Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

(1)

PENGARUH PERILAKU KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR BINAAN UKGS

DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2012

T E S I S

Oleh

EKARINY PRASETYA SITUMORANG 107032117/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH PERILAKU KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR BINAAN UKGS

DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2012

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Ekariny Prasetya Situmorang 107032117/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERILAKU KESEHATAN

TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR BINAAN UKGS DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Ekariny Prasetya Situmorang Nomor Induk Mahasiswa : 107032117

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H) (Drs. Eddy Syahrial, M.S) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 30 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, M.S

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M 3. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERILAKU KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR BINAAN UKGS

DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2012

(Ekariny Prasetya Situmorang) 107032117/IKM


(6)

ABSTRAK

Kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2011 adalah sebesar 61,43%. Tingginya angka karies gigi ini diduga antara lain disebabkan oleh kurang signifikannya dampak pendidikan kesehatan gigi terhadap perubahan perilaku kesehatan murid.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan yang terdiri dari perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid kelas IV dan kelas V SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan yang sedang menderita karies gigi berjumlah 454 orang. Sampel sebanyak 148 murid kelas IV dan Kelas V yaitu di SD 060971 sebanyak 78 responden dan di SD 064023 sebanyak 70 responden, yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner dan pemeriksaan gigi serta dianalisis dengan regresi logistik ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor perilaku sehat dan perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi dan tidak ada pengaruh perilaku sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Disarankan kepada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan untuk meningkatkan tindakan pencegahan karies gigi dan kepada institusi sekolah untuk meningkatkan kerjasama dengan petugas kesehatan dalam peningkatan kegiatan promotif dan preventif dalam rangka pencegahan dan penanggulangan karies gigi.

Kata Kunci : Perilaku Kesehatan, Perilaku Sehat,Perilaku Sakit, Perilaku Peran sakit, Karies Gigi, Murid Sekolah Dasar


(7)

ABSTRACT

The incident of dental carries in the Elementary School students under UKGS (School Dental Health Service) at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan, in 2011, was 61.43%. The high rate of the incident of dental carries is assumed to be caused by the lack of significance in the effect of dental health education on the changing behavior of the students’ health.

The aim of the research was to analyze the influence of healthy behavior which consisted of health behavior, sick behavior, and sick role behavior on the incident of dental carries of the Elementary School students under UKGS at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan. The type of the research was an analytic survey with cross sectional approach. The population was 454 grade-four and grade-five Elementary School students under UKGS at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan, who were affected by dental carries. 148 of them were used as the samples which comprised 78 respondents from SD 060971 and 70 respondents from SD 064023, using purposive sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and performing dental examination and analyzed by using multiple logistic regression tests at α = 5%.

The result of the research showed that there were the influences of health behavior factor and sick role behavior factor on the incident of dental carries, and there was no influence of sick behavior on the incident of dental carries of the Elementary School students under UKGS at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan.

It is recommended that the students of the Elementary School under UKGS at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan, should improve their behaviour to prevent dental carries, and the management of the school should increase the cooperation with health workers to increase promotif anf preventif activity in order to prevent and handle dental carries.

Keywords : Healthy Behavior, Health Behavior, Sick Behavior, Sick Role Behavior, Dental Carries


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul „Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012”.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, Sp.A(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara dan Dr. Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Dr. Evawany Y. Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya.

3. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H dan Drs. Eddy Syahrial, M.S selaku dosen pembimbing, terimakasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan atas waktu, pemikiran dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis, semoga Tuhan yang membalaskan kebaikan beliau dengan kesehatan, kebahagiaan dan umur yang panjang.


(9)

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S selaku dosen penguji yang telah banyak memberi masukan berupa saran dan kritikan demi peningkatan kualitas dan esensi penelitian ini.

5. Torang Lumban Tobing, selaku Bupati Tapanuli Utara yang telah mempercayakan penulis untuk melaksanakan tugas belajar di S2 IKM FKM USU.

6. Jumaga Nainggolan, SKM., M.Si dan dr. Bobbi Simanjuntak selaku atasan penulis di Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, atas kesempatan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis untuk menjalankan tugas belajar di S2 IKM FKM USU.

7. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan Kepala Puskesmas Medan Tuntungan atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya, serta para Teman Sejawat di Puskesmas Medan Tuntungan atas dukungan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini.

8. Kepala SD Negeri No. 065014, Kepala SD Negeri No. 060971 dan Kepala SD Negeri No. 064023 Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah-sekolah tersebut, dan secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Guru D. Sitohang yang telah membantu penulis untuk melakukan akses ke lokasi penelitian.


(10)

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ayah dan Ibu Mertua yang penulis kasihi dan hormati, terimakasih atas segala doa, bantuan, dukungan moril dan materil yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan ini, semoga Tuhan yang membalaskan dengan segala kebaikan dan sukacita.

10.Secara khusus kepada suami tercinta Daniel Hutasoit, ST dan ananda Gratia, Obaja dan Lufiana yang penulis sangat sayangi, terima kasih atas doa, perhatian, semangat, dukungan moril dan material, semoga Tuhan senantiasa menyertai perjalanan keluarga kita menuju masa depan yang lebih baik. 11.Kakak, Abang dan Adik-adik serta Adik-adik ipar yang penulis kasihi,

terimakasih atas dukungan doa, moril dan materil yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan ini.

12.Para pegawai di Perpustakaan Pusat, pegawai KPS, Perpustakaan FKM serta Perpustakaan FKG Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan sehingga mempermudah penulis dalam menyediakan bahan referensi.

13.Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi S2 IKM-FKM USU yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu, terimakasih atas kebersamaan, bantuan dan jalinan persahabatan yang telah terbina selama proses pendidikan, semoga tali silaturahmi ini tetap terjalin selepas pendidikan nantinya.

Kiranya penelitian ini mampu memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak


(11)

kekurangan dan kelemahan. Penulis juga sangat terbuka pada saran dan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak demi peningkatan kualitas penelitian ini.

Medan, Agustus 2012 Penulis,

Ekariny Prasetya Situmorang 107032117/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ekariny Prasetya Situmorang yang dilahirkan pada tanggal 30 September 1979 di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara, anak ke empat dari enam orang bersaudara dari pasangan Ayahanda Amson Situmorang dan Ibunda Sabar S.A Br Sihite.

Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negeri No. 064804 Pangaribuan tahun 1986 dan diselesaikan tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sidikalang tahun 1992 dan diselesaikan tahun 1995, Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Medan tahun 1995 dan diselesaikan tahun 1998. Pada Bulan Agustus Tahun 1998 menempuh masa pendidikan S1 Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara dan diselesaikan tahun 2003, Tahun 2003 menempuh Pendidikan Profesi Dokter gigi di FKG USU dan diselesaikan tahun 2005.

