Technical Specified Rubber Trade between Thailand and China

(1)

PERDAGANGAN KARET

SPESIFIKASI TEKNIS

ANTARA THAILAND DAN CHINA

ABDULHAKIM MADIYOH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “PERDAGANGAN

KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA THAILAND DAN CHINA” adalah

benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Abdulhakim Madiyoh


(3)

(4)

RINGKASAN

ABDULHAKIM MADIYOH. Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China. Dibimbing oleh RATNA WINANDI ASMARANTAKA dan BONAR MARULITUA SINAGA.

Thailand dan China berperanan penting dalam perdagangan karet alam oleh karena kedua negara tersebut adalah sebagai negara eksportir dan importir karet alam terbesar di dunia. Namun, ada berbagai masalah yang terjadi seperti kekurangan penawaran karet alam untuk memenuhi permintaan karet alam dan masalah ketidakstabilan harganya. Oleh karena itu, perlu untuk mengkaji perilakunya bagaimana kedua negara tersebut mempengaruhi penawaran, permintaan dan harga dalam perdagangan karet alam dunia khususnya karet spesifikasi teknis dimana jenis karet tersebut memiliki jumlah terbesar yang diperdagangkan antar dua negara ini.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : (1) menganalisis perilaku penawaran, permintaan dan harga karet spesifikasi teknis antara Thailand dengan China, dan (2) menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran, permintaan dan harga karet spesifikasi teknis antara Thailand dengan China.

Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrika two stage least square (2SLS) dengan membangunkan model persamaan simultan dan menggunakan data sekunder derat waktu antara tahun 1990-2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penawaran ekspor karet TSR Thailand ke China dipengaruhi oleh jumlah ekspor karet TSR Thailand ke China tahun sebelumnya dan jumlah produksi karet TSR Thailand, sedangkan penawaran ekspor karet spesifikasi teknis Thailand ke non-China dipengaruhi oleh jumlah produksi karet spesifikasi teknis Thailand dan jumlah ekspor karet spesifikasi teknis Thailand ke China, (2) permintaan impor karet TSR China dari Thailand dipengaruhi oleh gabungan China menjadi anggota WTO, jumlah produksi otomotif di China dan harga impor riil karet TSR China. Sementara permintaan impor karet TSR China dari Thailand dipengaruhi oleh jumlah impor karet TSR China dari non-Thailand tahun sebelumnya, jumlah produksi otomotif China dan pajak impor karet TSR di China, dan (3) harga riil karet TSR dunia dipengaruhi oleh harga riil karet TSR dunia tahun sebelumnya, jumlah ekspor karet TSR dunia tahun sebelumnya dan jumlah impor karet TSR total dunia, sementara harga ekspor riil karet TSR Thailand dipengaruhi oleh harga riil karet TSR dunia, jumlah ekspor total karet TSR Thailand dan harga riil minyak mentah di Amerika Serikat, kemudian harga impor riil karet TSR China dipengaruhi oleh rasio harga riil karet TSR dunia dan harga impor riil karet TSR China tahun sebelumnya. Hasil simulasi historis dan simulasi peramalan menunjukkan bahwa peningkatan jumlah produksi karet TSR di Thailand dan penghapusan pajak impor karet TSR di China baik dijalankan dalam perdagangan karet TSR antara Thailand dan China karena faktor tersebut mampu meningkatkan hasil devisa ekspor karet spesifikasi teknis Thailand.

Kata Kunci: kekurangan, ketidakstabilan harga, 2SLS, karet spesifikasi teknis, WTO


(5)

(6)

SUMMARY

ABDULHAKIM MADIYOH. Technical Specified Rubber Trade between Thailand and China. Supervised by RATNA WINANDI ASMARANTAKA and BONAR MARULITUA SINAGA.

Thailand and China play important roles in the trade of natural rubber because both countries are respectively the biggest exporter and importer of natural rubber in the world. However, there are many problems such as supply shortage of natural rubber to meet the demand for natural rubber and unstable prices. Therefore, it is necessary to examine how the behaviors of both countries affect the supply, demand and price of natural rubber in international trade in particular technical specified rubber (TSR) where this type of rubber have the greatest amount traded between the two countries.

This study has two main objectives that include the following: (1) to analyze the factors that influence the export supply, import demand and price for technical specified rubber in Thailand and China, and (2) to analyze the impact of internal factors and external factors alteration to the export supply, import demand and price for technical specified rubber in Thailand and China.

This study used econometric analysis and implemented two stage least squares (2SLS) method and simultaneous equation model and used time series secondary data from 1990 to 2010. The results showed that: (1) Thailand’s supply for TSR exports to China was influenced by amount of TSR Thailand export to China in previous year and amount of TSR Thailand production, while Thailand’s supply for TSR exports to non-China was influenced by amount of TSR Thailand production and amount of TSR Thailand exports to China, (2) China’s demand for TSR imports of Thailand influenced by China’s participation in WTO, amount of automotive production in China and China’s real price import of TSR, while

China’s demand for TSR imports of non-Thailand influenced by amount of

China’s TSR imports from non-Thailand in previous year, amount of automotive production in China and import tariff in China, and (3) world TSR real prices was influenced by world TSR real price in previous year, amount of exports supply of the world in previous year and amount of imports demand of the world, while real price TSR exports of Thailand was influenced by world TSR real price, amount total of TSR Thailand exports and USA fuel real price, while real price TSR import of China was influenced by world TSR real price ratio and real price TSR import of China in previous year. Historical simulation and forecasting simulation results show that increased production quantities of TSR policy in Thailand and abolition of import tax of TSR policy in China performed within TSR rubber trade between Thailand and China because it enabled to increase foreign exchange for Thailand's technical specified rubber exports.


(7)

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(9)

(10)

PERDAGANGAN KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA

THAILAND DAN CHINA

ABDULHAKIM MADIYOH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(11)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS


(12)

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Ratna Winando Asmarantaka, MS Prof Dr Ir Bonar Marulitua Sinaga, MA

Ketua Anggota

Ketua Program Studi llmu Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS


(13)

Judul Tesis : Perdagangan Karet Sprsifikasi Teknis antara Thailand dan China Nama : Abdulhakim Madiyoh

NIM : H353118031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS Prof Dr Ir Bonar Marulitua Sinaga, MA

Ketua Anggota

Diketahui oleh Ketua Program Studi

Ilmu Ekonomi Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc. Agr


(14)

(15)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Mengangkat tesis dengan judul Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ratna Winandi Asmarantaka, MS dan Bapak Prof Dr Ir Bonar Marulitua Sinaga, MA, selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pusat Statitik IPB yang telah membantu selama penganalisis data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013


(16)

(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAETAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Perkaretan Dunia 7

Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Dunia 7

Impor Karet Spesifikasi Teknis Dunia 8

Harga Karet Spesifikasi Teknis di Pasar Domestik dan

Internasional 9

Perdagangan Karet Alam antara Thailand dan China 10

Tinjauan Penelitian Terdahulu 13

Kerangka Teoritis 15

Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor Karet Alam

di Pasar Internasional 15

Dampak Kebijakan Pajak Impor terhadap Perdagangan

Karet Alam 16

Penawaran Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Thailand ke China 18 Permintaan Impor Karet Spesifikasi Teknis China dari

Thailand 19

Harga Karet Spesifikasi Teknis di Dunia, Thailand dan China 20

Kerangka Model Perdagangan Karet Alam 21

3 METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Model Perdangan Karet Spesifikasi Teknis antara

Thailand dengan China 24

Penawaran Ekspor Karet Spesifikasi Teknis 24

Permintaan Impor Karet Spesifikasi Teknis 26

Harga Karet Spesifikasi Teknis 28

Sumber dan Jenis Data 29

Identifikasi dan Metode Pendugaan Model 30

Identifikasi Model 30

Metode Pendugaan Model 31

Prosedur Penerapan Model 33

Validasi Model 33


(18)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN PERDAGANGAN KARET SPESIFIKASI TEKNIS ANTARA THAILAND DAN CHINA

Keragaan Umum Hasil Estimasi Model 36

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Karet

Spesifikasi Teknis 36

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Karet

Spesifikasi Teknis 41

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Riil Karet Spesifikasi

Teknis 46

5 EVALUASI DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

Evaluasi Daya Prediksi Model 49

Simulasi Historis Skenario Perubahan Faktor Internal dan

Eksternal 49

Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap

Devisa Negara Tahun 2006-2010 54

Simulasi Peramalan Skenario Perubahan Faktor Internal dan

Eksternal 55

Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap

Devisa Negara Tahun 2015-2020 60

6 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 63

Saran Kebijakan 65

Saran Penelitian Lanjutan 65

DAFTAR PUSTAKA 66

LAMPIRAN 69


(19)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah Produksi Otomotif dari Negara Produsen Utama Tahun

1980-2011 1

2 Jumlah Produksi Karet Alam dari Negara Produsen Utama Tahun

2006-2010 2

3 Penggunaan Karet Alam dan Harga Karet Alam Tahun 2003-2009 3

4 Produksi, Konsumsi dan Stok Karet Alam Dunia Tahun 2002-2010 4

5 Keadaan Perdagangan Perkaretan Dunia Tahun 2006-2011. 7

6 Kemunculan Asia pada Konsumsi Karet Alam 9

7 Produksi dan Konsumsi Karet Alam di China Tahun 2003-2009 11

8 Volume Imspor Karet Alam di China dari Berbagai Negara Tahun

2007-2011 12

9 Penggunaan Karet Alam Thailand Tahun 2000-2010 12

10 Volume Ekspor Karet Alam Thailand ke China Tahun 2006-2011 13 11 Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Spesifikasi Teknis

Thailand ke China 37

12 Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Spesifikasi Teknis

non-Thailand ke China 38

13 Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Spesifikasi Teknis

Thailand ke non-China 39

14 Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Karet Spesifikasi Teknis

non-Thailand ke non-China 40

15 Hasil Estimasi Persamaan Impor Karet Spesifikasi Teknis China

dari Thailand 41

16 Hasil Estimasi Persamaan Impor Karet Spesifikasi Teknis China

dari non-Thailand 42

17 Hasil Estimasi Persamaan Impor Karet Spesifikasi Teknis

non-China dari Thailand 43

18 Hasil Estimasi Persamaan Impor Karet Spesifikasi Teknis

non-China dari non-Thailand 45

19 Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Karet Spesifikasi Teknis

Dunia 46

20 Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Ekspor Karet Spesifikasi

Teknis Thailand 47

21 Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Impor Karet Spesifikasi

Teknis China 48

22 Dampak Peningkatan Jumlah Produksi Karet TSR Thailand sebesar 10 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga

Karet TSR Tahun 2006-2010 50

23 Dampak Penurunan Pajak Impor Karet TSR di China sebesar 20 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga Karet TSR


(20)

