ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK

Hety Ratna Novitasari

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK
PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK

Oleh

HETY RATNA NOVITASARI

Penyalahgunaan narkotika oleh anak saat ini menjadi perhatian berbagai kalangan
yang terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan, bahkan telah menjadi
perhatian seluruh dunia. Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan anak
merupakan suatu penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum,
sangat disayangkan apabila anak telah mengalami pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika bahkan dapat menjadi pecandu. Adapun permasalahan
yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini adalah apakah faktor-faktor
penyebab terjadinya pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh
anak dan bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak
pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak.

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan
yuridis normatif dan yuridis empiris dengan data primer dan data sekunder dimana
masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan di lapangan.
Analisis data dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat dan dianalisis secara
kualitatif, kemudian untuk selanjutkan ditarik suatu kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor
individu, faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor eksternal meliputi faktor
lingkungan, keluarga, pendidikan, agama, dan sosial. Faktor lingkungan tempat
tinggal yang sangat mudah untuk mendapatkan narkotika bahkan menjadi sarang
peredaran narkotika dan faktor keluarga yang kurang memberi perhatian terhadap
anak merupakan faktor pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh
anak. Upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah upaya preventif dan upaya represif.
Upaya preventif dilakukan dengan cara penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya
narkotika kepada masyarakat, melakukan razia narkotika oleh kepolisian,

Hety Ratna Novitasari
memberikan perhatian dan menanamkan nilai agama oleh orang tua terhadap

anak. Upaya represif dengan memberikan sanksi pidana sesuai dengan undangundang yang berlaku dan perhitungan pidana yang dijatuhkan kepada anak adalah
½ dari maksimum ancaman pidana bagi orang dewasa.
Adapun saran dalam penelitian ini adalah hendaknya aparat kepolisian bersikap
lebih tegas terhadap pengedar dan pemakai narkotika dan lebih sering melakukan
razia-razia. Peningkatan dalam melakukan penyuluhan tentang narkotika di
berbagai kalangan. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi prosedur
dalam pelaksanaan rehabilitasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat, sehingga masyarakat dapat dengan mudah melakukan rehabilitasi.
Kata Kunci : Kriminologis, Pengulangan, Penyalahgunaan Narkotika oleh
Anak

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK
PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK

Oleh
Hety Ratna Novitasari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA HUKUM
Pada

Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS HUKUM
2014

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Kota Bandar
Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 02 November
1991, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Hatta Thalib,S.H.,M.H dan Ibu Rita
Asmayanti,S.E.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak (TK) Kartika
II-26 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1998. Sekolah Dasar (SD) Kartika
II-25 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung diselesaikan
pada tahun 2010.


Pada Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Lampung. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Banjarmasin Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan pada 22
Januari-2 Maret 2014. Kemudian pada tahun 2014 penulis menyelesaikan skripsi
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Lampung.

MOTO

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika
kamu berbuat jahat maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri…”
(QS. Al-Isra’: 7)

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia
menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
(Kahlil Gibran)

Hidup ini singkat, maka jangan membuatnya lebih singkat lagi dengan sesuatu yang
sia-sia.

(Penulis)

PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmannirrohim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan kesempatan
sehingga dapat ku selesaikan sebuah karya ilmiah ini dan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan Syafaatnya di hari
akhir kelak. Aku persembahkan karya ini kepada:
Kedua orang tua yang selalu mencintai, menyayangi, mendo’akan dan
mendidikku:
Hatta Thalib,SH.,M.H
Rita Asmayanti,S.E
Serta untuk adik-adikku yang senantiasa memberikan dukungan kepada
ku dengan kasih sayang yang tulus, serta seluruh keluarga yang melengkapi
hari-hariku:
Dwiveni Afghina Zalita
Tasya Salsabilla
Untuk sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi serta menemaniku dalam suka dan duka dalam

mencapai keberhasilanku.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul : “Analisis Kriminologis terhadap
Pengulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak”. Skripsi ini
sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, dan segala sesuatu dalam skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna mengingat keterbatasan penulis. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.

Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung.


2.

Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana.

3.

Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Pidana dan
Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan kritik
dalam menyelesaikan skripsi ini.

4.

Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Pembimbing II, yang senantiasa
meluangkan

waktu,

memberikan

saran,


serta

membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

kesabarannya

dalam

5.

Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah banyak
memberikan saran dan masukan yang sangat berharga kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

6.

Bapak Budi Rizki, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan
kritikan dan saran demi baiknya penulisan skripsi ini.


7.

Bapak Zulkarnain Ridlwan, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan nasehat dan bantuannya selama menimba ilmu di Fakultas
Hukum Universitas Lampung;

8.

Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung
yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas ilmu yang
telah diberikan selama proses pendidikan dan bantuannya selama ini.

9.

Seluruh responden Bapak Indra Lesmana Karim, S.H., Bapak Idhamsyah,
Bapak Zahrial Liantana, S.H., dr. Tendry Septa, SpKJ, Ibu Dr. Nikmah
Rosidah, S.H., M.H. yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
informasi berkaitan dengan penulisan skripsi ini

10. Papaku Hatta Thalib, S.H., M.H dan Mamaku Rita Asmayanti, S.E. tercinta.

Terimakasih atas do’a dan segala ilmu kehidupan yang telah mama dan papa
berikan. Semoga Allah SWT membalas tiap tetesan keringat, segala bentuk
perhatian dan kasih sayang yang melimpah dengan sebaik-baik balasan
berupa ridho dan kasih sayang Allah SWT.
11. Adik-adikku, Dwiveni Afghina Zalita dan Tasya Salsabilla yang telah
memberikan semangat serta do’a untuk kelancaran dalam pengerjaan skripsi
ini.

