Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Hama dan Pertumbuhan Padi di Lapangan

PENGARUH CENDAWAN ENDOFIT TERHADAP HAMA
DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI DI LAPANGAN

M. KHAIRY

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ABSTRAK

M. KHAIRY. Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Hama dan Pertumbuhan
Tanaman Padi di Lapangan. Dibimbing oleh SUGENG SANTOSO dan SURYO
WIYONO.
Cendawan endofit merupakan cendawan yang hidup dalam jaringan
tanaman, tanpa menimbulkan gejala penyakit pada tanaman inangnya. Penelitian
bertujuan mengetahui pengaruh cendawan endofit terhadap hama dan
pertumbuhan tanaman padi di lapangan. Perlakuan yang digunakan adalah
perendaman benih padi varietas Ciherang menggunakan suspensi cendawan
endofit dengan kerapatan 106 cfu/ml. Cendawan endofit yang digunakan yaitu

Nigrospora, Penicillium, dan Acremonium. Sebagai pembanding digunakan
tanaman yang tidak diberi perlakuan cendawan endofit dan tanaman yang diberi
perlakuan pestisida. Penelitian terdiri dari sembilan perlakuan dan setiap
perlakuan terdiri dari tiga ulangan, disusun dalam Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Pengamatan yang dilakukan terdiri dari dua pengamatan yaitu
pengamatan hama dan pertumbuhan padi. Parameter yang diamati pada
pengamatan hama meliputi tingkat serangan hama penggerek batang merah jambu
dan belalang serta populasi kepinding tanah. Pada pengamatan pertumbuhan padi
yang diamati meliputi pertumbuhan bibit (panjang bibit, panjang akar, dan daya
perkecambahan), tinggi tanaman, jumlah anakan, berat bulir, jumlah bulir, dan
jumlah anakan prduktif serta bobot panen. Data yang diperoleh dianalisis dengan
ANOVA pada taraf 5% dan uji lanjut Duncan. Perlakuan cendawan endofit
meningkatkan pertumbuhan bibit padi. Padi yang diberi perlakuan cendawan
endofit menunjukkan pertumbuhan bibit, akar bibit dan daya perkecambahan yang
berbeda dibandingkan kontrol. Perlakuan cendawan endofit secara umum tidak
berpengaruh nyata terhadap tingkat serangan hama dan pertumbuhan tanaman.
Kata kunci: Cendawan endofit, Nigrospora, Penicillium, Acremonium

PENGARUH CENDAWAN ENDOFIT TERHADAP HAMA
DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI DI LAPANGAN


M. KHAIRY
A34060675

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul
Nama
NRP

: Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Hama dan Pertumbuhan
Padi di Lapangan
: M. Khairy

: A340600675

Disetujui,
Dosen Pembimbing 1

Dosen Pembimbing 2

Dr. Ir. Sugeng Santoso, M. Agr
NIP. 19640304 198903 1004

Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc. Agr
NIP. 19690212 199203 1003

Diketahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si
NIP. 19650621 198910 2001

Tanggal Lulus:


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cairo pada tanggal 28 Juli 1988 sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Matsani Kosim dan Ibu Walana
Burmawi. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat SMA pada tahun 2006 di
SMA Negeri 91 Jakarta dan diteima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis diterima di Departemen Proteksi Tanaman
pada tahun 2007.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Komandan Tinggi
(KOMTI) kelas Proteksi Tanaman angkatan 43. Penulis juga pernah menjadi
pengurus Asrama Sylvasari periode 2008/2009 dan 2009/2010. Selain itu, penulis
pernah menjadi ketua panitia Dies Natalis Asrama Sylvasari pada tahun 2010.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Hama dan Pertumbuhan
Tanaman Padi di Lapangan” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di

Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
orang-orang yang telah membantu penulis. Khususnya kepada :
1. Ayah dan ibu serta adik-adik tercinta yang telah memberikan dukungan
moral, materi, doa, dan semangat yang tanpa henti kepada penulis;
2. Dr. Ir. Sugeng Santoso, M.Agr. dan Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc. Agr.
yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta saran kepada penulis;
3. Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, M.Sc. selaku dosen penguji tamu yang
telah memberikan arahan dan saran yang bermanfaat;
4. Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si. selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan saran kepada
penulis;
5. Nielma Kartika Dewi yang selalu memberikan perhatian, motivasi, dan
bantuan dalam setiap kegiatan;
6. Mbak Ratih, Mbak Tuti, Mbak Sri, Pak Kelik Purwanta, dan Pak
Wardiono atas dukungan dan bantuannya selama penulis melakukan
penelitian di Klaten;
7. Agung, Godzali, serta semua saudara-saudara seperjuangan di Asrama
Sylvasari dan Sylvapinus;

8. Teman-teman mahasiswa Proteksi Tanaman angkatan 43, 44, dan 45 yang
tidak bisa saya sebutkan semuanya atas dukungannya selama ini;
9. Dosen, staff, serta laboran Departemen Proteksi Tanaman yang telah
memberikan dukungannya selama ini.
Bogor, Juli 2012
M. Khairy

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

x

PENDAHULUAN ..............................................................................................

1

Latar Belakang ...........................................................................................
Tujuan Penelitian .......................................................................................

Manfaat Penelitian .....................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................

3

Cendawan Endofit .....................................................................................
Deskripsi...........................................................................................
Taksonomi dan Ekologi ...................................................................
Cendawan Endofit sebagai Agens Hayati ........................................
Hama Tanaman Padi ..................................................................................
Penggerek Batang Merah Jambu ......................................................
Kepinding Tanah ..............................................................................
Belalang ............................................................................................

3

3
3
4
5
5
6
7

BAHAN DAN METODE ...................................................................................

9

Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................
Bahan dan Alat ..........................................................................................
Metode Penelitian ......................................................................................
Perlakuan Benih ...............................................................................
Persiapan Lahan ...............................................................................
Penanaman Padi ...............................................................................
Pemeliharaan ....................................................................................
Pengamatan Hama ............................................................................

Pengamatan Padi ..............................................................................
Analisis Data ..............................................................................................

9
9
9
9
10
10
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 15
Keadaan Umum Lokasi .............................................................................
Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Hama ............................................
Penggerek Batang Padi Merah Jambu ..............................................
Belalang ............................................................................................
Kepinding Tanah ..............................................................................

Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Pertumbuhan Padi ........................
Pertumbuhan Bibit Padi ...................................................................
Tinggi Tanaman ...............................................................................
Jumlah Anakan .................................................................................
Berat Bulir, Jumlah Bulir, dan Anakan Produktif ............................
Bobot Panen .....................................................................................

15
16
16
18
19
20
20
22
24
25
26

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 27


Kesimpulan ................................................................................................ 27
Saran .......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Penentuan kategori tingkat serangan belalang ............................................. 13

2.
3.