24 Dampak Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang Baht terhadap Yuan sebesar 10 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga

Karet TSR Tahun 2006-2010 53

25 Evaluasi Dampak Berbagai Perubahan Fakotr Internal dan

Eksternal Tahun 2006-2010 54

26 Dampak Peningkatan Jumlah Produksi Karet TSR di Thailand sebesar 5 persen terhadap Penawara, Permintaan dan Harga Karet

TSR Tahun 2015-2020 56

27 Dampak Penghapusan Pajak Impor Karet TSR di China menjadi 0 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga Karet TSR

Tahun 2015-2020 58

28 Dampak Penghapusan Pajak Impor Karet TSR di China menjadi 0 persen dan Peningkatan Jumlah Produksi Karet TSR Thailand sebesar 5 persen terhadap Penawaran, Permintaan dan Harga

Karet TSR Tahun 2015-2020 59

29 Evaluasi Dampak Berbagai Perubahan Faktor Internal dan

Eksternal Tahun 2015-2020 61

DAFTAR GAMBAR

1 Keadaan Fluktuasi Harga Karet Spesifikasi Teknis di Thailand 4

2 Pertumbuhan Industri Otomotif di China Tahun 1997-2010 11

3 Proses Terjadinya Perdagangan antara Dua Negara Besar 16

4 Dampak Pengenaan Pajak Impor 17

5 Kerangka Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand

dan China Tahun 1990-2010 70

2 Daftar Nama Variabel Eksogen dan Endogen Model Perdagangan

Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China 73

3 Program Estimasi Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Menggunakan Metode 2SLS dan

Prosedur SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 74

4 Hasil Estimasi Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Menggunakan Metode 2SLS dan Prosedur

SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 77

5 Program Validasi Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software

SAS/ETS Versi 9.1 88

6 Hasil Validasi Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS

Versi 9.1 91

7 Program Simulasi Historis Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software

SAS/ETS Versi 9.1 95

8 Hasil Simulasi Historis Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software

SAS/ETS Versi 9.1 98

9 Program Simulasi Historis Penurunan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis China Sebesar 20 Persen Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan

Software SAS/ETS Versi 9.1 101

10 Hasil Simulasi Historis Penurunan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Sebesar 20 Persen Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan

Software SAS/ETS Versi 9.1 104

11 Program Simulasi Historis Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang Baht terhadap Dollar Amerika Serikat Sebesar 10 Persen Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN


(22)

12 Hasil Simulasi Historis Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang Baht terhadap Dollar Amerika Serikat Sebesar 10 Persen Tahun 2006-2010 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur

SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 110

13 Program Peramalan Variabel Eksogen Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode STEPAR dan Prosedur FORECAST

dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 113

14 Hasil Peramalan Variabel Eksogen Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode STEPAR dan Prosedur FORECAST

dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 115

15 Program Simulasi Peramalan Nilai Dasar Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN

dengan Software SAS/ETS 9.1 116

16 Hasil Simulasi Peramalan Nilai DasarModel Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN

dengan Software SAS/ETS 9.1 119

17 Program Simulasi Peramalan Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur

SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 122

18 Hasil Simulasi Peramalan Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN

dengan Software SAS/ETS 9.1 125

19 Program Simulasi Peramalan Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software

SAS/ETS 9.1 128

20 Hasil Simulasi Peramalan Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software


(23)

21 Program Simulasi Peramalan Kombinasi antara Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen dan Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan

Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS 9.1 134

22 Hasil Simulasi Peramalan Kombinasi antara Peningkatan Jumlah Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen dan Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun 2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan


(24)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan keinginan manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari pecah dan elastis maka kebutuhan karet alam saat ini cenderung terus berkembang dan meningkat. Sejalan dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan keperluan rumah tangga dan sebagainya, diperkirakan untuk masa yang akan datang kebutuhan karet alam akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi negara eksportir karet alam dan hasil olahan industri karet yang ada ke negara-negara lainnya.

Memperhatikan adanya peningkatan permintaan bahan karet alam di negara-negara industri terhadap komoditas karet alam di masa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan persedian karet alam dan industri produksi karet merupakan langkah yang perlu untuk dilaksanakan. Perkembangan ekspor dan impor karet alam dunia saat ini berdasarkan RRIT (Rubber Research Institute of Thailand) dalam jangka waktu sepuluh tahun terakhir ini memperoleh peningkatan yang cukup tinggi. Ini semua disebabkan meningkatnya kebutuhan industri terhadap karet alam terutama industri otomotif di China sebagai negara produsen otomotif terbesar sejak tahun 2009, maskipun terkena akibat dari krisis ekonomi di Amerika Serikat dan di Eropa sejak tahun 2008 namun jumlah produksi otomotif di China terus meningkat.

Tabel 1 Jumlah Produksi Otomotif Negara Produsen Utama Tahun 1980-2011 (Unit)

Negara 1980 1990 2000 2008 2009 2010 2011

World 38 564 516 48 553 969 58 374 162 70 520 493 61 791 868 77 629 127 80 092 840 China 222 288 509 242 2 069 069 9 299 180 13 790 994 18 264 667 18 418 876 United

State 8 009 841 9 782 997 12 799 857 8 693 541 5 731 397 7 761 443 8 653 560 Japan 11 042 884 13 486 796 10 140 796 11 575 644 7 934 057 9 625 940 8 398 654 Germany 3 878 553 4 976 552 5 526 615 6 045 730 5 209 857 5 905 985 6 311 318

South

Korea 123 135 1 321 630 3 114 998 3 826 682 3 512 926 4 271 941 4 657 094 India 113 917 362 655 801 360 2 332 328 2 641 550 3 536 783 3 936 448 Brazil 1 165 174 914 466 1 681 517 3 215 976 3 182 923 3 381 728 3 406 150

Sumber: Wikipedia (2012)

Berdasarkan Tebel 1 di atas, menunjukkan bahwa sejak tahun 1980 hingga 2011 jumlah produk otomotif dunia meningkat kecuali tahun 2009. Namun jika melihat jumlah produksi di masing-masing negara pada tahun 2009-2011 setelah kena krisis ekonomi di Amerikat Serikat dan di Eropa masih meningkat kecuali di Amerika Serikat dan Jepang. China telah menempati produsen otomotif terbesar pada tahun 2009 dengan jumlah 13.79 juta kendaraan. Sementara jumlah produksi otomotif di Amerika Serikat yang sebelumnya sebagai produsen otomotif terbesar mengalami


(25)

penurunan, dimana tahun 2008 memproduksi sebesar 8.69 juta kendaraan kemudian tahun 2009 menurun menjadi 5.73 juta kendaraan.

Setelah China menjadi anggota WTO (World Trade Organization) pada tahun 2002, hambatan-hambatan perdagangan mulai dihapuskan. Hal ini mengakibatkan perekonomian di China memperoleh peningkatan yang cukup tinggi rata-rata per tahun 10 persen. Selain itu, tekanan dari pertumbuhan ekonomi di China menyebabkan peningkatan kebutuhan bahan baku untuk berbagai industri yang tidak mencukupi kebutuhannya terutama bahan baku di sektor pertanian yaitu karet alam sebagai produk turunan untuk produksi ban kenderaan dan sebagainya.

Karet alam adalah salah satu produk pertanian yang sebagian besar diproduksi di wilayah ASEAN. Negara produsen utama karet alam terdiri dari Thailand, Indonesia, Malaysia, China dan VietNam.

Table 2 Jumlah Produksi Karet Alam dari Negara Produsen Utama Tahun 2006-2010 (ribu ton) Tahun

Negara 2006 2007 2008 2009 2010

Persentase Th 2010 (%)

Thailand 3 137.00 3 056.00 3 089.80 3 164.40 3 252.10 31.27

Indonesia 2 637.00 2 755.20 2 751.00 2 440.00 2 736.00 26.31

Malaysia 1 283.60 1 199.60 1 072.40 856.20 939.00 9.03

China 533.00 590.00 560.00 644.00 665.00 6.39

VietNam 555.40 605.80 660.00 711.30 754.50 7.25

India 853.30 811.10 881.30 820.30 850.80 8.18

Lain-lain 827.70 872.30 1 113.50 1 053.80 1 203.60 11.57

Dunia 9 827.00 9 890.00 10 128.00 9 690.00 10 401.00 100.00

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Pada Tabel 2 di atas, menunjukkan jumlah produksi karet alam dari negara produsen utama, dimana pada tahun 2010, jumlah produksi karet alam dari Thailand adalah sebesar 3.25 juta ton (31.27%), kemudian dari Indonesia sebesar 2.73 juta ton (26.31%) dan Malaysia sebesar 0.93 juta ton (9.03%).

Pertumbuhan industri kenderaan sejak beberapa tahun yang lalu adalah faktor penting yang membuat harga karet alam dunia meningkat. Hal ini dibuktikan dari porsi penggunaan karet alam dimana sebagian besar lebih dari 50 persen bahan karet alam diproduksi menjadi ban kendaraan (Tabel 3).


(26)

Tabel 3 Penggunaan Karet Alam dan Harga Karet Alam Dunia Tahun 2003-2009 Tahun

Konsumsi Karet Alam (ribu ton)

Porsi Penggunaan Ban (%)

TSR20 (baht/kg)

Ban Produk

Lainnya Total

2003 10 744.00 8 660.00 18 320.00 58.60 41.97

2004 11 449.00 9 105.00 19 404.00 59.90 49.26

2005 12 079.00 8 898.00 20 553.00 58.80 56.51

2006 12 395.00 9 329.00 21 724.00 57.10 75.63

2007 13 121.00 9 884.00 23 006.00 57.00 75.12

2008 12 926.00 9 226.00 22 151.00 58.40 85.08

2009 12 296.00 8 429.00 20 725.00 59.30 63.67

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Thailand, sebagian besar karet alam diekspor ke pasar dunia dan China adalah pasar tujuan ekspor karet alam terbesar, hasil devisa dari ekspor karet alam ke China relatif besar, dimana volume ekspor karet alam Thailand ke China memperoleh peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2011, jenis karet spesifikasi teknis

(Technical Spesified Rubber) memberi sumbangan terbesar yaitu mencapai 2 842.94 juta US dollar, kemudian karet sit asap (Ribber Smoke Sheet) sebesar 1 227.21 juta US dollar dan karet lateks (Rubber Latex) sebesar 712.83 juta US dollar (Tabel 2). Hal demikian dikarenakan pertumbuhan industri kenderaan di China yang menggunakan karet spesifikasi teknis sebagai bahan baku dalam produksi ban kenderaan, maka beberapa tahun terakhir ini Thailand berupaya menyesuaikan permintaan di pasar China sehingga saat ini karet spesifikasi teknis menjadi jenis karet yang paling banyak diekpor ke pasar tersebut.

