Upaya Penanggulangan Kejahatan TINJAUAN PUSTAKA

kriminal, maka politik hukum pidana identik dengan pengertian “kebijakan penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana”. Usaha penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana pada hakikatnya juga merupakan bagian dari usaha penegakan hukum khususnya penegakan hukum pidana. Oleh karena itu, sering pula dikatakan bahwa politik atau kebijakan hukum pidana merupakan bagian pula dari kebijakan penegakan hukum law enforcement policy. Di samping itu, usaha penanggulangan kejahatan lewat pembuatan undang-undang hukum pidana pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari usaha perlindungan masyarakat social welfare. 27 Kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa dikenal dengan istilah “politik kriminal” dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas, mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewa t jalur “non penal” lebih bersifat tindakan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global, maka upaya-upaya nonpenal menduduki posisi kunci dan strategis dari keseluruhan upaya politik kriminal. 28 Salah satu jalur “nonpenal” untuk mengatasi masalah-masalah sosial adalah lewat jalur “kebijakan sosial” social policy. Kebijakan sosial pada dasarnya adalah kebijakan atau upaya-upaya rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Jadi identik dengan kebijakan atau perencanaan pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek yang cukup luas dari pembangunan. 27 Ibid. hlm. 28. 28 Ibid. hlm. 42. Salah satu aspek kebijakan sosial yang kiranya patut mendapat perhatian ialah penggarapan masalah kesehatan jiwa masyarakat social hygiene, baik secara individual sebagai anggota masyarakat maupun kesehatankesejahteraan keluarga , serta masyarakat luas pada umumnya. 29 Upaya-upaya nonpenal dapat ditempuh dengan menyehatkan masyarakat lewat kebijakan sosial dan dengan menggali berbagai potensi yang ada di dalam masyarakat itu sendiri, dapat pula upaya nonpenal itu digali dari berbagai sumber lainnya yang juga mempunyai potensi efek-preventif. Beberapa pendapat dan hasil penelitian berikut ini patut kiranya mendapat perhatian : a. Rubin menyatakan, bahwa pemidanaan apapun hakikatnya, apakah dimaksudkan untuk menghukum atau untuk memperbaiki sedikit atau tidak mempunyai pengaruh terhadap masalah kejahatan. b. Schultz menyatakan, bahwa naik turunnya kejahatan di suatu Negara tidaklah berhubungn dengan perubahan-perubahan di dalam hukumnya atau kecenderungan-kecenderungan dalam putusan-putusan pengadilan, tetapi berhubungan dengan bekerjanya atau berfungsinya perubahan-perubahan kultural yang besar dalam kehidupan masyarakat. c. Johannes Andenaes menyatakan bahwa bekerjanya hukum pidana selamanya harus dilihat dari keseluruhan konteks kulturalnya, ada yang saling pengaruh antara hukum dengan faktor-faktor lain membentuk sikap dan tindakan-tindakan kita. d. Menurut S. R. Brody, dari sembilan penelitian mengenai pemidanaan yang diamaati olehnya, lima di antaranya menyatakan bahwa lamanya 29 Ibid. hlm. 46. waktu yang dijalani di dalam penjara tampaknya tidak berpengaruh pada adanya penghukuman kembali reconvition. Beberapa pendapat dan hasil penelitian di atas cukup beralasan kiranya untuk terus-menerus menggali, memanfaatkan dan mengembangkan upaya-upaya nonpenal untuk menanggulangi kekurangan dan keterbatasan sarana penal. 30 30 Ibid. hlm. 50-52.

III. METODE PENELITIAN

Metode merupakan salah satu bentuk atau cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan suatu penelitian untuk dapat membantu mengolah dan menyimpulkan data-data yang dapat memecahkan suatu permasalahan. 1

A. Pendekatan Masalah

Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara menelaah atau mempelajari keterkaitan asas-asas hukum, teori-teori, konsep-konsep, dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 2 Penelitian yuridis empiris dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung di lapangan, yaitu melihat secara langsung mengenai faktor-faktor penyebab tindak pidana persetubuhan sedarah dan upaya penanggulangan terhadap tindak pidana persetubuhan sedarah di wilayah Kalianda Lampung Selatan yang meliputi Hakim Pengadilan Negeri Kalianda, Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kalianda, Tokoh Masyarakat Setempat Ketua RT, PelakuKorban, Psikolog, serta Akademisi Hukum Universitas Lampung. 1 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Op cit. hlm 5. 2 Ibid. hlm. 202.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan. Jenis data yang dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. 3 Jenis data pada penulisan skripsi ini menggunakan dua sumber data, yaitu : a. Data Primer Data primer, yaitu bersandar pada data yang diperoleh langsung di lapangan dengan cara mencari dan mengumpulkan keterangan-keterangan yang sebenarnya di lokasi. Cara yang penulis lakukan untuk memperoleh data primer dalam skripsi ini adalah dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang menguasai permasalahan. Data primer merupakan data yang diperoleh dari studi lapangan yang berkaitan dengan pokok penulisan. Penulis akan mengkaji dan meneliti sumber data yang diperoleh dari hasil penelitian di wilayah Kalianda Lampung Selatan yang meliputi Hakim Pengadilan Negeri Kalianda, Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kalianda, PelakuKorban, Psikolog, serta Akademisi Hukum Universitas Lampung. 3 Ibid. hlm.11. b. Data Sekunder Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. 4 Data sekunder diperoleh penulis dari studi kepustakaan yang penulis lakukan diperpustakaan Universitas Lampung. Dalam hal kepustakaan ini penulis mengambil atau menggunakan bahan-bahan berupa sumber data yang dipergunakan tersebut guna memperoleh jawaban akurat dan relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.

C. Penentuan Responden

Responden dalam penelitian adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu faktapendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan, yaitu ketika mengisi angketlisan ketika menjawab wawancara. 5 Responden dalam penelitian skripsi ini adalah Hakim Pengadilan Negeri Kalianda, Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kalianda, Tokoh Masyarakat Setempat Ketua RT, PelakuKorban, Psikolog, serta Akademisi Hukum Universitas Lampung. Sesuai dengan metode yang telah ditentukan, maka responden yang akan diteliti dalam pembahasan masalah ini adalah sebagai berikut : 4 Ibid. Hlm. 52. 5 J. H. Hartono.Metodelogi Penelitian. BPFE:Yogyakarta.2004.hlm.27