14
Umumnya resin thermosetting digunakan yang berpolimerisasi dengan mencampur dengan bahan pengawet katalis polimerisasi pada suhu kamar dan
tekanan normal. Resin yang ditunjuk oleh analogi dengan resin tanaman, tetapi monomer sintetis untuk membuat plastik polimer. Yang disebut resin sintetis yang
digunakan meliputi resin polystyrene, resin poliuretan, resin epoxy, polyester resin tak jenuh, resin akrilik dan resin silikon.
Metode yang paling sederhana dalam pembentukan komposit polyester resin tak jenuh adalah gravity casting di mana resin dituangkan ke dalam cetakan
dan terbentuk ke dalam semua bagian oleh gravitasi. Bila dua bagian resin dicampur, gelembung udara cenderung terjadi di dalam cairan,hal tersebut dapat
dihilangkan dalam ruang vakum. Casting juga bisa dilakukan di ruang vakum bila menggunakan cetakan terbuka untuk menghindari terbentuknya gelembung,
atau dalam panci tekanan. Penekanan pada cetakan danatau gaya sentrifugal dapat digunakan untuk membantu mendorong cairan resin ke dalam semua bagian
dari cetakan. Cetakan juga dapat digetarkan untuk mengusir gelembung. Resincasting adalah metode pengecoran plastik di mana cetakan diisi
dengan resin sintetik cair, yang kemudian mengeras. Bahan dan metode ini banyak digunakan untuk membuat prototipe industry, produksi mainan, model,
dan action figure, serta produksi perhiasan skala kecil. Resin sintetis untuk proses tersebut adalah monomer untuk membuat polimer thermosetting plastik. Selama
proses pengaturan, monomer berpolimerisasi cair ke dalam polimer, sehingga mengeras menjadi solid.
2.4.2 Serat Batang Sawit
Menurut Rahmadhani, kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq yaitu merupakan tumbuhan dari ordo : Palmales, family : Palmaceae, sub family :
Cocoideae. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan monokotil dengan ciri-ciri tidak memiliki kambium, pertumbuhan sekunder, lingkaran tahun, sel jari-jari, kayu
awal, kayu akhir, cabang, mata kayu. Pertumbuhan dan pertambahan diameter batang berasal dari pembelahan secara keseluruhan dan pembebasan sel pada
jaringan dasar parenkim serta pembesaran serat dari berkas pembuluh. Batang terdiri dari serat dan parenkim. Pohon kelapa sawit produktif sampai umur 25
Universitas Sumatera Utara
15
tahun, ketinggian 9-12 meter dan diameter 45-65 cm yang di ukur pada ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah. Jika tanaman telah mencapai dari 12 meter sudah
sulit untuk dipanen, maka pada umumnya tanaman di atas 25 tahun sudah
diremajakan. Batang kelapa sawit memiliki jaringan parenkim dan serat.
Dewasa ini, pemanfaatan limbah batang kelapa sawit banyak digunakan orang khususnya mahasiswa untuk penelitian material sebagai pengisi atau
penguat matriks dalam pembentukan komposit. Komponen-komponen yang terkandung dalam kayu kelapa sawit adalah
selulosa, lignin, parenkim, air, dan abu dan pati [13]. Kandungan parenkim dan air meningkat sesuai dengan ketinggiannya. Tingginya kadar air menyebabkan
kestabilan dimensi batang kelapa sawit rendah. Parenkim pada bagian atas pohon mengandung pati hingga 40 ini menyebabkan sifat fisik dan mekanik batang
kelapa sawit juga rendah, yaitu mudah patah, retak dan mudah diserang rayap [13]. Kerapatan kayu batang kelapa sawit berkisar dari 0,2 gml sampai 0,6 gml
dengan kerapatan rata-rata 0,37 gml. Persentase kandungan dari kayu kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Persentase Komponen-Komponen Kayu Kelapa Sawit
Komponen Kandungan
Air Abu
SiO2 Lignin
Hemiselulosa a-selulosa
Pentosa
12,5 2,25
0,48 17,22
16,81 30,77
20,05
Sumber data: Rahmadhani Banurea 2011
Nilai modulus elastisitas batang berkisar antara 19273,7-45957,1 kgcm
2
dengan rata-rata sebesar 29704,4 kgcm
2
. nilai kekuatan tarik sejajar serat batang berkisar antara 104,8-344,6 kgcm
2
dengan rata-rata sebesar 177,6 kgcm
2
. nilai kekuatan tekan sejajar serat berkisar antara 38,8-141,8 kgcm2 dengan rata-rata
sebesar 61,1 kgcm
2
.[11]
Universitas Sumatera Utara
16
2.4.3 Katalis