Perumusan Masalah

Perkembangan produksi-konsumsi karet alam dunia untuk kurun waktu 2002-2010 menunjukkan bahwa pasok karet alam tidak mencapai kebutuhan sehingga kondisi produksi-konsumsi tetap dalam keadaan kekurangan penawaran. Hal ini terjadi karena pertumbuhan industri otomotif dunia terutama di pasar Asia seperti China dan India. Dari sisi produksi dan konsumsi, terlihat bahwa tahun 2007-2008 jumlah konsumsi telah melebihi jumlah produksi karet alam kemudian tahun 2009 jumlah konsumsinya menurun akibat dari krisis ekonomi di Amerika Serikat dan di Eropa. Tetapi pada tahun 2010 jumlah konsumsi melebihi produksi karena pertumbuhan industri otomotif di China yang menempati sebagai produsen otomotif terbesar sejak tahun 2009 (Tabel 4).


(27)

Tabel 4 Produksi, Konsumsi dan Stok Karet Alam Dunia Tahun 2002-2010 (ribu ton)

Tahun Produksi Konsumsi Stok

2002 7 326.00 7 556.00 1 981.00

2003 8 006.00 7 937.00 1 982.00

2004 8 744.00 8 716.00 2 016.00

2005 8 907.00 9 206.00 1 717.00

2006 9 827.00 9 690.00 1 854.00

2007 9 890.00 10 178.00 1 566.00

2008 10 128.00 10 175.00 1 519.00

2009 9 690.00 9 329.00 1 880.00

2010 10 399.00 10 778.00 1 501.00

rata-rata 8 819.00 8 934.00 1 837.00

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Hal tersebut juga didukung oleh adanya ramalan dari International Rubber Study Group-IRSG bahwa jumlah konsumsi karet alam akan naik menjadi sekitar 13.8 juta ton pada tahun 2020, sementara produksi karet alam dunia hanya sekitar 12.4 juta ton, berarti akan mengalami kekurangan pasokan sekitar 1.4 juta ton (AFET 2011).

Ekspor karet alam Thailand didominasi oleh jenis karet spesifikasi teknis

(Technical Specified Rubber), kemudian diikuti oleh jenis karet sit asap (Ribber Smoked Sheet) dan karet lateks. Sejak tahun 2003, volume ekspor karet sit asap mulai menurun dan lebih sedikit volumenya dibandingkan karet spesifikasi teknis. Hal ini dikarenakan bahwa China sebagai pengimpor karet TSR terbesar bagi Thailand lebih menyukai jenis karet spesifikasi teknis untuk industri otomotif.

Selain itu, keadaan fluktuasi harga karet alam akibat dari keadaan ketidakpastian perekonomian dunia dan juga karena karet alam adalah komoditas pertanian yang bersifat musiman sedangkan penggunaannya adalah sepanjang tahun.

US cent/Kg

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Gambar 1 Keadaan Fluktuasi Harga Karet Alam Dunia

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 W E 3 J an . 0 9 W E 0 7 M ar . 09 W E 0 9 M ay 0 9 W E 1 1 Ju ly 0 9 W E 1 2 S ep . 0 9 W E 1 4 N o v. 0 9 W E 16 J an . 1 0 W E 2 0 M ac .1 0 W E 2 2 M ay 1 0 W E 2 4 Ju ly 1 0 W E 2 5 S ep t. 1 0 W E 2 7 N o v 1 0 W E 2 9 Ja n 11 W E 2 A pr 1 1 W E 1 1 Ju n e 11 W E 1 3 A u g 1 1 W E 1 5 O ct 1 1 W E 1 7 D ec 1 1 W E 1 8 Fe b 1 2 W E 2 1 A p r 12

TSR Kuala Lumpur SMR20 TSR Bangkok STR20 RSS Bangk ok RSS3 Latex Malaysia Latex 60%


(28)

Keadaan perkaretan dunia beberapa tahun terakhir ini mengalami berbagai perubahan struktural terutama dalam industri otomotif yang beralih dari Amerika serikat ke Asia. Perkembangan industri otomotif, memberikan pengaruh terhadap perilaku dalam penggunaan bahan baku. Perkembangan teknologi radialisasi dan optimalisasi dalam industri ban akan meningkatkan konsumsi serta menghendaki kualitas bahan baku karet alam yang lebih baik dan konsisten. Semua keadaan di atas akan membawa perubahan struktural permintaan terhadap karet alam, yang juga diduga akan mempengaruhi harga karet alam di pasar internasional.

Oleh karena itu, Thailand dan China selaku negara yang diduga berperanan penting dalam perdagangan karet alam dunia khususnya jenis karet spesifikasi teknis karena kedua negara ini memiliki skala pasar yang paling besar, dimana pangsa ekspor karet alam dunia oleh Thailand adalah sebesar 31.27 persen, sementara pangsa impor karet alam dunia oleh China adalah sebesar 34.86 persen (RRIT 2012). Adapun, jika dilihat dari jenis karet spesifikasi teknis pada tahun 2008 Thailand mengekspor karet spesifikasi teknis ke dunia sebesar 25.01 persen dan China mengimpor karet spesifikasi teknis dari dunia sebesar 29.40 persen. Hal demikian, maka kedua negara tersebut perlu diamati bagaimana perilakunya dalam perdagangan karet alam khususnya jenis karet spesifikasi teknis, perilaku kedua negara ini diduga akan mempengaruhi penawaran dan permintaan serta harga karet spesifikasi teknis di pasar dunia. Semua keadaan di atas, timbulnya pertanyaan sehingga dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia.

2. Bagaimana dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengkaji perdagangan karet spesifikasi teknis antara Thailand dengan China. Namun secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia.

2. Menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran ekspor, permintaan impor dan harga karet spesifikasi teknis baik di Thailand, China dan dunia.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi dalam penyusunan kebijaksanaan perkaretan nasional khususnya yang menyangkut strategi pengembangan kegiatan ekspor karet spesifikasi teknis Thailand dan kondisi permintaan impor karet spesifikasi teknis di pasar China.


(29)

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian menganalisis perdagangan karet alam dengan fokus terhadap jenis karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber) atau karet TSR antara Thailand dan China. Oleh karena perdagangan karet TSR antara Thailand dan China tidak dapat melepaskan dari kondisi perdagangan perkaretan dunia maka penelitian ini terlibat dari empat pihak yaitu: Thailand, non-Thailand (Indonesia, Malaysia, Vietnam dan lainnya), China dan non-China (Amerika Serikat, Jepang, Brazil, Korea Selatan, Eropa dan lainnya) yang menyangkut tiga sisi. Pertama, sisi penawaran, yaitu penawaran ekspor karet spesifikasi teknis Thailand dan non-Thailand ke China dan penawaran ekspor karet spsifikasi teknis Thailand dan non-Thailand ke non-China. Kedua, sisi permintaan, yaitu permintaan impor karet spesifikasi teknis China dari Thailand dan non-Thailand dan permintaan impor karet spesifikasi teknis non-China dari Thailand dan non-Thailand. Ketiga, sisi harga, yaitu harga karet spesifikasi teknis baik harga karet TSR dunia, harga ekspor karet TSR Thailand dan harga karet TSR China, dengan membangunkan model persamaan simultan. Pada penelitian ini, jenis karet alam yang akan dipelajari adalah jenis karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber) karena jenis karet tersebut merupakan komoditas ekspor Thailand ke China yang memberi sumbangan cukup besar.


(30)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Perkaretan Dunia

Karet alam adalah komoditas pertanian non migas yang mempunyai posisi yang unik dalam menunjang pembangunan dunia industri dimana sumber utama karet alam berasal dari negara-negara berkembang. Perdagangan karet alam dunia dewasa ini, pempunyai peningkatan yang cepat setelah pertumbuhan industri otomotif dunia sejak tahun 2002, karet alam sebagian besar digunakan dalam industri ban, sisanya digunakan dalam industri produk lainnya (General Rubber Goods)

(Tabel 3). Sampai saat ini perdagangan karet alam masih didominasi oleh Thailand, Indonesia dan Malaysia sebagai eksportir utama, sedangkan China, Amerika Serikat, Jepang, Korea selatan dan Jerman merupakan negara importir utama.

Gambaran secara umum keadaan perkaretan dunia dapat dilihat pada Tabel 5 dimana pada tahun 2009 jumlah konsumsi karet alam dunia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 9.16 persen akibat dari krisis ekonomi dunia di negara konsumen karet alam utama yaitu Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa yang berdampak terhadap penuruan konsumsi karet alam dunia. Pada tahun 2006-2011, pertumbuhan produksi karet alam meningkat sebesar 1.78 persen sedangkan pertumbuhan konsumsi meningkat sebesar 2.13 persen sehingga pertumbuhan stok karet alam dunia menurun sebesar 4.40 persen, hal ini menjukkan bahwa konsumsi karet alam dunia lebih besar dari produksinya.

Tabel 5 Keadaan Perdagangan Perkaretan Dunia Tahun 2006-2011 (juta ton)

Tahun Produksi Konsumsi Ekspor Impor Stok

2006 9.83 9.69 6.93 6.84 1.85

2007 9.89 10.18 6.86 7.23 1.57

2008 10.13 10.18 6.76 7.08 1.52

2009 9.69 9.33 6.28 6.31 1.88

2010 10.40 10.78 7.15 7.40 1.50

2011 10.70 10.61 7.19 7.37 1.40

Pertumbuhan 1.78 2.13 0.97 1.92 -4.40

Sumber:RRIT (2012)

Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Dunia

Negara pengekspor karet alam terbesar adalah ketiga negara pertama yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia. Tahun 2002-2010, pangsa ekspor karet alam dari ketiga negara tersebut menunjukkan bahwa Malaysia memiliki kecenderungan ekspor paling besar kira-kira 9.94 persen per tahun, sementara Indonesia 4.30 persen per tahun dan Thailand 3.63 persen per tahun. Pada tahun 2010, Thailand mengekspor karet alam 2.68 juta ton atau kira-kira 34.05 persen dari total ekspor karet alam dunia, kemudian Indonesia ekspor sebesar 2.38 juta ton atau kira-kira 30.20 persen dan Malaysia dengan jumlah ekspor sebesar 1.25 juta ton atau kira-kira 15.86 persen dari


(31)

total ekspor karet alam dunia. Kuantitas karet alam yang diekspor oleh ketiga negara tersebut kira-kira sebesar 80 persen dari total ekspor karet alam dunia.