Pengaruh cendawan endofit terhadap tingkat serangan penggerek batang
merah jambu ................................................................................................. 17
Pengaruh cendawan endofit terhadap tingkat serangan belalang................. 18

4.

Pengaruh cendawan endofit terhadap populasi kepinding tanah ................. 19

5.
6.

Pengaruh cendawan endofit terhadap pertumbuhan bibit dan daya
kecambah benih padi .................................................................................... 20
Pengaruh cendawan endofit terhadap tinggi tanaman.................................. 22

7.

Pengaruh cendawan endofit terhadap jumlah anakan padi .......................... 24

8.

Pengaruh cendawan endofit terhadap berat bulir, jumlah bulir, dan jumlah
anakan produktif .......................................................................................... 25
Bobot panen ................................................................................................. 26

9.

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Skema penanaman bibit pada petak percobaan............................................ 10

2.

Skema pengacakan petak percobaan ............................................................ 11

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan utama di Indonesia,
karena sebagian besar penduduknya menggunakan beras sebagai makanan pokok.
Kebutuhan beras sebagai bahan pangan utama terus meningkat sejalan dengan
pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS 2012),
produksi padi di Indonesia pada tahun 2011 sebesar 65,39 juta ton gabah kering giling
(GKG), mengalami penurunan sebanyak 1,08 juta ton (1,63 %) dari produksi tahun 2010
sebesar 66,47 juta ton GKG. Menurunnya produksi padi disebabkan faktor fenomena
iklim berupa musim kemarau panjang serta gangguan hama dan penyakit.
Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu kendala
dalam usaha meningkatkan produksi padi. Upaya pengendalian hama umumnya masih
menggunakan pestisida sebagai metode pengendalian hama yang paling ampuh.

Namun, akibat dari penggunaan pestisida secara berlebihan dan terus menerus
dapat mengakibatkan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif
dari penggunaan insektisida yang tidak bijaksana, mengharuskan kita terus
mengembangkan teknologi baru yang efektif dan ramah lingkungan untuk
mengendalikan OPT. Salah satu teknik yang mempunyai harapan cukup baik
adalah pemanfaatan cendawan endofit.
Cendawan endofit merupakan cendawan yang mengkolonisasi internal
bagian tanaman tanpa memberikan kerusakan yang nyata bagi inangnya (Petrini
1996). Cendawan endofit mampu meningkatkan resistensi tanaman inang dari
serangan hama (Clay 1992). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan keragaman antar cendawan endofit antar tanaman terserang dengan
tidak terserang hama. Salah satu cendawan endofit asal pelepah padi yaitu
Nigrospora sp. isolat SWSS dapat meningkatkan ketahanan terhadap wereng
coklat (Santoso dan Wiyono 2008). Cendawan isolat tersebut tidak bersifat
patogen tanaman, dan meningkatkan pertumbuhan bibit padi yaitu 74% panjang
akar dan 100% tinggi bibit. Selain itu cendawan endofit lain yang telah diuji
kemampuannya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah Penicillium
sp. dan Acremonium sp.. Interaksi antara cendawan endofit dan tanaman inang

2

umumnya bersifat simbiosis mutualisme. Cendawan endofit dapat menginfeksi
tanaman sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin,
enzim serta antibiotika (Carrol 1988; Clay 1988). Menurut Saikkoen dan Helander
(2003) asosiasi beberapa cendawan endofit dengan tanaman inangnya mampu
melindungi tanaman dari beberapa patogen virulen, kondisi ekstrim maupun
herbivora.
Selama ini penelitian tentang pengaruh cendawan endofit terhadap
perkembangan hama dan pertumbuhan tanaman padi baru dilaksanakan dalam
skala laboratorium. Untuk itu perlu adanya pengujian skala lapangan agar teruji
keefektifannya di lapangan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
alternatif dalam mengendalikan hama padi yang ramah lingkungan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cendawan endofit
terhadap hama dan pertumbuhan tanaman padi di lapangan.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersedianya informasi
yang terkait dengan pengaruh cendawan endofit terhadap hama dan pertumbuhan
tanaman padi.

TINJAUAN PUSTAKA
Cendawan Endofit

Deskripsi
Cendawan endofit disebut juga sebagai mikosimbion endofitik merupakan
cendawan yang melakukan kolonisasi dalam jaringan tanaman tanpa menimulkan
gejala sakit (Petrini 1992). Sedangkan menurut Sinclair dan Cercauskas (1996)
mendefinisikan endofit sebagai mikroorganisme yang hidup dalam tumbuhan lain.
Clay (1988) mengatakan bahwa cendawan endofit adalah cendawan yang terdapat
di dalam sistem jaringan tumbuhan, seperti daun, bunga, ranting ataupun akar
tumbuhan.
Cendawan endofit ditemukan pada berbagai kelompok tanaman yaitu
rumput-rumputan, teki, dan berbagai pohon-pohonan dan sayuran (Petrini 1992,
Siegel dan Schardl 1992). Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya
digolongkan dalam dua kelompok yaitu mutualisme konstutif dan induktif.
Mutualisme konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara fungi dengan
tumbuhan terutama rumput-rumputan. Sedangkan mutualisme induktif adalah
asosiasi antara fungi dengan tumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara
bebas melalui air dan udara (Carrol 1988).
Cendawan endofit hidup dalam jaringan internal tanaman. Cendawan
endofit pada banyak rumput-rumputan hidup secara simbiosis mutualisme karena
cendawan tersebut membantu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
herbivora, patogen dan kondisi ekstrim, juga meningkatkan kemampuan bersaing
tanaman inang dengan tanaman lainnya yaitu dengan menerima nutrisi sehingga
mampu melindungi inangnya tersebut (Saikkonen dan Helander 2003).

Taksonomi dan Ekologi
Cendawan endofit dimasukkan ke dalam famili Balansiae yang terdiri dari
lima genus

yaitu Atkinsonella, Balansiae, Balansiopsis, Epichloe, dan

Myriogenospora (Clay 1988). Sedangkan Petrini (1992) menggolongkan

4

cendawan endofit dalam kelompok Ascomycotina dan Deuteromycotina.
Keragaman pada jasad ini cukup besar seperti pada Loculoascomycetes,
Discomycetes dan Pyrenomycetes. Strobel et. al. 1996 dalam Worang 2003
mengemukakan

