Pembangunan Perikanan Dalam Kerangka Pengembangan Ekonomi Wilayah Di Provinsi Jawa Timur

PEMBANGUNAN PERIKANAN
DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH
DI PROVINSI JAWA TIMUR

HAKIM MIFTAKHUL HUDA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pembangunan Perikanan
dalam Kerangka Pengembangan Ekonomi Wilayah di Provinsi Jawa Timur adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Hakim Miftakhul Huda
NIM H152120181

RINGKASAN
HAKIM MIFTAKHUL HUDA. Pembangunan Perikanan dalam Kerangka
Pengembangan Ekonomi Wilayah di Provinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh YETI
LIS PURNAMADEWI dan MUHAMMAD FIRDAUS.
Provinsi Jawa Timur dihadapkan pada permasalahan ketimpangan ekonomi.
Pada sisi yang lain perikanan di Jawa Timur mempunyai potensi yang besar baik
perikanan laut, darat maupun pengolahan ikan. Namun pengembangan perikanan
sejauh ini belum memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian di Jawa
Timur. Pengembangan perikanan secara terintegrasi diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi wilayah di
Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan 1) mengkaji dan memetakan keragaan
perikanan sektoral dan regional di Provinsi Jawa Timur, 2) menganalisis peran
subsektor perikanan dalam perekonomian daerah di Provinsi Jawa Timur, 3)
menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap pembangunan subsektor
perikanan dalam kerangka pengembangan wilayah di Provinsi Jawa Timur, dan 4)

merumuskan strategi pembangunan perikanan dalam kerangka pengembangan
wilayah di Provinsi Jawa Timur. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif,
shift share analysis, analisis input output dan regresi berganda data panel.
Berdasarkan keragaan secara sektoral, dari sisi jumlah pelaku usaha,
produksi dan nilai produksi menunjukkan bahwa perikanan di Provinsi Jawa
Timur didominasi oleh perikanan laut. Berdasarkan keragaan regional, secara total
10 kabupaten/kota terbesar dalam hal jumlah pelaku usaha, sedikit berbeda
dengan 10 kabupaten terbesar dari sisi produksi dan nilai produksi.
Kabupaten/kota yang termasuk 10 terbesar baik dari sisi pelaku usaha, produksi
maupun nilai produksi adalah Kabupaten Lamongan, Gresik dan Sumenep. Hasil
analisis daya saing dengan menggunakan analisis shift-share menunjukkan bahwa
lima daerah di Jawa Timur mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi
perikanan yang terdiri dari Kabupaten Lamongan, Pamekasan, Banyuwangi,
Trenggalek, dan Pacitan. Di Jawa Timur terdapat 15 kabupaten yang dominan
perikanan laut dan 23 kabupaten yang dominan perikanan darat.
Hasil analisis input-output menunjukkan bahwa subsektor pengolahan ikan
mempunyai nilai keterkaitan ke belakang yang terbesar dari seluruh sektor dan
nilai keterkaitan ke depan yang relatif kecil sehingga sektor tersebut mempunyai
total nilai pengganda terbesar. Nilai keterkaitan ke belakang subsektor pengolahan
yang terbesar adalah dengan subsektor perikanan darat.

Analisis ekonometrik menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja dan
anggaran belanja bidang kelautan dan perikanan berpengaruh signifikan secara
positif dan inelastis terhadap produksi perikanan. Menurut tipologi usahanya,
jumlah tenaga kerja pada perikanan tangkap laut, budidaya kolam, dan budidaya
laut memberikan pengaruh secara signifikan dan positif terhadap produksi
perikanan. Trip penangkapan memberikan pengaruh secara signifikan dan positif
pada perikanan tangkap laut dengan elastisitas yang lebih rendah daripada jumlah
tenaga kerja. Sementara itu, luas lahan budidaya juga memberikan pengaruh
secara signifikan dan positif pada produksi perikanan budidaya kolam dan laut
dengan elastisitas yang lebih rendah dari jumlah tenaga kerja. Jumlah bibit yang
ditebar juga memberikan pengaruh secara signifikan dan positif pada produksi

perikanan budidaya tambak dan kolam dengan elastisitas yang lebih rendah dari
jumlah tenaga kerja. Kebijakan minapolitan memberikan pengaruh secara
signifikan dan positif pada produksi perikanan budidaya laut.
Strategi pembangunan perikanan dapat diprioritaskan pada usaha
pengolahan ikan yang diharapkan memacu produksi perikanan khususnya
perikanan darat yang mempunyai keterkaitan terbesar dengan pengolahan ikan.
Pembangunan usaha pengolahan ikan dilaksanakan di daerah yang dominan
perikanan darat serta diutamakan pada daerah yang tertinggal secara

perekonomian (PDRB perkapita rendah dan angka kemiskinan tinggi). Beberapa
daerah yang mempunyai dominasi perikanan darat dan termasuk daerah tertinggal
diantaranya adalah Pacitan, Lamongan, Malang, Ponorogo, Madiun, Ngawi,
Bojonegoro, Kediri, Jombang, dan Nganjuk.
Pembangunan perikanan dalam kerangka pengembangan ekonomi wilayah
dapat difokuskan pada empat daerah tertinggal yang mempunyai keunggulan
kompetitif dan spesialisasi perikanan (Pamekasan, Pacitan, Lamongan, dan
Trenggalek) diikuti dengan daerah tertinggal yang hanya mempunyai keunggulan
kompetitif atau terspesialisasi perikanan (Bangkalan, Sumenep, Sampang,
Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Kota Probolinggo, Madiun, Ngawi,
Bojonegoro dan Kediri). Jumlah tenaga kerja masih menjadi variabel yang paling
elastis dalam meningkatkan produksi perikanan, sehingga fokus pembangunan
perikanan dapat diprioritaskan pada peningkatan jumlah tenaga kerja perikanan
khususnya perikanan budidaya yang mempunyai potensi lahan yang masih luas
untuk dikembangkan.
Dalam rangka mendukung strategi pengembangan perekonomian di Jawa
Timur, khusus pada sektor perikanan dapat mengutamakan daerah yang memiliki
keunggulan kompetitif dan spesialisasi sebagai prioritas pembangunan perikanan,
serta didukung oleh daerah yang hanya unggul secara kompetitif atau spesialisasi
saja. Subsektor pengolahan ikan dapat dijadikan prioritas dalam pengembangan

perikanan karena memberikan pengganda tenaga kerja, output dan nilai tambah
yang terbesar diantara subsektor perikanan, tentunya didukung dengan
pembangunan perikanan laut dan darat. Nilai elastisitas tenaga kerja dan anggaran
belanja bidang perikanan yang masih rendah diperlukan peningkatan keterampilan
dan inovasi teknologi kepada tenaga kerja perikanan dan evaluasi alokasi
anggaran agar lebih efektif dalam mendukung peningkatan produksi perikanan.
Kata kunci : shift share, input output, perikanan, ekonomi wilayah