Adapun jenis karet alam yang diekspor ke pasar dunia pada tahun 1996-2010 menggambarkan bahwa ekspor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet) dari Malaysia dan Thailand cenderung menurun rata-rata 17.63 dan 3.23 persen per tahun, sementara ekspor karet sit asap oleh Indonesia cenderung naik rata-rata 9.08 persen per tahun. Pada tahun 2010, Thailand mengekspor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet) terbesar dengan sebesar 657.8 ribu ton, diikuti Indonesia sebesar 60.8 ribu ton dan Malaysia hanya sebesar 11.1 ribu ton. Sementara ekspor karet spesifikasi teknis, menunjukkan bahwa ekspor dari ketiga negara tadi cenderung meningkat terutama Thailand mengekspor karet spesifikasi teknis dengan nilai rata-rata sebesar 7.91 persen per tahun. Pada tahun 2010, Indonesia mengekspor karet spesifikasi teknis terbesar dengan sebesar 2 305.2 ribu ton, berikutnya adalah Thailand sebesar 1 033.7 ribu ton sementara Malaysia mengeskpor sebesar 838.5 ribu ton (RRIT 2012). Dari data ekspor menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan Negara tujuan ekspor komoditas karet alam terbesar bagi Indonesia dan Indonesia merupakan mitra dagang utama yang menduduki ranking ke lima Negara pengimpor di Amerika Serikat (Widayanti 2008)

Impor Karet Spesifikasi Teknis Dunia

Negara pengimpor karet alam terbesar di dunia adalah China. Sejak tahun 2003, China cenderung impor karet alam terbesar dengan nilai rata-rata 12.85 persen per tahun, German dan Korea masing-masing cenderung meningkat impor karet alam dengan nilai rata-rata sebesar 1.74 persen dan 0.62 persen per tahun, sementara negara lainnya cenderung menurun impor karet alam seperti Inggris impor karet alam menurun dengan nilai rata-rata sebesar 6.63 per tahun, Prancis impor menurun 6 persen per tahun, Amerika Serikat impor menurun sebesar 4.75 persen per tahun, dan Jepang impor menurun 2.27 persen per tahun. Tahun 2010, China mengimpor karet alam terbesar dengan jumlahnya sebesar 2.58 juta ton, kemudian Amerika Serikat dan Jepang mengimpor karet alam sebesar 0.93 dan 0.74 juta ton. Sementara jenis karet spesifikasi teknis diimpor terbesar yaitu di China dengan jumlah impor pada tahun 2008 adalah sebesar 1 224 375 juta ton atau 29.40 persen dari total impor karet spesifikasi teknis dunia (RRIT 2012).

Konsumsi Karet Alam bergeser dari Barat ke Timur (Amerika Utara dan Eropa ke Asia), Tahun 2008, produksi karet dunia sebesar 22.86 juta ton yang terdiri dari karet alam dunia sebesar 10.12 juta ton (44.28%) dan karet sintesis sebesar 12.74 juta (55.72%), Dari produksi tersebut, di konsumsi sebesar 22.19 juta ton yang terdiri dari karet alam sebesar 9.55 juta ton (43.0%) dan karet sintetis sebesar 12.64 juta (57.0%). Asia telah menggeser pangsa konsumsi karet dunia baik karet alam maupun karet sintetis, yaitu naik dari 18.7% pada tahun 1960 menjadi 65.5% pada tahun 2008 (Tabel 6).


(32)

Table 6 Kemunculan Asia pada Konsumsi Karet Alam

Wilayah Presentase (%) Negara Asia Presentase (%)

1960 2008 1960 2008

Amerika Utara 25.1 12.3 China 5.3 25.5

Amerika Latin 5.3 5.9 Jepang 8.1 9.0

Eropa 47.9 15 India 2.2 9.2

Asia 18.7 65.5 Malaysia 0.3 4.9

Australia 1.8 0.2 Korea 0.4 3.8

Afrika 1.2 1.1 Thailand 0.4 4.2

Dunia 100 100 Indonesia 0.9 4.3

Kuantitas (ribu ton) 2080 9550 Asia Lainnya 1.5 4.6

Total Asia 18.7 65.5

Sumber: Damardjati dan Jacob (2009)

Harga Karet Spesifikasi Teknis di Pasar Domestik dan Internasional

Karet alam merupakan hasil pertanian sehingga perkiraan harganya lebih sulit dibandingkan karet sintetis. Untuk penentuan harga karet alam, pada dasarnya ada keterkaitan baik dari sisi permintaan karet alam negara importir utama maupun dari sisi penewaran karet alam negara produsen utama.

Selanjutnya, jika kita melihat dari sisi penawaran dalam menentukan harga karet alam dunia, tentu saja dia tidak lepas dari negara produsen utama yang mempengaruhi penting terhadap harga karet alam dunia karena perubahan permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut akan menentukan harga karet alam domestik sehingga harga domestik dari negara eksportir utama yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia akan berdampak terhadap harga karet alam dunia. Adapun, negara eksportir karet alam skala kecil, dampak dari harga karet alam dunia akan menentukan permintaan dan penawaran dalam negerinya, misalkan jika harga karet alam dunia meningkat akan menjadi insentif oleh negara tersebut untuk meningkatkan produksinya dan akan mengurangi konsumsi dalam negeri tetapi menambahkan ekspornya, perhatikan bahwa perubahan permintaan maupun penawaran domestik negara eksportir skala kecil tidak berdampak terhadap harga karet alam dunia.

Jika melihat dari sisi permintaan dalam menentukan harga karet alam dunia, tentu saja dari negara importir utama yang mempengaruhi penting terhadap harga karet alam dunia karena permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut akan menentukan harga karet alam dalam negerinya sehingga harga domestik dari negara importir utama yaitu China, Amerika Serikat maupun Jepang akan berdampak kepada harga karet alam dunia. Adapun, negara importir karet alam skala kecil, dampak dari harga karet alam dunia akan menentukan permintaan dan penawaran dalam negerinya, misalkan jika harga karet alam dunia meningkat akan berdampak kepada negara tersebut mengurangi konsumsi karet dan juga mengurangi impornya, perhatikan bahwa perubahan permintaan maupun penawaran domestik negara importir skala kecil tidak berdampak terhadap harga karet alam dunia (Romprasert 2009).


(33)

Hal yang sama bagi karet spesifikasi teknis adalah salah satu jenis karet alam dimana negara yang berpengaruh penting terhadap harga karet spesifikasi teknis adalah Indonesia, Thailand dan Malaysia sebagai eksportir utama, sementara China, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan sebagai importir utama.

Selain penjelasan di atas dimana harga karet alam dipengaruhi oleh faktor dari permintaan maupun penawaran dengan mengasumsikan perdangan karet alam dengan mata uang yang sama. Tetapi fakta sebenarnya perdagangan karet alam di pasar nyata adalah perdagangan internasional dimana masing-masing negara mempunyai mata uangnya sendiri, maka dalam pertimbangan harga karet alam sangat perlu dalam pengambilan faktor nilai tukar valuta asing masuk ke dalam model oleh karena nilai tukar mata uang bisa berubah mengikut faktor-faktor yang akan dibahas selanjutnya.

Perdagangan karet alam dunia, biasanya menggunakan mata uang utama yaitu US dollar, maka perubahan “nilai tukar valuta asing” di negara eksportir atau importir dibandingkan US dollar akan berdampak terhadap harga karet alam dunia sebagai penjelasan berikut ini (AFTC 2007):

(a) Misalkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga karet alam tetap (Ceteris Paribus) tetapi nilai tukar mata uang baht Thailand (sebagai negara eksportir) terapresiasi dibandingkan nilai mata uang US dollar, katakanlah dari 35 Baht per 1 US dollar menjadi 30 baht per 1 US dollar, hal tersebut akan mengakibatkan harga karet alam di Thailand menurun. Contohnya, jika harga karet yang didagang adalah 2 US dollar/kg akan berdampak terhadap harga karet alam di Thailand menurun menjadi 60 baht/kg (2 US $/kg x 30 = 60 baht/kg) dimana harga karet alam sebelumnya adalah 70 baht/kg (2 US $/kg x 35 = 70 baht/kg).

(b) Misalkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga karet alam tetap (Ceteris Paribus) tetapi nilai mata uang baht Thailand (sebagai negara eksportir) terdepresiasi dibandingkan nilai mata uang US dollar, katakanlah dari 35 baht per 1 US dollar menjadi 40 baht per 1 US dollar, hal tersebut akan mengakibatkan harga karet alam di Thailand menaik. Contohnya, jika harga karet yang didagang adalah 2 US dollar/kg

akan berdampak terhadap harga karet alam di Thailand menaik menjadi 80 baht/kg (2 US $/kg x 40 = 80 baht/kg) dimana harga karet alam sebelumnya adalah 70 baht/kg (2 US $/kg x 35 = 70 baht/kg).

Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara Thailand dan China

Setelah China menjadi anggota WTO (World Trade Organization) pada tahun 2002, pertumbuhan ekonomi di China memperoleh peningkatan yang cukup besar terutama pertumbuhan industri otomotif. Pada Gambar 2. menunjukkan pertumbuhan produksi otomotif di China, dimana pada tahun 2002 jumlah produksi otomotif adalah sebesar 4.44 juta unit kenderaan, kemudian pada tahun 2010 mencapai sebesar 18.41 juta unit kenderaan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12.57 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pasar China mempunyai potensi besar sebagai konsumen karet alam untuk penggunaan dalam industri ban kenderaan dan sebagainya, dimana China sendiri belum bisa memproduksi karet alam sesuai permintaan dalam negerinya sehingga harus impor karet alam dari luar negeri.


(34)

Sumber: OICA 2012

Gambar 2 Pertumbuhan Industri Otomotif di China Tahun 1997-2010

Sumber produksi karet alam di China, sebagian besar diperoleh dari Hainan dengan jumlah produksi sebesar 60 persen dari kebun produksi karet seluruh nageri, kemudian Yunnan, Guangxi Zhuang dan sebagian kecilnya diperoleh dari Guangdong dan Fujian. Dalam kurun tahun 2003 sampai 2009, China mampu memproduksi karet alam hanya sebesar 23.33 persen dari total kebutuhan dalam negeri (Tabel 7).

Pada Tebel 7 menunjukkan bahwa kemampuan produksi terhadap konsumsi karet alam di China pada tahun 2003 adalah sebesar 34.28 persen, kemudian pada tahun 2009 menurun menjadi 19.03 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi karet alam di China lebih besar dibandingkan produksinya. Akhirnya China harus mengimpor karet alam dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Tabel 7 Produksi dan Konsumsi Karet Alam di China tahun 2003-2009

Tahun Produksi

(ton)

Konsumsi (ton)

Kemampuan produksi terhadap konsumsi karet

alam China (%)

Nilai impor karet alam China (US $)

2003 565.00 1 537.80 34.28 1 155 101 867.00

2004 573.00 2 000.00 28.65 1 524 504 882.00

2005 510.00 2 277.50 22.39 1 854 895 011.00

2006 533.00 2 769.20 19.24 3 029 599 956.00

2007 590.00 2 842.70 20.75 3 258 525 506.00

2008 560.00 2 946.80 19.01 4 302 033 669.00

2009 644.00 3 383.60 19.03 2 814 183 907.00

Rerata 567.85 2 536.80 23.33 2 562 692 114.00

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

China melakukan impor karet dari berbagai negara. Sumber impor karet yang penting yaitu dari Thailand, Malaysia, Indonesia dan negara di wilayah Asia Tanggara. Pada Tabel 8 menunjukkan jumlah impor karet alam di China, dimana pada tahun 2011 total volume impor karet alam China adalah sebesar 23 064.67 juta


(35)

US dollar, sebagian besar karet alam yang diimpor adalah dari Thailand dengan volume sebesar 6 753.77 juta US dollar, kemudian dari Malaysia dengan volume

sebesar 3 805.69 juta US dollar dan dari Indonesia dengan volume sebesar 2 282.46 juta US dollar.

