Gambar 4.6 Alert dialog Terjemahan
4.1.5 Halaman Fitur Halaman Fitur berisi menu-menu untuk bahasa korea berdasarkan kategori seperti
Alat Makan, Angka, Buah, Elektronik, Hari, Hewan, Keluarga, Profesi, Sayuran.
Halaman Fitur dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Halaman Fitur
4.1.6 Halaman Bantuan Halaman Bantuan merupakan panduan user untuk menggunakan aplikasi beserta
penjelasan Algoritma yang dipakai pada pencarian kamus. Halaman Bantuan
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Halaman Bantuan. 4.1.7 Halaman Tentang
Halaman Tentang berisi Judul Aplikasi dan Nama pembuat Aplikasi. Halaman
Tentang dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Halaman Tentang
4.1.8 Halaman Keluar Halaman Keluar berupa alert dialog ini berfungsi untuk mengeluarkan user dari
aplikasi. Halaman Keluar dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Halaman Keluar
4. 2 Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja sistem dalam pencarian kata pada kamus Bahasa Indonesia-Korea menggunakan Algoritma
Knuth Morris Pratt dan Algoritma Boyer Moore. Dalam pengujian yang akan dicari adalah string sebagai inputannya. Semua hasil pencarian ditampilkan sesuai
dengan inputan yang match pada pencarian.
4.2.1 Pengujian Pencarian kata pada Kamus Bahasa Indonesia-Korea dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Tabel 4.1 Hasil Pencarian kata
“a” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.1
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “a” match dengan teks yang ada
. Pencarian kata “a” dengan waktu pencarian 166.0 ms dan terdapat 1689 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.2 Hasil Pencarian kata
“an” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.2
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “an” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “an” dengan waktu pencarian 146.0 ms dan terdapat 349 kata
yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.3 Hasil Pencarian kata
“ma” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.3
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “ma” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “ma” dengan waktu pencarian 134.0 ms dan terdapat 116 kata
yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.4 Hasil Pencarian kata
“perempuan” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.4
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “perempuan” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “perempuan” dengan waktu pencarian 133.0 ms dan
terdapat 8 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.5 Hasil Pencarian kata
“komput” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.5
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “komput” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “komput” dengan waktu pencarian 124.0 ms dan
terdapat 2 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.6 Hasil Pencarian kata
“ch” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.6
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “ch” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “ch” dengan waktu pencarian 144.0 ms dan terdapat 218 kata
yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.7 Hasil Pencarian kata
“imnida” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Mis Match
Tabel 4.7
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “imnida” mis match dengan teks yang ada. Pencarian kata “imnida” dengan waktu pencarian 115.0 ms dan
terdapat 0 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.8 Hasil Pencarian kata
“keopyuteogong” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.8
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “keopyuteogong” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “keopyuteogong” dengan waktu pencarian
119.0 ms dan terdapat 1 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.9 Hasil Pencarian kata
“xy” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Mis Match
Tabel 4.9
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “xy” mis match dengan teks yang ada. Pencarian kata “xy” dengan waktu pencarian 120.0 ms dan terdapat 0
kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.10 Hasil Pencarian kata
“samuso” dengan Algoritma Knuth Morris Pratt
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.10
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “samuso” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “samuso” dengan waktu pencarian 120.0 ms dan
terdapat 1 kata yang ditemukan didalam teks.
4.2.2 Pengujian Pencarian kata pada kamus bahasa Indonesia korea dengan Algoritma Boyer Moore
Tabel 4.11 Hasil Pencarian kata “a” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.11
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “a” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “a” dengan waktu pencarian 151.0 ms dan terdapat 1689 kata
yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.12 Hasil Pencarian kata
“an” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.12
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “an” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “an” dengan waktu pencarian 131.0 ms dan terdapat 349
kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.13 Hasil Pencarian kata
“ma” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.13
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “ma” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “ma” dengan waktu pencarian 132.0 ms dan terdapat
116 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.14 Hasil Pencarian kata
“perempuan” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.14
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “perempuan” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “perempuan” dengan waktu pencarian 144.0 ms dan
terdapat 8 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.15 Hasil Pencarian kata
“komput” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.15
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “komput” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “komput” dengan waktu pencarian 152.0 ms dan
terdapat 2 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.16 Hasil Pencarian kata
“ch” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.16
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “ch” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “ch” dengan waktu pencarian 124.0 ms dan terdapat 218
kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.17 Hasil Pencarian kata
“imnida” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Mis Match
Tabel 4.17
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “imnida” mis match dengan teks yang ada. Pencarian kata “imnida” dengan waktu pencarian 126.0 ms dan
terdapat 0 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.18 Hasil Pencarian kata
“keopyuteogong” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.18
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “keopyuteogong” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “keopyuteogong” dengan waktu pencarian
128.0 ms dan terdapat 1 kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.19 Hasil Pencarian kata
“xy” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Mis Match
Tabel 4.19
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “xy” mis match dengan teks yang ada. Pencarian kata “xy” dengan waktu pencarian 123.0 ms dan terdapat 0
kata yang ditemukan didalam teks.
