METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

4 karies dan tingkat pengetahuan kesehatan gigi pada murid SD yang memiliki UKGS dan tidak memiliki UKGS menunjukkan bahwa prevalensi karies pada SD yang tidak memiliki UKGS lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prevalensi karies dan tingkat pengetahuan murid antara SD yang memiliki UKGS dan SD yang tidak memiliki UKGS Annisa, 2014. Sesuai data dari laporan tahunan Kecamatan Kradenan tahun 2014 Kecamatan Kradenan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kecamatan Kradenan memiliki 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Kradenan 1 dan Puskesmas Kradenan 2 . Puskesmas wilayah kecamatan kradenan tergolong dalam puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang belum cukup merata. Terutama pelayanan kesehatan mengenai kesehatan gigi dan mulut Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, 2015. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang perbedaan keparahan karies gigi pada anak sekolah dasar dengan usia 11-12 tahun yang sudah melaksanakan progam UKGS dan belum melaksanakan program UKGS di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada perbedaan keparahan karies pada anak sekolah dasar dengan usia 11-12 tahun yang sudah melaksanakan program UKGS dan belum melaksanakan program UKGS di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional . Pengukuran variabel diambil dalam waktu yang bersamaan mengenai perbedaan keparahan karies pada anak usia 11-12 tahun di sekolah dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan yang belum melaksanakan UKGS di kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 sebanyak 23 Sekolah Dasar. Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dan didapatkan sampel sebanyak 83 untuk SD yang sudah melaksanakan UKGS dan 87 untuk SD yang belum melaksanakan UKGS. Penelitian dilakukan dengan membedakan indeks keparahan karies pada anak usia 11-12 tahun di sekolah dasar yang sudah melaksanakan UKGS dan yang belum melaksanakan UKGS melaksanakan UKGS dengan menggunakan metode 5 pengukuran Caries Severity Index CSI pada seluruh permukaan gigi dan mengkategorikannya kedalam skor Koroluk, dkk., 1994. Rumus CSI: y , C0 = Gigi sehat atau sound S, C1 = Sonde menyangkut,terdapat stain pada pit dan fisur di enamel, tidak terdapat dinding lunak dasar kavitas tidak, C2 = Sonde menyangkut dibawah enamel dentin, C3 = Karies lebih dalam sampai melibatkan pulpa, secara klinis terlihat fistula, absespulpitis hiperplastik, C4 = Mahkota gigi hilang akibat karies, terdapat sisa akar Koroluk, dkk., 1994. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Independent t-test. Data yang didapat tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji alternatif Mann-Whitney .

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Total populasi anak sekolah dasar usia 11-12 tahun di wilayah kerja kecamatan Kradenan sebanyak 170 anak yang digunakan menjadi sampel penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor indeks keparahan karies dengan metode pengukuran CSI SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata skor CSI subjek pada SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS Tabel 1 menunjukkan rata-rata skor CSI pada SD yang sudah melaksanakan UKGS lebih rendah dibanding SD yang belum melaksanakan UKGS. Berdasarkan hasil tersebut, rata-rata skor CSI pada SD yang sudah melaksanakan UKGS masuk dalam kategori ringan 3,68, sedangkan pada SD yang belum melaksanakan UKGS Jenis SD Jumlah Sampel Mean Mean Total SD yang sudah melaksanakan UKGS 83 3,68 6,8 SD yang belum melaksanakan UKGS 87 7,12 6 rata-rata skor CSI masuk dalam kategori sedang 7,12 dengan selisih skor sebanyak 6,8. Uji analisis data yang telah dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney pada tabel 2 menunjukkan nilai p=0,000 p0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna skor CSI pada kelompok SD yang sudah melaksanakan UKGS dan SD yang belum melaksanakan UKGS. Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney Jenis SD Sig. SD yang sudah melaksanakan UKGS 0,000 SD yang belum melaksanakan UKGS Derajat keparahan karies gigi pada anak sekolah dasar di SD wilayah kerja kecamatan Kradenan saat dilakukan penelitian masih dalam kategori rendah-sedang tetapi hampir semua anak masih mengalami karies gigi meskipun belum masuk dalam kategori tinggi dan hanya sedikit anak dengan kondisi bebas karies. Hal ini menunjukkan bahwa angka bebas karies masih rendah dan belum sesuai dengan target bebas karies tahun 2020 sebesar 70. Seperti penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan hasil yang sama bahwa rendahnya angka bebas karies di sekolah dasar mengindikasikan kegiatan UKGS yang dilakukan belum optimal dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut murid sekolah melalui program UKGS Setiawan, dkk., 2014. Saat ini pelaksanaan UKGS di wilayah kerja kecamatan kradenan masih dalam tahap II atau paket standar sehingga perlu dilakukan peningkatan tahapan pada setiap sekolah dasar di wilayah kerja kecamatan kradenan dan dilakukan pemerataan program UKGS bagi sekolah yang belum melaksankan program UKGS. Kegiatan UKGS di sekolah dasar wilayah kerja kecamatan kradenan selama ini belum dilakukan secara maksimal. Masih separuh dari jumlah Sekolah Dasar di wilayah kerja Kecamatan Kradenan yang belum terjangkau program UKGS. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu pelaksanaan, terbatasnya tenaga pelaksana kesehatan gigi dan mulut serta hanya adanya 1 dokter gigi di Kecamatan Kradenan, sarana prasarana yang kurang memadai, banyak dan luasnya jumlah sekolah yang 7 menjadi cakupan kegiatan usaha kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas. UKGS masih belum menjadi prioritas utama oleh puskesmas di kecamatan kradenan dikarenakan pelayanan kesehatan lebih berfokus pada pelayanan kesehatan fisik umum. Kegiatan UKGS yang dilaksanakan sekolah dasar wilayah kerja kecamatan kradenan hanya penyuluhan, pemeriksaan gigi dan mulut, sikat gigi masal dan rujukan apabila keadaan darurat. Frekuensi pelaksanaan penyuluhan, pemeriksaan gigi dan mulut serta pelaksanaan sikat gigi masal masih belum sesuai dengan standar frekuensi pelaksanaan UKGS menurut target Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 yaitu penyuluhan dilaksanakan satu kali pertriwulan dan kegiatan sikat gigi masal dilakukan setiap hari di setiap sekolah. Tenaga pelaksana kesehatan di puskesmas hanya melakukan kegiatan UKGS yang berupa penyuluhan dan pemeriksaan gigi dan mulut setiap 1 tahun 1 kali yaitu setiap tahuan ajaran baru sekolah dan sikat gigi masal tidak dilakukan setiap hari serta tidak ada ada evaluasi terhadap program yang telah dijalankan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan penanganan serius dari tenaga kesehatan di wilayah kerja kecamatan kradenan terhadap program UKGS yang sudah dijalankan yang diharapkan mampu untuk menekan jumlah anak sekolah yang mengalami penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi sehingga angka karies semakin rendah.

4. PENUTUP