Tabel 8 Volume Impor Karet Alam China dari Berbagai Negara Tahun 2007-2011 (juta US $)

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Ada pun, penggunaan karet alam domestik Thailand masih sedikit, oleh karena itu sebagian besar karet alam Thailand diekspor ke pasar dunia. Pada Tabel 9 di bawah, menunjukkan penggunaan karet alam di Thailand dimana sebagian besar diekspor ke pasar dunia. Contohnya pada tahun 2010 penggunaan karet alam domestik adalah sebesar 0.45 juta ton atau 7.24 persen, sedangkan sisanya diekspor ke pasar dunia sebesar 2.86 juta ton atau 92.72 persen.

Tabel 9 Penggunaan Karet Alam Thailand Tahun 2000-2010 Tahun

Penggunaan Karet Alam Domestik (ribu ton)

Ekspor ke Luar Negeri (ribu ton)

Proporsi Penggunaan Domestik (%)

2000 245.50 2 166.20 9.82

2001 253.10 2 042.10 9.06

2002 278.40 2 354.40 9.45

2003 298.70 2 573.50 9.61

2004 318.60 2 637.10 9.27

2005 334.60 2 632.40 8.86

2006 320.80 2 771.60 9.64

2007 373.70 2 703.80 8.23

2008 397.60 2 675.30 7.72

2009 399.40 2 726.20 7.82

2010 458.70 2 866.40 7.24

Rata-rata Penggunaan Karet Alam Domestik 8.79

Sumber: RRIT (2012) (diolah)

Urutan Negara 2007 2008 2009 2010 2011 2011 %

0 World 9 589.32 11 905.35 10 374.20 16 910.26 23 064.67 -

1 Thailand 1 975.42 2 780.40 2 434.42 4 366.53 6 753.77 29.28

2 Malaysia 1 427.05 1 748.47 1 352.14 2 596.58 3 805.69 16.50

3 Indonesia 804.58 1 085.21 882.31 1 514.27 2 282.46 9.89

4 Japan 1 189.25 1 343.46 1 310.18 1 826.48 2 093.10 9.07

5 Korea, South 853.19 858.62 870.29 1 213.87 1 565.45 6.78

6 United States 687.29 881.87 784.26 1 089.63 1 338.62 5.80

7 Germany 314.50 380.60 383.52 601.42 765.30 3.32

8 Russia 383.05 554.22 350.29 556.95 602.63 2.61

9 Vietnam 272.53 190.95 207.40 526.63 547.36 2.37


(36)

Lebih lanjut, pasar tujuan ekspor karet alam Thailand sebagian besar diekspor ke pasar China. Berdasarkan Tabel 9 menunjukan volume ekspor karet alam Thailand ke China memperoleh peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 2011 jenis karet spesifikasi teknis (Technical Spesified Rubber) memberi kontribusi terbesar yaitu mencapai 2 842.94 juta US dollar, kemudian karet sit asap (Ribber Smoke Sheet)

sebesar 1 227.21 juta US dollar dan karet lateks (Rubber Latex) sebesar 712.83 juta US dollar. Hal demikian dikarenakan pertumbuhan industri kenderaan di China yang cenderung menggunakan karet spesifikasi teknis sebagai bahan baku produksi ban kenderaan, maka beberapa tahun terakhir ini Thailand berupaya menyesuaikan permintaan di pasar China sehinggga saat ini karet spesifikasi teknis menjadi jenis karet yang paling banyak diekpor ke pasar tersebut.

Tabel 10 Volume Ekspor Karet Alam Thailand ke China Tahun 2006-2011

(Juta US $)

Jenis Karet Alam 2006 2007 2008 2009 2010 2011

TSR 19.73 785.04 941.59 667.58 1 303.70 2 842.94

RSS 461.88 403.18 475.97 405.92 486.74 1 227.21

Lateks 262.97 294.63 300.16 328.00 409.33 712.83

Sumber: RRIDA (2011)

Adapun, peraturan impor karet China dari Thailand, walaupun China tidak membatasi jumlahnya namun perusahaan Thailand harus minta lesensi dari pemerintah China sebelum mengimpor karet dan hanya dengan perusahaan tertentu yang diperbolehkan oleh pemerintahnya. China menentukan pajak untuk impor karet sit asap (Ribbed Smoked Sheet-RSS) maupun karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber-TSR) sebesar 20 persen dan karet Lateks 7.5 persen. Selain itu,

semua karet yang diimpor dikenakan Pajak Pertambahan Nilai-PPN sebesar 17 persen. Dengan ini, berdasarkan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China Free

Trade Agreement (ACFTA), China mengklasifikasikan semua jenis karet tersebut adalah jenis produk sensitif tinggi (Highly Sensitive Products) sehingga pajak impor ditetapkan hingga tahun 2015. Dengan itu, ekspor karet alam Thailand masih belum dapat manfaat dari perjanjian tersebut (Anwar 2004).

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Elwanmendri (2000) dengan judul Perdagangan Karet Alam antara Negara Produsen Utama dengan Amerika Serikat, menggunakan data sekunder periode 1970-1997. Analisis dilakukan dengan motode 3SLS, membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan yang terdiri dari tiga kelompok persamaan yaitu persamaan penawaran ekspor karet alam spesifikasi teknis, permintaan impor karet alam spesifikasi teknis Amerika Serikat dan harga ekspor karet spesifikasi teknis. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurva penawaran ekspor ketiga negara produsen utama ke Amerika Serikat mempunyai kemiringan positif dengan elastisitas harga atas penawaran adalah inelastis. Kurva permintaan impor


(37)

karet spesifikasi teknis Amerika Serikat bersifat inelastis. Sedangkan harga ekspor karet alam spesifikasi teknis di negara produsen utama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak responsif terhadap perubahan harga di pasar Amerika Serikat. Dari angka-angka elastisitas dapat diketahui bahwa harga ekspor karet alam spesifikasi teknis Indonesia lebih responsif terhadap perubahan harga di Amerika Serikat dibandingkan dengan dua negara produsen lainnya.

Penelitian dari Tety (2002) dengan judul Penawaran dan Permintaan Karet Alam Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional, dengan menggunakan data sekunder periode 1969-2000. Analisis dilakukan dengan membangun model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan dan diduga dengan metode 2SLS. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa peubah-peubah yang berpengaruh terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia ke masing-masing negara tujuan ekspor (AS, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan) adalah harga ekspor karet alam Indonesia, produksi, nilai tukar Rupiah terhadap US dollar, pajak ekspor, dan jumlah ekspor karet alam bedakala ke masing-masing negara. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran karet alam negara-negara pesaing Indonesia yaitu Thailand dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam, produksi, dan nilai tukar mata uang negara pengekspor. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku impor dari keempat negara utama yaitu Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan adalah harga impor karet alam, harga impor karet sintetis, nilai tukar, pendapatan perkapita masing-masing negara, dan jumlah impor bedakala masing-masing negara. Untuk harga karet alam internasional dipengaruhi oleh rasio total permintaan impor dan total penawaran ekspor serta harga karet internasional bedakala.

Prabowo (2006) dengan judul Dampak Kebijakan Perdagangan Terhadap Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara-Negara Importir Utama. Secara umum pernelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perdagangan karet alam Indonesia ke negara-negara importir utama. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data derat waktu (time series) triwulanan dari tahun 1995-2004. Metode estimasi model yang diterapkan adalah metode Ordinary Least Squares (OLS) dengan model bentuk persamaan tunggal yang terdiri dari model dasar yaitu permintaan impor, permintaan ekspor, penawaran impor, dan penawaran ekspor karet alam. Hasil penelitian menujukkan ekspor karet alam dunia secara umum untuk sepuluh tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan yang didominasi oleh Thailand, Indonesia, dan Malaysia, sedangkan konsumsi karet alam dunia secara umum juga cenderung mengalami peningkatan, yang semula didominasi oleh Amerika Serikat telah mengalami pergeseran, dimana sejak tahun 2001 China menjadi negara konsumen karet alam terbesar di dunia. Sementara perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan tren yang terus meningkat dimana terjadi pergeseran jenis karet alam yang diperdagangkan dari dominasi karet RSS menjadi karet TSR. Selain itu, faktor dominan yang mempengaruhi permintaan impor karet alam Amerika Serikat adalah GDP dengan respon yang elastis, sementara permintaan impor karet alam Jepang tidak responsif terhadap perubahan harga impor karet alam dan GDP-nya.

Penelitian yang dilakukan oleh Ella Hapsari Hendratno (2008) dengan judul Analisis Permintaan Ekspor Karet Alam Indonesia di Negara China. bertujuan untuk


(38)

mengidentifikasi perkembangan permintaan ekspor karet alam Negara China, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia di China, serta menganalisis strategi pengembangan ekspor karet alam Indonesia. Data yang digunakan adalah data dari tahun 1976-2007, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, OLS, serta SWOT. Hasil dari analisis OLS menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan ekspor karet alam Indonesia di China adalah harga ekspor karet alam Indonesia ke China tahun sebelumnya, harga karet sintetis dunia, GDP per kapita China, nilai tukar yuan per dollar US dan volume ekspor karet alam Indonesia ke China tahun sebelumnya.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwa dari penelitian yang dipilih tersebut karena ada keterkaitan dengan penelitian ini pada tiga aspek yaitu: (1) aspek penawaran ekspor karet spesifikasi teknis, (2) aspek permintaan impor karet spesifikasi teknis, dan (3) aspek harga karet spesifikasi teknis. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengruhi baik penawaran, permintaan maupun harga karet spesifikasi terdapat bahwa masing-masing penelitian tersebut tidak jauh beda dalam menentukan faktor-faktor ke dalam model karena semuanya bangkit dari dasar teori yang sama sehingga faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan perilaku perdagangan karet spesifikasi teknis sesuai tujuan penelitian masing-masing. Selain itu, model dalam penelitian tersebut dapat menjadi manfaat sebagai contoh untuk mengedentifikasi model dalam penelitian ini.