Pada tahun 2006 menjadi PNS di Kabupaten Tapanuli Utara dan bertugas di Puskemas Situmeang Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Tahun 2009 pindah tugas ke Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Mulai Oktober 2010 hingga Agustus 2012 penulis menjalankan tugas belajar di S2 IKM FKM USU.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

RIWAYAT HIDUP ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan.. ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perilaku ... 9

2.1.1 Pengertian Perilaku ... 9

2.1.2 Domain Perilaku ... 11

2.2 Perilaku Kesehatan... 17

2.3 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi ... 21

2.4 Karies Gigi ... 22

2.4.1 Pengertian Karies Gigi ... 22

2.4.2 Etiologi Karies Gigi... 22

2.5 Indeks yang Dipergunakan pada Survey Kesehatan Gigi ... 28

2.6 Pencegahan Karies gigi ... 29

2.7 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) ... 34

2.7.1 Pengertian UKGS ... 34

2.7.2 Tujuan UKGS ... 35

2.8 Landasan Teori... 36

2.9 Kerangka Konsep ... 38

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian... 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 39

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39


(14)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1 Data Primer... 41

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.5.1 Variabel Terikat... 44

3.5.2 Variabel Bebas... 44

3.6 Metode Pengukuran ... 45

3.6.1 Variabel Terikat ... 45

3.6.2 Variabel Bebas ... 45

3.7 Metode Analisis Data ... 48

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

4.1.1 Karakteristik Responden ... 50

4.2 Analisis Univariat ... 51

4.2.1 Perilaku Sehat ... 51

4.2.2 Perilaku Sakit ... 52

4.2.3 Perilaku Peran Sakit ... 52

4.3 Analisis Bivariat... 53

4.4 Analisis Multivariat ... 55

BAB 5 PEMBAHASAN ... 59

5.1 Pengaruh Perilaku Sehat Terhadap Kejadian Karies Gigi ... 59

5.2 Pengaruh Perilaku Sakit Terhadap Kejadian Karies Gigi ... 60

5.3 Pengaruh Perilaku Peran Sakit Terhadap Kejadian Karies Gigi ... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1 Kesimpulan ... 66

6.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Keparahan Karies Gigi 29

2.2 Usaha-usaha Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut 33

3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 40

3.2 Hasil Uji Validitas 42

3.3 Hasil Uji Reliabilitas 43

3.4 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian 48

4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 50

4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Sehat 51

4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Sakit 52

4.4 4.5

Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Peran Sakit Distribusi Frekuensi Kejadian Karies Gigi

53 53 4.6 Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Karies 53 4.7 Pengaruh Faktor Perilaku dengan Kejadian Karies 58


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Etiologi Karies Gigi 23

2.2 Peranan Faktor Perilaku dalam Pencegahan Karies 32

2.3 Faktor-faktor Penyebab Karies 37


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner : Pengaruh Perilaku Kesehatan terhadap Kejadian Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

71

2 Formulir Pemeriksaan Status Karies Gigi 75

3 Master Validitas dan Reliabilitas 76

4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 77

5 Master Data 80

6 7 8

Hasil Uji Statistik

Foto Dokumentasi Penelitian Surat Ijin Penelitian

86 95 102


(18)

ABSTRAK

Kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2011 adalah sebesar 61,43%. Tingginya angka karies gigi ini diduga antara lain disebabkan oleh kurang signifikannya dampak pendidikan kesehatan gigi terhadap perubahan perilaku kesehatan murid.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan yang terdiri dari perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid kelas IV dan kelas V SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan yang sedang menderita karies gigi berjumlah 454 orang. Sampel sebanyak 148 murid kelas IV dan Kelas V yaitu di SD 060971 sebanyak 78 responden dan di SD 064023 sebanyak 70 responden, yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner dan pemeriksaan gigi serta dianalisis dengan regresi logistik ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh faktor perilaku sehat dan perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi dan tidak ada pengaruh perilaku sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Disarankan kepada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan untuk meningkatkan tindakan pencegahan karies gigi dan kepada institusi sekolah untuk meningkatkan kerjasama dengan petugas kesehatan dalam peningkatan kegiatan promotif dan preventif dalam rangka pencegahan dan penanggulangan karies gigi.

Kata Kunci : Perilaku Kesehatan, Perilaku Sehat,Perilaku Sakit, Perilaku Peran sakit, Karies Gigi, Murid Sekolah Dasar


(19)

ABSTRACT

The incident of dental carries in the Elementary School students under UKGS (School Dental Health Service) at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan, in 2011, was 61.43%. The high rate of the incident of dental carries is assumed to be caused by the lack of significance in the effect of dental health education on the changing behavior of the students’ health.

The aim of the research was to analyze the influence of healthy behavior which consisted of health behavior, sick behavior, and sick role behavior on the incident of dental carries of the Elementary School students under UKGS at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan. The type of the research was an analytic survey with cross sectional approach. The population was 454 grade-four and grade-five Elementary School students under UKGS at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan, who were affected by dental carries. 148 of them were used as the samples which comprised 78 respondents from SD 060971 and 70 respondents from SD 064023, using purposive sampling technique. The data were gathered by distributing questionnaires and performing dental examination and analyzed by using multiple logistic regression tests at α = 5%.

The result of the research showed that there were the influences of health behavior factor and sick role behavior factor on the incident of dental carries, and there was no influence of sick behavior on the incident of dental carries of the Elementary School students under UKGS at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan.

It is recommended that the students of the Elementary School under UKGS at Medan Tuntungan Subdistrict, Medan, should improve their behaviour to prevent dental carries, and the management of the school should increase the cooperation with health workers to increase promotif anf preventif activity in order to prevent and handle dental carries.

Keywords : Healthy Behavior, Health Behavior, Sick Behavior, Sick Role Behavior, Dental Carries


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors) di dalam mulut yang berinteraksi satu sama lain. Oleh Newburn (1977) faktor tersebut digolongkan menjadi tiga faktor utama yaitu : gigi dan saliva, mikroorganisme, substrat serta satu faktor tambahan yaitu waktu. Selain faktor di dalam mulut yang selanjutnya disebut faktor dalam, terdapat faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat timbulnya proses karies (Suwelo, 1992).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya yang sangat luas sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat (Meikawati, dkk, 2000). Karies gigi masih merupakan masalah utama dari sekian banyak masalah kesehatan gigi dan mulut di dunia, baik di negara industri maupun negara-negara yang sedang berkembang. Di Indonesia, penyakit gigi dan mulut terutama karies, masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun dewasa. Data Kementerian Kesehatan 2010 menunjukkan, bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 60-80 % dari populasi, serta menempati peringkat ke-6 sebagai penyakit yang paling banyak diderita (www.beritasatu.com/kesehatan/140888-karies-gigi-masalah-kesehatan-serius-di-Indonesia.html).


(21)

Kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Dalam Dunia Kedokteran Gigi telah ditemukan bahwa infeksi pada gigi dan jaringan pendukungnya dapat menyebarkan kuman ke organ tubuh lain melalui aliran darah, seperti ke jantung dan yang lainnya, sehingga menimbulkan infeksi di organ tersebut dan dapat berakibat fatal. Hal ini disebut dengan focal infeksi.