bahwa

cendawan

endofit

meliputi

genus

Pestalotia,

Pestalotiopsis, Monochaetia dan lain-lain.
Cendawan

endofit

utama

pada

rumput-rumputan

adalah

kelas

Ascomycotina, famili Clavicipitaceae, tribus Balansiae dengan genus Balansia,
Myriogenospora, Atkinsospora dan Epichloe (Siegel dan Schardl 1992, Parberry
1996). Genus Balansia umumnya dapat menginfeksi tumbuhan tahunan dan hidup
secara simbiosis mutualistik dengan tumbuhan inangnya. Dalam simbiosis ini,
fungi dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk proses fotosintesis serta melindungi tumbuhan inangnya dari
serangan hama dan penyakit, dan hasil dari fotosintesis dapat digunakan oleh
cendawan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Bacon 1991; Petrini
1992; Rao 1994 dalam Worang 2009).
Kelimpahan cendawan endofit dipengaruhi oleh faktor biotik dan biotik.
Faktor biotik terdiri dari varietas dan spesies inang. Sedangkan faktor abiotik yang
berpengaruh adalah faktor-faktor cuaca yaitu suhu, kelembaban relatif dan kadar
air tanah serta teknik budidaya (Lewis et al. 1997).
Cendawan Endofit sebagai Agens Hayati
Cendawan endofit merupakan simbion mutualis tanaman. Peran yang
menguntungkan tanaman yaitu meningkatkan ketahanan terhadap serangga dan
mamalia herbivora (Clay 1992; Siegel dan Schardl 1992, Faeth 2002),
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Narisawa et al. 2002),
memacu pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan
dan suhu tinggi (Lewis et al. 1997; Lehtonen et al. 2005) dan bioindindikator
kesehatan tanaman (Genarro-Genarro 2003).
Cendawan endofit merupakan salah satu agens antagonis yang dapat
digunakan untuk mengendalikan beberapa patogen tumbuhan, baik dari golongan
cendawan maupun bakteri. Cendawan endofit dapat menginfeksi tumbuhan sehat
pada jaringan tertentu dan mampu meghasilkan mikotoksin, enzim serta

5

antibiotika (Carrol 1988; Clay 1988) sehingga asosiasi beberapa cendawan endofit
dengan tumbuhan inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa
patogen virulen, kondisi ekstrim maupun herbivora (Saikkonen dan Herlander
2003).
Salah satu manfaat penting cendawan endofit bagi tanaman inang adalah
meningkatkan resistensi tanaman inang dari serangan hama. Clay (1992)
mengemukakan bahwa secara keseluruhan terdapat 21 spesies rumput-rumputan
dan tiga teki dari daerah iklim sedang, dimana cendawan endofit meningkatkan
ketahanan tanaman inang terhadap

seranggan serangga. Cendawan endofit

berpengaruh terhadap serangga dari berbagai famili. Cendawan endofit
Acremonium coephialum pada rumput Festuca arundinacea sangat menurunkan
laju ketahanan hidup Schizaphis graminum, Rhopalosiphum padi namun tidak
berpengaruh terhadap Sitobion avenaei dan Rhopalosiphum maidis. Perlakuan
yang sama juga menghambat larva Spodoptera frugiperda dan ulat Crambus spp.
Cendawan endofit lain yaitu Acremonium lolii pada rumput Lolium perenne
dapat menolak maka dan peletakan telur, menurunkan ketahanan hidup,
menghambat aktivitas makan dan laju peletakan telur kumbang Listronotus
bonariensis dan menimbulkan kematian 100% jangkrik Acheta domesticus (Clay
1988; Carrol 1992).

Hama-Hama Tanaman Padi

Penggerek Batang Padi Merah Jambu
Penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens (Wlk.) termasuk ordo
Lepidoptera, famili Noctuidae (Kalshoven 1981). Daerah penyebaran penggerek
batang padi merah jambu adalah India, China, Jepang, dan seluruh negara di Asia
Tenggara (Feakin 1971).
Imago berwarna coklat gelap. Pada sayap depan terdapat garis-garis
berwarna abu-abu yang membentang sampai ujung sayap. Sayap belakang
berwarna putih (Reissig et al. 1985). Stadium imago berlangsung sekitar 4-6 hari
(Feakin 1971). Telur diletakkan dalam barisan diantara batang dan pelepah daun,

6

tidak ditutupi oleh rambut-rambut. Satu barisan terdiri dari 30-100 butir. Stadium
telur berlangsung sekitar 7 hari (Kalshoven 1981).
Larva berwarna merah jambu keunguan pada bagian dorsal dan putih pada
bagian ventral; kepala berwarna coklat kemerahan (Siwi 1978). Stadium larva
berlangsung sekitar 3-4 minggu (Kalshoven 1981). Larva muda langsung
menggerek pelepah daun dan masuk ke dalam batang. Satu batang dapat ditemuan
beberapa ekor larva (Kalshoven 1981).
Larva berkepompong pada pelepah daun. Pupa berwarna coklat gelap
dengan warna ungu pada bagian kepalanya. Stadium pupa sekitar 10 hari. Siklus
hidup penggerek batang padi merah jambu berlangsung sekitar 46-83 hari (Tjoa
1952).
Usaha-usaha pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya adalah
pembakaran jerami dari tanaman sebelumnya segera setelah panen, penggenangan
jerami selama kurang lebih 15 hari, pembersihan gulma pada pertanaman padi
yang diduga menjadi inang alternatif, penggunaan pupuk urea sesuai anjuran, dan
penggunaan insektisida (Deptan 1983; Reissig et al. 1985).

Kepinding Tanah
Spesies Kepinding tanah yang umum ditemukan pada pertanaman padi di
pulau Jawa adalah Scotinophara cinerea LeG. (Scotinophara vermiculata Voll.).
Kepinding tanah termasuk dalam ordo Hemiptera, super famili Pentatomidae,
famili Pentatomidae, dan subfamili Scutellerinae (Kalshoven 1981).
Fase imago dan nimfanya menghisap cairan tanaman padi. Tempat sekitar
hisapannya berwarna coklat tua pada tepinya dan menyerupai gejala penyakit blas.
Ujung daun atau tepinya atau seluruh bagian tanaman menjadi kering apabila
hama menyerang dalam jumlah besar (Deptan 1983).
Kepinding tanah jarang ditemukan pada tanaman muda. Serangga tersebut
mulai terlihat banyak pada minggu ke-10 setelah tanam (Kertoseputro dan Suharto
1986). Imago berwarna hitam dengan sedikit bercak kekuningan pada toraks.
Tibia dan tarsus berwarna merah jambu. Imago tertarik cahaya dan seringkali
muncul dalam jumlah banyak (Feakin 1971).

7

Imago meletakkan telur secara berkelompok atau dalam barisan. Jumlah
telur dalam satu kelompok sekitar 20-60 butir. Telur diletakkan pada pangkal
batang atau bagian tanaman lainnya yang sudah membusuk atau mulai
membusuk. Jumlah telur yang dapat diletakkan oleh satu imago betina sekitar
300-680 butir yang diletakkan selama 115 hari (Soemartono et al. 1974). Bentuk
telur silindris dan berwarna merah jambu kehijauan, dan stadium telur
berlangsung sekitar 7 hari (Kalshoven 1981).
Nimfa instar awal berwarna coklat dengan abdomen berwarna hijau
kekuningan dan beberapa bercak hitam. Nimfa ganti kulit sekitar 4-5 kali dan
mencapai stadium imago setelah 25-30 hari. Stadium imago berlangsung sekitar 7
bulan (Kalshoven 1981).
Usaha pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan
kepinding tanah diantaranya adalah penghilangan inang alternatif disekitar
pertanaman padi, seperti gandum, jagung, dan tebu; pembersihan gulma untuk
mengurangi kelembaban mikro; penggunaan varietas padi yang mempunyai masa
pemasakan cepat; dan penggunaan insektisida (Reissig et al. 1985).