Kerangka Teoritis

Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor Karet Alam di Pasar Internasional

Perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan penawaran dan permintaan antara suatu negara dengan negara lain, setiap Negara tidak dapat menghasilkan semua komoditas atau barang yang dibutuhkan oleh rakyat, adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu dan adanya keinginan suatu negara untuk memperluas pasaran komoditas ekspor serta untuk meningkatkan devisa bagi kegiatan pembangunan (Tety 2002).

Secara grafis mekanisme penawaran dan permintaan dalam perdagangan internasional dapat digambarkan seperti Gambar 3 dimana kurva penawaran dan permintaan di negara A yaitu SA dan DA sedangkan di negara B yaitu SB dan DB serta


(39)

Negara A (Eksportir) Negara B (Importir) Pasar Dunia Gambar 3 Proses Terjadinya Perdagangan antara Dua Negara Besar

Berdasarkan Gambar 3 dengan mengasumsikan negara A dan B adalah negara besar yang berpengaruh pasar dunia, terlihat bahwa sebelum terjadinya perdagangan dunia harga di Negara A sebesar PA0, sedangkan di Negara B sebesar PB0. Penawaran

di pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih tinggi dati PA0, sedangkan

permintaan di pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih kecil dari PB0. Pada saat

harga dunia (PW2) sama dengan PA0 maka di Negara A tidak terjadi excess supply,

namun di Negara B akan terjadi excess demand. Adapun jika harga dunia (PW1) sama

dengan PB0 maka di Negara A akan terjadi excess supply, namun di Negara B tidak

terjadi excess demand. Dari PA0 dan PB0 tersebut maka akan terbentuk kurva ES dan

ED di pasar dunia, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar dunia sebesar PW0. Dengan adanya perdagangan tersebut

maka Negara A akan mengekspor komoditas (karet alam) sebesar x, sedangkan Negara B akan mengimpor karet alam sebesar m, dimana si pasar dunia besarnya x sama dengan m yaitu QW0 (Novindra 2011).

Dampak Kebijakan Pajak Impor terhadap Perdagangan Karet Alam

Proses pemberlakuan harga karet alam dunia termasuk juga karet spesifikasi teknis dalam perdagangan internasional ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dunia. Akan tetapi, karena setiap negara eksportir dan importir mempunyai kepentingan yang berbeda-beda maka pemerintah melakukan intervensinya terhadap perdagangan karet alam. Intervensi pemerintah ini diperlukan untuk mengatur mekanisme perdagangan karet alam internasional maupun melindungi pelaku ekonomi karet alam dalam negeri. Beberapa kebijakan yang terkait dengan kinerja pasar karet alam antara lain kebijakan pajak impor, kuota impor, dan lain-lain. Namun yang dijelaskan dalam penelitian ini hanya dampak kebijakan pajak impor di negara China yang sesuai dengan fenomena yang terjadi sekarang. Ada pun, kebijakan kuota impor karet alam di China sudah dihapuskan setelah China menjadi anggota WTO.


(40)

Pajak impor merupakan pajak yang dikenakan atas impor suatu barang dimana suatu tarif akan cenderung menaikan harga dan menurunkan harga jumlah yang dikonsumsikan, dan menaikan produksi domestik. Kebijakan pajak impor ini disatu sisi bertujuan untuk mengurangi volume impor, namun disisi lain akan meningkatkan produksi domestik melalui perbaikan harga. Pemberlakuan pajak impor akan menyebabkan kenaikan harga produk di negera importir, penurunan konsumsi, peningkatan produksi, penurunan volume impor, dan adanya penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak impor tersebut. Pemberlakuan pajak impor akan menguntungkan produsen domestik karena harga impor suatu komoditas cenderung lebih mahal daripada harga domestiknya.

Dampak ekonomi dari pengenaan pajak impor oleh negara importir ditunjukkan oleh Gambar 4 dengan menggunakan asumsi-asumsi antara lain (1) hanya ada dua negara yaitu negara A sebagai importir, (2) pajak impor yang dilakukan adalah pajak impor spesifik, dan (3) negara impor adalah negara besar dimana perubahan jumlah impor dapat mempengaruhi harga dunia.

(a) Negara Importir (b) Pasar Dunia (c) Negara Eksportir Sumber: Murtiningsih (2009)

Gambar 4 Dampak Pengenaan Pajak Impor Keterangan:

Pt1 = Harga setelah pengenaan pajak impor

E = Keseimbangan sebelum pengenaan pajak impor E1 = Keseimbangan setelah pengenaan pajak impor S = Supply sebelum pengenaan pajak impor

S1 = Supply setelah pengenaan pajak impor D = Demand sebelum pengenaan pajak impor D1 = Demand setelah pengenaan pajak impor

Esensi dari kebijakan pajak impor adalah untuk melindungi produsen domestik. Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui apabila pemerintah memberlakukan kebijakan pajak sebesar t maka menyebabkan biaya impor menjadi lebih tinggi sehingga menggeser kurva WD sejajar ke bawah dengan jarak vertikal sesuai dengan


(41)

besarnya pajak menjadi WD+t. Kondisi ini menyebabkan harga dunia turun menjadi Pw’ sedangkan harga impor yang diterima konsumen di negara importir akan

meningkat menjadi Pt. Meningkatnya harga impor ini akan menyebabkan konsumen

terhadap komoditas yang perdagangkan menjadi turun sebesar qc’, sebaliknya

produksi domestik akan meningkat sebesar qp’. Adanya kebijakan pajak ini membuat

volume impor negara importir turun menjadi qp’ – qc’, sedangkan pada negara

eksportir, dengan harga dunia Pw’ kelebihan penawaran akan turun menjadi Qc’ – Qp’.

Pada pasar dunia, akan terbentuk keseimbangan baru yaitu pada tingkat harga dunia sebesar Pw’ dan volume perdagangan sebesar qe’.

Pengenaan pajak impor terhadap suatu komoditas menyebabkan kenaikan harga komoditas tersebut sehingga akan menurunkan konsumsi, peningkatan produksi, penurunan volume impor, dan adanya penerimaan pemerintah dari pajak. Sedangkan di negara eksportir terjadi penuruan harga sehingga menyebabkan berkurangnya volume ekspor.

Penawaran Ekspor Karet Spesifikasi Teknis Thailand ke China

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi dengan komsumsi domestik. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Xt = Qt– CDt……… (2.1)

dimana :

Xt = Jumlah karet TSR yang diekspor oleh Thailand pada tahun t,

Qt = Produksi karet TSR Thailand pada tahun t, dan

CDt = Komsumsi karet TSR domestik pada tahun t.

Dalam arti yang lebih luas, ekspor ke suatu negara merupakan kelebihan penawaran domestik atau produksi barang atau jasa yang tidak dikonsumsi oleh konsumen negara yang bersangkutan atau tidak disimpan dalam bentuk stok (Labys 1973).

Maka ekspor karet TSR Thailand dapat dirumuskan sebagai berikut: Xt = Qt– Ct + St-1……… (2.2)

dimana :

Xt = Jumlah ekspor karet TSR pada tahun t,

Qt = Jumlah produksi karet TSR pada tahun t,

Ct = Jumlah konsumsi karet TSR pada tahun t, dan

St-1 = Jumlah stok karet TSR pada tahun t-1.

Asumsi yang dipergunakan pada persamaan (2.2) adalah : (1) impor karet negara pengekspor relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan produksinya, sehingga dapat diabaikan, (2) konsumsi domestik negara produsen pada umumnya relatif stabil sehingga dapat diabaikan, dan (3) mengingat besarnya tingkat produksi


(42)

karet jika dibandingkan dengan permintaan maka stok di negara produsen diduga bukanlah berfungsi sebagai penyangga (buffer) untuk mengatur kondisi pasar, namun merupakan sisa produksi pada akhir tahun yang tidak dapat disalurkan di pasar dunia.

Penawaran ekspor suatu negara dipengaruhi juga oleh harga karet baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, nilai tukar valuta asing di negara pengekspor dan di negara mittra dagang (Branson dan Litvack 1981). Tidak kalah penting, harga komoditas substitusinya juga berpengaruh terhadap ekspor karet alam. Di pihak lain, berbagai kebijakan pemerintah baik di negara yang bersangkutan maupun di tingkat internasional dapat mempengaruhi keragaman ekspor karet spesifikasi teknis oleh suatu negara. Selain itu, negara pesaing ekspor karet TSR juga berpengaruh untuk menentukan penawaran ekspor suatu negara. Dengan demikian, maka didapat fungsi penawaran ekspor karet spesifikasi teknis suatu negara dalam bentuk dinamis adalah sebagai berikut:

Xt = f (Qt, XSt, Pt, ERt, Zt, Xt-1) …………..……….…... (2.3)

dimana:

Qt = Jumlah produksi karet TSR dalam negeri tahun t,

XSt = Jumlah ekspor karet TSR negara pesaing tahun t,

Pt = Harga ekspor karet TSR pada tahun t,

ERt = Nilai tukar mata uang asing tahun t,

Zt = Faktor lain yang mempengaruhi ekspor karet TSR pada tahun t, dan

Xt-1 = Jumlah ekspor karet TSR tahun t-1.

Permintaan Impor Karet Spesifikasi Teknis China dari Thailand

Permintaan impor suatu negara terhadap suatu barang merupakan kelebihan konsumsi yang tidak sanggup diproduksi di dalam negeri (Labys 1973). Dengan kata lain, suatu negara akan mengimpor karena produksi negara produksi relatif kecil dibandingkan dengan konsumsinya. Permintaan impor dirumuskan sebagai berikut:

Mt = Ct– Qt + St-1 ……….……….…..… (2.4)

dimana:

Mt = Jumlah impor karet TSR tahun t,

Ct = Jumlah konsumsi karet TSR tahun t,

Qt = Jumlah produksi karet TSR tahun t, dan

St-1 = Jumlah stok karet TSR tahun t-1.

Jika diasumsikan stok karet negara konsumen konstan, maka konsumsi karet negara konsumen akan konsisten dengan pola permintaan impornya, sehingga berapa besar utilitas yang diperoleh dari konsumsi karet TSR yang diimpor menjadi begitu penting, sementara diasumsikan juga jumlah produksi karet TSR Negara konsumen konstan. Bertolak dari hal itu maka permintaan impor dapat diturunkan dari fungsi konsumen, sedangkan fungsi konsumsi sebagai berikut:


(43)

dimana:

Ct = Jumlah konsumsi karet TSR negara pengimpor tahun t

Yt = Pendapatan negara pengimpor tahun t, dan

PMt = Harga impor karet TSR negara pengimpor tahun t.