Tabel 4.20 Hasil Pencarian kata
“samuso” dengan Algoritma Boyer Moore
Hasil Pencarian
Gambar Hasil Pencocokan
Gambar Hasil Running Time dan Jumlah kata yang ditemukan
Match
Tabel 4.20
menjelaskan tentang hasil pencarian kata “samuso” match dengan teks yang ada. Pencarian kata “samuso” dengan waktu pencarian 135.0 ms dan
terdapat 1 kata yang ditemukan didalam teks.
4.3. Hasil Pengujian Hasil pengujian dari penelitian ini adalah Running time dari pencarian kata dan
jumlah kata yang ditemukan pada Algoritma Knuth Morris Pratt dan Algoritma Boyer Moore yang dilakukan terhadap string yang berbeda. Untuk pengujian
string Bahasa Indonesia-Korea dijelaskan pada No. 1 sampai 5. Sedangkan pengujian string Bahasa Korea-Indonesia dijelaskan pada No. 6 sampai 10
Adapun hasil pengujian dari kedua Algoritma yang digunakan akan dijelaskan
pada Tabel 4.21 dan Tabel 4.22. Tabel 4.21 Hasil Pengujian Algoritma Knuth Morris Pratt
No Pola
Running time ms
Jumlah kata yang ditemukan
Kejadian
1 a
166.0 1689
Match
2
an 146.0
349 Match
3 ma
134.0 116
Match
4 perempuan
133.0 8
Match
5 komput
124.0 2
Match
6 ch
144.0 218
Match
7
imnida 115.0
Mis match
8 keopyuteogong
119.0 1
Match
9 xy
120.0 Mis match
10 samuso
120.0 1
Match
TOTAL 1321 ms
RATA-RATA 132.1 ms
Tabel 4.22 Hasil Pengujian Algoritma Boyer Moore No
Pola Running Time
ms Jumlah kata yang
ditemukan Kejadian
1 a
151.0 1689
Match
2 an
131.0 349
Match
3 ma
132.0 116
Match
4
perempuan 144.0
8 Match
5 komput
152.0 2
Match
6 ch
124.0 218
Match
7 imnida
126.0 Mis match
8 keopyuteogong
128.0 1
Match
9 xy
123.0 Mis match
10
samuso 135.0
1 Match
TOTAL 1346 ms
RATA-RATA 134.6 ms
Setelah mendapatkan Hasil Pengujian dari Tabel 4.21 dan Tabel 4.22 maka
dibuat grafik perbandingan hasil pengujian dari kedua Algoritma tersebut. Grafik
dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.11 Perbandingan Hasil Running Time Algoritma Knuth Morris Pratt
dan Algoritma Boyer Moore Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa Algoritma Knuth Morris Pratt
mendapatkan Hasil Running Time yang relatif rendah dibandingkan dengan Algoritma Boyer Moore. Artinya bahwa Algoritma Knuth Morris Pratt lebih
cepat untuk pencocokan kata dibandingkan dengan Algoritma Boyer Moore. Total
Hasil Perbandingan dari kedua Algoritma tersebut dapat dijelaskan pada Gambar 4.12
Gambar 4.12 Perbandingan Total Running Time Algoritma Knuth Morris Pratt
dan Algoritma Boyer Moore
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Running Time
Knuth Morris Pratt Boyer Moore
1305 1310
1315 1320
1325 1330
1335 1340
1345 1350
TOTAL
Running Time
Knuth Morris Pratt Boyer Moore
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa Algoritma Knuth Morris Pratt memiliki nilai Total Running Time yang rendah dibandingkan dengan Algoritma Boyer
Moore. Artinya bahwa Algoritma Knuth Morris Pratt lebih cepat untuk pencocokan kata dibandingkan dengan Algoritma Boyer Moore.