Belalang
Belalang Oxya spp. (Orthoptera: Acrididae) memiliki kisaran inang yang
cukup luas, diantaranya jagung, kacang-kacangan, padi, kapas, talas dan gandum
(Willemse, 2001). Telur salah satu spesies Oxya berbentuk panjang dan silindris
dengan lekukan di bagian tengah. Telur berwarna kuning kecoklatan. Telur
diletakkan secara berkelompok yang ditutupi cairan pekat yang berasal dari imago
betina. Panjang telur sekitar 4,5 sampai 5,2 mm dan lebar 1,2 sampai 1,6 mm
(CPC 2000). Menurut Kalshoven (1981), telur akan menetas 4 minggu setelah
diletakkan dan sebagian besar penetasan telur terjadi pada pagi hari.
Dalam keadaan cuaca mendung atau hujan biasanya hanya sedikit telur
menetas. Populasi hama ini dapat meledak pada musim kering dengan cuaca yang
panas (Sun et. al., 1991 dalam CPC 2000).
Nimfa terdiri dari lima instar yang masing-masing dapat dibedakan dari
ukuran dan warna tubuh. Lima hari setelah menetas nimfa mulai menyerang
tanaman padi. Puncak aktivitas makan terjadi pada pagi hari pukul 07.00 sampai

8

09.00 dan pada sore hari pukul 16.00 sampai 19.00 (Sun et al. 1991 dalam CPC
2000).
Lama hidup imago salah satu spesies Oxya adalah rata-rata 73,1 hari dengan
selang 59 sampai 106 hari. Di daerah Cina imago mulai mati pada pertengahan
bulan September dan mencapai puncak kematian pada awal bulan Oktober (CPC
2000).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan padi milik warga di Desa Kwarasan,
Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten Jawa Tengah dari bulan Juni sampai
Oktober 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa isolat cendawan endofit
(Nigrospora, Penicillium , dan Acremonium), air steril, dan benih padi varietas
Ciherang. Alat yang digunakan adalah cawan petri, gelas ukur, blender, plastik,
karung.
Metode Penelitian
Perlakuan Benih
Inokulasi cendawan endofit dilakukan pada benih padi dengan perendaman.
Isolat cendawan endofit didapatkan dari Klinik Tanaman, Departemen Proteksi
Tanaman, Institut Pertanian Bogor, koleksi Dr. Suryo Wiyono yaitu Nigrospora,
Penicillium dan Acremonium. Biakan cendawan endofit pada media PDA yang
berumur 10 hari dipanen sporanya dan dicampurkan dengan air steril sehingga
didapatkan suspensi spora dengan kepadatan 106 cfu/ml. Perlakuan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlakuan cendawan endofit Nigrospora sp.
2. Perlakuan cendawan endofit Acremonium sp.
3. Perlakuan cendawan endofit Penicillium sp.
4. Perlakuan cendawan endofit Nigrospora sp.+Acremonium sp.
5. Perlakuan cendawan endofit Nigrospora sp.+Penicillium sp.
6. Perlakuan cendawan endofit Acremonium sp.+Penicillium sp.
7. Perlakuan cendawan endofit Nigrospora sp.+Penicillium sp.+Acremonium
sp.
8. Perlakuan insektisida MIPC
9. Kontrol (tanpa endofit, tanpa perlakuan pestisida)

10

Persiapan Lahan
Penelitian ini menggunakan lahan seluas 675 m2 dengan ukuran panjang
lahan 60 m dan lebar 13 m. Jumlah keseluruhan petak percobaan berdasarkan
sembilan jenis perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan adalah 27 petak
percobaan. Setiap petak percobaan mempunyai ukuran 25 m2 (5 m x 5 m). Jarak
antar petak sebesar 50 cm. Adapun skema pengacakan petak percobaan terdapat
pada lampiran.

Penanaman padi
Varietas padi yang digunakan adalah varietas Ciherang. Benih padi disemai
dengan cara benih direndam dalam air terlebih dahulu selama 24 jam kemudian
ditiriskan dan dicampur dengan suspensi spora. Benih padi yang telah diberi
perlakuan dibungkus lalu dibiarkan selama 24 jam dalam ruang gelap yang
lembab. Benih yang telah diberi perlakuan kemudian disebar di lahan persemaian.
Persemaian ini dilakukan selama tiga minggu untuk menghasilkan bibit padi yang
cukup kuat untuk ditanam. Setelah berumur 21 hari bibit dipindahtanamkan ke
lahan percobaan. Setiap dua bibit padi ditanam dengan jarak 25 x 25 cm pada satu
lubang.
5m

25 cm
25 cm

XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX

XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXX
50 cm

Gambar 1. Skema penanaman bibit pada petak percobaan

5m

11

MIPC 3
MIPC 1

MIPC 2

A2

NP 1

N3

NA 2

NA 3

NP2

A3

K2

NP 3

K1

PA 3

NPA 2

PA 1

N2

A1

P3

NPA 3

K3

PA 2

NA 1

P2

NPA 1

N1

P1

TP

Gambar 2 Skema pengacakan petak percobaan
Keterangan gambar :
N
= perlakuan Nigrospora
P
= perlakuan Penicillium
A
= perlakuan Acremonium
NP
= perlakuan Nigrospora + Penicillium
NA
= perlakuan Nigrospora + Acremonium
PA
= perlakuan Penicillium + Acremonium
NPA = perlakuan Nigrospora + Penicillium + Acremonium
MIPC = perlakuan pestisida
K
= tanpa perlakuan
TP
= tempat persemaian

12

Pemeliharaan
Pemberian pupuk pada percobaan ini mengikuti kebiasaan petani setempat.
Pupuk yang digunakan antara lain pupuk Urea 250 kg/ha, SP36 200 kg/ha, dan
KCl 150 kg/ha. Pemberian pupuk dilakukan tiga kali yaitu pada saat umur 0 hari
setelah tanam (HST), 14 HST, dan 35 HST.
Pengairan lahan dilakukan jika lahan terlihat agak kering dan air tersedia.
Hal ini terjadi karena musim kemarau yang cukup panjang sehingga ketersediaan
air terbatas. Penyiangan gulma dilakukan pada umur 15 dan 30 HST secara
manual menggunakan alat “sorokan”.
Penyemprotan pestisida MIPC sebagai perlakuan pembanding yang
dilakukan setiap satu minggu sekali sejak padi berumur 7 HST.