12. Untuk seluruh keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu, terimakasih atas do’a serta semangat yang diberikan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat terbaikku: Dwi Purnama Wati, S.H, Febyanti Putri, S.H,
Kisti Artiasha, S.H, Meitupa Adhi Purna, S.H, Aji Ridho Utama, S.H, Ridho
Cornadi, Intan Desmania, Vetty Oktari Fratiwy, M. Dicka Laksmana, Iqbal
Lika Astama, Dwi Tiara Saputri, Foila Astrid Yolanda, Liza Rusvika, Meggi
Trihandini, Mustika Septiyas Trisilia, Dheadv Yustia Safitri. Terimakasih atas
kebersamaan, do’a, semangat serta nasehat yang diberikan.
14. Seluruh teman-teman yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini: Rendi Saputra, S.H, Andi Mekar Sari, Annisa Dian PH, Diasti
Rastosari, Rymni, Alfian, Doddy, Rizki, Haikal, serta yang tidak bisa

disebutkan satu persatu namanya, penulis ucapkan terimakasih.
15. Teman-teman sekaligus keluarga baru pada saat Kuliah Kerja Nyata (KKN):
Gorendva R Warganegara, Imelda Oktora, Ifit Chytrine Batubara, Feni
Triminarni, Galih Cendana, Fitri Mulria Putri, Grace Donald, Humaidi.
Terimakasih pengalaman yang baru, kebersamaan dan kekeluargaan yang
amat berarti bersama kalian.
16. Seluruh teman-teman FH Unila 2010 dan 2011 dan HIMA PIDANA FH 2010
dan 2011 terima kasih untuk kebersamaanya.
17. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
18. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan dorongan
dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat,
bangsa, negara, mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan
terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun akan selalu
diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga Allah SWT
memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua serta semoga tali
silahtuhrahmi diantara kita tetap erat dan kita dipertemukan kembali dalam
keridhoan-Nya. Aamiin Allahuma Ya Rabbil’alamin.

Bandar Lampung,

Agustus 2014

Penulis

Hety Ratna Novitasari

DAFTAR ISI

Halaman
I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ...............................................

8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................................................

9

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual .......................................................

10

E. Sistematika Penulisan ...........................................................................

14

II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana ...........................................................
1. Pengertian Pidana .............................................................................
2. Pengertian Tindak Pidana ................................................................

16
16
17

B. Pengertian Pengulangan Tindak Pidana...............................................

20

C. Tinjauan Umum Kriminologi ...............................................................
1. Faktor PenyebabTerjadinya Tindak Pidana ....................................
2. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana............................................

21
24
29

D. Pengertian Narkotika dan Penyalahgunaan Narkotika .........................
1. Pengertian Narkotika ........................................................................
2. Penyalahgunaan Narkotika...............................................................

30
30
31

E. Pengertian Anak ...................................................................................

33

III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah .............................................................................

34

B. Sumber dan Jenis Data .........................................................................

35

C. Penentuan Narasumber .........................................................................

36

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................

37

E. Analisis data .........................................................................................

38

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden………………………………………………

39

B. Gambaran Umum Kasus……………………………………................

40

C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pengulangan Tindak
Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak………………………

42

D. Upaya Penanggulangan terhadap Pengulangan Tindak
Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak…………....................

54

V PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………………….

63

B. Saran…………………………………………………………………...

64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyalahgunaan narkotika saat ini menjadi perhatian berbagai kalangan dan terus
menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Ironisnya, tidak hanya dikalangan
dewasa saja narkotika begitu dikenal dan dikonsumsi, tetapi dikalangan remaja
dan anak dibawah umur pun juga sudah mengenal barang haram tersebut. Fakta
yang disaksikan hampir setiap hari baik melalui media cetak maupun elektronik,
ternyata peredaran narkotika telah merebak kemana-mana tanpa pandang usia.

Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan,
pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain
dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan
tanpa adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama. Dalam dunia
medis narkotika sangat diperlukan karena keampuhannya menghilangkan rasa
nyeri. Di samping itu sudah ratusan tahun orang menggunakannya sebagai obat
mencret dan obat batuk.1

Narkotika merupakan bagian dari narkoba yaitu segolongan obat, bahan atau zat
yang jika masuk ke dalam tubuh berpengaruh terutama pada fungsi otak (susunan

1

Andi Hamzah dan RM. Surachman. Kejahatan Narkotika dan Psikotropika. Jakarta. Sinar
Grafika. 1994. hlm. 5.

2

syaraf pusat) dan sering menimbulkan ketergantungan. Terjadi perubahan dalam
kesadaran, pikiran, perasaan, dan perilaku pemakainya.2 Berdasarkan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada Pasal 1 Ayat (1) bahwa
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia
yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki
peranan strategis dari mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan
dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental dan sosial secara utuh, serasi dan seimbang. Anak adalah bukan orang
dewasa dalam bentuk kecil, melainkan manusia yang oleh karena kondisinya
belum mencapai taraf pertumbuhan dan perkembangan yang matang maka segala
sesuatunya berbeda dengan orang dewasa pada umumnya.3

Anak menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Anak pada Pasal 1 Ayat (3) menyebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan
hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua
belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga
melakukan tindak pidana. Anak memerlukan perlindungan dan pemeliharaan
khusus dari orang tuanya. Sepeti pada masa sekarang ini telah banyak anak yang
2
3

Ahmadi Sofyan. Narkoba Mengincar Anak Muda. Jakarta. Prestasi Pustaka. 2007. hlm. 12.
Suryana. Keperawatan Anak untuk Siswa. Jakarta. BGC. 1996. hlm. 33.