Kesehatan gigi penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh secara umum dan sangat memengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara atau komunikasi yang baik, pengunyahan dan rasa percaya diri. Gangguan kesehatan gigi akan berdampak pada kinerja seseorang (Putri, dkk, 2011). Kondisi gigi yang tidak sehat dapat mengakibatkan keterbatasan fungsi-fungsi tersebut sehingga mengakibatkan terganggunya waktu bekerja atau sekolah.

Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas. Kondisi ini tentu akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, memengaruhi nafsu makan dan asupan makanan sehingga dapat memengaruhi status gizi dan pada akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia.

Anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap karies gigi dan memerlukan perhatian khusus karena usia tersebut merupakan periode gigi bercampur dimana terdapat gigi sulung dan gigi permanen


(22)

secara bersamaan. Gigi sulung yang masih tersisa, misalnya molar kedua sulung, umumnya telah mengalami karies pada tahap yang parah sehingga memengaruhi awal perkembangan karies pada gigi permanen muda. Gigi permanen muda yang baru tumbuh juga mempunyai bentuk anatomi yang memudahkan terjadinya retensi plak dan berkembangnya karies (Kennedy, 1992).

Beberapa indikator dan target pencapaian gigi sehat tahun 2010 ditentukan oleh WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90 % bebas karies gigi; anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (index DMF-T) sebesar satu gigi; penduduk umur 18 tahun tidak satupun gigi yang dicabut (komponen M=0); 90 % penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi yang berfungsi dan < 2 % penduduk yang kehilangan seluruh gigi (edentulous); 75 % penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi yang berfungsi dan < 5 % yang kehilangan seluruh gigi (Depkes RI, 2007).

Berbagai macam tindakan pencegahan telah dikembangkan untuk mengendalikan tingkat prevalensi karies gigi yang terus meningkat di indonesia, diantaranya memberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, aplikasi fluor, kontrol diet dan lainnya. Walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, namun prevalensi karies gigi di Indonesia tetap tinggi.

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi sebesar 90,05 % (Depkes, 2004). Data dari Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, melaporkan bahwa 72 % penduduk Indonesia


(23)

mempunyai pengalaman karies dan 46,5 % diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat dan pada umumnya diderita anak-anak (Depkes, 2007).

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar Propinsi Sumatera Utara tahun 2007, persentase penduduk dengan karies gigi adalah 13,6 % pada kelompok umur 5-9 tahun dan yang mendapat perawatan medis gigi sebanyak 15-9,4 %. Sedangkan pada kelompok umur 10-14 tahun, 14,1 % menderita karies gigi dan hanya 21,0 % diantaranya yang mendapat perawatan medis gigi. Dari data tersebut juga diketahui persentase penduduk kelompok umur 10-14 tahun yang berperilaku benar dalam menggosok gigi hanya 3,5 % (Depkes Propinsi Sumatera Utara, 2007).

Data pemeriksaan gigi dan mulut pada murid SD melalui UKGS di seluruh kabupaten di wilayah Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010, dari sebanyak 1.420.129 orang murid, telah diperiksa sebanyak 375.180 orang atau sebesar 26,42 %, yang menderita karies gigi sebanyak 42.617 orang, dan mendapat perawatan sebanyak 22.560 orang atau sebesar 53,17 %. Jumlah SD yang pernah melakukan sikat gigi massal sebanyak 1490 SD atau sebesar 17,19 % dari total jumlah SD sebanyak 8.869 SD (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2010).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2010 melaporkan bahwa penyakit pulpa dan jaringan periapikal gigi menempati urutan ke-8 dari sepuluh penyakit terbesar di kota Medan, yakni sebanyak 24.296 penderita atau sebesar 3,65 %. Data pemeriksaan gigi dan mulut pada murid SD melalui UKGS, dari sejumlah 36.278 orang murid, telah mendapat pemeriksaan sebanyak 35.690 orang dan 10.723


(24)

orang diantaranya memerlukan perawatan, namun hanya 2884 orang atau 26,90 % yang mendapat perawatan (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2010).

Sesuai dengan teori Blum (1980), bahwa faktor perilaku merupakan faktor kedua yang dapat memengaruhi derajat kesehatan, maka tingginya angka kejadian karies baik di Indonesia maupun di dunia, tidak terlepas dari pengaruh faktor perilaku. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi. Penelitian Warni, 2009, menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tindakan anak sekolah tentang kesehatan gigi terhadap kejadian karies gigi dengan p = 0,048 (< p = 0,05).

Survey pendahuluan yang dilakukan pada 30 orang murid kelas IV dan kelas V SD Negeri No 065014 Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan (April 2012), ditemukan karies gigi pada 25 orang murid, dengan indeks DMF-T rata-rata 5,1. Dari hasil wawancara, 10 orang murid sudah pernah mendapatkan perawatan gigi berlubang baik di puskesmas maupun di klinik sebuah institusi keperawatan gigi yang berlokasi dekat dengan sekolah. Dari 25 murid yang menderita karies tersebut seluruhnya menjawab menyikat gigi dua kali sehari, tetapi hanya 5 orang yang menjawab menyikat gigi pada pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur, yang lainnya menyikat gigi pada waktu mandi pagi dan mandi sore. Makanan jajanan yang dikonsumsi baik di sekolah pada waktu istirahat maupun di lingkungan rumah, didominasi makanan mengandung gula seperti permen, biskuit, permen coklat dan minuman sirup berwarna dengan kemasan plastik.


(25)

Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan dua orang guru Olahraga dan Kesehatan, didapatkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi telah sering dilakukan di sekolah itu baik oleh petugas UKGS dari Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan maupun oleh mahasiswa institusi kesehatan gigi. Adapun penyuluhan terakhir yang pernah dilakukan di sekolah tersebut adalah pada bulan November tahun 2011.

Terjadinya karies gigi memang tidak sepenuhnya tergantung pada perilaku individu, karena banyak faktor lain yang berperan terhadap terjadinya karies gigi. Namun perilaku yang benar tentang kesehatan gigi, sangat berperan dalam proses pencegahan karies gigi baik pencegahan primer, sekunder maupun tertier, bahkan dapat menghentikan proses karies gigi pada tahap awal.

Di wilayah Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan, upaya yang telah dilakukan untuk mengintervensi faktor perilaku adalah pendidikan kesehatan gigi melalui program UKGS. Hasil wawancara dengan dua orang dokter gigi sebagai petugas UKGS di Puskesmas Medan Tuntungan, program UKGS Tahap III telah dilaksanakan secara rutin setiap tahun namun prevalensi karies gigi dari tahun ke tahun tetap tinggi. Data terakhir tentang prevalensi karies gigi (November, 2011) melaporkan, dari 739 orang murid SD yang diperiksa, terdapat 454 orang atau sebesar 61,43 % yang menderita karies gigi (Data UKGS Puskesmas Medan Tuntungan, 2011).