Pengamatan Hama
Pengamatan hama dilakukan sejak padi berumur 7 HST hingga 70 HST.
Pengamatan dilakukan dengan interval pengamatan dua minggu sekali. Parameter
yang diamati adalah tingkat serangan penggerek batang padi merah jambu, tingkat
serangan belalang, dan populasi kepinding tanah.
Pengamatan tingkat serangan penggerek batang merah jambu dilakukan
dengan mengamati gejala di bagian pangkal batang padi. Pengamatan tingkat
serangan penggerek batang merah jambu menggunakan rumus :

I =

Jumlah a a a

J

e e a

a a a a

a

I = Tingkat serangan hama (%)

x

%

Pengamatan tingkat serangan belalang dilakukan dengan mengamati bekas gigtan
belalang pada daun dan diberi nilai berdasarkan tingkat kerusakannya.
Pengamatan dilakukan pada saat padi berumur 35 HST. Pengamatan tingkat
serangan belalang menggunakan rumus Towsen dan Heuberger 1943 dalam
Unterstenhofer (1976):

I=

Σ �� .��
�.�

x

%

13

I

= Intensitas serangan hama,

ni

= Jumlah contoh pada kategori ke-i,

vi

= Nilai numerik masing-masing kategori,

Z

= Nilai skala tertinggi, dan

N

= Jumlah rumpun contoh yang diamati

Tabel 1 Penentuan kategori tingkat serangan belalang
No

Kategori serangan

Skor

% Kerusakan

1

Tidak ada serangan

0

0

2

Serangan ringan

1

0 < x = 20

3

Serangan sedang

2

20 < x = 40

4

Serangan berat

3

40 < x = 80

5

Serangan parah

4

80 < x = 100

Pada pengamatan populasi kepinding tanah dilakukan sejak padi berumur
7 HST hingga 70 HST. Pengamatan populasi kepinding tanah pada tanaman padi
menggunakan rumus :

Populasi hama/rumpun =





� �



� �




Pengamatan Padi
Penentuan tanaman contoh dilakukan secara diagonal. Pengamatan pada
setiap petak percobaan dilakukan dengan mengambil lima rumpun tanaman
contoh pada setiap petak percobaan. Parameter yang diamati adalah tinggi
tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif tiap tanaman contoh, jumlah
dan berat bulir per malai pada setiap tanaman contoh. Pengamatan pada saat fase
bibit juga dilakukan yaitu menghitung pertumbuhan bibit yang terdiri dari panjang
akar, tinggi tanaman, dan daya perkecambahan benih.

14

Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan dilakukan dengan interval
dua minggu sekali. Pengamatan dimulai pada umur tanaman padi 7 HST hingga
70 HST. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan mengukur tinggi tanaman
dimulai dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi dan menghitung jumlah
anakan. Pengamatan jumlah anakan produktif tiap tanaman dilakukan saat padi
akan dipanen. Penghitungan jumlah dan berat bulir per malai pada setiap tanaman
contoh dilakukan di rumah menggunakan alat penghitung “counter” dan
timbangan.
Pengamatan pertumbuhan bibit dilakukan dengan mengambil 10 rumpun
contoh pada setiap perlakuan pada saat padi akan pindah tanam pada umur 21
HST. Tanaman contoh yang diambil diukur panjang akar dan tinggi bibitnya.
Pengamatan daya perkecambahan benih padi dilakukan pada seratus benih padi
untuk setiap perlakuan. Keseluruhan benih yang digunakan direndam pada
masing-masing suspensi cendawan endofit selama 24 jam. Selanjutnya, benih
ditumbuhkan dalam cawan petri yang telah dilapisi kertas basah kemudian
digulung dengan rapi. Setiap hari gulungan dibuka dan dibasahi secara merata
untuk menjaga kelembaban. Setelah satu minggu, dilakukan penghitungan jumlah
benih yang tumbuh untuk mengetahui persentase daya kecambah benih.
Penimbangan bobot panen dilakukan pada saat padi berumur 91 HST.
Pemanenan dilakukan secara manual dan dirontokkan menggunakan mesin
perontok padi. Bobot panen ditimbang berdasarkan jenis perlakuannya dan
disatukkan dalam karung untuk masing-masing perlakuan.

Analisis Data
Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Data yang
diperoleh ditabulasi menggunakan program Microsoft Office Excel 2010 dan
Statistical Analisis System (SAS) for Windows versi 9.1.3, dan dilanjutkan dengan
uji selang berganda Duncan pada taraf nyata α = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi
Kabupaten Klaten merupakan salah satu Daerah Tingkat II di provinsi
Jawa Tengah. Kabupaten ini terdiri atas 26 kecamatan dengan 53 desa dan 103
kelurahan. Wilayahnya terletak di antara Gunung Merapi dan pegunungan seribu.
Luas wilayahnya 665,56 km2 atau 1,93% dari luas Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Badan Pusat Statisitik Provinsi Jawa Tengah (2012), pada tahun 2010
luas areal yang digunakan sebagai sawah di Kabupaten Klaten seluas 54.737 ha
dengan rata-rata produksi 55,48 kuintal/ha dan produksi total mencapai 302.893
ton. Wilayah Kabupaten Klaten memiliki ketinggian rata-rata 75-160 m dpl. Suhu
rata-rata mencapai 28-30 oC. Kecepatan angin dan curah hujan rata-rata sebesar 153
mm/bulan dan 8-350 mm/bulan. Luas wilayahnya mencapai 65.556 Ha.

Kabupaten Klaten merupakan salah satu penyangga pangan di Jawa
Tengah, dari seluruh wilayah kabupaten, 50% digunakan untuk areal persawahan.
Dilihat dari luas areal persawahan, intensifikasi penanganan hama dan penyakit
tanaman khususnya padi menjadi hal yang sangat penting. Kurangnya penanganan
terhadap hama dan penyakit tanaman padi dapat mengganggu produksi dan akan
berdampak pada kesejahteraan petani. Salah satu wilayah di Kabupaten Klaten
yang memerlukan perhatian khusus terkait dengan hama dan penyakit tanaman
adalah Kecamatan Juwiring. Beberapa kali petani gagal panen akibat serangan
hama yang mengakibatkan menurunnya hasil produksi bahkan gagal panen.
Beberapa hama yang ditemukan menyerang tanaman padi di Kabupaten
Klaten pada saat pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan petani serta
menjadi masalah di lahan persawahan mereka diantaranya adalah: wereng coklat
(Nilavarpata lugens) (Hemiptera : Delphacidae), tikus (Rattus argentiventer) dan
belalang (Oxya sp) (Orthoptera : Acrididae). Umumnya petani menggunakan
pestisida untuk mengendalikan hama-hama tersebut namun apabila pestisida
digunakan secara terus-menerus dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan
dan merusak ekosistem yang ada. Oleh karena itu, saat ini diharapkan masyarakat
dapat menggunakan metode mengendalikan hama dengan pengendalian secara

16

hayati sehingga keseimbangan ekosistem dapat dipertahankan. Masalah hama dan
pengairan sawah menjadi masalah yang penting bagi petani di Kabupaten Klaten.

Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Hama
Hama tanaman yang menyerang tanaman padi bermacam-macam dengan
spesifikasi yang berbeda. Pada penelitian ini, beberapa hama yang diamati antara
lain adalah penggerek batang padi merah jambu, kepinding tanah, dan belalang.

a.) Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens)
Hama ini merusak tanaman padi khususnya bagian pangkal batang.
Beberapa metode dilakukan untuk mengendalikan hama ini antara lain yaitu
usaha-usaha pengendalian dengan cara pembakaran jerami dari tanaman
sebelumnya segera setelah panen, penggenangan jerami selama kurang lebih 15
hari, pembersihan gulma pada pertanaman padi yang diduga menjadi inang
alternatif, penggunaan pupuk urea sesuai anjuran, dan penggunaan insektisida
(Deptan 1983; Reissig et al. 1985).
Dominasi penggerek batang padi merah jambu berfluktuasi sejak tahun
1969. Pada tahun 1980, 1990, dan 1998 populasinya rendah sekali, tetapi
meningkat pada tahun 1995. Pada tahun 2007 juga ditemukan penggerek batang
padi merah jambu. Fenomena tersebut bukan hanya terjadi di Sukamandi, tetapi
juga di Jawa Barat dan Jawa Tengah pada umumnya. Hasil survei di Jawa pada
tahun 2007 menunjukkan, berdasarkan morfologi larva, populasi penggerek
batang padi merah jambu meningkat dibanding tahun 1999 (Hendarsih et al.
2007).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh meluasnya areal pertanaman jagung,
sehingga populasi penggerek batang padi merah jambu bisa berkembang pada
jagung maupun padi. Populasi penggerek batang merah jambu biasanya tinggi
jika tanaman inang yang lain ditanam di sekitar padi, seperti jagung, tebu, atau
gandum. Menurut Boer (2007), perubahan keberadaan penggerek batang merah
jambu ini disebabkan oleh perubahan iklim, di mana dalam tahun terakhir
frekuensi kekeringan makin sering terjadi dibandingkan dengan beberapa tahun
sebelumnya.

Tabel 2 Tingkat serangan penggerek batang merah jambu pada tanaman padi berdasarkan perlakuan cendawan endofit dan waktu
pengamatan

a

Perlakuan

7 HSTa

21 HST

35 HST

49 HST

63 HST

70 HST

Tanpa perlakuan

0

0

8,53 ± 2,84a

2,22 ± 1,07a

1,86 ± 1,28a

2,47 ± 4,27a

Insektisida MIPC
Nigrospora
Penicillium
Acremonium
Nigrospora + Penicillium
Nigrospora + Acremonium
Penicillium + Acremonium
Nigrospora + Penicillium + Acremonium

0
0
0
0
0
0
0
0

0
0,30 ± 0,60ab
0,67 ± 1,20a
0
0
0
0
0

4,68 ± 5,82a
4,16 ± 2,84a
0,44 ± 0,77a
6,80 ± 11,78a
1,44 ± 1,34a
3,42 ± 5,36a
2,44 ± 4,23a
6,43 ± 9,40a

4,74 ± 8,20a
2,57 ± 1,11a
6,85 ± 7,39a
7 ± 11,27a
0,51 ± 0,88a
1,67 ± 2,89a
1,73 ± 1,09a
5,88 ± 5,23a

4,35 ± 3,14a
0,74 ± 1,28a
6,55 ± 7,45a
4,43 ± 7,67a
0,60 ± 0,54a
1,71 ± 1,67a
3,55 ± 4,27a
1,18 ± 1,05a

8,23 ± 4,97a
0,51 ± 0,89a
4,81 ± 7,13a
1,93 ± 3,35a
3,57 ± 2,52a
8,83 ± 8,39a
5,59 ± 4,40a
3,87 ± 6,70a

HST = hari setelah tanam
Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 0,05).

b

17

18

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan cendawan endofit pada
tanaman padi tidak mempengaruhi tingkat serangan penggerek batang merah
jambu. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan cendawan endofit tidak
berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 2). Hal ini dapat diakibatkan oleh rendahnya
tingkat serangan hama penggerek batang merah jambu.

b.) Belalang (Oxya spp.)
Tabel 3

Tingkat serangan belalang pada umur 35 HST pada padi dengan
perlakuan cendawan endofit

Perlakuan
Tanpa perlakuan
Insektisida MIPC
Nigrospora
Penicillium
Acremonium
Nigrospora + Penicillium
Nigrospora + Acremonium
Penicillium + Acremonium
Nigrospora + Penicillium + Acremonium
a
b

Tingkat serangana
35,00abb
25,00b
38,33ab
33,33ab
46,67a
30,00ab
38,33ab
36,67ab
35,00ab

nilai dalam persen (%)
Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 0,05).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan cendawan endofit yang
diberikan pada padi tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat serangan belalang.
Kejadian ini diakibatkan oleh kondisi cuaca di lapangan yang panas dan kering,
sehingga populasi belalang juga meningkat. Hal ini selaras dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Sun et al. (1991) dalam CPC (2000) bahwa populasi
hama ini dapat meledak pada musim kering dengan cuaca yang panas.
Perlakuan dengan menggunakan pestisida memiliki tingkat serangan
belalang terendah. Bahan aktif dari pestisida ini mampu menghambat populasi
belalang sehingga tingkat serangan belalang di lahan percobaan yang diberi
perlakuan pestisida menjadi rendah.

c.) Kepinding Tanah

Tabel 4 Populasi kepinding tanah pada tanaman padi yang diberi perlakuan cendawan endofit
Perlakuan
Tanpa perlakuan
Insektisida MIPC
Nigrospora
Penicillium
Acremonium
Nigrospora + Penicillium
Nigrospora + Acremonium
Penicillium + Acremonium
Nigrospora + Penicillium + Acremonium
a

Populasi (ekor/rumpun)
7 HSTa
b

0,30 ± 0,60a
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,30 ± 0,60a
0,00
0,30 ± 0,60a

21 HST

35 HST

49 HST

63 HST

70 HST

0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

4,20 ± 3,65a
4,73 ± 0,42a
2,80 ± 1,64a
1,73 ± 1,51a
1,93 ± 1,03a
3,67 ± 1,21a
3,40 ± 3,08a
2,20 ± 1,78a
2,87 ± 2,70a

3,60 ± 3,34a
4,07 ± 0,70a
2,53 ± 1,22a
1,40 ± 1,04a
1,27 ± 0,95a
3,13 ± 0,83a
2,73 ± 2,39a
2,13 ± 1,60a
2,87 ± 2,13a

