Landasan Filosofis Landasan Pembelajaran Terpadu.

3 mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pembicaraan, Berangkat dari permasalahan tersebut di atas, maka pemakalah berkeinginan untuk mendeskripsikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tematik terpadu.

B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. 3 Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti perbincangan. 4 Pembelajaran terpadu merupakan aplikasi salah satu strategi pembelajaran dasarkan pendekatan kurikulum terpadu. Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang meniadakan batas-batas mata pelajaran yang terpisah-pisah. 5 Adapun pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran. Pembelajaran terpadu telah dikenal sekitar empat puluh tahun yang lalu. Pertama kali pembelajaran terpadu mulai diterapkan pada pembelajaran IPA. Model pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, dan otentik. Dengan demikian pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dan berorientasi kapada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.

2. Landasan Pembelajaran Terpadu.

Beberapa landasan yang mendasari dikembangkannya pembelajaran terpadu antara lain yaitu: landasan Filosofis yang dipengaruhi oleh aliran Progresvisisme, Developmentally Appropriate Practice dan Kontruktivisme, landasan praktis, landasan Psikologis, landasan yuridis.

a. Landasan Filosofis

3 Enco Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:Rosda Karya,2006. 245 4 Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta;PN Balai Pustaka, 1983.1040 5 Nasution. Asas-asas Kurikulum Jakarta: Bumi Aksara. 1995. 196 4 Aliran Progresivisme berkembang pada permulaan adad ke-20 terutama di Amerika Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia pendidikan, yang pada saat itu progresivisme menentang kebijakan-kebijakan dalam dunia pendidikan yang bersifat konvesional yang merupakan warisan dari tradisi abad ke-19. Menurut progresivisme tugas pendidikan adalah meneliti sejelas-jelasnya kesanggupan-kesanggupan manusia yang meliputi kesanggupan mengendalikan hubungan dengan alam, kesanggupan meresapi rahasia- rahasia alam, dan kesanggupan menguasai alam dan menguji kesanggupan-kesanggupan itu dalam pekerjaan praktis. Proses pembelajaran menurut aliran progresivisme seharusnya dilakukan secara alami, dengan mengaitkan dunia nyata peserta didik yang bertujuan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Aliran progres ivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan secara terpisah, melainkan mata pelajaran harus diberikan secara terintegrasi dalam unit. Fleksibilitas dalam pelaksanaan pembelajaran sangat diperlukan demi terwujudnya pembelajaran yang bermakna. 6 kontruktivisme yang merupakan landasan filosofis kedua dikembangkannya pembelajaran terpadu. Pelopor aliran ini diawali oleh seorang epistimologi Italia yaitu Giambatista Vico. Ia berpendapat bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan, dan manusia adalah tuan dari ciptaan-Nya. Aliran ini kemudian dikembangkan oleh Jean Piaget dengan teorinya perkembangan kognitif. Menurut Piaget, pengetahuan merupakan hasil dari interaksi yang secara kontinyu antara satu individu dengan lingkungan yang ada. Perkembangan kognitif menurutnya dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan antara pengalaman baru dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali secara kontinyu antara asimilasi dan akomodasi. 7 Peran guru dalam proses pembelajaran menurut aliran kontruktivisme sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berlangsung sesuai dengan tujuan. Adapun fungsi mediator dan fasilitator seorang guru adalah menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian, sehingga metode cerama bukanlah salah satu metode yang harus selalu diterapkan dalam proses pembelajaran. Selain itu fungsi mediator dan fasilitator dari seorang guru dalam 6 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi. 164 7 Sutrino. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi Yogyakarta: Ar-Ruzz. 2005.57 5 proses pembelajaran yaitu menyediakan atau memberikan kegiatan kegiatan yang merangsang peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Developmentally Appropriate Practice, berpendapat bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat peserta didik. Jadi pada dasarnya pembelajaran dilaksanakan berdasarkan perkembangan kognitif peserta didik. Tokoh dari teori perkembangan kognitif ini adalah Jean Piaget .

b. Landasan Praktis