SUMMARY
HAKIM MIFTAKHUL HUDA. Fisheries Development in Regional Economic
Development Framework in East Java Province. Supervised by YETI LIS
PURNAMADEWI and MUHAMMAD FIRDAUS.
East Java province have the problems of economic disparity. On the other
hand, East Java has big potential in fisheries such as in inland fisheries, marine
fisheries, and fish processing. So far, the development of fisheries have not made
a big contribution to the economy of East Java yet. Integrated fisheries
development is expected to provide a bigger contribution in the regional economic
development in East Java. This study aims to 1) analyze and mapping the
performance of sectoral and regional fisheries in East Java province, 2) analyze
the role of the fisheries sub-sector in the regional economy in East Java province,

and 3) analyze the factors that influence the development of the fisheries subsector within the economic regional development framework in East Java
province, and 4) formulating the fisheries development strategy within the
economic regional development framework in East Java province. Analysis of the
data used are the descriptive analysis, shift share analysis, analysis of input-output
and panel data regression.
Based on the performance by sector, of the total number of labor, production
and value of production shows that fisheries in East Java province are dominated
by sea fishery. Based on the performance of regional, in total 10 districts/cities in
terms of labor, slightly different from the 10 largest districts in terms of
production and value of production. Districts/cities which includes the 10 largest
in terms of labor, production and value of production is Lamongan, Gresik and
Sumenep. Results of analysis of competitiveness by using shift-share analysis
showed that five regions in East Java has a competitive advantage and
specialization fishery consists of Lamongan, Pamekasan, Banyuwangi,
Trenggalek, and Pacitan. In East Java, there are 15 districts/cities dominant of
marine fishing and 23 districts/cities dominant of land fishery.
Input-output analysis results indicate that the fish processing subsector has
the biggest backward linkages value between all sectors and small forward
linkages value so that the total value of the sector has the biggest multiplier value.
The biggest backward linkages value of processing sub-sector is the link with

inland fishery subsector.
Econometric analysis showed that the amount of labor and budget of
marine and fisheries have significant effect positively and inelastically toward
fisheries production. According to the fishery typology, the amount of labor in the
capture fisheries, ponds and marine aquaculture provide a positive and significant
effect on fisheries production. Trip catching provide a significant and positive
influence on marine capture fisheries with lower elasticity than the amount of
labor. Meanwhile, the area of aquaculture also provide a positive and significant
effect on the production of marine and ponds aquaculture with a lower elasticity
than the amount of labor. Number of seeds which spread also give a positive and
significant effect on the production of ponds and brackish water ponds
aquaculture and with lower elasticity than the amount of labors. Minapolitan
policy provide a positive and significant effect on marine aquaculture production.

Fisheries development strategy can be prioritized in the fish processing
business expected to spur the production of fisheries, especially inland fishery that
has the greatest linkage with the processing of fish. Development of fish
processing business committed in the area with the dominant in inland fisheries
and prioritized in areas which are underdeveloped districts (low of GDP per capita
and a high poverty rate). Some areas that have domination in inland fisheries and

including the underdeveloped districts are Pacitan, Lamongan, Malang, Ponorogo,
Madiun, Ngawi, Bojonegoro, Kediri, Jombang, and Nganjuk.
Development of fisheries within the framework of regional economic
development can be focused in four underdeveloped district that have a
competitive advantage and specialization fisheries (Pamekasan, Pacitan,
Lamongan, and Trenggalek) followed by the underdeveloped districts that only
have a competitive advantage or specialized fisheries (Bangkalan, Sumenep,
Sampang, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Probolinggo City, Madiun, Ngawi,
Bojonegoro and Kediri). The number of labor is still the most elastic variable in
increasing fish production, so the developing fishery can be prioritized on
increasing the number of labor fisheries, especially aquaculture that have the large
land which still potential to be developed.
In order to support the economic development strategy in East Java,
especially in the fisheries sector can prioritize areas that have a competitive
advantage and specialization as a growth poles of fisheries development, and
supported by area that have competitive advantage or specialization only. Fish
processing subsector can be a priority in the development of the fishery because it
provides the biggest employment, output and value added multipliers among the
fisheries subsector and supported by the marine and inland fisheries development.
The elasticity of labor and fisheries budget is still lower so its required to

upgrading skills and disseminating the technological innovation for fisheries labor
and evaluating the alocation of the fisheries budget to be more effective in
supporting fisheries production growth.
Keywords: shift share, input output, fisheries, economic region

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMBANGUNAN PERIKANAN
DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH
DI PROVINSI JAWA TIMUR

HAKIM MIFTAKHUL HUDA


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Dr Ir Wiwiek Rindayati, MSi

Judul Tesis : Pembangunan Perikanan dalam Kerangka Pengembangan Ekonomi
Wilayah di Provinsi Jawa Timur
Nama
: Hakim Miftakhul Huda

NIM
: H152120181
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Yeti Lis Purnamadewi, MScAgr
Ketua

Prof Dr Muhammad Firdaus, SP MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 12 Juni 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga laporan penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih pada penelitian ini adalah Pembangunan Perikanan dalam Kerangka
Pengembangan Ekonomi Wilayah di Provinsi Jawa Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Yeti Lis Purnamadewi,
MScAgr dan Bapak Prof Dr Muhammad Firdaus, SP MSi selaku pembimbing. Di
samping itu, penulis sampaikan terimakasih kepada Bapak kepala dan seluruh staf
dari Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
melanjutkan studi pascasarjana di Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Perdesaan Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor. Ungkapan
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak, ibu, istri,
anak, serta seluruh keluarga dan teman-teman PWD atas dukungan dan do’anya.
Semoga hasil penelitian bermanfaat baik baik penulis maupun pembaca.