Permintaan impor karet TSR dapat dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan dunia, harga komoditas komplemen impor dan sebagainya. Dengan demikian fungsi permintaan impor dirumuskan sebagai berikut:

Mt = f (Ct, PMt, Yt, PKt, GMt, Mt-1)….………..…… (2.6)

dimana:

Ct = Jumlah konsumsi karet TSR domestik tahun t,

PMt = Harga impor karet TSR di negara pengimpor tahun t,

Yt = Pendapatan negara pengimpor tahun t,

PKt = Harga komoditas komplemen karet TSR tahun t,

GMt = Kebijakan perdagangan pemerintah negara pengimpor tahun t, dan

Mt-1 = Jumlah impor karet TSR tahun t-1.

Harga Karet Spesifikasi Teknis di Dunia, Thailand dan China

Proses penentuan harga (price determination) termasuk ke dalam interaksi penawaran dan permintaan. Kondisi penawaran dan permintaan ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi tertentu yang mempengaruhi penawaran dan permintaan tersebut (Elwamendri 2000). Dalam model persamaan simultan yang dibangun, terdapat tiga jenis harga karet yang dimasukkan ke dalam model yaitu harga ekspor karet TSR di negara produsen yaitu Thailand, harga karet TSR di pasar China dan harga karet TSR dunia yaitu harga acuan di pasar TOCOM dan SICOM.

Secara teoris, harga keseimbangan yang terjadi di Thailand maupun pasar China adalah merupakan titik keseimbangan antara kurva permintaan dengan kurva penawaran di pasar bersangkutan. Oleh sebab itu, persamaan harga karet alam di Thailand (pasar domestik) maupun di pasar China akan dipengaruhi bentuk kurva permintaan dan kurva penawaran masing-masing pasar. Artinya harga komoditas di pasar juga ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan komoditas tersebut. Untuk harga ekspor karet alam dianggap bahwa penentu utama harga ekspor karet spesifikasi teknis di Thailand utama adalah harga karet spesifikasi teknis dunia.

Disamping interaksi antara penawaran ekspor serta permintaan impor di atas maka diduga juga bahwa harga karet di pasar internasional dipengaruhi langsung oleh jumlah total ekspor karet TSR dunia dan jumlah total impor karet TSR dunia.

PWt = f (XWt, MWt, PWt-1) ………..………..…… (2.7)

dimana :

XWt = Total ekspor karet spesifikasi teknis dunia tahun t,

MWt = Total impor karet spesifikasi teknis dunia tahun t, dan


(44)

Adapun, harga ekspor karet spesifikasi teknis di Thailand merupakan fungsi dari harga karet spesifikasi teknis di pasar dunia, jumlah ekspor total karet TSR Thailand dan harga minyak mentah di Amerika Serikat. Secara matematis persamaan harga ekspor karet spesifikasi teknis adalah sebagai berikut:

PXt = f (PWt, Xt, POt, PXt-1) ……… (2.8)

dimana:

PXt = Harga ekspor karet spesifikasi teknis di Thailand tahun t,

PWt = Harga karet spesifikasi teknis di dunia tahun t,

Xt = Jumlah ekspor karet Thailand tahun t,

POt = Harga minyak mentah di Amerika Serikat tahun t, dan

PXt-1 = Harga ekspor karet spesifikasi teknis di Thailand tahun t-1.

Selanjutnya harga karet di pasar China diduga dipengaruhi oleh harga karet TSR di pasar dunia dan jumlah impor karet alam China, maka harga karet spesifikasi teknis di China, merupakan fungsi dari harga karet TSR dunia dan total impor karet spesifikasi teknis China. Secara matematis persamaan harga karet di pasar China sebagai berikut:

PMt = f (PWt, MCt , PMt-1) ……….…...(2.9)

dimana:

PMt = Harga impor karet spesifikasi teknis di China tahun t,

PWt = Harga karet spesifikasi teknis dunia tahun t,

MCt = Jumlah impor total karet spesifikasi teknis di China tahun t, dan

PMt-1 = Harga impor karet spesifikasi teknis di China tahun t-1. Kerangka Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis

Model merupakan representasi atau penyederhanaan fenomena aktual yang ada di dunia nyata. Fenomena yang digambarkan dalam penelitian ini adalah fenomena perdagangan karet alam antara Thailand dengan China. Di dalam perdagangan, karet alam dibedakan atas empat mutu, yakni : karet lembaran (Rubber Sheet), baik berupa RSS (Ribbed Smoked Sheet) atau USS (Un Smoked Sheet); karet spesifikasi teknis (Technical Specified Rubber); lateks paket (Latex Concentrate)

serta crepe (Crepe Rubber). Dalam penelitian ini, perhatian di fokuskan pada mutu karet spesifikasi teknis/TSR (Technical Specified Rubber) di Thailand dengan namanya Standard Thai Rubber atau STR. Adapun untuk karet jenis tersebut dari Indonesia dan Malaysia tidak dianalisis dalam penelitian ini.

Model ekonometrika adalah suatu pola dari model matematika yang mencakup peubah penganggu (Intriligator et al 1996). Suatu model ekonometrika yang baik akan memenuhi kriteria ekonomi yang menyangkut tanda, kriteria statistik yang berkenaan dengan uji statistiknya, dan kriteria ekonometrika yang menyangkut asumsi ekonometrikanya. Model perdagangan karet spesifikasi teknis antara Thailand


(45)

dengan China dalam penelitian ini merupakan model simultan dinamis1 dan dapat dikelompokkan atas lima aspek bahasan yaitu: (a) penawaran ekspor karet spesifikasi

teknis (Technical Specified Rubber) Thailand dan non-Thailand ke China, (b) penawaran ekspor karet spesifikasi teknis Thailand dan Thailand ke

non-China, (c) permintaan impor karet spesifikasi teknis China dan non-China dari Thailand, (d) permintaan impor karet spesifikasi teknis China dan non-China dari non-Thailand, dan (e) harga karet spesifikasi teknis yang terdiri dari harga karet spesifikasi teknis dunia, harga ekspor karet spesifikasi teknis Thailand, dan harga impor karet spesifikasi teknis China. Keterkaitan masing-masing aspek dapat dilihat di Gambar 5.

Keterangan: = peubah eksogen = peubah endogen Gambar 5 Diagram Model Perdagangan Karet Spesifikasi Teknis antara

Thailand dan China dimana:

XTSRTC = Jumlah ekspor karet TSR Thailand ke China XTSRNTC = Jumlah ekspor karet TSR non-Thailand ke China XTSRC = Jumlah ekspor karet TSR total ke China


(46)

XTSRTNC = Jumlah ekspor karet TSR Thailand ke non-China XTSRNTNC = Jumlah ekspor karet TSR non-Thailand ke non-China XTSRNC = Jumlah ekspor karet TSR total ke non-China

XWTSR = Jumlah ekspor karet TSR total dunia

MTSRCT = Jumlah impor karet TSR China dari Thailand MTSRCNT = Jumlah impor karet TSR China dari non-Thailand

MTSRC = Jumlah impor karet TSR total China

MTSRNCT = Jumlah impor karet TSR non-China dari Thailand MTSRNCNT = Jumlah impor karet TSR non-China dari non-Thailand MTSRNC = Jumlah impor karet TSR total non-China

MWTSR = Jumlah impor karet TSR total dunia

PWTSR = Harga karet TSR dunia

PXTTSR = Harga ekspor karet TSR Thailand

PMCTSR = Harga impor karet TSR China

PSIR = Harga karet sintetis dunia

XTTSR = Jumlah ekspor total karet TSR Thailand

QTTSR = Jumlah produksi karet TSR Thailand

QIDTSR = Jumlah produksi karet TSR Indonesia

MPC = Pajak impor karet TSR di China

ERTUS = Nilai tukar mata uang Baht terhadap US dollar

GDPJPN = Pendapatan Domestik Bruto Jepang

GDPUSA = Pendapatan Domestik Bruto Amerika Serikat

DWTOC = Dummy gabungan China menjadi anggota WTO

QOC = Jumlah produksi otomotif di China

QOW = Jumlah produksi otomotif dunia


(1)

LERTUSR=LAG(ERTUSR); LXWTSR=LAG(XWTSR); /*CREATE DATA BARU*/ SPWTSRR = PWTSRR-LPWTSRR; RPWTSRR = PWTSRR/LPWTSRR; SPXTTSRR = PXTTSRR-LPXTTSRR; RPXTTSRR = PXTTSRR/LPXTTSRR; SPMCTSRR = PMCTSRR-LPMCTSRR; RPMCTSRR = PMCTSRR/LPMCTSRR; SPSIRR = PSIRR-LPSIRR; RPSIRR = PSIRR/LPSIRR; SPOUSAR = POUSAR-LPOUSAR; RPOUSAR = POUSAR/LPOUSAR; GRGDPCR = (GDPCR-LGDPCR)/LGDPCR; GRGDPUSAR = (GDPUSAR-LGDPUSAR)/LGDPUSAR; GRGDPJPNR = (GDPJPNR-LGDPJPNR)/LGDPJPNR; SERTUSR = ERTUSR-LERTUSR;

GRQOW = (QOW-LQOW)/LQOW; GRQOC = (QOC-LQOC)/LQOC; DXTSRTC = (XTSRTC*PXTTSR); DXTSRTNC = (XTSRTNC*PXTTSR); DXTTSR = DXTSRTC + DXTSRTNC; DXTSRNTC = (XTSRNTC*PWTSR); DXTSRNTNC = (XTSRNTNC*PWTSR); DXNTTSR = DXTSRNTC + DXTSRNTNC; DMTSRCT = (MTSRCT*PMCTSR); DMTSRCNT = (MTSRCNT*PMCTSR); DMTSRC = DMTSRCT + DMTSRCNT; DMTSRNCT = (MTSRNCT*PWTSR); DMTSRNCNT = (MTSRNCNT*PWTSR); DMTSRNC = DMTSRNCT + DMTSRNCNT; QONC = QOW-QOC;

/*SIMULASI PENINGKATAN JUMLAH PRODUKSI KARET TSR DI THAILAND SEBESAR 5 PERSEN*/ QTTSR=1.05*QTTSR;

/*SIMULASI PENGHAPUSAN PAJAK IMPOR KARET TSR DI CHINA MENJADI 0 PERSEN*/ MPC=0*MPC;

run;

proc simnlin data=simulasi_peramalan3 dynamic simulate stat outpredict theil;

endogenous XTSRTC XTSRNTC XTSRC XTSRTNC XTSRNTNC XTSRNC XWTSR MTSRCT MTSRCNT MTSRC MTSRNCT MTSRNCNT MTSRNC MWTSR PWTSRR PXTTSRR PMCTSRR DXTSRTC DXTSRTNC DXTTSR DXTSRNTC DXTSRNTNC DXNTTSR DMTSRCT DMTSRCNT DMTSRC DMTSRNCT DMTSRNCNT DMTSRNC;

instruments XTTSR QONC DWTOC QTTSR QIDTSR MPC QOC PSIRR GDPCR POUSAR GDPUSAR GDPJPNR ERTUSR; LXTSRTC=LAG(XTSRTC); LXTSRNTC=LAG(XTSRNTC); LXTSRTNC=LAG(XTSRTNC); LXTSRNTNC=LAG(XTSRNTNC); LMTSRCNT=LAG(MTSRCNT); LMTSRNCT=LAG(MTSRNCT); LPWTSRR=LAG(PWTSR); LPMCTSRR=LAG(PMCTSR); LPSIRR=LAG(PSIRR); LERTUSR=LAG(ERTUSR); LXWTSR=LAG(XWTSR);