4.4. Kompleksitas Algoritma Kompleksitas algoritma yang akan diuji adalah kompleksitas Algoritma Knuth
Morris Pratt dan Algoritma Boyer Moore. Seperti dijelaskan pada Tabel 4.23, 4.24, 4.25, 4.26, 4.27, dan 4.28 berikut:
4.4.1 Kompleksitas Algoritma Knuth Morris Pratt Tabel 4.23 Kompleksitas fungsi preKmp Algoritma Knuth Morris Pratt
public static void preKmp { C
C. int i, j;
C1 1
C1 i = 0;
C2 1
C2 j = kmpNext[0] = -1;
C2 1
C2 while i m {
C3 m
C3m while j -1 x[i] = x[j]
C3 m
C3m j = kmpNext[j];
} C2
m C2m
i++; C2
m C2m
j++; C2
m C2m
if i m j m x[i] == x[j] { C4
m C4m
kmpNext[i] = kmpNext[j]; C2
m C2m
} else { kmpNext[i] = j;
} }
C2 m
C2m
FASE PRE-PROSES : T
max
n = C1 + 2C2 + 5C2m + 2C3m + C4m
= C1 + 2C2m + 5C2 + 2C3 + C4m
1
= m + m
1
≤ m
1
+ m
1
= 2m = Om
T
min
n = m
+ m
1
≥ m
1
= Ωm T
avg
n = Ɵm
Tabel 4.24 Kompleksitas fungsi KMP Algoritma Knuth Morris Pratt
public static void KMP { C
C. int i, j;
C1 1
C1 preKmpx,m,kmpNext;
C2 1
C2 i = j = 0;
C3 1
C3 while j n {
C4 m
C4m while i -1 x[i] = y[j]
C4 m
C4m i = kmpNext[i];
} C3
m C3m
i++; C3
m C3m
j++; C3
m C3m
if i = m { C5
m C5m
i = kmpNext[i]; C3
m C3m
jum++; C3
m C3m
Result m = new Result; C3
1 C3
m.setIndoIndo; C5
1 C5
m.setKoreaKorea; C5
1 C5
m.setImageImage; C5
1 C5
m.setPospos; C5
1 C5
m.setPatpatt; C5
1 C5
resultList.addm; C5
1 C5
Log.dPrint, masuk KMP; }
} }
C5 1
C5
FASE PENCARIAN : T
max
n = C1 + C2 + 2C3 + 5C3m + 2C4m + C5m + 7C5
= C1+ C2 + +2C3 + C5 m + 5C3 + 2C4 + C5m
1
= m + m
1
≤ m
1
+ m
1
= 2m = Om
T
min
n = m
+ m
1
≥ m
1
= Ωm T
avg
n =
Ɵm
Tabel 4.23 menjelaskan Kompleksitas fungsi preKmp. Fungsi preKmp adalah bagian pre proses dari Algoritma Knuth Morris Pratt. Tabel 4.24 menjelaskan
Kompleksitas fungsi KMP. Fungsi KMP adalah bagian pencarian dari Algoritma Knuth Morris Pratt.
Tabel 4.23 dan 4.24 menjelaskan tentang kompleksitas dari Algoritma
Knuth Morris Pratt. C adalah konstanta atau deklarasi dari sebuah operasi. adalah frekuensi yang berfungsi sebagai ukuran masukan C. adalah untuk
mencari kompleksitas waktu Tn, t adalah waktu dan n adalah jumlah proses. Jumlahkan hasil dari perkalian C. maka ambil pangkat terbesar dari nilai
masukan dan didapatlah pangkat terbesar yaitu m dari Tabel 4.23 dan 4.24.
Notasi untuk big O adalah keadaan terburuk worst case artinya pencapaian Tn paling maksimum atau tidak ada yang bisa lebih lambat dari Tn
yang didapat. Notasi untuk big O bisa dikatakan jika algoritma dengan Tn = Ɵn artinya memiliki O sama dengan atau lebih besar dari Ɵn.
Notasi untuk big Ω adalah keadaan terbaik best case artinya pencapaian Tn paling minimum atau tidak ada yang bisa lebih cepat dari Tn yang didapat.
Notasi u ntuk big Ω bisa dikatakan jika algoritma dengan Tn = Ɵn artinya
memiliki Ω sama dengan atau lebih kecil dari Ɵn. Notasi untuk big
Ɵ adalah keadaan rata-rata average case artinya pencapaian nilai tengah atau Tn berada di tengah antara On
dan Ωn. Notasi untuk big
Ɵ bisa dikatakan jika algoritma dengan Tn = Ɵn artinya jika nilai On
dan Ωn sama maka dikatakan kompleksitas itu adalah Ɵ.