Bogor, Agustus 2015
Hakim Miftakhul Huda

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
8
11
11
11

2 TINJAUAN PUSTAKA
Subsektor Perikanan
Pengembangan Ekonomi Wilayah
Pendekatan Pembangunan Ekonomi Wilayah Secara Sektoral
Pendekatan Pembangunan Ekonomi Wilayah Secara Spasial
Teori Produksi
Teori Keseimbangan Umum dan Input Output
Hasil Penelitian Terdahulu
Kerangka Pemikiran

12
12
13
14
17
18
19
20
24

3 METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis
Definisi Operasional

26
26
26
27
40

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
41
Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur
41
Kondisi Geografis dan Kependudukan
41
Kondisi Ketenagakerjaan
42
Kondisi Perekonomian
42
Kebijakan Pembangunan di Provinsi Jawa Timur
44
Kebijakan Pembangunan Subsektor Perikanan
46
Keragaan Perikanan Sektoral dan Regional di Provinsi Jawa Timur
49
Karakteristik dan Keragaan Sumberdaya Perikanan Secara Sektoral 49
Karakteristik dan Keragaan Sumberdaya Perikanan Secara Regional 56
Daya Saing Perikanan Regional di Jawa Timur
69
Peran Subsektor Perikanan dalam Perekonomian Daerah di Provinsi Jawa
Timur
71
Struktur Permintaan dan Penawaran
71

Struktur Input
75
Struktur Nilai Tambah Bruto
77
Keterkaitan ke belakang dan ke depan
78
Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan
80
Dampak Pengganda
82
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembangunan Subsektor Perikanan 84
Model Pembangunan Perikanan secara Umum
84
Model Pembangunan Perikanan Menurut Tipologi Usaha
86
Strategi Pembangunan Perikanan dalam Kerangka Pengembangan Ekonomi
Wilayah di Jawa Timur
91
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

96
96
97

DAFTAR PUSTAKA

99

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
1. Keragaan subsektor perikanan di Jawa Timur dan nasional tahun 2012
2. Potensi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap laut di Jawa Timur
3. Potensi pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya di Jawa Timur
tahun 2012
4. Jenis dan metode pengumpulan data
5. Kemungkinan yang terjadi pada efek alokasi hasil SSA EstebanMarquillass
6. Struktur tabel input-output
7. Klasifikasi subsektor perekonomian di Jawa Timur 2012
8. Profil kondisi perekonomian wilayah di Jawa Timur, 2012
9. Lokasi pengembangan minapolitan di Jawa Timur, 2011-2013
10. Jumlah pelaku usaha perikanan on-farm menurut tipologi usaha di Jawa
Timur, tahun 2012
11. Produksi dan nilai produksi perikanan on-farm menurut tipologi usaha di
Jawa Timur, tahun 2012
12. Sebaran jumlah armada, alat tangkap, pelaku usaha dan produksi
perikanan tangkap di Jawa Timur, tahun 2012
13. Produksi dan nilai produksi beberapa komoditas utama perikanan
tangkap laut di Jawa Timur tahun 2012
14. Produksi dan nilai produksi perikanan tangkap perairan umum daratan di
Jawa Timur tahun 2012
15. Luas lahan, jumlah pelaku usaha, dan produksi perikanan budidaya di
Jawa Timur tahun 2012
16. Produksi dan nilai produksi budidaya tambak di Jawa Timur tahun 2012
17. Produksi dan nilai produksi budidaya laut di Jawa Timur tahun 2012
18. Produksi dan nilai produksi budidaya kolam di Jawa Timur tahun 2012
19. Jumlah pelaku usaha perikanan on-farm regional di Jawa Timur, tahun
2012
20. Jumlah pelaku usaha perikanan laut regional di Jawa Timur, tahun 2012
21. Jumlah pelaku usaha perikanan darat regional di Jawa Timur, tahun
2012
22. Produksi perikanan on-farm regional di Jawa Timur, tahun 2012
23. Produksi perikanan laut regional di Jawa Timur, tahun 2012
24. Produksi perikanan darat regional di Jawa Timur, tahun 2012
25. Nilai produksi perikanan on-farm regional di Jawa Timur, tahun 2012
26. Usaha pengolahan ikan regional di Jawa Timur tahun 2011
27. Jumlah tenaga kerja dan produksi usaha pengolahan ikan di Jawa Timur,
tahun 2011
28. Hasil analisis shift-share PDRB subsektor perikanan di Jawa Timur
tahun 2008-2012
29. Struktur permintaan menurut sektor perekonomian di Jawa Timur, tahun
2012
30. Struktur permintaan akhir menurut sektor perekonomian di Jawa Timur,
tahun 2012

4
4
5
26
29
30
32
43
49
50
51
52
53
54
54
55
56
56
57
58
59
61
62
63
65
66
68
70
72
73

31. Struktur penawaran menurut sektor perekonomian di Jawa Timur, tahun
2012
32. Struktur input subsektor perikanan di Jawa Timur tahun 2012
33. Struktur nilai tambah bruto di Jawa Timur tahun 2012
34. Dampak pengganda sektor perekonomian di Jawa Timur tahun 2012
35. Hasil pendugaan model pembangunan perikanan on-farm di Jawa Timur,
2004-2012
36. Hasil pendugaan model pembangunan perikanan on-farm menurut
kelompok kode shift share analysis di Jawa Timur, 2008-2012
37. Hasil pendugaan model pembangunan perikanan tipologi tangkap laut di
Jawa Timur, 2008-2012
38. Hasil pendugaan model pembangunan perikanan tipologi tambak di
Jawa Timur, 2008-2012
39. Hasil pendugaan model pembangunan perikanan tipologi kolam di Jawa
Timur, 2008-2012
40. Hasil pendugaan model pembangunan perikanan tipologi budidaya laut
di Jawa Timur, 2008-2012
41. Sebaran kabupaten/kota menurut kode SSA Esteban-Marquillas dan
daerah tertinggal di Jawa Timur, tahun 2012
42. Wilayah pembangunan perikanan di Jawa Timur

74
75
77
83
85
86
87
88
89
90
91
92

DAFTAR GAMBAR
1. Perkembangan ekspor-impor perikanan Indonesia, tahun 2008-2012
2. Perkembangan kontribusi sektor perekonomian terhadap total PDRB
Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2012
3. Kontribusi penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha di Jawa
Timur, Agustus 2012
4. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, 2009-2012
5. PDRB per kapita kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2012
6. Grafik perkembangan kontribusi PDRB/PDB subsektor perikanan
terhadap total PDRB/PDB tahun 2008-2012
7. Pertumbuhan nilai ekspor dan impor perikanan Provinsi Jawa Timur,
tahun 2009-2012
8. Ruang lingkup aktivitas usaha perikanan
9. Kerangka pemikiran penelitian
10. Peta wilayah Provinsi Jawa Timur menurut klaster pembangunan
11. Nilai transaksi antara subsektor perikanan laut, tahun 2012
12. Nilai transaksi antara subsektor perikanan darat, tahun 2012
13. Nilai transaksi antara subsektor pengolahan ikan, tahun 2012
14. Sebaran nilai IDP dan IDK sektor perekonomian di Jawa Timur, 2012
15. Strategi pembangunan perikanan dalam pengembangan ekonomi
wilayah di Jawa Timur