Tingginya angka karies gigi ini diduga antara lain disebabkan oleh kurang signifikannya dampak pendidikan kesehatan gigi yang sudah dilaksanakan terhadap perubahan perilaku anak sekolah tentang kesehatan gigi, sehingga perilaku anak


(26)

sekolah tentang kesehatan gigi tetap buruk dan hal ini berpengaruh terhadap kejadian karies. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh perilaku kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2012.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh perilaku kesehatan yang terdiri dari perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh perilaku kesehatan yang terdiri dari perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh perilaku kesehatan yang terdiri dari perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.


(27)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi murid SD di Kecamatan Medan Tuntungan tentang perilaku yang benar dalam mencegah karies gigi, menanggulangi jika terjadi sakit serta mencari sumber informasi dan pelayanan kesehatan yang tepat berkaitan dengan karies gigi.

2. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan baik di Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan maupun di jajaran Dinas Kesehatan Kota Medan dalam rangka peningkatan program pendidikan kesehatan gigi melalui program UKGS.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

a. Perilaku Dilihat dari Segi Biologis

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau mahluk hidup. Dari sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan dan manusia dapat berperilaku atau melakukan aktivitas masing-masing. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah semua tindakan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

b. Perilaku Dilihat dari Segi Psikologis

Skiner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan organisme tersebut memberi respon, maka teori Skiner disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Respon tersebut dibedakan atas dua jenis yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan atau stimulus tertentu, stimulus ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatitif tetap.


(29)

2. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Menurut Sarwono (2003), perilaku adalah merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).

Perilaku sebagai hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya, wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh atau holistik dan sosial. Namun, ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia. Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena itu, perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri manusia atau unsur kejiwaannya. Meskipun demikian, faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan dalam mengembangkan perilaku manusia (Budiharto, 2010).

Menurut Edberg (2007), selain faktor pengetahuan, sikap dan motivasi individu, perilaku juga dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya dan lingkungan ekonomi. Fokus terkini terhadap bermacam-macam faktor yang memengaruhi


(30)

terbentuknya perilaku disebut model ekologi. Menurut model ini, diasumsikan tidak ada faktor tunggal yang dapat memengaruhi perilaku manusia, melainkan interaksi kompleks antara individu dan lingkungan yang merupakan proses yang terjadi secara bersamaan. Dengan kata lain, perilaku tidak terjadi dengan sendirinya.

c. Perilaku Dilihat dari Bentuk Respon terhadap Stimulus

Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

1. Perilaku Tertutup (covert behaviour) yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut.

2. Perilaku Terbuka (overt behaviour) yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain.

2.1.2 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan perilaku manusia dalam tiga domain (ranah/kawasan) yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian oleh ahli pendidikan indonesia untuk kepentingan praktis dikembangkan menjadi tiga ranah perilaku yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practise) (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Bloom (1908), urutan pembentukan perilaku baru khususnya pada orang dewasa diawali oleh domain kognitif, dimana individu lebih dahulu mengetahui


(31)

stimulus untuk menimbulkan pengetahuan, selanjutnya timbul domain afektif dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya, dan akhirnya timbul respon berupa tindakan atau keterampilan (domain psikomotor) setelah objek diketahui dan disadari sepenuhnya (Maulana, 2009).

Secara ringkas ketiga domain perilaku menurut Bloom (1908) diuraikan sebagai berikut (Maulana, 2009; Notoatmodjo, 2010):

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (knowledge) yaitu hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga, hidung dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Dengan sendirinya, dari saat penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Berdasarkan pengalaman dan penelitian diketahui bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Secara garis besar intensitas pengetahuan seseorang terhadap objek dibagi atas 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2010):

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang


(32)

telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analyze)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Dari hasil penelitian


(33)

terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Pengetahuan tentang kesehatan, adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang tentang cara-cara memelihara kesehatan meliputi jenis penyakit, penyebab dan cara pencegahan baik penyakit menular atau tidak menular; pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dengan masalah kesehatan; pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan dan pengetahuan tentang menghindari kecelakaan (Budiharto, 2010).

b. Sikap (attitude)

Sikap menurut Notoatmodjo (2010) adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).

Menurut Sarwono (2003), sikap adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau negatif terhadap orang, objek atau situasi tertentu.

Campbell (1950) seperti dikutip Notoatmodjo (2010) mendefinisikan sikap sebagai berikut: “an individual’s attitude is syndrome of response consistency with regard to object”, di sini dikatakan bahwa sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon suatu stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.

Allen, Guy dan Edgley (1980) yang dikutip Azwar (2005) menyatakan sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antipatif, predisposisi untuk


(34)

menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Menurut Allport (1954) yang dikutip Notoatmodjo (2010), ada tiga komponen pokok yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya, diuraikan sebagai berikut (Notoatmojo, 2010):

a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan objek

b. Menanggapi (Responding), diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (Valuing), diartikan bahwa subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, kemudian mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk merespon.


(35)

d. Bertanggung jawab (Responsible), merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi yaitu bertanggungjawab terhadap apa yang telah diyakininya, sehingga ia harus berani mengambil risiko bila terjadi risiko lain.

Sikap terhadap kesehatan, adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Pengukuran sikap secara sistematis dilakukan dengan skala yang telah distandarkan. Teknik yang paling umum digunakan adalah skala sikap dari Thurstone (1929) yang disebut The Equal-Appearing Interval dan dari Likert (1932) yang disebut Summated Agreement. Perbedaan pokok dari kedua skala tersebut yaitu pada skala Thurstone digunakan katagori yang terdiri hanya atas dua alternatif jawaban sedangkan pada skala dari Likert tidak menuntut penggunaan katagori oleh penilai. Pada skala Likert, subjek yang diukur sikapnya tidak dibatasi dengan dua alternatif jawaban, akan tetapi subjek dihadapkan pada lima alternatif jawaban, yaitu pilihan jawaban dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju (Budiharto, 2010).

c. Tindakan

Sebagaimana disebutkan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, maka sikap tidak otomatis terwujud dalam tindakan, karena untuk terwujudnya sebuah tindakan diperlukan faktor lain seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan apa yang ia ketahui dan disikapi atau dinilainya baik. Inilah yang disebut praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2003).


(36)

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (Guided Response), yaitu apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism), yaitu apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu secara otomatis maka praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (adoption), yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan sudah merupakan suatu tindakan yang berkualitas. Praktik atau tindakan kesehatan adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui wawancara terhadap kegiatan yang dilakukan beberapa waktu sebelumnya atau secara langsung dengan mengamati tindakan atau kegiatan responden (Budiharto, 2010).

2.2 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai kesehatan (Sarwono, 2003).

Perilaku Kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,


(37)

makanan dan minuman serta lingkungan. Unsur-unsur dalam perilaku kesehatan dapat dijelaskan sebagai berikut (Maulana, 2009):

1. Perilaku terhadap sakit dan penyakit

Perilaku terhadap sakit dan penyakit merupakan respon internal dan eksternal seseorang dalam menanggapi rasa sakit dan penyakit, baik dalam bentuk respon tertutup (sikap, pengetahuan) maupun dalam bentuk respon terbuka (tindakan nyata).

2. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

Merupakan perilaku seseorang dalam memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan, sebagai contoh, melakukan senam pagi setiap hari, kebiasaan sarapan pagi, makan makanan bergizi seimbang dan melakukan meditasi.

3. Perilaku pencegahan penyakit

Adalah segala tindakan yang dilakukan seseorang agar dirinya terhindar dari penyakit, misalnya imunisasi pada balita, melakukan 3 M dan pendekatan spiritual untuk mencegah seks bebas pada remaja.

4. Perilaku pencarian pengobatan

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan, mulai dari mengobati diri sendiri (self treatment) sampai mencari bantuan ahli.


(38)

5. Perilaku pemulihan kesehatan

Merupakan perilaku yang dilakukan untuk mengusahakan agar sakit atau cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

6. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku ini merupakan respon individu terhadap sistem pelayanan kesehatan baik modern atau tradisional, meliputi respon terhadap fasilitas pelayanan, respon terhadap cara pelayanan kesehatan, perilaku terhadap petugas dan respon terhadap pemberian obat-obatan.

7. Perilaku terhadap makanan

Perilaku terhadap makanan meliputi pengetahuan, sikap dan praktek terhadap makanan dan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya sepeti zat gizi, vitamin serta cara pengolahan makanan.

8. Perilaku terhadap lingkungan

Perilaku ini merupakan upaya seseorang untuk merespon lingkungan sebagai determinan agar tidak merugikan kesehatannya, misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, mengelola air minum, tempat pembuangan sampah dan limbah, pembersihan sarang vektor dan sebagainya.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis determinan perilaku kesehatan adalah konsep dari Green (1980), dimana faktor penyebab dari masalah kesehatan terdiri dari faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:


(39)

1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Adalah faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti: status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. 2. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Adalah faktor pendukung yang memungkinkan atau memfasilitasi terbentuknya suatu perilaku atau tindakan, yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya berbagai macam sarana dan prasarana seperti dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan sebagainya.

1. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors)

Adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi ia tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi: faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan, undang-undang ataupun peraturan berkaitan dengan kesehatan.

Snehandu B.Karr menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak dari lima determinan yaitu:

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behaviour intention).

b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

c. Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acessibility of information).


(40)

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (acttion situation)

2.3 Perilaku Pemeliharan Kesehatan Gigi

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya. Dalam konsep ini yang dimaksud dengan kesehatan gigi adalah gigi dan semua jaringan yang ada di dalam mulut, termasuk gusi (Budiharto, 2010).

Menurut Kegeles (1961) yang dikutip Budiharto (2010), ada empat faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan kesehatan gigi yaitu:

a. Merasa mudah terserang penyakit gigi b. Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah

c. Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal d. Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan

Beberapa perilaku untuk pemeliharaan kesehatan gigi antara lain, memilih sikat gigi, menggunakan pasta gigi, melakukan kontrol plak, menggosok gigi dengan waktu dan teknik yang benar, mencari upaya penyembuhan apabila ada keluhan ngilu atau sakit pada gigi, gusi mudah berdarah dan sebagainya (Budiharto, 2010).


(41)

2.4 Karies Gigi

2.4.1 Pengertian Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebakan oleh aktivitas suatu jasa renik, dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan (Kidd dan Bechal, 1992; Pintauli dan Hamada, 2008).

WHO mendefinisikan karies gigi sebagai “localized, post-eruptive, pathologic process of external origin ilvolving softening of hard tooth tissue and proceeding to the formation of a caviti”.

2.4.2 Etiologi Karies

Karies gigi disebut sebagai suatu penyakit multifaktor (multi factorial disease) dimana ada tiga faktor utama yang memegang peranan penting terhadap terjadinya karies yaitu: host atau tuan rumah (gigi dan saliva), agen atau mikroorganisme, subtrat (diet karbohidrat) dan faktor ke empat yaitu waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi dari setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Newburn,1978 dalam Suwelo, 1992; Tarigan, 1991; Panjaitan, 1995; Pintauli dan Hamada, 2008).


(42)

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga PH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan PH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan deminineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai. Karies baru bisa terjadi hanya kalau keempat faktor tersebut ada. Interaksi keempat faktor penyebab tersebut digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling tumpang tindih, seperti terlihat pada gambar 2.1 berikut ini (Kidd dan Bechal, 1992).

Gambar 2.1: Etiologi Karies Gigi a. Host (gigi dan saliva)

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut.


(43)

Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi (Pintauli dan Hamada, 2008).

Kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies. Struktur anatomi gigi terdiri dari lapisan email di bagian terluar gigi dan lapisan dentin yang terdapat di bawah lapisan email. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies, dimana permukaan email yang terluar lebih rentan terhadap terjadinya karies, terutama bentuk permukaan gigi yang sukar dibersihkan (Kidd dan Bechal, 1992).

Dalam keadaan normal, gigi-geligi selalu dibasahi oleh saliva. Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak dipengaruhi oleh lingkungannya terutama saliva, maka peran saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies gigi. Saliva mampu meremineralisasi karies yang masih dini, karena banyak mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi akan meningkat jika ada ion fluor. Selain memengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga memengaruhi PH dalam mulut. Karena itu jika aliran saliva berkurang, akibatnya karies akan tidak terkendali (Kidd dan Bechal, 1992).

Keberadaan fluor dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar fluor yang bergabung dengan email selama pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan fluor tersebut di dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor. Email yang mempunyai kadar fluor lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam, akan tetapi tersedianya fluor disekitar gigi selama proses pelarutan email akan


(44)

memengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses demineralisasi. Disamping itu, fluor dapat memengaruhi proses pembentukan asam oleh bakteri (Kidd dan Bechal, 1992).

b. Mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada gigi yang tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Streptokokus diketahui merupakan penyebab utama karies karena mempunyai sifat asidogenik dan asidurik yaitu resisten terhadap asam (Pintauli dan Hamada, 2008).

Menurut Tarigan (1995), plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak merupakan awal terjadinya karies dimana kolonisiasi bakteri pada plak gigi diketahui sebagai faktor etiologi kunci dalam penyakit mulut, termasuk juga karies.

Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email yang bersih terpapar rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat


(45)

lengket dan dapat membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi dan yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel yang lengket dan akan mengikat berbagai bentuk bakteri yang lain (Kidd dan Bechal, 1992).

c. Substrat

Faktor substrat atau diet dapat memengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat memengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam dan bahan lain yang aktif menyebabkan terjadinya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi (Pintauli dan Hamada, 2008).

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara langsung terlibat dalam penurunan PH. Karbohidrat menyediakan substrat untuk membuat asam bagi mikroorganisme dan sintesa polisakarida ekstra sel. Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel di gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati (polisakarida) relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan meresap


(46)

ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan PH plak dengan cepat sampai level yang menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu, untuk kembali ke PH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan PH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd dan Bechal, 1992).

d. Waktu

Secara umum, karies gigi dianggap suatu penyakit yang kronis pada manusia yang berkembang dalam beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan (Pintauli dan Hamada, 2008).

