Berat Krop Penurunan intensitas akar gada dan peningkatan hasil kubis dengan penanaman caisin sebagai tanaman perangkap patogen

Tabel 3. Hasil Krop per Hektar dan Peningkatan Hasil Krop per Hektar Paket perlakuan Tanam caisin Eradikasi Hasil krop per hektar tonha Peningkatan hasil krop A Kontrol Kontrol 29,89 ± 5,92c - B 38 HST Cabut manual 34,17 ± 7,50b 14,32 C 38 HST Rendam 14 hari 39,22 ±11,61a 31,22 D 0 HST Tanpa 34,39 ± 7,75b 15,06 E 14 HST Tanpa 29,78 ± 9,65c 0,00 Keterangan :  HST = Hari Sebelum Tanam  Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji t pada taraf 5.

E. Berat Krop

Penyakit akar gada mempunyai arti penting karena selain dapat mengurangi hasil juga dapat merusak seluruh pertanaman Semangun, 1989. Cendawan P. brassica e bersifat endoparasit obligat, dan jika tidak ada tanaman inang di lapang dapat bertahan lama dalam tanah dengan membentuk spora rehat Alexopoulus Mims, 1996. Laju pertumbuhan tanaman menunjukkan pertambahan berat dalam komunitas tanaman persatuan luas tanah dalam satu satuan waktu. Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman Gardner et al. , 1991. Infeksi pada akar akan menyebabkan sebagian tidak berfungsi sehingga akan mengurangi jumlah air yang diserap tanaman. Perlakuan tanam caisin sebagai tanaman rotasi 38 hari sebelum tanam kubis disertai eradikasi pengolahan tanah dan perendaman air selama 14 hari memberikan rata-rata berat krop tertinggi yaitu sebesar 1,18 kg Gambar 3. Hal ini juga didukung dengan nilai keparahan penyakit yang rendah pada perlakuan tersebut Tabel 2. Berat krop ini dipengaruhi oleh seberapa banyak hasil fotosintat yang disalurkan ke bagian krop. Pernyataan ini juga diungkapkan oleh Wahyuni et al. , 2004 bahwa hasil tanaman tidak tergantung oleh seberapa besar fotosintat yang dihasilkan tetapi juga dipengaruhi oleh seberapa besar fotosintat yang disalurkan ke bagian hasil tanaman. Gambar 3. Diagram batang rata-rata berat krop pada berbagai perlakuan Keterangan : Paket A : Kontrol perlakuan petani. Paket B : Tanam caisin sebagai tanaman rotasi 38 hari sebelum tanam kubis disertai eradikasi manual. Paket C : Tanam caisin sebagai tanaman rotasi 38 hari sebelum tanam kubis disertai eradikasi pengolahan tanah dan perendaman air 14 hari. Paket D : Tanam caisin sebagai tanaman campuran diawal pertumbuhan kubis. Paket E : Tanam caisin tumpang gilir 14 hari sebelum tanam kubis.  Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji t pada taraf 5. Berat krop pada semua perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata, namun setelah dikonversikan pada hasil krop per hektar, hanya pada perlakuan tanam caisin tumpang gilir 14 hari sebelum tanam kubis yang tidak mampu meningkatkan hasil krop Tabel 3. Hal ini diduga karena patogen akar gada pada sisa tanaman caisin yang sakit mampu menyerang akar kubis, pernyataan ini sejalan dengan Abadi 2003, bahwa adanya tanaman sakit merupakan sumber inokulum bagi tanaman lain atau tanaman berikutnya di tempat itu. Perakaran tanaman kubis yang pendek diduga kurang optimum dalam menyerap unsur hara tersedia bagi tanaman, sehingga unsur hara tanaman tidak tercukupi dengan baik. 0,91c 1,02b 1,18a 1,03b 0,89c 0,4 0,8 1,2 1,6 A B C D E B er a t K ro p kg Paket Perlakuan

F. Diameter Krop