1
2
3
6
7
9
10
11
24
41
78
79
79
81
95

DAFTAR LAMPIRAN
1. Produksi dan nilai produksi perikanan kabupaten dan kota di Jawa
Timur, 2012
2. PDRB Perikanan atas dasar harga konstan tahun 2000 periode 20082012
3. Keragaan perikanan di Indonesia, tahun 2012
4. Klasifikasi 27 sektor perekonomian di Jawa Timur
5. Hasil uji Hausman pada model produksi perikanan secara umum di
Provinsi Jawa Timur
6. Hasil pendugaan pengaruh tenaga kerja dan anggaran belanja daerah dan
pusat bidang kelautan dan perikanan terhadap produksi perikanan di
Provinsi Jawa Timur, menggunakan metode fixed effect model
7. Hasil uji Hausman pada model produksi perikanan berdasarkan
kelompok kode shift-share analysis
8. Hasil pendugaan pengaruh tenaga kerja dan anggaran belanja daerah dan
pusat bidang kelautan dan perikanan terhadap produksi perikanan
berdasarkan kelompok kode shift-share analysis
9. Hasil uji Hausman pada model produksi perikanan tipologi perikanan
tangkap laut
10. Hasil pendugaan pengaruh jumlah nelayan dan jumlah trip penangkapan
dan kebijakan minapolitan terhadap produksi perikanan pada tipologi
perikanan tangkap laut, menggunakan metode fixed effect model
11. Hasil uji Hausman pada model produksi perikanan tipologi perikanan
budidaya tambak
12. Hasil pendugaan pengaruh jumlah pembudidaya dan jumlah bibit ikan
dan kebijakan minapolitan terhadap produksi perikanan pada tipologi
perikanan budidaya tambak, menggunakan metode fixed effect model
13. Hasil uji Hausman pada model produksi perikanan tipologi perikanan
budidaya kolam
14. Hasil pendugaan pengaruh jumlah pembudidaya kolam, luas lahan
kolam dan jumlah bibit ikan dan kebijakan minapolitan terhadap
produksi perikanan pada tipologi perikanan budidaya kolam,
menggunakan metode random effect model
15. Hasil uji Hausman pada model produksi perikanan tipologi perikanan
budidaya laut
16. Hasil pendugaan pengaruh jumlah pembudidaya budidaya laut, luas
lahan budidaya laut dan kebijakan minapolitan terhadap produksi
perikanan pada tipologi perikanan budidaya laut, menggunakan random
effect model

102
103
104
105
107
108
109

111
115
116
117

118
119

120
121

122

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan dan mempunyai garis pantai terpanjang
keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada dan Rusia, mempunyai potensi
perikanan yang besar. Pada tahun 2012, subsektor perikanan memberikan
kontribusi sebesar 3.1 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional.
Sementara itu dalam hal ketenagakerjaan subsektor perikanan mampu menyerap
6.43 persen dari tenaga kerja nasional. Perikanan yang dapat dikelompokkan ke
dalam perikanan tangkap dan perikanan budidaya mempunyai potensi produksi
sebanyak 6.4 juta ton/tahun untuk perikanan tangkap dan 12.5 juta hektar lahan
budidaya. Tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap pada tahun 2012
telah mencapai 91 persen dari potensi lestari sementara itu potensi luas lahan
untuk perikanan budidaya baru dimanfaatkan sebesar 6.3 persen. Indonesia
mampu menghasilkan produksi ikan dari perikanan tangkap sebanyak 5.8 juta ton
dan 9.7 juta ton dari perikanan budidaya pada tahun 2012. Produksi perikanan
didominasi oleh perikanan laut sebanyak 72.27 persen (11.2 juta ton) sementara
perikanan darat memberikan kontribusi sebesar 27.73 persen (4.3 juta ton)
(KKPDKP 2013). Pengembangan perikanan, khususnya perikanan budidaya yang
tingkat pemanfaatannya sampai dengan saat ini masih rendah merupakan salah
satu alternatif kebijakan dalam memacu pengembangan wilayah di Indonesia
khususnya dalam perspektif ekonomi.
Potensi perikanan yang dimiliki Indonesia memberikan peran yang baik
dalam perdagangan internasional Indonesia. Volume dan nilai ekspor perikanan
terus mengalami peningkatan walaupun sempat terjadi penurunan pada tahun
2009. Nilai ekspor perikanan yang selalu lebih besar daripada impornya
menjadikan neraca perdagangan perikanan Indonesia pada periode 2008-2012
dalam kondisi surplus dengan perkembangan yang terus meningkat (Gambar 1)
(KKPDKP 2013).

4500000

Volume ekspor
(ton)

4000000
3500000

Volume impor
(ton)

3000000

Nilai ekspor
(US$1000)

2500000
2000000

Nilai impor
(US$1000)

1500000
1000000

Neraca
perdagangan
(US$1000)

500000
0
2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : KKP (2013)
Gambar 1 Perkembangan ekspor-impor perikanan Indonesia, tahun 2008-2012

2
Ditinjau dari sisi permintaan, ikan merupakan sumber protein utama
kebanyakan masyarakat karena harga terjangkau dan tersedia. Ikan khususnya
ikan rucah menjadi faktor penyelamat bagi ketahanan pangan di kebanyakan
negara di Asia karena harganya yang relatif lebih murah daripada daging, telur
dan ayam. Pada sisi yang lain, saat ini terjadi tren pergeseran paradigma dan gaya
hidup dari konsumsi daging merah (red meat) ke daging putih/ ikan (white meat)
yang dianggap lebih aman bagi kesehatan (Susilowati 2006).
Konsumsi ikan masyarakat cenderung berbanding lurus dengan besarnya
pengeluaran. Semakin tinggi pengeluaran masyarakat, maka konsumsi ikan
cenderung semakin meningkat. Tingkat konsumsi ikan ideal adalah 32.70
kg/kapita/tahun setara dengan 12.9 gram protein per kapita per hari. Tercapainya
konsumsi ikan ideal sudah dapat memenuhi 24.8 persen angka kecukupan protein.
Hal ini menunjukkan potensi ikan yang sangat besar dalam upaya pemenuhan
kecukupan protein (Putri 2013).
Perikanan Indonesia dari sudut pandang penawaran dan permintaan
sebagaimana diuraikan sebelumnya mempunyai peluang besar dalam mendorong
pembangunan nasional khususnya ditinjau dari pembangunan sektoral.
Pembangunan ekonomi secara umum difokuskan pada usaha peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang berkaitan erat dengan pendapatan nasional baik
secara total maupun per kapita dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hasil pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan dapat
didistribusikan secara merata ke seluruh masyarakat sehingga permasalahanpermasalahan sosial ekonomi seperti penggangguran, kemiskinan, ketimpangan
distribusi pendapatan, dan sebagainya dapat dipecahkan melalui mekanisme
trickle down effect (Todaro dan Smith 2006).
Jawa Timur sebagai salahsatu provinsi diIndonesia mempunyai potensi
sumberdaya perikanan yang besar dalam rangka pengembangan ekonomi di Jawa
Timur. Namun demikian, tren peningkatan kebutuhan ikan dibanding kebutuhan
daging merah belum berbanding lurus dengan tren peran subsektor perikanan
terhadap PDRB Jawa Timur (Gambar 2).