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri dari atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini (Kidd dan bechal, 1992).


(47)

2.5 Indeks yang Dipergunakan pada Survey Kesehatan Gigi

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan atau kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat dipergunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai yang berat (Pintauli dan Hamada, 2008).

Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Indeks karies yang biasa dipakai adalah Indeks DMF-T untuk gigi tetap dan Indeks def-t untuk gigi sulung (Herijulianti, dkk, 2002).

Indeks DMF-T merupakan indikator penting yang telah ditentukan oleh WHO dan digunakan untuk menggambarkan pengalaman karies gigi seseorang atau kelompok. Semua gigi diperikasa kecuali molar tiga karena biasanya gigi tersebut sudah dicabut atau kadang-kadang tidak berfungsi. Indeks DMF-T dijelaskan sebagi berikut (Herijulianti, dkk, 2002):

D = Decayed, yaitu jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal; karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen dan gigi dengan tumpatan sementara.

M = Missing, yaitu jumlah gigi telah hilang karena karies atau sisa akar yang akan dicabut.

F = Filling, yaitu jumlah gigi yang telah ditambal permanen karena telah terjadi karies dan juga gigi yang sedang mengalami perawatan saluran akar.


(48)

Semakin kecil indeks DMF-T semakin baik, yang artinya keparahan karies semakin rendah, dihitung dengan rumus :

DMF-T rata-rata =

Keterangan:

D = Decayed (gigi berlubang)

M = Missing (gigi telah dicabut karena karies) F = Filling (gigi dengan tumpatan baik) T = Tooth (gigi tetap)

N = Jumlah orang yang diperiksa

Tabel 2.1 berikut ini menjelaskan klasifikasi angka keparahan karies gigi menurut WHO :

Tabel 2.1 Klasifikasi Keparahan Karies Menurut Indeks DMF-T

Tingkat Keparahan DMF-T

Sangat Rendah Rendah

Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

0,8-1,1 1,2-2,6 2,7-4,4 4,5-6,5 6,6 ke atas

2.6 Pencegahan Karies Gigi

Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah. Dasar-dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama penyebab karies yaitu:


(49)

plak, substrat karbohidrat yang sesuai serta kerentanan gigi. Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu, pertama menghilangkan substrat karbohidrat dengan mengurangi frekwensi komsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, kedua dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkannya dengan fluor secara tepat, dan ketiga dengan menghilangkan plak bakteri. Sedangkan faktor waktu adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh individu, mengingat bahwa karies membutuhkan waktu bulanan bahkan tahunan untuk dapat menghancurkan gigi (Kidd dan Bechal, 1992).

Menurut Tarigan (1995), resiko kerusakan gigi yang berkaitan dengan karbohidrat akan sangat berkurang, bila permukaan gigi secara teratur dibersihkan dari plak dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah difermentasikan/dipecah makan makin cepat terjadi proses demineralisasi dari jaringan keras gigi. Frekwensi komsumsi makanan yang mengandung gula harus sangat dikurangi dengan menghindari makanan kecil diantara jam makan. Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Upaya ini dapat memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri penyebab karies.

Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang mengandung fluor memperlihatkan adanya penurunan insidensi karies yang bervariasi antara 17% pada penduduk yang tinggal di daerah mengandung kadar fluor optimum sampai 34% pada penduduk di daerah yang kandungan fluornya nol. Oleh karena itu penggunaan pasta gigi yang


(50)

mengandung fluor harus dianjurkan pada semua orang (Kidd dan Bechal, 1992). Fluor, diketahui mempunyai kemampuan untuk mengubah susunan kimiawi gigi sehingga tidak mudah larut oleh pengaruh asam (Panjaitan, 1995).

Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan memutus rantai tiga faktor utama penyebab karies yaitu host, agent dan substrat untuk saling bertemu dan berinteraksi (Tarigan, 1991; Panjaitan, 1995). Menurut Tarigan (1991), pencegahan karies yang dapat dilakukan individu antara lain; pengaturan diet karbohidrat, melakukan kontrol plak dengan menyikat gigi dengan cara yang benar atau meliputi seluruh permukaan gigi dan waktu yang tepat, penggunaan fluor antara lain dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.

Menurut Panjaitan (1995), pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan prosedur menyikat gigi yang benar serta aplikasi fluor baik secara topikal melalui pemakaian pasta gigi mengandung fluor, kumur-kumur fluor maupun secara sistemik melalui tablet fluor dan fluoridasi air minum.

Houwink (1993), menggambarkan beberapa intervensi perilaku yang berperan dalam mekanisme pencegahan karies, mulai dari tahap awal terjadinya karies sampai perawatannya, dalam skema gambar 2.2 berikut ini:


(51)

Gambar 2.2 Peranan Faktor Perilaku dalam Pencegahan Karies Sesuai dengan Urutan Proses Terjadinya Karies


(52)

Sebagian besar masalah kesehatan gigi dan mulut, termasuk di dalamnya karies gigi, sebenarnya dapat dicegah. Ada banyak cara untuk mengurangi dan mencegah penyakit gigi dan mulut dengan berbagai pendekatan meliputi pencegahan yang dimulai pada masyarakat, perawatan oleh diri sendiri dan perawatan oleh tenaga kesehatan. Usaha-usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut, terdiri dari pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier, seperti penjelasan yang dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini (Putri, dkk, 2011):

Tabel 2.2 Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut

PENCEGAHAN PRIMER PENCEGAHAN SEKUNDER PENCEGAHAN TERTIER INTERVENSI OLEH TIM KESEHATAN GIGI: Pendekatan Individual

- Anjuran diet

- Konseling kontrol plak - Pemeriksaan gigi - Skrining kanker mulut - Diagnostik radiografi -Penutupan ceruk dan

fisura

- Fluoridasi topikal (swa aplikasi dan perawatan dirumah)

- Probing periodontal

-Menghilangkan faktor sekunder lokal,

misalnya tambalan yang menggantung

(overhang)

-Profilaksis

- Pemeriksaan,misalnya tes vitalitas pulpa - Restorasi sealant - Restorasi minimal - Diagnostik radiografi

untuk memantau perkembangan penyakit

- Pulp capping

- Mengisi kartu probing poket periodontal - Skaling sub dan

supragingiva - Anjuran

menghentikan kebiasaan merokok

- Penambalan gigi yang lebih kompleks

- Protesa lepas atau cekat - Ekstraksi gigi

- Pulpotomi -Gigi sulung - Bedah periodontal - Pemberian bahan anti

mikroba

Pendekatan Berbasis Masyarakat

- Fluoridasi air minum - Program menghentikan

merokok

- Skrining kesehatan gigi

Anjuran berhenti merokok melalui media seperti TV dan radio di sekolah


(53)

Tabel 2.2 Lanjutan

Pencegahan

kecelakaan wajah dan mulut dengan menggunakan mouthgurd INTERVENSI KESEHATAN UMUM Program “Menyikat

Gigi untuk kehidupan

yang lebih Sehat”

Skrining untuk kanker Penyediaan perawatan dan dukungan bekelanjutan untuk penyakit terminal

Pendekatan Individual

- Imunisasi

- Pendidikan tentang gizi

Pendekatan Berbasis Masyarakat

- Program imunisasi - Program imunisasi - Program imunisasi

- Kampanye pencegahan kecelakaaan

-- Program gizi seimbang bagi masyarakat

2.7 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) 2.7.1 Pengertian UKGS

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah bagian integral dari Usaha kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada siswa terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar dalam satu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui UKS dengan paket pelayanan dikelompokkan sebagai berikut (Depkes RI, 1997):

1. Paket Minimal UKS yaitu UKGS Tahap I yang Meliputi : a. Pendidikan /Penyuluhan kesehatan gigi mulut.


(54)

2. Paket Standar UKS yaitu UKGS Tahap II yang Meliputi :

a. Pelatihan guru & tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi & mulut. b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.

c. Pencegahan penyakit gigi mulut.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I s/d VI. g. Rujukan bagi yang memerlukan.