3

mengkonsumsi

narkotika,

sehingga

diperlukan

upaya

pembinaan

dan

perlindungan terhadap anak agar anak terhindar dari penyalahgunaan narkotika.

Penyalahgunaan narkotika merupakan kejahatan, yang secara kriminologis
dikategorikan sebagai kejahatan tanpa korban (crime without victim), kejahatan ini
tidak diartikan sebagai kejahatan yang tidak menimbulkan korban tetapi
mempunyai makna bahwa korban dari kejahatan ini adalah dirinya sendiri.
Dengan kata lain, si pelaku sekaligus sebagai korban kejahatan.4 Kriminologi itu
sendiri bararti ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan
seluas-luasnya.5

Masa remaja seorang anak dalam suasana atau keadaan peka, karena kehidupan
emosionalnya yang sering berganti-ganti. Rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi
terhadap sesuatu yang baru, kadangkala membawa mereka kepada hal-hal yang
bersifat negatif. Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan anak merupakan suatu
penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum, sangat disayangkan
apabila anak telah mengalami pengulangan tindak pidana penyalahgunaan
narkotika bahkan dapat menjadi. Pengulangan tindak pidana, dalam pergaulan
sehari-hari, khususnya diantara para penjahat/preman dikenal dengan “residivis”
(seharusnya recidive). Menurut Sudarsono, seseorang yang menderita ketagihan
atau ketergantungan pada narkotika akan merugikan dirinya sendiri, juga merusak
kehidupan masyarakat.6

4

Made Darma Weda. Kronik dalam Penegakan Hukum Pidana. Jakarta. Guna Widya. 1999. hlm.
80.
5
Firganefi dan Deni Achmad. Hukum Kriminologi. Bandar Lampung. PKKPUU FH UNILA.2013.
hlm. 1.
6
Sudarsono. Kenakalan Remaja. Jakarta. PT Rineka Cipta. 1995. hlm. 68.

4

Pengertian recidive secara yuridis adalah seseorang yang melakukan tindak pidana
dan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang tetap (in kracht van
gewijsde), kemudian melakukan tindak pidana lagi. Pengulangan tindak pidana
(Recidive) dalam KUHP tidak diatur secara umum dalam “Aturan Umum” Buku I,
tetapi diatur secara khusus untuk sekelompok tindak pidana tertentu, baik yang
berupa kejahatan di dalam Buku II maupun yang berupa pelanggaran di dalam
Buku III. Selain itu, KUHP juga mensyaratkan tenggang waktu pengulangan yang
tertentu. Dengan demikian, KUHP menganut Sistem Recidive Khusus, artinya:
“pemberatan pidana hanya dikenakan pada pengulangan jenis-jenis tindak pidana
(kejahatan/pelanggaran) tertentu saja dan yang dilakukan dalam tenggang waktu
tertentu.7

Kecanduan terhadap narkotika adalah gangguan dalam otak yang disebabkan
penyalahgunaan narkotika sehingga menyebabkan pengulangan perilaku yang
berlebihan dari orang yang tidak atau susah berhenti terhadap obat-obatan
walaupun dengan resiko berbahaya bagi tubuhnya. Jika mereka berhenti
mengkonsumsi obat-obatan, maka tubuh dari si pecandu akan menderita berlebih
secara fisik dan mereka mau tidak mau harus memenuhi perasaan ketagihan
tersebut dengan cara apapun. Seorang pecandu narkotika sudah tidak mampu lagi
mengendalikan dirinya sendiri, mereka hanya sendirian tanpa perlu berfikir akan
teman, keluarga atau lingkungan sekitarnya, banyak pecandu narkotika yang
meninggal akibat penggunaan dosis yang berlebih atau over dosis. Penggunaan
bahan kimia narkotika dalam jangka waktu panjang akan mengganggu sistem
kerja syaraf di otak, contohnya Glumate adalah neurotransmitter atau syaraf yang
7

Tri Andrisman. Hukum Pidana: Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia.
Bandar Lampung. Universitas Lampung. 2011. hlm. 198.

5

berfungsi untuk menangkap pembelajaran, memahami, memori dan prilaku
seseorang. Jaman sekarang, narkotika tidak hanya merasuki pada lingkungan
remaja saja, anak-anakpun sudah banyak yang mengalami kecanduan juga.8

Sebagai contoh yang terjadi di Jayapura, seorang anak berinisial RW (15) tahun
alias Aldo alias Amos berhasil ditangkap Tim Satuan Reskrim Narkoba Polres
Jayapura Kota, atas dugaan memiliki satu karung ganja yang ditafsir senilai Rp 50
juta. Kapolres Jayapura Kota AKBP Alfred Papare mengatakan, terkuaknya
bisnis gelap RW ini berawal ketika aparat kepolisian menerima informasi rumah
RW kerap dijadikan transaksi ganja. Alhasil, anggota langsung melakukan
penggrebekan dan berhasil meringkus RW yang tengah tidur di rumahnya di
Argapura