Pada Algoritma Knuth Morris Pratt fase pre-proses memiliki Tn = Ɵm
dan fase pencarian memiliki Tn = Ɵm. Maka kompleksitas Algoritma Knuth
Morris Pratt adalah Ɵm
4.4.2 Kompleksitas Algoritma Boyer Moore Tabel 4.25 Kompleksitas fungsi preBmBc Algoritma Boyer Moore
public static void preBmBc { C
C. for int i = 0; i 256; ++i {
C1 256
256C1 bmBc[i] = mB;
} C2
256 256C2
for int i = 0; i mB - 1; ++i { C1
m C1m
bmBc[xB[i]] = mB - i - 1; }
} C2
m C2m
FASE PRE-PROSES BMBC : T
max
n = 256C1 + 256C2 + C1m + C2m
= 256C1 + 256C2m + C1 + C2m
1
= m + m
1
≤ m
1
+ m
1
= 2m = Om
T
min
n = m
+ m
1
≥ m
1
= Ωm T
avg
n =
Ɵm
Tabel 4.26 Kompleksitas fungsi suffixes Algoritma Boyer Moore
public static void suffixes { C
C. int f = 0;
C1 1
C1 int g;
C2 1
C2 suf[mB - 1] = mB;
C1 1
C1 g = mB - 1;
C1 1
C1 for int i = mB - 2; i = 0; --i {
C3 m
C3m
if i g suf[i + mB - 1 - f] i - g { C4
m C4m
suf[i] = suf[i + mB - 1 - f]; C1
m C1m
} else { if i g {
C4 m
C4m g = i;
} C1
m C1m
f = i; C1
1 C1
while g = 0 xB[g] == xB[g + mB - 1 - f] {
C5 m
C5m --g;
} C1
m C1m
suf[i] = f - g; }
} }
C1 m
C1m
FASE SUFFIXES : T
max
n = 4C1 + 3C1m + C2 + C3m + 2C4m + C5m
= 4C1 + C2m + 3C1 + C3 + 2C4 + C5m
1
= m + m
1
≤ m
1
+ m
1
= 2m = Om
T
min
n = m
+ m
1
≥ m
1
= Ωm T
avg
n =
Ɵm
Tabel 4.27 Kompleksitas fungsi preBmGs Algoritma Boyer Moore
public static void preBmGs { C
C. suffixes;
C1 1
C1 for int i = 0; i mB; ++i {
C2 m
C2m bmGs[i] = mB;
} C3
m C3m
int j = 0; C4
1 C4
for int i = mB - 1; i = 0; --i { C2
m C2m
if suf[i] == i + 1 { C5
m C5m
for ; j mB - 1 - i; ++j { C2
m
2
C2m
2
if bmGs[j] == mB { C5
m
2
C5m
2
bmGs[j] = mB - 1 - i; }
} }
} C3
m
2
C3m
2
for int i = 0; i = mB - 2; ++i { C2
m C2m
bmGs[mB - 1 - suf[i]] = mB - 1 - i; }
} C3
m C3m
FASE PRE-PROSES BMGS : T
max
n = C1 + C2m
2
+ 3C2m + 2C3m + C3m
2
+ C4 + C5m + C5m
2
= C1 + C4m + 3C2 + 2C3 + C5m
1
+ 2C2 + C3 + C5m
2
= m +
m
1
+ m
2
≤ m
2
+ m
2
+ m
2
= 3m
2
= Om
2
T
min
n = m
+ m
1
+ m
2
≥ m
2
= Ωm
2
T
avg
n =
Ɵm
2
Tabel 4.28 Kompleksitas fungsi BM Algoritma Boyer Moore
public static void BM { C
C. int i, j;
C1 1
C1 preBmGs;
C2 1
C2 preBmBc;
C2 1
C2 j = 0;
C3 1
C3 while j = nB - mB {
C4 m
C4m
for i = mB - 1; i = 0 xB[i] == yB[i + j]; --i C5
mn C5mn
Log.dPrint, ; C6
1 C6
if i 0 { C7
m C7m
int pos = j; C3
1 C3m
j += bmGs[0]; C8
m C8m
jumB++; C3
m C3m
Result m = new Result; C3
1 C3
m.setIndoIndoB; C9
1 C9
m.setKoreaKoreaB; C9
1 C9
m.setImageImageB; C9
1 C9
m.setPospos; C9
1 C9
m.setPatpatB; C9
1 C9
resultList.addm; C9
1 C9
Log.dPrint, masuk BM; C6
1 C6
} else { j += Math.maxbmGs[i], bmBc[yB[i + j]] -
mB + 1 + i; }
} }
} C8
m C8m
FASE PENCARIAN : T
min
n = C1 + 2C2 + 3C3 + 2C3m + C4m + C5m
2
+ 2C6 + C7m + 2C8m + 6C9
= C1 + 2C2 + 3C3 + 2C6 + 6C9m + 23C3 + C4 + C7a + 2C8 +
6C9m
1
+ C5mn = m
+ m
1
+ mn ≤ mn + mn + mn = 3mn
= Omn T
min
n = m
+ m
1
+ mn ≥ mn
= Ωmn T
avg
n =
Ɵmn
Tabel 4.25 menjelaskan Kompleksitas fungsi preBmBc. Fungsi preBmBc Boyer
moore Bad character adalah bagian pre proses dari Algoritma Boyer Moore.
