Perkembangan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Perkembangan Variabel yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Kelapa

C. Perkembangan Variabel yang Mempengaruhi Ekspor Minyak Kelapa

Sawit 1 Perkembangan Produksi Minyak Kelapa Sawit Produksi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan optimalisasi dari faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, dan keahlian oleh suatu perusahaan sehingga menghasilkan suatu produk. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami penngkatan yang signifikan. Berikut adalah grafik perkembangan produksi minyak kelapa sawit Indonesia dari Periode Januari 2013 – Desember 2015. Gambar 4.3 Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia Periode Januari 2013 – Desember 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah. 2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar atau kurs merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual. Kegiatan perdagangan internasional antara suatunegara dengan negara lain sangat dipengaruhi oleh nilai tukar atau kurs valuta asing. Kurs valuta asing memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan harga relatif dari barang maupun jasa di negara lain lebih murah atau lebih mahal dibandingkan dengan barang maupun jasa yang diproduksi didalam negeri. Berikut adalah grafik perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dari tahun Periode Januari 2013 – Desember 2015. Gambar 4.4 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Periode Januari 2013 – Desember 2015 Sumber : Bank Indonesia, diolah. 3 Perkembangan Harga Kelapa Sawit Harga merupakan hal yang terpenting dalam kegiatan bisnis, karena suatu barang yang dijual harus ditentukan harganya terlebih dahulu sehingga seluruh pihak bisa memperoleh keuntungan dan mendapatkan hasil yang memuaskan dengan penetapan harga yang disetujui. Harga adalah suatu nilai tukar dari barang atau jasa berupa sejumlah uang atas suatu barang atau jasa yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan atau memiliki suatu barang maupun jasa. Berikut adalah grafik perkembangan harga kelapa sawit di pasar internasioanal dari Periode Januari 2013 – Desember 2015. Gambar 4.5 Perkembangan Harga Minyak Kelapa Sawit Dunia Periode Januari 2013 – Desember 2015 Sumber : www.indexmundi.com , diolah. 4 Perkembangan Term of Trade Indonesia Harga relatif barang dari suatu negara yang melakukan transaksi perdagangan dinamakan terms of trade TOT, di mana perhitungannya diperoleh dari harga barang ekspor dibagi dengan harga barang impor. Berikut adalah grafik perkembangan Term of Tarde indonesia dari Periode Januari 2013 – Desember 2015: Gambar 4.6 Perkembangan Term of Trade Indonesia Periode Januari 2013 – Desember 2015 Sumber : World Bank, diolah. BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab V ini akan dilakukan pengujian pengaruh variabel Harga CPO Internasional, nilai tukar rupiah, Term of Trade TOT dan Produksi kelapa sawit Indonesia terhadap tingkat ekspor CPO Indonesia pada periode Januari 2013 sampai periode Desember 2015. Sebagaimana yang dijelaskan pada Bab sebelumnya, bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model ECM. Pengujian ini dilakukan dengan menggunkan program E-Views 7.0.

A. Uji Model Dinamik 1.

Uji Unit Root Uji stasioneritas data dilakukan terlebih dahulu sebelum mengestimasi data time serie. Estimasi dengan data yang tidak stasioner akan menyebabkan super inkonsistensi dan timbulnya regresi lancung Supurious Regresion, sehingga sebenarnya metode inferensi klasik tidak dapat diterapkan Gujarati, 2003. Untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan stasioner atau tidak stasioner, digunakan uji akar unit unit roots test. Uji akar unit dilakukan dengan menggunakan metode Augmented Dickey Fuller dengan hipotesa sebagai berikut: H : Terdapat unit root data tidak stasioner H 1 : Tidak terdapat unit root data stasioner Apabila nilai t-statistik ADF lebih kecil dari nilai kritis McKinnon maka H diterima, artinya data terdapat unit root atau data tidak stasioner. Sebaliknya, Jika nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis McKinnon maka H ditolak, artinya data tidak terdapat unit root atau data stasioner. Uji akar unit root dilakukan satu per satu atau setiap variabel yang akan dianalisis baik variabel dependent maupun independent. Dari hasil pengolahan data menggunakan E-Views 7.0 diperoleh hasil uji akar unit pada tingkat level yang dapat dilihat pada tabel 5.1. TABEL 5.1 Hasil Augmented Dickey Fuller Pada Tingkat Level dengan Intercept Variabel ADF t-statistik Nilai Kritis Mac Kinnon Keterangan 1 5 10 lnekspor 6.140008 -3.632900 -2.948404 -2.612874 nonstasioner lnharga -0.289546 -3.632900 -2.948404 -2.612874 nonstasioner lnkurs -1.079332 -3.632900 -2.948404 -2.612874 nonstasioner lntot -0.534241 -3.632900 -2.948404 -2.612874 nonstasioner lnprod -4.673912 -3.632900 -2.948404 -2.612874 stasioner Sumber: Hasil Pengolahan Data E-views 7.0 Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa berdasarkan uji Augmented Dicket Fuller pada tingkat level menunjukkan bahwa hanya ada satu variabel yang stasioner. Variabel tersebut adalah variabel produksi dengan nilai ADF t-statistik -3.911386 dengan tingkat signifikansi 1 persen. Sedangkan variabel lainnya yaitu ekspor, harga, kurs dan ToT tidak stasioner pada tingkat level.

2. Uji Derajat Intergrasi

Karena pada uji akar unit tingkat level data yang diamati belum stasioner semua, maka perlu dilanjutkan dengan pengujian uji derajat integrasi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui derajat differention order