3. Paket Optimal UKS yaitu UKGS Tahap III yang Meliputi :

a. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. c. Pencegahan penyakit mulut.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I. e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengan kelas VI.

g. Pelayanan medik gigi dasar sesuai kebutuhan pada kelas terpilih 2.7.2 Tujuan UKGS

Tujuan umum dari pelaksanaan UKGS adalah tercapainya derajat kesahatan gigi dan mulut siswa yang optimal. Adapun tujuan khususnya adalah agar setiap siswa memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut; siswa memiliki sikap


(55)

atau kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut serta siswa mendapat pelayanan medik gigi dasar (Depkes RI, 1997).

2.8 Landasan Teori

Berdasarkan uraian teori tentang terjadinya karies dan faktor-faktor yang berhubungan dengan karies menyebutkan bahwa karies gigi memiliki etiologi multifaktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama: Host (gigi dan saliva), mikroorganisme (plak) dan Substrat (diet), dan faktor tambahan yaitu waktu. Selain faktor-faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor luar yang tidak langsung berhubungan dengan terjadinya karies. Faktor luar tersebut antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Suwelo, 1992; Tarigan, 1991; Pintauli dan Hamada, 2008, dan Budiharto, 2010).

Blum (1974) menyatakan secara garis besar faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat, dikelompokkan menjadi empat yaitu: Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial budaya, politik, ekonomi dan sebagainya; faktor perilaku; pelayanan kesehatan dan faktor hereditas (keturunan). Di negara berkembang, termasuk Indonesia, status kesehatan ini banyak dipengaruhi oleh faktor perilaku di samping faktor lingkungan, sedangkan di negara maju faktor lingkungan cenderung lebih dominan (Zaidin, 2010).

Uraian faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan dalam gambar 2.3 sebagai berikut:


(56)

Faktor Predisposisi Faktor Utama

(Faktor Luar) (Faktor Dalam)

Gambar 2.3 Faktor-faktor Penyebab Karies serta Hubungannya dengan Perilaku

Sumber: Tarigan (1991); Suwelo (1992); Pintauli dan Hamada (2008); Budiharto (2010)

Perilaku kesehatan menurut Notoatmojo (2010), adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lainnya, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

Menurut Becker (1979), perilaku kesehatan diklasifikasikan atas tiga kelompok yaitu:

1. Perilaku sehat (healthy behaviour) yaitu perilaku-perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan meningkatkan kesehatan.

Perilaku

Usia

Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Tingkat Ekonomi Lingkungan

Host (Gigi & Saliva)

Substrat

Mikro Organisme

Waktu


(57)

2. Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau mengatasi masalah kesehatan lainnya.

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behaviour) yaitu mencakup hak dan kewajiban orang yang sedang sakit dalam hal tindakan untuk memperoleh penyembuhan, tindakan untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang tetap dan sebagainya.

2.9 Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Perilaku Sehat

Perilaku Sakit

Perilaku Peran Sakit

Kejadian Karies Gigi (Indeks DMFT):

Tingkat Keparahan Rendah Tingkat Keparahan Tinggi


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku kesehatan terhadap kejadian karies gigi pada murid SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012.

Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional, yang bermaksud mencari hubungan antara suatu keadaan dengan keadaan lain pada saat yang bersamaan dan dalam populasi yang sama, dimana pengumpulan data untuk variabel independent dan variabel dependent dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus (Notoatmodjo, 2005)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 10 SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan, dengan pertimbangan merupakan salah satu kecamatan dengan prevalensi karies yang masih tinggi yaitu sebanyak 454 orang atau sebesar 61,43% dari 739 murid yang diperiksa (Data UKGS Puskesmas Medan Tuntungan, 2011).

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2012, yaitu mulai dari melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.


(59)

3.3 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah semua murid kelas IV dan kelas V SD binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan yang sedang menderita karies berjumlah 454 orang dari 10 SD (Data UKGS Puskesmas Medan Tuntungan, November 2011).

Pertimbangan dalam penentuan populasi ini adalah bahwa murid SD kelas IV dan kelas V rata-rata berusia 10 sampai 12 tahun dimana pada usia tersebut hampir semua gigi permanen telah tumbuh sempurna, dan pada usia tersebut anak sudah bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu seluruh murid kelas IV dan Kelas V yang menderita karies di 2 SD dengan angka karies terbesar dijadikan sampel, yaitu di SD 060971 sebanyak 78 responden dan di SD 064023 sebanyak 70 responden, jadi sampel keseluruhan dalam penelitian ini menjadi 148 responden.

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian No Nama Sekolah Murid yang

Diperiksa

Murid dengan Karies Gigi

Jumlah Sampel

1 SD 060971 145 78 78

2 SD 064023 114 70 70

3 SD 064025 78 57

4 SD 064026 71 52

5 SD 065015 79 46

6 SD 067247 62 37

7 SD 067246 63 36

8 SD ELIDA 48 31

9 SD 065014 45 28

10 SD 066428 34 19


(60)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data yang dikumpulkan adalah data primer baik untuk variable bebas maupun variable terikat. Data primer untuk variable bebas adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden melalui kuesioner, dikumpulkan oleh peneliti berupa data perilaku sehat, perilaku sakit dan perilaku peran orang sakit tentang karies gigi. Sedangkan data primer untuk variable terikat yakni data angka karies gigi dalam bentuk indeks DMFT dikumpulkan peneliti dengan melakukan pemeriksaan gigi pada seluruh responden, menggunakan alat-alat pemeriksaan gigi dan dicatat dalam lembar pemeriksaan status karies gigi (DMFT).

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Pearson, sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji Cronbach’Alpha. Teknik ini bertujuan untuk menguji apakah tiap item pertanyaan dalam kuesioner benar-benar dapat mengukur faktor yang akan diukur dan konsisten menyatakan hasil ukur. Pertanyaan dalam kuesioner akan disebut valid atau reliable, jika nilai korelasi atau alpha pertanyaan tersebut lebih besar dari nilai table. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang murid kelas IV dan kelas V di SD Negeri No 065014 Namogajah Kecamatan Medan Tuntungan.

a. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara


(1)

memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak, misalnya dengan memperhatikan jenis jajanan anak.