Vietnam,

Distrik

Jayapura

Selatan,

Kota Jayapura,

Sabtu

(19/1/2013). Kapolres memaparkan, RW ditengarai pernah terlibat kasus
narkotika dan pernah diproses Direktorat Reskrim Narkoba Polda Papua.
Pengakuan RW, ia sering mengambil ganja dari Papua New Guinea. Tersangka
seorang residivis, karena sudah beberapa kali ditangkap karena kasus serupa,
namun tak jera. Terkait usia RW yang masih tergolong dibawah umur, pihak
kepolisian masih melakukan koordinasi dengan Badan Pengawas Anak (BAPAS)
untuk proses pemeriksaan tersangka.9

Contoh kasus nyata lainnya mengenai pengulangan tindak pidana narkotika oleh
anak adalah yang terjadi pada Pengadilan Negeri Kotabumi yang berwenang
memeriksa perkara kasus anak yang berkonflik dengan hukum dengan terdakwa
8

9

Ryanda Dwi. Gejala Pecandu Narkoba. 28 Maret 2014. http://justnodrugs.blogspot.com. (jam
21.10 WIB)
Redaksi Bintang Papua. Miliki 1 Karung Ganja, Seorang Residivis Dibekuk. 27 Maret 2014.
http://bintangpapua.com. (jam 20.00 WIB)

6

Johan Saputra Bin Junaidi (17) tahun, didakwa oleh jaksa/penuntut umum
Kejaksaan Negeri Kotabumi dengan dakwaan alternatif keempat yang melanggar
Pasal 127 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan dengan pidana penjara selama 01 (satu) tahun penjara dikurangi
selama terdakwa berada dalam tahanan. Terdakwa ditahan karena terbukti secara
sah telah tanpa hak atau melawan hukum menyalahgunakan Narkotika Golongan I
jenis putaw. Terdakwa menikmati putaw bersama dengan rekan-rekannya
disebuah rumah dan terdakwa mengaku bahwa ia merupakan pecandu berat
narkotika jenis putaw dengan dosis yang besar antara 2 (dua) hingga 3 (tiga) kali
mengkonsumsi narkotika jenis putaw setiap harinya dan menjadikan paket-paket
kecil putaw yang dibelinya tersebut untuk memudahkan pada saat mengkonsumsi
putaw tersebut dan mengkonsumsi putaw tersebut dengan cara menggunakan alat
bantu suntikan yang berisikan cairan bubuk putaw lalu menyuntikkannya ke
tangan.

Hakim Anak Pengadilan Negeri Kotabumi berpendapat dalam tindak pidana yang
dilakukan oleh terdakwa merupakan permasalahan remaja (anak muda) yang
karena lingkungan pergaulan yang negatif dan ternyata terdakwa merupakan
pecandu putaw sejak usia 11 (sebelas) tahun serta terdakwa sudah pernah dibawa
ke BNN Bogor untuk direhab selama 2 (dua) bulan di tahun 2011. Mengingat
Pasal 127 Ayat (1) Undang-Undang RI No.35 tahun 2009 tentang Narkotika,
Pasal 6 Ayat (1) UU RI No.4 tahun 1979 dan ketentuan-ketentuan dalam UndangUndang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP serta peraturan lain yang
bersangkutan. Maka Hakim menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Penyalahgunaan memakai

7

Narkotika Golongan I untuk diri sendiri” dengan pidana penjara selama 8
(delapan) bulan. 10

Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan
hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and
freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan
kesejahteraan anak.

Jadi masalah perlindungan hukum bagi anak mencakup

lingkup yang sangat luas.11 Penerapan sanksi pidana bagi anak yang melakukan
tindak pidana narkotika berbeda dengan orang dewasa. Perhitungan pidana yang
dijatuhkan kepada anak-anak adalah ½ dari maksimum ancaman pidana bagi
orang dewasa, karena anak dipandang belum mampu mempertanggungjawabkan
perbuatannya secara sepenuhnya. Selain itu, dalam proses penegakan hukum
terhadap anak, digunakan beberapa pertimbangan dalam menjatuhkan sanksi
pidana

tersebut.

Teori

pertanggungjawaban

pidana

menjelaskan

bahwa

pertanggungjawaban pidana ditentukan berdasarkan pada kesalahan pembuat
(liability based on fault), dan bukan hanya dengan dipenuhinya seluruh unsur
suatu tindak pidana12.

Adanya kasus-kasus ini maka dapat dilihat faktor penyebab terjadinya
pengulangan tindak pidana narkotika oleh anak, seperti faktor lingkungan
pergaulan

yang

negatif,

faktor

keluarga

dan

faktor

ekonomi.

Upaya

penanggulangan baik secara penal maupun non penal juga telah dilakukan, seperti

10

Putusan Pengadilan Negeri Kotabumi No: 172/Pid.Sus/Anak/2013/PN.KB.
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijaksanaan Penegakan dan Pengembangan Hukum
Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm.153.
12
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung. Alumni. 1986. hlm. 49.

11

8

penyuluhan, rehabilitasi dan pidana penjara. Namun, masih saja kita jumpai kasus
pengulangan tindak pidana narkoika oleh anak.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka menimbulkan rasa
ingin tahu saya untuk mengkaji lebih lanjut faktor-faktor penyebab terjadinya
pengulangan tindak pidana narkotika oleh anak. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk menulis skripsi dengan judul “Analisis Kriminologis Terhadap Pengulangan
Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika oleh Anak.”
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh anak ?
2. Bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh anak ?

2. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah merupakan kajian dalam Hukum
Pidana yang mana membahas mengenai Analisis Kriminologis Terhadap
Pengulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika oleh Anak. Ruang
lingkup wilayah penelitian yaitu Pengadilan Negeri Kotabumi, Psikolog di Kota
Bandar Lampung, Penyidik Polres Kotabumi, Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Kotabumi. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014.

9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab terjadinya
pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak.
2. Untuk mengetahui dan memahami upaya penanggulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh anak.

2. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu
pengetahuan hukum khususnya di dalam Hukum Pidana, dalam rangka
memberikan penjelasan mengenai analisis kriminologis terhadap pengulangan
tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak.

2. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
rekan-rekan mahasiswa dan masyarakat umum mengenai analisis kriminologis
terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak serta
terhadap penegak hukum diharapkan penulis dapat memberikan informasi dan
menyumbangkan pemikiran dalam menyeselasaikan masalah pengulangan
tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak.

10

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil
pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan
identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.13
Pada kriminologi terdapat sejumlah teori yang dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok teori yang menjelaskan peranan dari faktor struktur sosial dalam
mendukung timbulnya kejahatan, antara lain :14
a.

Teori Anomie : konsep anomie oleh R. Merthon diformulasikan dalam rangka
menjelaskan keterkaitan antara kelas-kelas sosial dengan kecenderungan
pengadaptasiannya

dalam

sikap

dan

perilaku

kelompok.

Mengenai

penyimpangan dapat dilihat dari struktur sosial dan kultural.
b.

Teori Differential Association : teori ini mengetengahkan suatu penjelasan
sistematik mengenai penerimaan pola-pola kejahatan.

c.

Teori Kontrol Sosial : teori ini berangkat dari suatu asumsi/anggapan bahwa
individu didalam masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama akan
suatu kemungkinannya. Penyebab tingkah laku delinkuen terhadap anak-anak
remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial psikologis sifatnya. Misalnya
disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang definitif, tekanan kelompok,
peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi yang keliru.

d.

Teori Frustasi Status : status sosial-ekonomi keluarga yang rendah
menyebabkan remaja-remaja kelas

bawah tidak dapat bersaing dengan

remaja kelas menengah.
13
14

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. 2010. hlm.125.
Indah Sri Utari. Aliran dan Teori Dalam Kriminologi. Yogyakarta. Thafa Media. 2012. hlm. 20.

11

e.

Teori Konflik : pada dasarnya menunjukan pada perasaan dan keterasingan
khususnya yang timbul dari tidak adanya kontrol seseorang atas kondisi
kehidupannya sendiri.

f.

Teori Labeling : teori untuk mengukur mengapa terjadinya kejahatan.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak, penulis
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Abdul Syani, yaitu : 15
1. Faktor internal dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sifat khusus dari individu, seperti : sakit jiwa, daya emosional, rendahnya
mental dan anomi.
b. Sifat umum dari individu, seperti : umur, gender, kedudukan didalam
masyarakat, pendidikan dan hiburan.

2. Faktor eksternal, antara lain :
a. Faktor ekonomi, dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun
keadaan ekonominya rendah.
b. Faktor agama, dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan agama.
c. Faktor bacaan, dipengaruhi oleh bacaan buku yang dibaca.
d. Faktor film, dipengaruhi oleh film/tontonan yang disaksikan.
e. Faktor lingkungan/pergaulan, dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal,
lingkungan sekolah atau tempat kerja dan lingkungan pergaulan lainnya.
f. Faktor keluarga, dipengaruhi oleh kurangnya kasih sayang dan perhatian
dari orang tua

15

Abdul Syani. Sosiologis Kriminalitas. Bandung. Remaja Karya. 1987. hlm. 37.

12

Upaya penanggulangan pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika
oleh

anak

dalam

konteks

kriminologis,

penulis

menggunakan

teori

penanggulangan tindak pidana, yaitu16 :

1. Upaya Preventif
Yaitu upaya penanggulangan non penal (pencegahan) seperti: memperbaiki
keadaan social dan ekonomi masyarakat, meningkatkan kesadaran hukum serta
disiplin masyarakat dan meningkatkan pendidikan moral.

2. Upaya Represif
Usaha yang dilakukan untuk menghadapi pelaku kejahatan seperti dengan
pemberian hukuman agar pelaku jera, pencegahan serta perlindungan sosial.

2. Konseptual
Kerangka

konseptual

merupakan

kerangka

yang

menghubungkan

atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang
berkaitan dengan istilah.17 Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pokok
permasalahan, maka dibawah ini penulis memberikan beberapa konsep yang dapat
dijadikan pegangan dalam memahami tulisan ini. Berdasarkan judul akan
diuraikan berbagai istilah sebagai berikut :
a. Analisis adalah memecah atau menguraikan suatu keadaan atau masalah
kedalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut untuk
dihubungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang lain.18

16

Firganefi dan Deni Achmad. Op.cit. hlm.34.
Soerjono Soekanto. Op.cit. hlm.32.
18
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
1997. hlm. 276.
17

13

b. Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan.
Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang
bertujuan menyelidiki gejala-gejala kejahatan seluas-luasnya melalui definisi.
c. Kriminologis adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena dan metodemetode atau pengupasan mengenai kejahatan secara umum antara lain dari
aspek psikologis, gejala sosial, sebab-sebab kejahatan, akibat-akibat yang
ditimbulkan dan upaya penanggulangannya.
d. Pengulangan tindak pidana, dalam pergaulan sehari-hari khususnya diantara
para penjahat / preman dikenal dengan „residivis’

(seharusnya recidive).

Pengertian recidive secara yuridis adalah seseorang yang melakukan tindak
pidana dan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang tetap (in
kracht van gewijsde), kemudian melakukan tindak pidana lagi. 19
e. Tindak pidana dalam konsep KUHP pengertian tindak pidana telah dirumuskan
dalam Pasal 11 Ayat (1) sebagai berikut:
“Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana.”
f. Narkotika berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika dapat dilihat pengertian dari Narkotika itu sendiri
yakni pada Pasal 1 Ayat (1):
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.”

g. Anak menurut Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Anak menyebutkan bahwa :
19

Tri Andrisman. Op.cit. hlm.197.

14

“Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah
anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.”

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hukum terbagi dalam 5 (lima) bab yang saling
berkaitan dan berhubungan. Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut :

I. PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang analisis kriminologi pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh anak.

III. METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur
pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap akhir berupa analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan
masalah, yaitu mengenai faktor apasajakah yang menyebabkan terjadinya
pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak dan upaya-upaya

15

apasajakah yang dilakukan untuk menanggulangi pengulangan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh anak.

V. PENUTUP
Bab ini merupakan kumpulan tulisan mengenai kesimpulan dan saran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tindak Pidana

1. Pengertian Pidana
Hukum Pidana adalah peraturan hukum mengenai pidana. Kata “pidana” berarti
hal yang “dipidanakan”, yaitu oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan kepada
seorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan juga hal yang tidak
sehari-hari dilimpahkan.1

Menurut Muladi dan Barda Nawawi Arief, pidana adalah penderitaan yang
sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi
syarat-syarat tertentu. Sedangkan Roeslan Saleh menegaskan bahwa pidana
merupakan reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja
ditimpakan negara pada pembuat delik itu.2

Roeslan Saleh menjelaskan bahwa perbuatan yang oleh aturan hukum dinyatakan
sebagai perbuatan yang dilarang dinamakan perbuatan pidana juga disebut orang

1

Wirjono Prodjodikoro. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung. Repika Aditama. 2003.
hlm. 1.
2
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung. Alumni 1998.
hlm. 2.

17

dengan delik.3 Pidana sendiri selalu mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau
nestapa akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.
b. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai
kekuasaan (oleh yang berwenang).
c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana
menurut undang-undang.4
Hukum pidana dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan yang mengatur
tentang tindak pidana, pertanggungjawaban pidana dan pidana.5 Hakekatnya
pidana merupakan pengenaan penderitaan terhadap pembuat delik dimana pidana
tersebut diharapkan mempunyai pengaruh terhadap orang yang dikenai pidana
tersebut. Pidana ini baru dapat dirasakan secara nyata oleh terpidana ketika
putusan hakim dilaksanakan secara efektif. Pemidanaan disini diharapkan agar
terpidana tidak melakukan tindak pidana lagi. Dengan adanya pemidanaan, maka
tujuan pemidanaan baru dapat tercapai.

2. Pengertian Tindak Pidana
Konsep hukum Indonesia terdapat beberapa perbedaan dalam menyebutkan istilah
tindak pidana. Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana
merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, barangsiapa melanggar

3

Roeslan Saleh. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta. PT Aksara Baru.
1983. hlm. 13.
4
Muladi dan Barda Nawawi Arief. Op.cit. hlm. 4.
5
Tri Andrisman. Op.cit. hlm. 9.

18

larangan tersebut.6 Adapun beberapa tokoh yang memiliki perbedaan pendapat
tentang peristilahan “strafbaarfeit” atau tindak pidana, antara lain :
1) Simons
Tindak pidana adalah tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan
dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah
dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum.7
2) J.Bauman
Perbuatan/tindak pidana adalah perbuatan yang memenuhi rumusan delik,
bersifat melawan hukum dan dilakukan dengan kesalahan.8
3) Moeljatno
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang diancam dengan pidana, barangsiapa
melanggar larangan tersebut.9
4) Pompe
Suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan
sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku,
dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi
terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum sebagai “de
normovertreding (verstoring de rechtsorde), waaran de overtreder schuld

6

Adam Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana bagian I. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2002. hlm.
71.
7
Tongat. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan. Malang.
UMM Press. 2009. hlm.105.
8
Ibid. hlm.106.
9
Ibid. hlm.107.

19

heeft en waarvan de bestraffing is voor de handhaving der rechts orde en de
behartiging van het algemeen welzijn”.10
5) Van Hattum
Perkataan “Strafbaar” itu berarti “voor sraaf in aanmerking komend” atau
“straaf verdienend” yang juga mempunyai arti sebagai pantas untuk
dihukum, sehingga perkataan “strafbaar feit” seperti yang telah digunakan
oleh pembentuk Undang-Undang di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana itu secara “eliptis” haruslah diartikan sebagai suatu “tindakan, yang
karena telah melakukan tindakan semacam itu membuat seseorang menjadi
dapat dihukum” atau suatu “feit terzake van hetwelk een persoon strafbaar
is”.11
6) Moeljatno
Perbuatan Pidana didefinisikan sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.12

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa pengertian pidana
dan tindak pidana pada hakekatnya pidana merupakan suatu pengenaan atau
nestapa akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan sedangkan tindak pidana
adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang sengaja maupun tidak sengaja
oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukannya.
Adapun jenis-jenis yang termasuk dalam tindak pidana adalah sebagai berikut:

10

11
12

P.A.F. Lamintang. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Citra Aditya Bakti. 1997.
hlm.182.
Ibid. hlm. 184.
Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta. Rineka Cipta. 1993. hlm.54.