35
Pertanian
30

Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan

25
20

Listrik, Gas, & Air Bersih

(%)
15

Konstruksi

10

Perdagangan, Hotel &
Restauran
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan, Persewaaan &
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

5

1.96

1.95

1.89

1.80

0
2008

2009

2010

2011

1.76
2012

Sumber : BPS Jawa Timur (2013)
Gambar 2 Perkembangan kontribusi sektor perekonomian terhadap total PDRB
Provinsi Jawa Timur Tahun 2008-2012

3
Subsektor perikanan masih mempunyai peran yang relatif kecil terhadap
total PDRB di Jawa Timur. Perkembangan peran subsektor perikanan dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami penurunan, walaupun laju
penurunannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan sektor pertanian.
Keberadaan potensi sumberdaya ikan yang besar dan kemampuan dalam
menyerap tenaga kerja yang banyak menjadikan alasan subsektor perikanan masih
relevan untuk dikembangkan di Jawa Timur.
Penduduk di Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 37 687 622 jiwa.
Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur pada Agustus 2012 mencapai 19 081 995
jiwa (50.6 persen dari penduduk) dan pengangguran terbuka sebanyak 819 563
jiwa (2.2 persen dari penduduk). Sektor pertanian dimana subsektor perikanan
termasuk di dalamnya merupakan sektor yang menyerap paling banyak tenaga
kerja yaitu sebesar 7 472 200 jiwa atau 39 persen dari total angkatan kerja
(Gambar 3).

Keuangan,
Perusahaan dan
Jasa Perusahaan
2%

Total angkatan kerja : 19.081.995 jiwa

Pengangkutan
dan
Komunikasi
3%
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
20%
Bangunan/
Konstruksi
7%
Listrik, Gas
dan Air
Minum
0%

Jasa-Jasa
13%
Pertanian
39%

Industri
Pengolahan
15%
Pertambangan
dan
Penggalian
1%

Sumber : BPS Jawa Timur (2013)
Gambar 3 Kontribusi penyerapan tenaga kerja menurut lapangan usaha di Jawa
Timur, Agustus 2012

Provinsi Jawa Timur sampai dengan tahun 2012 masih menjadi kontributor
terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor perikanan nasional dengan
kontribusi sebesar 11.98 persen. Sebagai kontributor PDB subsektor perikanan
terbesar, Provinsi Jawa Timur tentunya mempunyai peranan penting dalam
perkembangan perikanan nasional. Tenaga kerja bidang perikanan di Provinsi
Jawa Timur memiliki jumlah yang besar. Bahkan jumlah tenaga kerja nelayan
merupakan yang terbanyak di Indonesia. Dalam hal produksi dan nilai produksi
perikanan baik tangkap maupun budidaya, Provinsi Jawa Timur juga menjadi
kekuatan penting sebagai penghasil ikan terbesar ketiga di Indonesia. Keragaan
perikanan di Jawa Timur dan posisinya dalam perikanan nasional dapat dilihat
pada Tabel 1.

4
Tabel 1 Keragaan subsektor perikanan di Jawa Timur dan nasional tahun 2012
No.

Uraian

1
2
3
4
5

Nelayan (orang)
Pembudidaya (orang)
Pengolah ikan (orang)
Produksi perikanan tangkap (ton)
Produksi perikanan budidaya
(ton)
Nilai produksi perikanan tangkap
(Rp juta)
Nilai produksi perikanan
budidaya (Rp juta)
PDRB perikanan (Rp miliar)

6
7
8

251 826
456 657
320 338
381 805
927 974

2 748 908
4 527 838
1 352 936
5 829 194
9 675 553

Persentase
(%)
9.16
10.09
23.68
6.55
9.59

4 363 614

79 393 325

5.50

3

8 781 458

75 922 767

11.57

2

19 244

255 332

7.53

1

Jawa Timur

Nasional

Peringkat
nasional
1
3
1
3
3

Sumber : KKPDKP (2013)

Potensi besar perikanan di Jawa Timur belum dimanfaatkan secara optimal
dalam pembangunan di Jawa Timur. Pembangunan perikanan di Jawa Timur
masih terjadi ketimpangan antara wilayah utara dengan selatan Jawa. Upaya
pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah utara Jawa Timur telah dilakukan
secara masif sehingga sumberdaya perikanan di pantai utara Jawa Timur
(Kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, Kota Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan,
Probolinggo, Situbondo, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep) telah
mengalami lebih tangkap (over fishing). Namun sebaliknya yang terjadi di selatan
Jawa Timur (Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang,
Lumajang, Jember, dan Banyuwangi), pemanfaatan sumberdaya perikanan
tangkap masih dapat dikembangkan lebih lanjut (Kusnadi 2007).
Perairan Selatan Jawa memiliki potensi sumberdaya ikan yang potensial
(Muhammad 2001). Wilayah pengelolaan perikanan Samudera Hindia di Selatan
Jawa yang disebut dengan WPP 573, memiliki potensi perikanan yang dapat
dikembangkan. Merujuk pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomer
45 Tahun 2011 menunjukkan bahwa kondisi pemanfaatan di wilayah samudera
Hindia termasuk dalam kategori moderate yang berarti kegiatan penangkapan ikan
masih dapat dikembangkan karena dalam ruang pemanfaatan lestari (Tabel 2).
Tabel 2 Potensi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap laut di Jawa Timur
No.
1