Hal ini sesuai menurut Ratih (2008), bahwa orangtua dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya karies gigi pada anak misalnya dengan membantu menggosok gigi anaknya dengan menggunakan sikat gigi yang berbulu lembut dan pasta gigi yang mengandung fluoride seukuran kacang polong sampai selesai secara sempurna.

Pada kenyataannya peran orangtua kurang maksimal dalam pencegahan karies gigii. Kemungkinan hal ini terjadi disebabkan oleh tingkat pengetahuan orangtua yang kurang tentang kesehatan gigi. Hal ini penting menjadi masukan dalam kegiatan UKGS yang akan datang, agar pesan-pesan kesehatan gigi yang disampaikan melalui program UKGS dapat sampai ke orangtua murid, misalnya dengan membagikan brosur yang bisa dibawa pulang oleh murid dan dibaca oleh orangtua.


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian karies di Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan adalah faktor perilaku, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh antara faktor perilaku sehat terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

2. Ada pengaruh antara faktor perilaku peran sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

3. Tidak ada pengaruh antara faktor perilaku sakit terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

4. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian karies gigi pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, adalah perilaku sehat.

6.2 Saran

1. Perlu peningkatan upaya promotif pada murid Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, agar tindakan-tindakan pencegahan karies gigi dapat ditingkatkan seperti penyikatan gigi yang benar dan


(3)

teratur serta pemilihan makanan selingan yang baik untuk kesehatan gigi serta secara rutin memeriksakan gigi ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi.

2. Pembinaan UKS khusus tentang kesehatan gigi oleh Dinas Kesehatan setempat melalui puskesmas perlu ditingkatkan, dengan memprioritaskan kegiatan berupa promotif dan preventif.

3. Pelatihan tentang kesehatan gigi pada pihak sekolah, khususnya guru olah raga dan kesehatan yang dilibatkan dalam kegiatan UKGS perlu dilaksanakan secara berkesinambungan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S., 2005. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Jogyakarta: Pustaka Pelajar

Berita Satu TV Live Streaming., 2011. Karies Gigi Masalah Kesehatan serius di Indonesia.Diakses pada 11 april 2012 ; www.beritasatu.com/kesehatan/140888-karies-gigi-masalah-kesehatan-serius-di-Indonesia.html

Budiharto., 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi, Jakarta: EGC

________., 2010. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta: EGC

Dep. Kes RI., 1997. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah, Jakarta

Din. Kes Propinsi Sumatera Utara., 2008. Riset Kesehatan Dasar Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2007

_______________________________., 2011. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2010

Din. Kes Kota Medan., 2011. Profil Kesehatan Kota Medan, Tahun 2010

Edberg, M., 2010. Buku Ajar Kesehatan Masyarakat; Teori Sosial dan Perilaku, (Alih Bahasa Hasan, A, dkk), Jakarta: EGC

Elfindri., Hasnita E., Abidin, Z., Machmud, R., Elmiyasna., 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Baduose Media

Fankari., 2004. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Stimulasi dan Demonstrasi Terhadap Perubahan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Sekolah Dasar. Karya Tulis Ilmiah DIVPerawat Pendidik UGM

Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S., 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi, Jakarta: EGC


(5)

Houwink, B., 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan (Alih Bahasa Abyono, R), Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Kidd, E.A.M, and Bechal, S.J., 1992. Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya ( Alih Bahasa Suwawinata, N & Faruk,S), Jakarta: EGC Kennedy, D.B., 1992. Konservasi Gigi Anak, Jakarta: EGC

Meikawaty, W., Sayono., Nurulita, U., 2000. Hubungan Konsumsi Kalsium dalam Makanan dan Minuman dengan Keparahan Karies Gigi pada Murid Kelas IV dan Kelas V SDN Melati Kidul 1 dan 2 Kudus.(Jurnal Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang) diakses 3 April 2012; http://jurnal.unimus.ac.id

Monang, P., 1995. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal, Medan: USU Press

_________., 1995. Ilmu Pencegahan Karies Gigi, Medan: USU Press

Notoatmodjo, S., 2003. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta

___________ ., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta ___________ ., 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skrpsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Pintauli, S dan Hamada, T., 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat; Pencegahan dan Pemeliharaan, Medan: USU Press

Puskesmas Medan Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan., 2011. Data Cakupan Program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Tahun 2011. Putri, M.H., Herijulianti, E., Nurjannah, N., 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan pendukung Gigi, Jakarta: EGC


(6)

Riyanti E., 2004. Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. Diakses pada 27 Juli 2012; http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads /publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20Kesehatan%20GigiAn ak %20Sejak%20Dini.pdf.

Ratih A., 2000. Beberapa Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Hipocrates

Riduwan., 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta

_______., 2011. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta

Riwidikdo, H., 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendika Press.

Sarwono, S., 2003. Sosiologi Kesehatan, Konsep Baru Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Sihite, H.J.P., 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi Susu dan Strategi Penanggulangannya pada Anak-Anak di Kabupaten Kepulauan Riau Tahun 2005. Tesis Universitas Sumatera Utara. Medan

Soebroto, 2009. Apa yang Tidak Dikatakan Dokter tentang Kesehatan Gigi Anda.

Book Marks, Yogyakarta.

Suwelo, I.S., 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagai Faktor Etiologi; Kajian pada Anak Usia Pra Sekolah, Jakarta: EGC

Tarigan, R., 1991. Karies Gigi, Jakarta: Hipokrates

Warni, L., 2009. Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V dan VI pada Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009. Tesis Universitas Sumatera Utara. Medan Zaidin H.A., 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Masyarakat dan Promosi Kesehatan, Jakarta: Trans Info Media


Dokumen yang terkait

Peran Petugas Kesehatan, Guru Dan Orang Tua Dalam Pelaksanaan UKGS Dengan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar Di Kota Medan Tahun 2009

7 92 144

PERBEDAAN KASUS KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR YANG MEMILIKI KEGIATAN UKGS DAN TIDAK MEMILIKI KEGIATAN UKGS DI KECAMATAN ENGGAL BANDAR LAMPUNG

12 50 63

PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM Perbedaan Keparahan Karies Gigi Pada Anak di Sekolah Dasar yang Sudah Melaksanakan UKGS dan Belum Melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan Tahun 2016 (Observ

0 2 16

PERBEDAAN KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR YANG SUDAH MELAKSANAKAN UKGS DAN BELUM Perbedaan Keparahan Karies Gigi Pada Anak di Sekolah Dasar yang Sudah Melaksanakan UKGS dan Belum Melaksanakan UKGS di Kecamatan Kradenan Tahun 2016 (Observ

1 4 12

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 17

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 2

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 8

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 30

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012 Chapter III VI

0 0 29

Pengaruh Perilaku Kesehatan Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Binaan Ukgs Di Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

0 0 3