HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Skripsi

33

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasaan mengenai distribusi frekuensi dan persentase faktor risiko stroke, hubungan faktor risiko terhadap kejadian stroke, dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stroke pada 66 pasien stroke yang dirawat inap di RA 4 RSUP Adam Malik Medan. 5.1 Hasil penelitian 5.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase faktor risiko stroke terhadap kejadian stroke. Usia dibagi menjadi empat, yaitu : dewasa awal 1,5, dewasa akhir 4,5, lansia awal 21,2, lansia akhir 48,5, manula 24. Jenis kelamin laki – laki 37,9, perempuan 62,1, riwayat hipertensi 53, riwayat hiperkolesterolemia 10,6, riwayat penyakit jantung 12,1, riwayat diabetes melitus 7,6, riwayat merokok 18,2, riwayat konsumsi alkohol 9,1. Universitas Sumatera Utara 34 Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor Risiko stroke terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan n = 66 Variabel Frekuensi Persentase Usia 26 – 35 36 - 45 46 – 55 55 – 65 65 1 3 14 32 16 1,5 4,5 21,2 48,5 24,2 Jenis kelamin Laki – laki Perempuan Riwayat stroke di keluarga Ya Tidak Riwayat hipertensi Ya Tidak 25 41 7 59 35 31 37,9 62,1 10,6 89,4 53 47 Riwayat hiperkolestrolemia Ya Tidak Riwayat penyakit jantung Ya Tidak 7 59 8 58 10,6 89,4 12,1 87,9 Riwayat DM Ya Tidak 5 61 7,6 92,4 Riwayat merokok Ya Tidak 12 54 18,2 81,8 Riwayat konsumsi alkohol Ya Tidak Riwayat aktivitas fisik Tidak 6 60 66 9,1 90,9 100 Universitas Sumatera Utara 35 5.1.2 Hubungan faktor risiko terhadap kejadian stroke Hubungan faktor risiko dengan kejadian stroke dapat nilihat dari nilai signifikansi, yaitu 0,05. Tabel 5.1.2. Hubungan Faktor Risiko Stroke terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan n = 66 Variabel Kejadian Stroke OR Sig Stroke Tidak Stroke N N Usia 55 55 8 25 24,2 75,8 10 23 30,3 69,7 1,359 0,782 Jenis kelamin Pr Lk 17 16 51,5 48,5 24 9 72,7 27,3 0,398 0,128 Riwayat stroke keluarga Ada Tidak 3 30 9,1 90,9 4 29 12,1 87,9 0,725 0,689 Riwayat hipertensi Ada Tidak 24 9 72,7 27,3 11 22 33,3 66,7 5,333 0,001 Riwayat hiperkolesterolemia Ada Tidak 2 31 6,1 93,9 5 28 15,2 84,8 0,361 0,230 Riwayat penyakit jantung Ada Tidak 7 26 21,2 78,8 1 32 3 97 8,615 0,024 Riwayat DM Ada Tidak 2 31 6,1 93,9 3 30 9,1 90,9 0,645 0,642 Riwayat merokok Ada Tidak 9 24 27,3 72,7 3 30 9,1 90,9 3,750 0,056 Riwayat konsumsi alkohol Ada Tidak 5 28 15,2 84,8 1 32 3 97 5,715 0,199 adalah nilai signifikan 0,05 Universitas Sumatera Utara 36 5.1.3 Faktor risiko stroke yang dominan berpengaruh terhadap kejadian stroke Untuk mengetahui hubungan faktor risiko terhadap kejadian stroke dapat dilihat dari nilai signifikan. Variabel independen yang mempunyai nilai signifikan 0,25 memiliki hubungan terhadap varianel independen. Jenis kelamin laki – laki memiliki hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,078. Riwayat hipertensi memiliki hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,002. Riwayat hiperkolestrolemia memiliki hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,245. Riwayat penyakit jantung memiliki hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,051. Riwayat merokok memiliki nilai signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,067. Dan riwayat konsumsi alkohol memiliku hubungan terhadap kejadian stroke dengan nilai signifikan 0,122. Variabel independen yang memiliki nilai signifikan terhadap variabel dependen secara langsung dapat dimasukkan kedalam model multivariat. Universitas Sumatera Utara 37 Tabel 5.1.3.1 Hubungan Faktor Risiko Stroke terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan n = 66 Variabel Sig Usia 0.483 Jenis kelamin 0.079 Riwayat stroke di keluarga 0.690 Riwayat hipertensi 0.002 Riwayat hiperkolesterolemia 0.245 Riwayat penyakit jantung 0.051 Riwayat penyakit DM 0,644 Riwayat merokok 0.067 Riwayat Konsumsi alcohol 0.122 Menentukan faktor risiko dominan dilakukan dengan beberapa langkah.1 Memasukkan variabel independen yang memiliki hubungan terhadap variabel dependen ke dalam model. 2 Mengeluarkan variabel independen yang tidak signifikan dari model secara berurutan satu persatu dari nilai signigfikan yang terbesar. 