) adalah waktu yang dibutuhkan tanaman untuk dipanen
yang ditandai dengan warna polong kuning atau coklat dan daun berwarna
kuning atau gugur.

15

Pengamatan karakter kualitatif tanaman meliputi warna hipokotil, warna
bunga, warna bulu batang, tipe percabangan, bentuk daun, ukuran daun, intensitas
warna hijau daun, intensitas warna coklat pada polong, bentuk biji, warna kulit
biji, kecerahan kulit biji, kerebahan dan warna hilum.
Kriteria pengamatan karakter kualitatif adalah sebagai berikut :
1.

Warna bunga adalah warna pada mahkota bunga yang dibedakan menjadi
warna bunga putih dan ungu.

2.

Warna bulu batang adalah warna bulu yang terdapat pada batang yang
dibedakan menjadi putih, coklat muda, dan coklat tua.

3.

Bentuk daun adalah bentuk lembaran daun tunggal yang dibedakan menjadi
lanset, segitiga, oval meruncing dan oval membulat (Lampiran 3)

4.

Tipe percabangan ditentukan oleh sudut percabangan yang dibedakan
menjadi tipe percabangan tegak, agak – agak tegak, agak tegak, agak tegakhorizontal dan horizontal (Lampiran 3)

5.

Tipe tumbuh dibedakan menjadi tipe determinate (terbatas), semi determinate
(setengah terbatas), dan indeterminate (tidak terbatas).

6.

Ukuran daun dibedakan berdasarkan luas daun tunggal menjadi kecil, sedang
dan besar

7.

Intensitas warna hijau daun ditentukan pada daun tua yang dibedakan menjadi
hijau muda, hijau dan hijau tua.

8.

Intensitas warna coklat pada polong ditentukan pada polong yang sudah
kuning yang dibedakan menjadi lemah, sedang dan kuat.

9.

Bentuk biji dibedakan menjadi bentuk biji bulat, bulat pipih, lonjong, dan
lonjong pipih.

10. Warna biji adalah warna pada kulit biji kering yang dibedakan menjadi
kuning muda, kuning, kuning tua, kuning hijau, hijau kuning, coklat muda,
coklat, coklat tua dan hitam.
11. Kecerahan kulit biji ditentukan berdasarkan kecerahan kulit biji menjadi tidak
mengkilap dan mengkilap
12. Warna hilum adalah warna pada tempat melekatnya biji pada polong yang
dibedakan menjadi, putih, kuning, coklat muda, coklat tua, agak hitam, dan
hitam.

16

13. Kerebahan adalah tingkat kemiringan batang tanaman yang diamati pada
sampel, yang dikelompokkan menjadi 30◦ , 45◦, 60◦, 90◦, (apabila kerebahan
mencapai 60◦ dan 90◦ berarti tanaman mengalami kerebahan).
14. Analisis kandungan lemak dan protein ditentukan berdasarkan analisis
proksimat pada biji.

Analisis Data
Seluruh data kuantitatif diolah menggunakan model linier aditif dari
rancangan acak kelompok dengan faktor tunggal untuk masing-masing musim
sebagai berikut:
Sampel:

Yij = µ + τ i + β j + ε ij

Keterangan :
i

= galur 1,2..18 dan j=1, 2, 3

Yij

= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

µ

= Rataan umum

τi

= Pengaruh galur ke-i

βj

= Pengaruh kelompok ke-j

εij

= Pengaruh acak pada perlakuan galur ke-i dan kelompok ke-j

Dugaan produksi per hektar diperoleh berdasarkan pada:
Produksi Petakan
P = produksi/petak x 10000 m2 / luas petakan
Data untuk gabungan dua musim diolah berdasarkan model linier sebagai
berikut :
Y ijk = µ + M i + B j/i + G k + (MG) ik + ε ijk
Keterangan :
i

= galur 1,2..18 dan j=1, 2, 3

Yij

= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

µ

= Rataan umum

Mi

= Pengaruh musim ke-i

B j/i

= Pengaruh kelompok ke-j tersarang dalam i

Gk

= Pengaruh galur ke-k

εij k = galat perlakuan galur ke-k, kelompok ke-j, musim ke-i

17

Hubungan antar karakter kuantitatif ditentukan berdasarkan analisis
korelasi. Korelasi antara dua sifat yang diamati ditentukan berdasarkan rumus:
r xy = cov xy √σ x σ y
dimana r xy = korelasi fenotipe sifat x dan y
cov xy = kovarian fenotipe sifat x dan y
√σ x σ y

=

akar dari ragam fenotipe sifat x dan y

Seluruh data kuantitatif hasil eksperimen dianalisis dengan menggunakan
model linear umum dengan software SPSS (Statistical Product Service Solution)
versi 17.0 software Windows. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis
ragam, uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Untuk membandingkan
kelompok genotipe galur dengan kelompok atau individu genotipe varietas
pembanding digunakan uji kontras orthogonal. Pengelompokan genotipe
dilakukan dengan analisis kuadran/IPA (Important Performance Analysis)
berdasarkan produksi biji tiap tanaman dan ukuran biji. Produksi biji tiap tanaman
dikelompokkan berdasarkan batas produksi biji per tanaman varietas unggul
nasional Anjasmoro. Pengelompokan ukuran biji berdasarkan batas ukuran biji
besar yaitu 14 g tiap 100 biji. Untuk mengetahui adaptasi galur-galur yang diuji
dilakukan analisis model AMMI (Additive Main Effect Multiplicative Interaction)
dengan software SAS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertanaman Musim Pertama
Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman untuk musim pertama terbagi menjadi dua kategori
berdasarkan kriteria Deptan (2007) yaitu tinggi (>68 – 86 cm) untuk Tanggamus,
KH 71, Wilis, KH 28 dan sangat tinggi (>86 cm) untuk genotipe lainnya (Tabel
2). Morfolog