20

a. Kejahatan
Kejahatan adalah perbuatan yang melanggar dan bertentangan dengan apa yang
ditentukan dalam kaidah dan tegasnya, perbuatan yang melanggar larangan
yang ditetapkan dalam kaidah hukum dan tidak memenuhi atau melawan
perintah yang telah ditetapkan dalam kaidah hukum yang berlaku dalam
masyarakat.13

Dalam kaitan ini, pelaku tindak pidana kejahatan dapat dikatakan telah
mempunyai latar belakang yang ikut mendukung terjadinya kriminalitas
tersebut, sebagai contoh seorang yang hidup dilingkungan yang rawan akan
tindak kriminal, maka secara sosiologis jiwanya akan terpengaruh oleh keadaan
tempat tinggalnya.

b. Pelanggaran
Dalam KUHP yang mengatur tentang pelanggaran adalah Pasal 489-569/BAB
I-IX. Pelanggaran adalah “Wetsdelichten” yaitu perbuatan-perbuatan yang
didasari oleh masyarakat sebagai suatu tindak pidana karena undang-undang
menyebutkan sebagai delik.

B. Pengertian Pengulangan Tindak Pidana

Pengulangan tindak pidana, dalam pergaulan sehari-hari khususnya diantara para
penjahat / preman dikenal dengan „residivis’ (seharusnya recidive). Pengertian
recidive secara yuridis adalah seseorang yang melakukan tindak pidana dan telah

13

Ninik Widiyanti. Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya Ditinjau dari Segi Kriminologi dan
Sosial. Jakarta. PT. Pradnya Paramita. 1987. hlm. 147.

21

dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang tetap (in kracht van gewijsde),
kemudian melakukan tindak pidana lagi. 14

Ada dua sistem pemberatan pidana berdasarkan recidive yaitu :
1. Ricidive Umum
Menurut sistem ini, setiap pengulangan terhadap jenis tindak pidana apapun dan
dilakukan dalam waktu kapan saja, merupakan alasan untuk pemberatan pidana.
Jadi tidak ditentukan jenis tindak pidana yang dilakukan maupun tenggang waktu
pengulangannya. Dengan tidak ditentukan tenggang waktu pengulangannya, mak
dalam sistem ini tidak ada daluwarsa recidive.

2. Recidive Khusus
Menurut sistem ini tidak semua jenis pengulangan tindak pidana merupakan
alasan pemberatan pidana. Pemberatan pidana hanya dikenakan terhadap
pengulangan yang dilakukan terhadap jenis tindak pidana tertentu dan yang
dilakukan dalam tenggang waktu tertentu.

C. Tinjauan Umum Kriminologi

Istilah kriminologi ditemukan oleh Paul Topinard (1830-1911) seorang ahli
antropologi Prancis. Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang kejahatan. Secara harfiah berasal dari kata ”crime” yang berarti kejahatan
atau penjahat dan ”logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat
berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat.15

14
15

Tri Andrisman. Op.cit. hlm.197.
Yesmil Anwar dan Adang. Kriminologi. Bandung. PT Refika Aditama. 2013. hlm. 2.

22

Menurut Moeljatno kriminologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejahatan
dan kelakuan buruk dan tentang orangnya yang tersangkut pada kejahatan dan
kelakuan buruk itu. Dengan kejahatan yang dimaksud pula pelanggaran, artinya
perbuatan menurut undang-undang diancam dengan pidana, dan kriminalitas
meliputi kejahatan dan kelakuan buruk.16

Kriminologi menurut Soedjono Dirdjosisworo adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari sebab, akibat, perbaikan dan pencegahan kejahatan sebagai gejala
manusia dengan menghimpun sumbangan-sumbangan berbagai ilmu pengetahuan.
Tegasnya, kriminologi merupakan sarana untuk mengetahui sebab-sebab
kejahatan dan akibatnya, mempelajari cara-cara mencegah kemungkinan
timbulnya kejahatan.17

Sutherland, merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang
bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial. Menurut Sutherland,
kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan
reaksi atas pelanggaran hukum. Kriminologi olehnya dibagi menjadi tiga cabang
ilmu utama yaitu :
1. Sosiologi hukum. Kejahatan itu adalah perbuatan yang oleh hukum dilarang
dan diancam dengan suatu sanksi. Jadi yang menentukan bahwa suatu
perbuatan itu adalah kejahatan adalah hukum. Di sini menyelidiki faktor-faktor
apa yang menyebabkan perkembangan hukum (khususnya hukum pidana).

16
17

Moeljatno. Kriminologi. Cet Kedua. Jakarta. Bina Aksara. 1986. hlm. 3.
Indah Sri Utari.Op.cit. hlm. 4.

23

2. Etiologi kejahatan. Merupakan cabang ilmu kriminologis yang mencari sebab
musabab dari kejahatan. Dalam kriminologis, etiologi kejahatan merupakan
kejahatan paling utama.
3. Penologi. Pada dasarnya ilmu tentang hukuman, akan tetapi Sutherland
memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian kejahatan
represif maupun preventif.