3 selanjutnya melakukan penilaian konfonding, dengan cara mengeluarkan variabel satu per satu dimulai dari variabel yang memiliki nilai signifikan terbesar, bila setelah dikeluarkan diperoleh nilai odds ratio variabel utama antara sebelum dan sesudah variabel kovarian dikeluarkan lebih besar dari 10 , maka variabel tersebut dinyatakan sebagai konfonding dan harus tetap berada dalam model. Setelang langkah – langkah diatas dilakukan, maka didapati model terahir. Untuk melihat variabel mana yang paling besar pengaruhnya Universitas Sumatera Utara 38 terhadap variabel independen, dilihat dari nilai exp B untuk variabel yang signifikan. Dari hasil analisis didapati Riwayat hipertensi dengan nilai signifikan sebesar 0,006 dan exp B 5,389 yang paling besar terhadap kejadian stroke. Tabel 5.1.3.2 Faktor Risiko Dominan terhadap Kejadian Stroke di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan Uji Regresi Logistik n = 66 Variabel Sig EXP B Riwayat hipertensi 0,006 5,389 Riwayat penyakit jantung 0,062 9,306 Riwayat merokok 0,242 3,190 Riwayat Konsumsi alkohol Jenis kelamin 0,326 0,114 4,310 0,377 adalah faktor dominan Universitas Sumatera Utara 39 5.2 Pembahasan 5.2.1 Hubungan usia terhadap kejadian stroke Pada penelitian ini, usia tidak memiliki hubungan yang yang signifikan terhadap kejadian stroke. Berdasarkan analisis bivariat diproleh nilai p = 0,782 dan nilai OR = 1,359. Usia 55 tahun meningkatkat risiko 1,3 kali lebih besar dibandingkan dengan usia 55 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aisyah 2012 yang mendapatkan bahwa kelompok usia 55 tahun berisiko adalah 3,6 kali dibandingakan kelompok umur 55 tahun. Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan usia berhubungan dengan proses penuaan, dimana semua organ tubuh mengalami kemunduran fungsi trmasuk pembuluh darah otak. 5.2.2 Hubungan jenis kelamin terhadap kejadian stroke Pada penelitian ini jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke karena nilai p yang didapatkan adalah 0,128 tetap jenis kelamin perempuan memilki risiko 0,3 kali dibandingkan dengan laki – laki. Perempuan terkena stroke disebabkan karena faktor hormon. Perempuan akan menyusul setelah usia mereka mencapai monopouse. Hormon melindungi perempuan sampai mereka melewati masa – masa melahirkan. Laki – laki terkena stroke juga disebabkan karena persentasi laki – laki yang merokok dan mengkonsumsi alkohol lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Rokok dan alkohol dapat menyebabkan hipertensi dan arterosklerosis yang menyebabkan terjadinya stroke. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aisyah 2012 bahwa jenis kelamin Universitas Sumatera Utara 40 tidak memiliki hubungan terhadap kejadian stroke. Hal ini terjadi karena stroke disebabkan oleh multifaktorial, bukan hanya karena jenis kelamin, diantaranya karena penyakit pembuluh darah seperti hipertensi dan jantung. 5.2.3 Hubungan riwayat stroke di keluarga terhadap kejadian stroke Pada penelitian ini, riwayat stroke dikeluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai p = 0,689 dan OR = 0,7 kali berisko tehadap kejadian stroke dibanding yang tidak memiliki riwayat stroke di keluarga. Adanya riwayat stroke pada orang tua, meningkatkan faktor risiko terjadinya stroke. Hal ini diperkirakan melalui beberapa mekanisme antara faktor genetik 5.2.4 Hubungan riwayat hipertensi terhadap kejadian stroke Pada penelitian ini, hipertensi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke. Nilai p value yang didapatkan adalah 0,001 dan nilai OR = 5,3 kali lebih berisiko dibandingkan dengan faktor risiko lain. Hipertensi menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena adanya tekanan darah karena adanya tekanan darah yang melebihi batas normal dan pelepasan kolagen. Endotel yang terkelupas menyebabkan membran basal yang bermuatan positif menarik trombosit yang bermuatan negatif menarik, sehingga terjadi agregasi trombosit. Selain itu terdapat pelepasan trombokinase sehingga menyebabkan gumpalan darah yang stabil dan bila pembuluh darah tidak kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi akan berakibat fatal pecahnya pembuluh darah pada otak maka terjadilah stroke. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Muhammad 2011 sebanyak 80 Universitas Sumatera Utara 41 pasien stroke mengalami hipertensi dan hipertensi memiliki hubungan terhadap kejadian stroke. Terjadinya hipertensi disebabkan karena kecenderungan pasien mengkonsumsi garam yang berlebihan, obesitas, tingkat stres yang tinggi, kolesterol dan diabetes. Reaksi orang terhadap asupan garam yang ada di dalamnya yang memliki batas yang tinggi berpengaruh terhadap tekanan darah. 5.2.5 hubungan riwayat hiperkolestrolemia terhadap kejadian stroke Pada penelitian ini, hiperkolesterolemia tidak memiki hubungan yang signifiak terhadap kejadia stroke dengan nilai p value = 0,230 dan OR = 0,3 kali lebih berisko terhdap kejadian stroke dibandingkan yang tidak hiperkolesterolemia. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Muhammad 2011. Pada penelitian Muhammad hiperkolesterolemia berhubungan dengan kejadian stroke. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang ada dalam tubuh manusia. Lemak mempunyai manfaat sebagai salah satu sumber enegi yang memberikan kalori yang cukup tinggi bagi lemak tubuh. Lemak, khususnya kolesterol dibutuhkan untuk pembentukan dinding sel dalam tubuh dan sebagai bahan dasar pembentukan hormon steroid. Akan tetapi, bila kolesterol dalam tubuh berlebihan maka, kelebihan kolesterol tersebut akan disimpan di dalam pembuluh darah. Jika kelebihan tersebut tidak terkontrol maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut arterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Universitas Sumatera Utara 42 5.2.6 Hubungan riwayat penyakit jantung terhadap kejadian stroke Pada penelitian ini, penyakit jantung memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke deng nilai p = 0,024 dan nilai OR = 8,6 kali lebih berisko meningkatkan stroke dibandingkan dengan faktor risiko lain. Penyakit jantung terjadi akibat penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah arteri pada organ jantung, menyebabkan aliran darah ke jantung terganggu sehingga menimbulkan efek kehilangan oksigen ke jantung karena aliran darah kejantung melalui arteri berkurang. Hal tersebut menyebabkan gangguan fungsi jantung seperti hanya kemampuan jantung memompa darah, dan kerusakan sistem yang mengontrol irama jantung. Dalam penelitian riwayat penyakit jantung, peneliti tidak meneliti jenis riwayat penyakit jantung yang dimiliki pasien. Oleh sebab itu, hal ini menjadi salah satu keterbatasan penelitian. 5.2.7 Hubungan riwayat Diabetes Melitus terhadap kejadian stroke Pada penelitian ini, riwayat diabetes melitus tidak memiliki hubungna yang signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai p = 0,642, ttapi berisko 0,6 kali dibandingkan yang tidak memiliki riwayat diabets melitus. Diabetes melitus dapat menimbulkan perubahan pada sistem vaskular. Diabets melitus mempercepat terjadinya arterisklerosis yang lebih berat. Penlitian ini sejalan dengan penelitian Leny 2011 yang menyatakan bahwa diabetes melitus tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian stroke. Diabetes melitus tidak secara langsung menyebabkan stroke, karena penderita diabetes Universitas Sumatera Utara 43 akan terlebih dahulu mengalami hipertensi dan inilah yang akan menyebabkan stroke. 5.2.8 Hubungan riwayat merokok dengan kejadian stroke Pada penelitian ini, merokok tidak memiki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai p = 0,056 dan OR = 3,7 kali lebih berisko terhadap kejadian stroke dibandingkan yang tidak merokok. Pasien yang memiliki kebiasaan merokok dapat menyebabkan aterosklerosis. Perlu diketahui, rokok memicu produksi fibrinogen faktor penggumpal darah sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis inilah yang memicu terjadinya stroke. Dalam penelitian ini, pasien yang mengaku memiliki riwayat merokok memiliki persentase yang kecil. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Mutmainna 2011 pasien yang memiliki riwayat merokok mmiliki hubungan terhadap kejadian stroke. Pada penelitian Mutmainna, respondennya adalah pasien stroke dan perokok aktif. 5.2.9 Hubungan riwayat Konsumsi alkohol terhadap kejadian stroke Pada penelitian ini, kosumsi alkohol tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stroke dengan nilai p = 0,199 dan OR = 5,7 kali berisiko dibandinkan dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien stroke yang memiliki riwayat konsumsi alkohol memiliki persentase yang kecil. Nilai tersebut menyatakan bahwa alkohol tidak memiliki peran secara langsung terhadap kejadian stroke. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ivana 2012, Ivana mengatakan bahwa konsumsi alkohol tidak berperan Universitas Sumatera Utara 44 langsung dalam terjadinya stroke tetapi konsumsi alkohol berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Pada penelitian Ivana ini juga didapati bahwa pengkonsumsi alkohol sedang dan berat dapat meningkatkan tekanan sistol maupun diastol sebanyak 5 – 10 mmHg. 5.2.10 Faktor risiko dominan terhadap kejadian stroke Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian stroke pada penelitian ini adalah riwayat hipertensi. Suatu peningkatan tekanan darah meningkatkan risiko penyakit jantung , penyakit ginjal, pengerasan dari arteri dan stroke. Makin tingginya tekanan darah, makin tinggi kemungkinan terjadinya stroke, baik perdarahan maupun iskemik Misback, 1999. Pengendalian tekanan darah dapat mengurangi 38 insiden stroke Black Hawks, 2005. Penelitian ini bertolak belakang dengan peneltian Muhammad 2011. Pada penelitian Muhammad, faktor risiko yang dominan adalah hiperkolestrolemia. Terjadinya hiperkolestrolemia disebabkan karena kecenderungan pasien mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. Universitas Sumatera Utara 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN