BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkomunikasi satu sama lain merupakan salah satu sifat dasar manusia. Komunikasi berfungsi sebagai sarana untuk saling berinteraksi satu sama lain.
Manusia terkadang ingin menguasai lebih dari satu bahasa asing. Apalagi jika bahasa itu sedang popular. Manusia pun tidak ingin ketinggalan zaman menguasai
bahasa itu. Dengan adanya kamus maka manusia dapat mempelajari bahasa serta mengetahui bahasa-bahasa apa saja yang ingin dikuasai. Selama ini jika seseorang
ingin mempelajari bahasa asing, salah satu contohnya adalah bahasa Korea, media yang digunakan untuk memperlancar penguasaan kosakatanya adalah melalui
kamus. Oleh karena kamus bentuknya masih berupa seperti buku, tidak fleksibel, susah untuk dibawa, mengakibatkan kurang efektif apabila sedang berada di luar
atau dijalan. Diperlukan sebuah media baru yang praktis dan efektif seperti media
Smartphone karena Smartphone mendukung berbagai macam aplikasi seperti aplikasi kamus. Aplikasi kamus didalam Smartphone tidak mencari kata secara
manual. Tetapi adanya Fasilitas pencarian pada aplikasi kamus tersebut mempermudah user mendapatkan kata yang ingin dicarinya. Dengan
memanfaatkan salah satu dari Algoritma string matching seperti Algoritma Knuth Morris Pratt dan Boyer Moore, maka mempermudah dan mempercepat pencarian
kata dalam kamus. Dijelaskan bahwa Algoritma Knuth Morris Pratt mulai mencocokkan
pattern pada awal teks. Pencocokan kata dimulai dari posisi kiri hingga akhirnya sampai pada posisi paling kanan, algoritma ini akan mencocokkan karakter per
karakter pattern dengan karakter di teks yang bersesuaian, sampai salah satu kondisi berikut dipenuhi yaitu karakter di pattern dan di teks yang dibandingkan
tidak cocok mismatch dan semua karakter di pattern cocok, kemudian algoritma akan memberitahukan penemuan di posisi ini. Algoritma kemudian menggeser
pattern berdasarkan tabel shift, lalu mengulangi langkah 2 sampai pattern berada di ujung teks Wibowo, T., et al. 2012.
Sedangkan Algoritma Boyer Moore ini melakukan pencocokan kata dimulai dari posisi kanan hingga akhirnya sampai pada posisi paling kiri,langkah ini
berbeda dengan metode pencarian string matching sejenisnya yang memulai pencarian kata dari posisi kiri. Algoritma ini menerapkan prinsip good sufix
dimana karakter yang dicari disejajarkan dengan karakter yang menyerupainya serta prinsip bad character dimana jika karakter tidak memiliki kemiripan akan
langsung dieliminasi. Dengan kedua prinsip ini, informasi string yang diperoleh dalam pencarian akan semakin banyak sehingga output yang dihasilkan akan
menjadi lebih baik Susanto,2014. Menurut Bille, P. 2011 Algoritma Knuth Morris Pratt memecahkan
masalah pencocokan string dalam waktu linear itu optimal karena kita dapat membaca satu karakter pada waktu yg bersamaan. Pada string kita dapat
membaca beberapa karakter dalam waktu yang konstan tidak berubah-ubah dan karenanya berpotensi lebih baik untuk pencocokan string.
Menurut Franek, F., et al. 2007 Algoritma Boyer Moore menyediakan Average-Case dan Best-Case yang hampir optimal, dan juga melakukan eksekusi
sangat cepat dalam prakteknya. Menurut Linhart, C. Shamir, R. 2009 banyak sekali algoritma yang
efisien dikembangkan selama beberapa tahun terakhir, tetapi algoritma tercepat untuk menyelesaikan masalah dalam waktu linear, yaitu seperti Algoritma Knuth
Morris Pratt dan Algoritma Boyer Moore. Untuk mengetahui Algoritma yang mampu mencocokkan string paling
cepat, maka kedua algoritma ini akan dibandingkan. Algoritma Knuth Morris Pratt dan Algoritma Boyer Moore telah dibahas pada penelitian yang terdahulu
dengan judul Implementasi Algoritma Levenshtein Distance dan Boyer Moore
untuk fitur Autocomplete dan Autocorrect pada aplikasi katalog perpustakaan daerah Aceh Timur Hajar, T.I. 2015 dan Implementasi Algoritma Levenshtein
Distance dan Knuth Morris Pratt dalam fitur word completion pada search engine Priyatna, R.D. 2015.
1.2 Perumusan Masalah