Tabel 4.26 menjelaskan Kompleksitas fungsi suffixes. Fungsi suffixes adalah bagian pre proses dari Algoritma Boyer Moore. Tabel 4.27 menjelaskan
Kompleksitas fungsi preBmGs. Fungsi preBmGs Boyer moore Good Suffixes
adalah bagian pre proses dari Algoritma Boyer Moore. Tabel 4.28 menjelaskan
Kompleksitas fungsi BM. Fungsi BM adalah bagian pencarian dari Algoritma Boyer Moore.
Tabel 4.25, 4.26, 4.27 dan 4.28 menjelaskan tentang kompleksitas dari
Algoritma Boyer Moore. C adalah konstanta deklarasi dari sebuah operasi. adalah frekuensi yang berfungsi sebagai ukuran masukan dan C. adalah untuk
mencari kompleksitas waktu Tn, t adalah waktu dan n adalah jumlah proses. Jumlahkan hasil dari perkalian C. maka ambil pangkat terbesar dari nilai
masukan dan didapatlah pangkat terbesar yaitu mn dari Tabel 4.28.
Notasi untuk big O adalah keadaan terburuk worst case artinya pencapaian Tn paling maksimum atau tidak ada yang bisa lebih lambat dari Tn
yang didapat. Notasi untuk big O bisa dikatakan jika algoritma dengan Tn = Ɵn artinya memiliki O sama dengan atau lebih besar dari Ɵn.
Notasi untuk big Ω adalah keadaan terbaik best case artinya pencapaian Tn paling minimum atau tidak ada yang bisa lebih cepat dari Tn yang didapat.
Notasi untuk big Ω bisa dikatakan jika algoritma dengan Tn = Ɵn artinya memiliki Ω sama dengan atau lebih kecil dari Ɵn.
Notasi untuk big Ɵ adalah keadaan rata-rata average case artinya
pencapaian nilai tengah atau Tn berada di tengah antara On dan Ωn. Notasi
untuk big Ɵ bisa dikatakan jika algoritma dengan Tn = Ɵn artinya jika nilai
On dan Ωn sama maka dikatakan kompleksitas itu adalah Ɵ.
Pada algoritma Boyer Moore fase pre-proses bmBc memiliki Tn = Ɵm,
fase Suffix Tn = Ɵm, fase pre-proses bmGs memiliki Tn = Ɵm
2
, dan fase pencarian memiliki Tn =
Ɵmn. Maka kompleksitas Algoritma Boyer Moore adalah
Ɵmn.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi literatur, analisis, perancangan, implementasi, dan pengujian sistem ini, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan Algoritma Knuth Morris Pratt dalam penelitian ini adalah lebih
lambat dibandingkan Algoritma Boyer Moore dalam pencarian kata yang pendek karena semakin sedikit jumlah kata yg dicari maka akan semakin lama
waktu yg dibutuhkan untuk pencarian kata. Pergeseran yg terjadi hanya sebanyak jumlah kata yg dicari. Hal ni menimbulkan proses pengecekan yang
lebih banyak sehingga menambah waktu proses pencarian. Kelebihan Algoritma Knuth Morris Pratt dalam penelitian ini adalah lebih cepat
dibandingkan Algoritma Boyer Moore dalam pecarian kata yang panjang karena semakin panjang kata yang dicari maka semakin sedikit teks yang
mengandung kata yang dicari sehingga pergeseran kata yang terjadi semakin besar. Hal ini menimbulkan proses pengecekan kata yang lebih sedikit
sehingga mengurangi waktu proses pencarian. Rata-rata hasil running time Algoritma Knuth Morris Pratt untuk pencarian kata adalah 132.1 ms.
2. Kelebihan Algoritma Boyer Moore dalam penelitian ini adalah lebih cepat
dibandingkan Algoritma Knuth Morris Pratt dalam pencarian kata yang pendek karena Algoritma Boyer Moore memaksimalkan nilai pergeseran
sehingga kata yang dicari semakin cepat ditemukan. Kelemahan Algoritma Boyer Moore dalam penelitian ini adalah lebih lambat dibandingkan
Algoritma Knuth Morris Pratt dalam pencarian kata yang panjang karena