1,07 ± 0,81a
2,47 ± 0,76a
1,93 ± 0,61a
0,93 ± 0,92a
1,00 ± 0,92a
2,87 ± 1,01a
2,13 ± 0,76a
1,73 ± 0,12a
2,13 ± 2,32a

0,80 ± 0,20a
1,40 ± 0,69a
1,67 ± 0,64a
1,13 ± 0,95a
0,87 ± 0,64a
2,53 ± 0,90a
1,73 ± 1,22a
1,27 ± 0,61a
1,93 ± 1,86a

HST = hari setelah tanam
Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 0,05).

b

19

20

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa populasi kepinding tanah relatif
rendah selama masa percobaan (Tabel 4). Rata-rata populasi kepinding tanah
kurang dari 5 ekor/rumpun. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa
perlakuan cendawan endofit dan insektisida tidak memberikan pengaruh terhadap
populasi kepinding tanah di lahan percobaan. Rendahnya populasi kepinding
tanah diduga menjadi penyebab sulitnya mengetahui pengaruh perlakuan
cendawan endofit.

Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi
Cendawan endofit merupakan simbion mutualis tanaman. Peran yang
menguntungkan tanaman yaitu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
penyakit (Narisawa et. al. 2002), memacu pertumbuhan dan meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan suhu tinggi (Lewis et. al
1997;Lehtonen et. al 2005) dan bioindikator kesehatan tanaman (Genarro-Genarro
2003). Pertumbuhan bibit padi yang baik akan mempengaruhi kualitas tanaman
padi. Berikut ini adalah data pertumbuhan bibit padi yang telah diberi perlakuan
endofit.

a)

Pertumbuhan bibit padi

Tabel 5 Pengaruh perlakuan cendawan endofit terhadap panjang akar, tinggi
bibit, serta daya kecambah tanaman padi
Perlakuan
Tanpa perlakuan
Insektisida MIPC
Nigrospora
Penicillium
Acremonium
Nigrospora + Penicillium
Nigrospora + Acremonium
Penicillium + Acremonium
Nigrospora + Penicillium +
Acremonium
a

Panjang Akar

Tinggi Tanaman

Daya Kecambah

(cm)
9,50 ± 0,95ea
12,25 ± 1,47cd
11,65 ± 1,49de
15,25 ± 1,05a
13,25 ± 1,41bc
14,20 ± 1,26ab
11,55 ± 1,36de
12,25 ± 1,51cd
12,70 ± 1,52cd

(cm)
18,50 ± 2,14c
21,50 ± 2,44ab
20,25 ± 2,98abc
20,95 ± 2,69ab
19,85 ± 2,79bc
20,00 ± 1,43abc
22,00 ± 1,26a
20,40 ± 0,64abc
20,70 ± 1,21abc

(%)
40
40
60
80
84
70
79
70
65

Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 0,05).

21

Perkecambahan benih padi yang diberi perlakuan cendawan endofit
memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan kontrol. Inokulasi benih padi
dengan menggunakan cendawan endofit Acremonium dan Penicillium mampu
menghasilkan perkecambahan benih 80-84%. Pengaruh juga terlihat pada panjang
akar dan tinggi bibit, dimana benih yang diinokulasi cendawan endofit
memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kontrol.

Hal ini

menunjukkan bahwa perlakuan benih padi dengan cendawan endofit tidak bersifat
toksik terhadap benih dan tidak menghambat pertumbuhan benih.

b.) Tinggi tanaman
Tabel 6 Pengaruh perlakuan cendawan endofit terhadap tinggi tanaman padi
Perlakuan
Tanpa perlakuan
Insektisida MIPC
Nigrospora
Penicillium
Acremonium
Nigrospora + Penicillium
Nigrospora + Acremonium
Penicillium + Acremonium
Nigrospora + Penicillium + Acremonium
a

7 HSTa
22,14 ± 2,48abb
19,27 ± 3,15b
19,38 ± 4,25b
20,33 ± 3,11ab
18,85 ± 5,23b
22,27 ± 3,51ab
19,60 ± 2,58b
19,38 ± 3,95b
22,70 ± 2,54a

21 HST
31,47 ± 5,77ab
29,27 ± 3,95ab
25,87 ± 7,52b
26,80 ± 3,57ab
25,53 ± 6,85b
29,73 ± 4,08ab
28,07 ± 9,13ab
29,00 ± 5,71ab
32,73 ± 5,69a

35 HST
44,27 ± 9,45ab
48,60 ± 3,89a
40,00 ± 9,23ab
40,33 ± 7,46ab
36,93 ± 12,42b
45,47 ± 4,59ab
38,47 ± 14,35ab
44,20 ± 7,93ab
44,33 ± 10,63ab

49 HST
49,93 ± 7,89a
53,40 ± 5,44a
50,92 ± 4,54a
47,80 ± 5,54a
43,60 ± 10,97a
52,40 ± 4,38a
46,00 ± 14,14a
50,20 ± 7,30a
52,33 ± 9,11b

63 HST
57,86 ± 7,29ab
59,47 ± 8,71ab
57,07 ± 6,59ab
54,93 ± 4,72ab
51,73 ± 10,21b
61,60 ± 5,62a
54,20 ± 13ab
56,13 ± 7,11ab
60,80 ± 8,48c

70 HST
64,40 ± 7,66a
64,53 ± 11,84a
64,47 ± 8,69a
62,27 ± 9,75a
60,93 ± 8,15a
69,87 ± 6,53a
63,40 ± 13,03a
61,27 ± 6,80a
68,47 ± 9,34a

HST = hari setelah tanam
Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 0,05).

b

22

23

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan cendawan endofit tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini menunjukkan
bahwa meskipun perlakuan cendawan endofit berpengaruh terhadap tinggi bibit
dan panjang akar bibit, namun tidak mempengaruhi tinggi tanaman setelah
dipindahtanamkan.
Faktor lain yang dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman
adalah faktor lingkungan dan cuaca. Kondisi cuaca yang panas dan musim
kemarau di Klaten menjadi penyebab kurang baiknya pertumbuhan padi karena
kekurangan air. Cuaca yang panas dan ketersediaan air yang kurang menyebabkan
kurang terlihatnya pengaruh dari perlakuan cendawan endofit . Hal ini di dukung
pernyataan dari Petrini (1992) bahwa tingginya kolonisasi cendawan endofit
berkorelasi positif dengan ketinggian dan kondisi lingkungan suatu tempat.

c.) Jumlah anakan

Tabel 7 Pengaruh perlakuan cendawan endofit terhadap jumlah anakan padi
Perlakuan
Tanpa perlakuan
Insektisida MIPC
Nigrospora
Penicillium
Acremonium
Nigrospora + Penicillium
Nigrospora + Acremonium
Penicillium + Acremonium
Nigrospora + Penicillium + Acremonium
a