2

Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP)
WPP 573 (Samudera Hindia sebelah
Selatan Jawa sampai dengan selatan
Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan
Laut Timor bagian barat
WPP 712 (Laut Jawa)

Sumber : KKP (2013)

Potensi
Tingkat
pemanfaatan pemanfaatan
lestari
tahun 2012
(ton/tahun)
(ton)
491 700
383 292

836 600

905 144

Persentase
pemanfaatan
(%)
77.95

108.19

5
Potensi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Provinsi Jawa Timur
terbagi dalam dua WPP yaitu WPP 573 yang berada di selatan dan WPP 712 yang
berada di utara Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data hasil penangkapan tahun
2012 WPP 712 yang berada di utara Provinsi Jawa Timur telah mengalami lebih
tangkap (over fishing) sehingga aktivitas penangkapan ikan harus dikurangi untuk
menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan yang ada. Sementara itu WPP 712 yang
berada di Selatan Jawa Timur masih dapat dikembangkan lebih lanjut mengingat
tingkat pemanfaatan baru mencapai 77.95 persen dari potensi pemanfaatan lestari.
Pada bidang perikanan budidaya, tingkat pemanfaatan lahan untuk kegiatan
perikanan budidaya di Provinsi Jawa Timur sampai dengan tahun 2012 masih
mencapai 22.03 persen dari luas lahan yang berpotensi untuk kegiatan perikanan
budidaya (Tabel 3). Pengembangan perikanan budidaya diharapkan dapat
dilakukan secara intensif khususnya untuk budidaya laut, kolam dan mina padi,
sedangkan untuk tambak hampir mendekati potensi optimal.
Tabel 3 Potensi pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya di Jawa Timur
tahun 2012
No.
1
2
3
4
5

Jenis budidaya
Budidaya Laut
Tambak
Kolam
Perairan Umum
Mina padi
Total

Potensi lahan
(ha)
23 596
62 207
92 400
183
301 595
479 981

Tingkat
pemanfaatan
(ha)
1 535
59 154
3 360
255
41 413
105 717

Persentase
pemanfaatan
(%)

Produksi
2012
(ton)

6.51
95.09
3.64
139.34
13.73
22.03

7 153
170 434
110 269
13 882
66 102
367 840

Sumber : KKP (2013)

Penggalian potensi dan sumberdaya lokal mempunyai peran penting
sehingga harus terdapat usaha atau upaya untuk menciptakan berbagai peluang
yang dapat meningkatkan penerimaan daerah baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penggalian potensi sumberdaya wilayah merupakan prioritas utama,
dengan tujuan meningkatkan pendapatan daerah berdasar prinsip keadilan dan
kemandirian sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Sulistiono 2008).
Jawa Timur sebagai salah satu provinsi di Indonesia pada tahun 2008-2012
mencapai rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6.55 persen, angka ini lebih
tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5.85
persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur tidak diikuti dengan
distribusi pembangunan ekonomi dimana hanya terdapat sembilan diantara 38
kabupaten/kota yang mempunyai pertumbuhan diatas rata-rata Jawa Timur.
Ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung secara terus menerus
dapat menyebabkan ketimpangan antar wilayah semakin tinggi. Profil
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 4

6

Sumber : BPS Jawa Timur (2013)
Gambar 4 Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, 2009-2012

Pembangunan antar wilayah dalam suatu kawasan seringkali tidak merata
bahkan terjadi ketimpangan diantaranya. Dalam hal Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) per kapita di Jawa Timur juga terdapat ketimpangan yang tinggi
antar kabupaten/kota di Jawa Timur. Sebagaian besar kabupaten/kota mempunyai
nilai PDRB per kapita yang berada di bawah rata-rata Provinsi Jawa Timur.
Hanya terdapat delapan kabupaten/kota yang mempunyai nilai PDRB per kapita
diatas rata-rata Jawa Timur. Kesenjangan nilai PDRB perkapita merupakan
masalah tersendiri dalam pembangunan ekonomi di Jawa Timur yang salah satu
tujuannya adalah terciptanya pemerataan ekonomi.

7

Sumber : BPS Jawa Timur (2013)
Gambar 5 PDRB per kapita kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2012

Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa nilai PDRB per kapita tinggi
terkonsentrasi pada pusat perekonomian sedangkan wilayah pinggiran
mendominasi sebagai daerah dengan PDRB per kapita rendah. Bahkan seluruh
kabupaten di selatan Jawa Timur mempunyai nilai PDRB perkapita dibawah ratarata Jawa Timur. Ketimpangan nilai PDRB per kapita antar daerah di Jawa Timur
memerlukan strategi pengembangan ekonomi dengan memperhatikan potensi
sumberdaya yang ada, khususnya pada daerah yang mengalami ketertinggalan
perekonomian. Pada sisi yang lain, daerah yang pertumbuhan ekonomi dan PDRB
per kapitanya dibawah rata-rata Jawa Timur merupakan penghasil sumberdaya
perikanan utama di Jawa Timur seperti Kabupaten Sumenep, Lamongan,
Banyuwangi, Trenggalek dan Tulungagung (Lampiran 1).
Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar kedua di
Indonesia setelah Jawa Barat menjadi provinsi yang mempunyai jumlah penduduk
miskin terbesar di Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur sampai

