Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

Pasal 1 Angka 1 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyatakan: Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Pengertian mengenai perlindungan konsumen juga terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 merupakan peraturan pelaksana dari Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Pengertian perlindungan konsumen juga terdapat dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen dengan yang terdapat Peraturan Pemerintahan Nomor 58 Tahun 2001 adalah sama, perlindungan konsumen adalah upaya untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Perlindungan hukum terhadap konsumen adalah segala upaya hukum untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam memberi perlindungan hukum kepada konsumen. Perlindungan hukum terhadap konsumen menjadi penting manakala hak konsumen dilanggar dan tidak memenuhi kewajibannya.

2. Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum perlindungan konsumen mempunyai tujuan untuk melindungi konsumen secara langsung dan pelaku usaha secara tidak langsung. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa Perlindungan konsumen bertujuan: a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari akses negatif pemakaian barang danatau jasa; c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen; d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; e. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; f. Menumbuhkan kesadaran mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; g. Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan isi dari pembangunan nasional karena tujuan perlindungan konsumen yang ada merupakan sasaran akhir yang harus dicapai dalam pelaksanaan pembangunan di bidang hukum perlindungan konsumen. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen terdapat asas atau kaidah hukum perlindungan konsumen, agar tidak menyimpang dari tujuan perlindungan konsumen, yang menyebutkan bahwa: Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 lima asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu: 1. Asas manfaat; dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan secara keseluruhan. 2. Asas keadilan; dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. 3. Asas keseimbangan; dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual. 4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen; dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan kenyamanan kepada penumpang dalam menggunakan barang danatau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5. Asas kepastian hukum; dimaksudkan agar baik maupun konsumen dapat menuruti aturan hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Kelima asas dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen bila diperhatikan substansinya dapat dikelompokkan menjadi tiga asas yang berlaku antara lain: 1. Asas kemanfaatan yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan keselamatan konsumen ataupun penumpang. 2. Asas keadilan yang meliputi asas keseimbangan. 3. Asas kepastian hukum. Dalam hukum ekonomi keadilan disejajarkan dengan asas keseimbangan, kemanfaatan disejajarkan dengan asas maksimalisasi dan kepastian hukum disejajarkan dengan asas efisiensi. Adanya hukum perlindungan konsumen dengan Undang–Undang Perlindungan Konsumen menjaminan kepada konsumen berupa kepastian hukum atas perlindungan konsumen. Hal tersebut dikarenakan kedudukan konsumen lebih lemah dibandingkan dengan pelaku usaha. Hukum perlindungan konsumen dapat dijadikan sarana pendidikan baik itu secara langsung maupun tidak langsung, baik bagi konsumen maupun sehingga apa yang menjadi tujuan hukum perlindungan konsumen dapat tercapai. Berdasarkan uraian mengenai perlindungan konsumen di atas, konsumen berada di titik terlemah dalam proses tawar menawar dan penjualan baik itu barang maupun jasa. Konsumen sering kali tidak mengetahui permainan para yang kadang hanya ingin mementingkan usaha mereka sendiri tanpa memikirkan mengenai para konsumen yang akan menggunakan produk usaha mereka. Maka dari itu terbitlah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat sebagai konsumen dalam memilih dan menggunakan produkjasa yang diberikan oleh para pelaku usaha.

B. Hukum Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum terhadap Penumpang sebagai Pengguna Jasa Angkutan Umum pada Pengangkutan Darat (Studi pada CV. PAS Transport)

5 75 134

Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan - Tarutung)

1 85 116

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ANGKUTAN UMUM (STUDI PADA ANGKUTAN UMUM JURUSAN JATINGALEH UNNES)

0 10 122

Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Pemilik Mobil Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum (Studi Pada Pemilik Kendaraan Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum Di Bandara Kualanamu International Airport)

4 15 96

PERBANDINGAN TARIF ANGKUTAN UMUM (BUS DAN MOBIL PENUMPANG UMUM) BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL PERBANDINGAN TARIF ANGKUTAN UMUM (BUS DAN MOBIL PENUMPANG UMUM) BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) (Studi Kasus Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Bara

1 5 14

ANALISIS KETERTARIKAN PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN ANALISIS KETERTARIKAN PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN (STUDI KASUS BIS TRANSJOGJA).

0 3 18

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUMPANG JASA ANGKUTAN UMUM KERETA API DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

4 32 119

Perlindungan Hukum terhadap Penumpang sebagai Pengguna Jasa Angkutan Umum pada Pengangkutan Darat (Studi pada CV. PAS Transport)

0 0 11

Perlindungan Hukum terhadap Penumpang sebagai Pengguna Jasa Angkutan Umum pada Pengangkutan Darat (Studi pada CV. PAS Transport)

0 0 10

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TAKSI

0 0 15