Asas tidak Berlaku Surut

3 Negara yang mengadakan perjanjian damai dengan negara Islam. b. Asas non teritorial menyatakan bahwa hukum pidana Islam berlaku bagi seorang muslim tanpa terikat di mana ia berada, apakah ada di wilayah di mana hukum pidana Islam diberlakukan tiga negara tersebut di atas, maupun di negara yang secara formal tidak diberlakukan hukum pidana Islam.

D. Macam-macam Asas

Adapun macam-macam asas dapat dikelompokkan menjadi empat bagian:

1. Asas tidak Berlaku Surut

Hukum pidana Islam pada prinsip tidak berlaku surut, hal ini sesuai dengan kaidah يئانجلا عيرشتلا يف ةيعجرل tidak berlaku surut pada pidana Islam, artinya sebelum adanya nas yang melarang perbuatan maka tindakan mukallaf tidak bisa dianggap sebagai suatu jarimah. Namun dalam praktiknya ada beberapa jarimah yang diterapkan berlaku surut artinya perbuatan itu dianggap jarimah walaupun belum ada nas yang melarangnya. Alasan diterapakan pengecualiaan berlaku surut, karena pada jarimah-jarimah yang berat dan sangat berbahaya apabila tidak diterapkan maka akan menimbulkan kekacauan dan kehebohan dikalangan umat muslim. Jarimah-jarimah yang diberlakukan surut yaitu : 8 a. Jarimah Qadzaf menuduh Zina dalam surat An-Nur: 4, Yang terjemahnya kurang lebih demikian: “Berikanlah maskawin mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah ambillah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya.” b. Jarimah Hirabah dalm surat Al-Maidah: 33, Yang terjemahnya kurang lebih demikian: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri tempat kediamannya. yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang besar.” Selain itu asas ini melarang berlakunya hukum ke belakang, kepada perbuatan yang belum ada aturan atau nasnya. Hukum pidana harus berjalan kedepan. Pelanggaran terhadap asas ini mengakibatkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Contoh dari pelaksanaan asas ini adalah pelanggaran praktik yang berlaku di antara bangsa Arab Pra-Islam. 9 Sebagai contoh, di zaman pra-Islam, seorang anak diizinkan menikahi istri dari ayahnya. Islam melarang praktek ini, tetapi ayat Al- Qur’an secara khusus mengecualikan setiap perkawinan seperti itu yang dilakukan sebelum pernyataan dilarang: “ Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau.” an-Nisa: 22. Sebagai akibatnya, ikatan perkawinan seperti itu menjadi putus, namun dari sisi hukum pidana pelakunya tidak dipidana.

2. Asas Praduga tak Bersalah