7 HSTa
4,00 ± 1,13abb
4,93 ± 1,33ab
3,80 ± 0,94b
4,07 ± 0,96ab
3,73 ± 1,10b
3,87 ± 1,25b
5,33 ± 2,38a
3,80 ± 1,21b
4,07 ± 1,39ab

21 HST
7,27 ± 2,94ab
6,80 ± 3bc
5,47 ± 2,80bc
5,80 ± 1,78bc
5,20 ± 2,24bc
4,73 ± 1,94c
6,80 ± 3,73bc
5,60 ± 2,29bc
9,20 ± 2,93a

35 HST
13,73 ± 6,11ab
17,60 ± 5,33a
10,67 ± 5,25b
10,40 ± 4,17b
12,07 ± 6,04ab
13,47 ± 5,14ab
14,67 ± 8,09ab
11,80 ± 5,75ab
16,40 ± 4,39ab

49 HST
16,87 ± 4,45a
16,87 ± 4,43a
11,33 ± 3,65a
11,53 ± 4,34a
13,06 ± 5,84a
14,53 ± 5,05a
13,60 ± 6,69a
12,60 ± 5,65a
16,67 ± 3,37a

63 HST
14,13 ± 3,15a
15,67 ± 3,95a
12,60 ± 3,75a
11,87 ± 4,82a
13,13 ± 5,32a
15,40 ± 4,68a
12,67 ± 6,99a
13,13 ± 5,93a
16,80 ± 3,68a

70 HST
12,67 ± 3,81a
15,33 ± 4,85a
13,53 ± 4,32a
12,67 ± 5,70a
13,33 ± 5,33a
16,00 ± 5,10a
11,40 ± 7,30a
13,73 ± 6,03a
16,87 ± 4,26a

HST = hari setelah tanam
Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 0,05).

b

24

25

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan cendawan endofit tidak
memberikan pengaruh yang nyata jumlah anakan padi. Hal ini dapat diakibatkan
oleh keadaan cuaca yang kering dan kurangnya ketersediaan air akibat musim
kemarau serta kondisi lahan yang kurang baik sehingga efektifitas cendawan
endofit menjadi menurun dan pertumbuhan padi menjadi terganggu. Perlakuan
cendawan endofit tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan (Tabel 7).

d.) Berat bulir, jumlah bulir dan anakan produktif
Tabel 8 Pengaruh perlakuan cendawan endofit terhadap berat bulir, jumlah bulir,
serta jumlah anakan produktif
Perlakuan
Tanpa perlakuan
Insektisida MIPC
Nigrospora
Penicillium
Acremonium
Nigrospora + Penicillium
Nigrospora + Acremonium
Penicillium + Acremonium
Nigrospora + Penicillium +
Acremonium
b

Berat bulir /
malai (g)
3,63 ± 3,33aa
2,13 ± 0,91a
3,24 ± 1,22a
3,72 ± 1,69a
3,68 ± 2,68a
3,33 ± 0,87a
2,59 ± 0,95a
2,31 ± 0,83a
3,17 ± 1,49a

Jumlah bulir /
malai
79,40 ± 57,83a
68,27 ± 32,20ab
78,78 ± 27,32a
74,26 ± 42,21ab
62,76 ± 26,95ab
69,00 ± 20,26ab
52,79 ± 16,98ab
47,46 ± 21,90b
64,03 ± 36,47ab

Jumlah anakan
produktif
8,13 ± 2,85ab
9,53 ± 2,29ab
7,67 ± 2,82b
7,67 ± 2,55b
9,13 ± 3,62ab
9,00 ± 1,93ab
8,00 ± 2,88ab
9,27 ± 3,47ab
10,40 ± 3,50a

Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan (α = 0,05).

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan cendawan endofit tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif, berat bulir/malai dan jumlah
bulir/malai (Tabel 8). Beberapa perlakuan memberikan kecenderungan positif,
namun masih belum bisa menunjukkan pengaruh yang nyata.

26

e.) Bobot panen
Tabel 9 Bobot panen padi untuk setiap perlakuan
Perlakuan

Jumlah / 75m2 (kg)

Tanpa Perlakuan
Insektisida MIPC
Nigrospora
Penicillium
Acremonium
Nigrospora + Penicillium
Nigrospora + Acremonium
Penicillium + Acremonium
Nigrospora + Penicillium + Acremonium

22,00
20,00
23,50
26,50
20,50
23,50
22,00
19,00
20,50

Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil panen dari
padi dengan perlakuan cendawan Penicillium memiliki bobot panen tertinggi
sebesar 26,5 kg dan perlakuan cendawan Penicillium + Acremonium memperoleh
hasil yang terendah sebesar 19 kg.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Perlakuan cendawan endofit tidak mempengaruhi tingkat serangan dan
populasi hama padi yang ditemukan di lapangan yaitu penggerek batang merah
jambu, kepinding tanah, dan belalang.
Cendawan endofit berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit padi, tetapi
tidak pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi di lapangan.

Saran
Penelitian lapang ini perlu dilakukan secara multilokasi pada tingkat
serangan hama tinggi, dengan perlakuan cendawan endofit pada benih, bibit dan
setelah dipindahtanamkan sehingga hasilnya lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. http://jateng.bps.go.id/ [24 Juli 2012]
[DEPTAN] Departemen Pertanian. 1983. Pedoman Becocok Tanam Padi Palawija
dan Sayur-sayuran. Satuan Pengendali Bimas, Departemen Pertanian.
Jakarta 281 hal.
Boer, R. 2007. “Is Our Agriculture System Resilient to Climate Change?” The
Jakarta Post.The Journal of Indonesia Today. Dec 04, 2007. Diakses
6/12/2007.
Carrol, GC. 1988. Fungal endophytes in stems and leaves: from latent pathogen to
mutualistic simbiont. Ecology 69:29.
Clay K. 1988. Clavicipitaceous fungal endophytes of grasses coevolution and the
change from parasitism to mutualism. Di dalam; Pirozinsky KA,
Hawksworth, DL, editor. Coevolution of fungi with plant and animals.
London: Academic Press.
Clay K. 1992. Endophytes as antagonists of plant pest. Hlm 331-357. dalam: JH.
Andrews and SS Hirano (eds). Miicrobiology of Leaves. Springer Verlag.
New York.
CPC [Crop Protection Compendium]. 2000. 2nd ed. CAB [Commonwealth
Agricultural Bureaux].
Faeth S. H. 2002. Are endophytic fungi defensive plant mutualism? Oikos 98: 2536.
Fagi MA, Lass I. 1988. Dalam: Ismunadji M, Partohardjono, Syam M dan
Widjono A. Lingkungan Tumbuh Padi. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. hal: 167-213.
Feakin, M. D. 1971. Insect Pest of Rice. Pans Manual No. 3. Tropical Pesticides
Research Headquarter and Information Unit. 56 Gray`s M