PARM A0 -170606 A1 18.25831 A2 0.183566 A3 2813.105 A4 -0.14081 A5 0.786002 B0 -611389 B1 120.2048 B2 0.458860 B3 0.440872

C0 -213474 C1 29.07304 C2 0.715454 C3 3261.995 C4 -0.56832 C5 0.138614

D0 -483117 D1 277.6040 D2 0.749568 D3 -0.51765 D4 0.578714

E0 118261.8 E1 -68.1035 E2 -1080.09 E3 192853.0 E4 0.011978

F0 326898.2 F1 28460.20 F2 -20.8513 F3 0.023710 F4 -8170.29 F5 0.487606 G0 -866890 G1 -6.62373 G2 -132.846 G3 53.78383 G4 0.019331 G5 0.437166 H0 -716990 H1 -0.70018 H2 -205.262 H3 0.012603 H4 346.7429

I0 386.3283 I1 -0.00032 I2 0.000211 I3 0.473805


(2)

K0 -562.671 K1 1203.549 K2 0.000113 K3 0.394198;

XTSRTC = A0 + A1*PXTTSRR + A2*QTTSR + A3*ERTUSR + A4*XTSRTNC + A5*LXTSRTC; XTSRNTC = B0 + B1*PWTSRR + B2*QIDTSR + B3*LXTSRNTC;

XTSRTNC = C0 + C1*PXTTSRR + C2*QTTSR + C3*ERTUSR + C4*XTSRTC + C5*LXTSRTNC; XTSRNTNC = D0 + D1*PWTSRR + D2*QIDTSR + D3*XTSRNTC + D4*LXTSRNTNC;

MTSRCT = E0 + E1*PMCTSRR + E2*MPC + E3*DWTOC + E4*QOC;

MTSRCNT = F0 + F1*(PMCTSRR/LPMCTSRR) + F2*PSIRR + F3*QOC + F4*MPC + F5*LMTSRCNT; MTSRNCT = G0 + G1*PWTSRR + G2*PSIRR + G3*GDPJPNR + G4*QONC + G5*LMTSRNCT; MTSRNCNT = H0 + H1*PWTSRR + H2*PSIRR + H3*QONC + H4*GDPUSAR;

PWTSRR = I0 + I1*LXWTSR + I2*MWTSR + I3*LPWTSRR; PXTTSRR = J0 + J1*PWTSRR + J2*XTTSR + J3*POUSAR;

PMCTSRR = K0 + K1*(PWTSRR/LPWTSRR) + K2*MTSRC + K3*LPMCTSRR; XTSRC = (XTSRTC+XTSRNTC);

XTSRNC = (XTSRTNC+XTSRNTNC); XWTSR = (XTSRC+XTSRNC); MTSRC = (MTSRCT+MTSRCNT); MTSRNC = (MTSRNCT+MTSRNCNT); MWTSR = (MTSRC+MTSRNC); DXTSRTC = (XTSRTC*PXTTSR); DXTSRTNC = (XTSRTNC*PXTTSR); DXTTSR = DXTSRTC + DXTSRTNC; DXTSRNTC = (XTSRNTC*PWTSR); DXTSRNTNC = (XTSRNTNC*PWTSR); DXNTTSR = DXTSRNTC + DXTSRNTNC; DMTSRCT = (MTSRCT*PMCTSR); DMTSRCNT = (MTSRCNT*PMCTSR); DMTSRC = DMTSRCT + DMTSRCNT; DMTSRNCT = (MTSRNCT*PWTSR); DMTSRNCNT = (MTSRNCNT*PWTSR); DMTSRNC = DMTSRNCT + DMTSRNCNT;

RANGE year= 2015 to 2020;


(3)

Lampiran 22 Hasil Simulasi Peramalan Kombinasi antara Peningkatan Jumlah

Produksi Karet Spesifikasi Teknis di Thailand Sebesar 5 Persen dan

Penghapusan Pajak Impor Karet Spesifikasi Teknis di China Tahun

2015-2020 Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur

SIMNLIN dengan

Software

SAS/ETS 9.1

The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary

Model Variables 29 Endogenous 29 Parameters 55 Range Variable year Equations 29 Number of Statements 40 Program Lag Length 1

The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options

DATA= SIMULASI_PERAMALAN3

Solution Summary

Variables Solved 29 Simulation Lag Length 1 Solution Range year First 2015 Last 2020 Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 8.07E-16 Maximum Iterations 1 Total Iterations 6 Average Iterations 1

Observations Processed Read 7 Lagged 1 Solved 6 First 2 Last 7

Variables XTSRTC XTSRNTC XTSRC XTSRTNC XTSRNTNC XTSRNC XWTSR MTSRCT MTSRCNT MTSRC Solved For MTSRNCT MTSRNCNT MTSRNC MWTSR PWTSRR PXTTSRR PMCTSRR DXTSRTC DXTSRTNC DXTTSR DXTSRNTC DXTSRNTNC DXNTTSR DMTSRCT DMTSRCNT DMTSRC DMTSRNCT DMTSRNCNT DMTSRNC


(4)

The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range year = 2015 To 2020 Descriptive Statistics

Actual Predicted

Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

XTSRTC 6 6 560320 43365.9 587920 57444.3 Jumlah ekspor karet TSR Thailand ke China (ton)

XTSRNTC 6 6 1103205 85111.9 1181910 97600.3 Jumlah ekspor karet TSR non-Thailand ke China (ton) XTSRC 6 6 1663525 128474 1769830 154961 Jumlah ekspor karet TSR total ke China (ton)

XTSRTNC 6 6 1103912 65314.9 1138113 61094.4 Jumlah ekspor karet TSR Thailand ke non-China (ton) XTSRNTNC 6 6 2245760 218928 2513546 126549 Jumlah ekspor karet TSR non-Thailand ke non-China (ton) XTSRNC 6 6 3349671 281180 3651659 187375 Jumlah ekspor karet TSR total ke non-China (ton) XWTSR 6 6 5013197 406166 5421489 342094 Jumlah ekspor karet TSR total dunia (ton)

MTSRCT 6 6 560320 43365.9 532856 38104.4 Jumlah impor karet TSR China dari Thailand (ton) MTSRCNT 6 6 1103205 85111.9 1303863 100527 Jumlah impor karet TSR China dari non-Thailand (ton) MTSRC 6 6 1663525 128474 1836720 138158 Jumlah impor karet TSR total China (ton)

MTSRNCT 6 6 1103912 65314.9 1023111 50373.8 Jumlah impor karet TSR non-China dari Thailand (ton) MTSRNCNT 6 6 2841130 121009 2487992 62757.4 Jumlah impor karet TSR non-China dari non-Thailand (ton) MTSRNC 6 6 3945042 186323 3511103 112856 Jumlah impor karet TSR total non-China (ton)

MWTSR 6 6 5608567 314792 5347822 249647 Jumlah impor karet TSR total dunia (ton)

PWTSRR 6 6 1022.0 87.1627 1041.4 115.6 Harga riil karetTSR dunia (USD/ton) PXTTSRR 6 6 1902.7 191.9 1835.4 222.8 Harga ekspor riil karet TSR Thailand (USD/ton)

PMCTSRR 6 6 1061.0 38.7816 1411.7 63.3880 Harga impor riil karet TSR China (USD/ton)

DXTSRTC 6 6 1.374E9 2.1263E8 1.4424E9 2.4407E8 Devisa ekspor karet TSR Thailand ke China (USD)


(5)

DXTSRTNC 6 6 2.7054E9 3.8213E8 2.7879E9 3.7593E8 Devisa ekspor karet TSR Thailand ke non-China (USD) DXTTSR 6 6 4.0795E9 5.9427E8 4.2303E9 6.1742E8 Total devisa ekspor karet TSR Thailand (USD)

DXTSRNTC 6 6 2.8442E9 4.4926E8 3.0462E9 4.8385E8 Devisa ekspor karet TSR non-Thailand ke China (USD) DXTSRNTNC 6 6 5.787E9 9.5441E8 6.4681E9 8.4475E8 Devisa ekspor karet TSR non-Thailand ke non-China (USD) DXNTTSR 6 6 8.6312E9 1.3955E9 9.5144E9 1.3263E9 Total devisa ekspor karet TSR

non-Thailand (USD) DMTSRCT 6 6 1.821E9 2.3691E8 1.7316E9 2.1766E8 Devisa impor karet TSR China dari Thailand (USD) DMTSRCNT 6 6 3.5852E9 4.6557E8 4.2378E9 5.4786E8 Devisa impor karet TSR China dari non-Thailand (USD) DMTSRC 6 6 5.4061E9 7.0247E8 5.9694E9 7.6463E8 Total devisa impor karet TSR China (USD)

DMTSRNCT 6 6 2.8435E9 4.0519E8 2.6345E9 3.5759E8 Devisa impor karet TSR non-China dari Thailand (USD) DMTSRNCNT 6 6 7.3125E9 9.449E8 6.3981E9 7.4182E8 Devisa impor karet TSR non-China dari non-Thailand (USD) DMTSRNC 6 6 1.016E10 1.3493E9 9.0326E9 1.0977E9 Total devisa impor karet TSR non-China (USD)


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pattani, Thailand pada tanggal 20 Januari 1986. Penulis

merupakan anak ketiga dari pasangan Adeh Madiyoh dan Sakirah Ri-Chi. Pada tahun

2004 penulis lulus dari

Bamrung Islam School Pattani

, Thailand dan pada tahun yang

sama penulis diterima menjadi mahasiswa

Department of Money and Banking, Yala

Islamic University

, Thailand. Selama kuliah penulis aktif menjadi staf di

Student

Union of Yala Islamic University

. Penulis menyelesaikan program sarjana pada tahun

2008 dengan memperoleh nilai IPK 3.49. Pada tahun yang sama penulis dapat bekerja

menjadi petugas bagian administrasi keuangan di

Al-

Qur’an and Multilingual

Kalamullah School

sampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis dapat

biayasiswa Kemittraan Negara Berkembang (KNB) dari Indonesia. Saat ini penulis

melanjut program pascasarjana pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) di

Institut Pertanian Bogor.