8
dengan bulan September 2013 mencapai 4 865 820 jiwa atau sebesar 17.04 persen
dari jumlah penduduk miskin di Indonesia (BPS Jawa Timur 2013). Kemiskinan
tersebut menjadi permasalahan tersendiri dalam pembangunan di Jawa Timur.
Perikanan di Indonesia pada umumnya dan di Provinsi Jawa Timur pada
khususnya mempunyai potensi yang besar sehingga tidak berlebihan rasanya
subsektor perikanan dapat dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru
atau sebagai prime mover. Pembangunan subsektor perikanan di Provinsi Jawa
Timur, kedepannya diharapkan dapat menjadi sektor strategis untuk meningkatkan
pengembangan perekonomian daerah melalui peningkatan peranan dan
keterkaitan dengan sektor-sektor lain dalam internal wilayah. Keterkaitan
subsektor perikanan harus ditingkatkan agar mampu menarik sektor-sektor di
hulunya (sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang) dan mendorong sektorsektor di hilirnya (sektor yang memiliki keterkaitan ke depan). Semakin kuat
keterkaitan subsektor perikanan dengan sektor-sektor lain, akan makin besar pula
pengaruhnya dalam perkembangan wilayah Provinsi Jawa Timur. Strategi
pembangunan perikanan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan
menganalisis kondisi regional perikanan berdasarkan karakteristik tipologi usaha,
komoditas unggulan dan daerah pengembangnnya di Jawa Timur.
Perumusan Masalah
Indonesia mempunyai sumberdaya perikanan yang melimpah dilihat dari
potensi sumberdaya perikanannya baik secara kuantitas maupun secara
diversitasnya. Namun, potensi tinggi tersebut belum dapat dioptimalkan sebagai
unsur yang berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Pelaku usaha perikanan masih dianggap sebagai kelompok masyarakat
miskin dengan pendidikan rendah dan penguasaan aset produksi yang minim.
Apabila pengembangan perikanan, dari sub-sistem produksi, pasca panen
(penanganan dan pengolahan hasil), sampai pemasaran dikerjakan secara
profesional dan berbasis iptek, maka keunggulan komparatif yang dimiliki
perikanan akan menjelma menjadi keunggulan kompetitif yang merupakan aset
utama bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Keunggulan kompetitif
perikanan ini akan terwujud apabila lingkungan bisnisnya yang meliputi kebijakan
fiskal dan moneter, prasarana dan sarana, sistem hukum dan kelembagaan, serta
sumberdaya manusia dan iptek, bersifat kondusif bagi tumbuh suburnya usaha
perikanan secara efisien, produktif dan berdaya saing tinggi (Dahuri 2000).
Jumlah penduduk terus bertambah setiap tahun sehingga kebutuhan
konsumsi juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan
setiap tahun. Sementara itu, dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk juga
membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan).
Pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan penambahan kesempatan kerja
dapat menyebabkan ketimpangan dalam pembagian pendapatan tersebut, yang
pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap peningkatan angka kemiskinan.
Peningkatan kebutuhan konsumsi dan kesempatan kerja dapat dipenuhi dengan
cara meningkatkan output agregat (barang dan jasa) termasuk subsektor perikanan.
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar
kedua di Indonesia. Pada tahun 2012 jumlah penduduk Jawa Timur mencapai 37
687 622 jiwa. Pertumbuhan penduduk Jawa Timur dalam sepuluh tahun terakhir

9
rata-rata mencapai 1.5 persen per tahun. Tingginya pertumbuhan penduduk
tentunya diikuti dengan kebutuhan bahan makanan yang harus disediakan. Salah
satu kebutuhan bahan makanan yang diperlukan adalah kebutuhan ikan dimana
pada sepuluh tahun terakhir tingkat konsumsi ikan di Provinsi Jawa Timur terus
mengalami pertumbuhan. Kebutuhan konsumsi ikan di Jawa Timur pada tahun
2012 mencapai 24.55 kg/kap/tahun. Dengan tingkat konsumsi ikan sebesar 24.55
kg/kap/tahun maka provinsi Jawa Timur harus menyediakan 925 139 ton ikan
untuk memenuhi konsumsi ikan penduduknya dalam waktu setahun. Besarnya
kebutuhan ikan tentunya memerlukan strategi untuk meningkatkan produksi
perikanan dalam rangka memenuhi konsumsi domestik dan tentunya juga dalam
rangka memenuhi kebutuhan luar daerah/negeri.
Kontribusi PDRB subsektor perikanan terhadap total PDRB total di Provinsi
Jawa Timur dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terus mengalami
penurunan. Pada tahun 2012 kontribusi subsektor perikanan hanya sebesar 1.76
persen. Sementara itu pada rentang waktu yang sama kontribusi PDB subsektor
perikanan terhadap total PDB nasional cenderung stabil pada angka 2.2 persen
(Gambar 6). Transformasi sektor primer dalam hal ini subsektor perikanan menuju
sektor sekunder ataupun tersier merupakan ciri fase perkembangan wilayah.
Chenery et al. (1975) menyatakan bahwa semakin tinggi Produk Domestik Bruto
(PDB) dalam suatu masyarakat maka peranan sektor primer semakin menurun,
sebaliknya peranan sektor sekunder dan tersier semakin meningkat. Namun
demikian, berbagai strategi meningkatkan kontribusi subsektor perikanan harus
terus diupayakan agar pembangunan subsektor perikanan dapat berkelanjutan.

(%)

3.00
Nasional

2.00

Jawa Timur

1.00
0.00
2008

2009

2010

2011

2012

Tahun

Sumber : KKP (2013)
Gambar 6 Grafik perkembangan kontribusi PDRB/PDB subsektor perikanan
terhadap total PDRB/PDB tahun 2008-2012

Neraca perdagangan produksi perikanan di Jawa Timur mengalami
dinamika yang fluktuatif. Pada periode 2009-2012 rata-rata pertumbuhan nilai
ekspor perikanan hanya mencapai 7.10 persen, sedangkan nilai impor mengalami
pertumbuhan yang jauh lebih tinggi yaitu mencapai 29.92 persen. Walaupun
secara absolut nilai ekspor produksi perikanan masih lebih besar daripada nilai
impor (Gambar 7), tetapi dengan rata-rata nilai pertumbuhan impor yang lebih
besar daripada ekspor dikhawatirkan dapat menurunkan daya saing produk
perikanan lokal dan memicu ketergantungan terhadap produk impor pada masa
yang akan datang. Besarnya nilai impor produk perikanan bisa menjadi hambatan
dan ancaman khususnya dalam pertumbuhan ekonomi pada subsektor perikanan
di Jawa Timur.

Pertumbuhan (%)