Pengertian kejahatan menurut tata bahasa adalah perbuatan atau tindakan yang
jahat seperti yang lazim orang mengetahui atau mendengar perbuatan yang jahat
adalah pembunuhan, pencurian, penipuan, penculikan, dan lain-lainnya yang
dilakukan oleh manusia, sedangkan di dalam KUHP tidak disebutkan secara jelas
tetapi kejahatan itu diatur dalam Pasal 104 sampai Pasal 488 KUHP.

Pada kriminologi terdapat sejumlah teori yang dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok teori yang menjelaskan peranan dari faktor struktur sosial dalam
mendukung timbulnya kejahatan, antara lain :18
a.

Teori Anomi : konsep anomie oleh R. Merthon diformulasikan dalam rangka
menjelaskan keterkaitan antara kelas-kelas sosial dengan kecenderungan
pengadaptasiannya

dalam

sikap

dan

perilaku

kelompok.

Mengenai

penyimpangan dapat dilihat dari struktur sosial dan kultural.
b.

Teori Differential Association : teori ini mengetengahkan suatu penjelasan
sistematik mengenai penerimaan pola-pola kejahatan.

c.

Teori Kontrol Sosial : teori ini berangkat dari suatu asumsi/anggapan bahwa
individu didalam masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama akan

18

Ibid.

24

suatu kemungkinannya. Penyebab tingkah laku delinkuen terhadap anak-anak
remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial psikologis sifatnya. Misalnya
disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang definitif, tekanan kelompok,
peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi yang keliru.
d.

Teori Frustasi Status : status sosial-ekonomi keluarga yang rendah
menyebabkan remaja-remaja kelas

bawah tidak dapat bersaing dengan

remaja kelas menengah.
e.

Teori Konflik : pada dasarnya menunjukan pada perasaan dan keterasingan
khususnya yang timbul dari tidak adanya kontrol seseorang atas kondisi
kehidupannya sendiri.

f.

Teori Labeling : teori untuk mengukur mengapa terjadinya kejahatan.
Pendekatan labeling dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu persoalan
bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap atau label, persoalan
kedua adalah bagaimana labeling mempengaruhi seseorang.

1. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana
Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah
kejahatan. Pertama adalah faktor yang berasal atau terdapat dalam diri si pelaku
yang maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah
kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor
keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor yang kedua adalah faktor yang
berasal atau terdapat di luar diri pribadi si pelaku. Maksudnya adalah: bahwa
yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari
luar diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor rumah tangga dan
lingkungan.

25

Menurut Abdul Syani, faktor-faktor yang dapat menimbulkan tindakan kejahatan
pada umumnya dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor yang bersumber dari dalam
individu (intern) dan faktor yang bersumber dari luar diri individu itu sendiri
(ekstern). Faktor-faktor tersebut antara lain: 19

1. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi
kejiwaan seseorang. Ada beberapa macam penyebab kejiwaan yang dapat
mendorong seseorang melakukan tindak pidana, antara lain :
a. Sifat khusus ini adalah keadaan psikologis diri individu. Masalah kepribadian
sering dapat menimbulkan kelakuan yang menyimpang terlebih jika seseorang
(individu) dapat dikategorikan tertekan perasaannya. Orang yang tertekan
perasaannya mempunyai kecenderungan untuk melakukan penyimpangan, dan
penyimpangan ini mungkin terhadap sistem sosial ataupun terhadap pola-pola
kebudayaan. Terhadap beberapa sifat khusus yang dapat menimbulkan
kejahatan, yaitu antara lain :
1. Sakit jiwa : orang yang tertekan sakit jiwa mempunyai kecenderungan
untuk bersikap antisosial. Sakit jiwa ini biasanya disebabkan oleh adanya
konflik mental yang berlebihan, atau mungkin juga karena pernah
melakukan perbuatan yang dirasakan dosa besar dan berat, sehingga ia
menjadi sakit jiwa. Oleh karena seseorang sakit jiwa, maka ia mempunyai
kecenderungan

untuk

melakukan

kejahatan dalam ketidaksadarannya.

19

Abdul Syani. Op.cit. hlm. 37.

penyimpangan

berupa

tindakan

26

2. Daya Emosional : masalah emosional erat hubungannya dengan masalah
sosial yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat menyimpang.
Penyimpangan ini dapat mengarah kepada suatu perbuatan kriminal jika
orang tersebut tidak mampu untuk mencapai keseimbangan antara
emosinya dengan kehendak oraang lain.
3. Rendahnya Mental : rendahnya mental ada hubungannya dengan daya
intelegensia. Seseorang mempunyai daya intelegensia yang tajam dan
dapat menilai realitas, maka semakin mudah ia untuk dapat menyesuaikan
diri dengan masyarakat. Sebaliknya, jika seseorang mempunyai daya
intelegensia rendah, sehingga ia kecenderungan rendah pula mentalnya,
sehingga ia merasa tidak sanggup untuk berbuat sesuatu, takut salah, dan
tidak mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
4. Anomi : secara psikologis, kepribadian manusia itu sifatnya dinamis, yang
ditandai dengan adanya kehendak, berorganisasi, berbudaya, dan
sebagainya. Sebagai ukuran orang akan menjadi anomi (kebingungan)
adalah dikala ia berhadapan dengan situasi yang baru, ketika harus
menyesuaikan diri dengan cara-cara yang baru pula, orang yang sedang
dalam keadaan anomi sedikit banyak mempunyai kecender