10

100
80
60
40
20
0
-20
-40

Nilai ekspor
Volume ekspor
Nilai impor
Volume impor

2009

2010

2011

2012

rata-rata

Sumber : KKP (2013)
Gambar 7 Pertumbuhan nilai ekspor dan impor perikanan Provinsi Jawa Timur,
tahun 2009-2012
Pembangunan perekonomian dalam regional Jawa Timur masih terjadi
ketimpangan khususnya antara daerah pinggiran dan pusat pertumbuhan ekonomi
yang berada di koridor utara selatan bagian tengah Jawa Timur baik dalam hal
pertumbuhan ekonomi maupun PDRB per kapita. Pada sisi lain, daerah pinggiran
mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang besar dan belum dimanfaatkan
atau dikelola secara optimal. Pembangunan subsektor perikanan khususnya pada
daerah tertinggal yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang besar
diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi di Jawa Timur. Salah satu upaya kebijakan pembangunan ekonomi di
Jawa Timur adalah pengembangan klaster perekonomian yang disusun dengan
mempertimbangkan letak geografis dan karakteristik perekonomian wilayah.
Dalam bidang perikanan, salah satu kebijakan yang penting adalah penetapan
daerah minapolitan dimana ditentukan beberapa daerah sebagai prioritas
pengembangan perikanan sesuai dengan keunggulan perikanan yang dimiliki.
Provinsi Jawa Timur sebagai salahsatu kekuatan perikanan nasional saat ini
dihadapkan dengan tren penurunan peran subsektor perikanan terhadap total
PDRB dan pertumbuhan subsektor perikanan yang cenderung lebih kecil dari ratarata pertumbuhan nasional. Pada sisi yang lain kebutuhan akan ikan terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan konsumsi ikan
per kapita. Dalam sektor ekonomi, subsektor perikanan diketahui mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak sehingga diharapkan mereduksi
jumlah pengangguran dan mampu menggerakkan perekonomian regional.
Pengembangan wilayah dapat dicapai jika dapat mengoptimalkan pembangunan
sektoral, sementara pembangunan sektoral tanpa berorientasi pada pengembangan
wilayah dapat berujung pada tidak berhasilnya pembangunan sektor itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut muncul beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peta keragaan perikanan sektoral dan regional di Provinsi Jawa
Timur?
2. Bagaimanakah peran subsektor perikanan dalam perekonomian daerah di
Provinsi Jawa Timur?
3. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pembangunan subsektor perikanan
dalam kerangka pengembangan ekonomi wilayah di Provinsi Jawa Timur?

11
4. Bagaimanakah strategi pembangunan subsektor perikanan dalam kerangka
pengembangan ekonomi wilayah di Provinsi Jawa Timur?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, kemudian dirumuskan
beberapa tujuan berikut.
1. Mengkaji dan memetakan keragaan perikanan sektoral dan regional di Provinsi
Jawa Timur
2. Menganalisis peran subsektor perikanan dalam perekonomian daerah di
Provinsi Jawa Timur
3. Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap pembangunan subsektor
perikanan dalam kerangka pengembangan ekonomi wilayah di Jawa Timur
4. Merumuskan strategi pembangunan subsektor perikanan dalam kerangka
pengembangan ekonomi wilayah di Provinsi Jawa Timur?
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan
wilayah di Provinsi Jawa Timur khususnya subsektor perikanan. Selain itu, hasil
penelitian diharapkan dapat sebagai acuan dalam rangka replikasi pengembangan
wilayah di daerah lain yang mempunyai karakteristik yang hampir mirip.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pembangunan subsektor perikanan
dalam pengembangan wilayah di Provinsi Jawa Timur. Subsektor perikanan
terdiri dari perikanan laut, perikanan darat dan pengolahan ikan. Perikanan laut
terdiri dari perikanan tangkap laut, budidaya tambak, dan budidaya laut. Perikanan
darat terdiri dari perikanan tangkap perairan umum daratan, budidaya kolam,
budidaya keramba dan jaring apung, dan budidaya minapadi dan sawah tambak.
Struktur ruang lingkup penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Ruang lingkup aktivitas usaha perikanan

12

2 TINJAUAN PUSTAKA
Subsektor Perikanan
Subsektor perikanan di berbagai daerah mempunyai arti strategis terhadap
pembangunan wilayah, pembangunan daerah memungkinkan peningkatan
pemerataan menuju terciptanya masyarakat adil dan makmur. Pengembangan
subsektor perikanan di Indonesia didukung besarnya potensi sumberdaya yang
dimiliki dan tuntutan pasar yang semakin meningkat. Kebijakan ekonomi nasional
berorientasi ekonomi kerakyatan berbasis perikanan perlu dikembangkan untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan dan tingkat pertumbuhan perekonomian.
Pengembangan subsektor perikanan menjadi penekanan pembangunan dengan
tujuan peningkatan pendapatan dan taraf hidup nelayan, menciptakan kesempatan
kerja produktif dan mendorong pengembangan wilayah. Keberhasilan
pembangunan subsektor perikanan akhirnya berdampak positif bagi
pengembangan industri perikanan hulu dan hilir (Wardoyo 1992).
Pengembangan sektor perikanan menyangkut berbagai aspek yang mampu
menumbuhkan kegiatan produktif lainnya saling terkait, saling mendukung dan
saling menguntungkan, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, mulai dari
sub sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, sub sistem produksi, sub
sistem pengolahan hingga sub sistem pemasarannya. Pengembangan sektor
perikanan di suatu wilayah dapat dipandang sebagai jembatan dalam mewujudkan
industri yang meningkatkan nilai tambah. Industrialisasi sektor perikanan dapat
menjadi jembatan antara hasil perikanan sebagai bahan baku dengan teknologi
pengolahannya. Sektor perikanan relatif tidak terpengaruh adanya krisis ekonomi
dan dapat dijadikan sektor unggulan bagi pemulihan perekonomian nasional.
Peran strategis sektor perikanan sebagai sektor unggulan antara lain : 1. Berbahan
baku lokal, tidak tergantung komponen impor untuk proses produksinya, 2.
Meningkatkan devisa karena umumnya berorientasi ekspor, 3. Memiliki dimensi
pemerataan karena kuatnya keterkaitan kedepan dan kebelakang dengan
penggerak utamanya nelayan dan para pengusaha. Secara tidak langsung
pembangunan sektor perikanan dapat ditempuh melalui transformasi sektor
perikanan subsisten ke arah modern (Solahudin 1999).
Subsistem produksi pada subsektor perikanan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu perikanan tangkap dan
perikanan budidaya. Berdasarkan tipologi usaha produksi perikanan, kegiatan
penangkapan dapat dikelompokkan lagi menjadi perikanan tangkap laut dan
perikanan tangkap perairan umum. Pada bidang perikanan budidaya berdasarkan
tipologi usahanya dapat dikelompokkan menjadi budidaya laut, budidaya kolam,
budidaya tambak, budidaya jaring apung, budidaya keramba, budidaya sawah
tambak dan budidaya minapadi.
Berdasarkan lokasi pemanfaatannya, perikanan tangkap di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi perikanan lepas pantai (offshore fisheries), perikanan
pantai (coastal fisheries) dan perikanan darat (inland fisheries). Masalah yang
sering dihadapi perikanan tangkap pada umumnya adalah menurunnya hasil
tangkap yang disebabkan oleh eksploitasi berlebihan (overfishing) dan degradasi
kualitas fisik, kimia dan biologi lingkungan perairan (Dahuri et al. 2001).

13
Menurut Ningsih (2005) sumber daya perikanan laut dapat dikelompokkan
ke dalam empat kelompok besar yaitu: