Pengujian Asumsi Klasik Analisis Statistik Inferensi

nilai DER sebesar 1,784. Tanda + menyatakan adanya arah hubungan yang searah antara DER dengan TAR. Koefisien regresi GTA sebesar 0,232 menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan sebesar Rp. 1 dari bobot nilai GTA maka akan meningkatkan nilai DER sebesar 0,232. Koefisien regresi GTA sebesar 0,232 menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan sebesar Rp. 1 dari bobot nilai GTA maka akan meningkatkan nilai DER sebesar 0,232. Begitupun sebaliknya, apabila terjadi pegurangan Rp. 1 dari bobot nilai GTA maka akan menurunkan nilai DER sebesar 0,232. Tanda + menyatakan adanya arah hubungan yang searah antara DER dengan GTA. Koefisien ROE sebesar 0,003 menyatakan bahwa apabila terjadi penambahan sebesar 1 dari bobot nilai ROE maka akan meningkatkan nilai DER sebesar 0,003. Sebaliknya, apabila terjadi pengurangan 1 dari bobot nilai ROE maka akan menurunkan nilai DER sebesar 0,003. Tanda + menyatakan adanya hubungan yang searah antara DER dengan ROE. Kenaikan atau penurunan TAR, GTA, dan ROE akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan pada nilai DER. Artinya, semakin banyak TAR, GTA, dan ROE ditingkatkan akan semakin meningkatkan DER.

b. Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda yang dibentuk merupakan model regresi yang menghasilkan estimator yang baik jika dipenuhi asumsi regresi yang sangat berpengaruh terhadap pola perubahan variabel terikat agar diperoleh hasil yang tidak bias yang mempengaruhi penelitian. 1 Uji Normalitas Syarat data yang layak untuk diuji adalah data tersebut harus berdistribusi normal. Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas, variabel terikat, ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. Pengujian ini dilakukan dengan melihat Normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual yang berguna untu menguji apakah residuan model regresi memiliki distribusi normal ataukah tidak. Model yang baik adalah memiliki distribusi norma atau mendekati normal. Dasar pengambilan keputusan ini didasari oleh pendapat Santoso 2000:214 yaitu: 1. Jika data menyebar disekitar garis normal dan mengikuti arah diagonal, maka model regresi memenuhi model normalitas 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan grafik 5 dapat dilihat bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian residual model regresi dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas. Hubungan antara DER dengan TAR, GTA, ROE dapat didukung pula oleh gambar grafik berikut ini: Grafik 5. Uji Normalitas 2 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat adanya hubungan antara data observasi satu dengan data yang lainnya dalam satu variabel. Salah satu penyimpangan asumsi dalam regresi berganda adalah adanya autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian tertentu. Dari hasil perhitungan pada tabel 13, diperoleh bahwa nilai d = 1,867 sedangkan nilai batas pada tabel Durbin Watson, dengan α=5, n=135 dan k= 3 k adalah jumlah variabel independen diperoleh dL= 1,613 dan dU= 1,736. Nilai d 1,867 terletak antara dU dan 4-dU atau dUd4-dU. Nilai 4-dU sebesar 2,264 diperoleh 4 –1,736. Dengan demikian nilai d terletak di antara dU dan 4-dU atau dUd4-dU, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model regresi. Hal ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada model regresi. Disimpulkan bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini bebas dari pengujian asumsi klasik yaitu autokorelasi sehingga tidak perlu dikeluarkan dari model regresi Priyatno, 2008: 47-48. Tabel 13. Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .362 a .131 .111 1.63471 1.867 a. Predictors: Constant, ROE, GTA, TAR b. Dependent Variable: DER Sumber: Data diolah 2010 3 Uji Heterokesdastisitas Uji kelayakan atau uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Pengujian ini untuk melihat jarak kuadrat titik-titik sebaran terhadap garis regresi. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heterokesdastisitas dapat dilakukan dengan metode Scatter Plot. Metode ini mendeteksi jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik membentuk satu pola tertentu yang teratur atau bergelombang maka terdapat gejala heteroskedastisitas, sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar maka tidak terjadi gejala heterokesdastisitas. Gambar 3. Uji Kelayakan Model Regresi Model Fit Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat hasil berupa gambar Scatter Plot yang terdapat pada gambar 3. Pada gambar 3 tersebut tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar maka semua variabel bebas dari gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan grafik Scatter Plot pada gambar 3, model regresi dimana sumbu X adalah nilai Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah nilai residual atau Y prediksi dikurangi Y sesungguhnya Ý-Y yang telah di studentized terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai. 4 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya hubungan yang sempurna antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan cara meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel bebas dengan menggunakan Tolerance Value dan Variance Inflation Factor VIF. Penelitian yang mengandung multikolinearitas akan berpengaruh terhadap hasil penelitian sehingga penelitian tersebut menjadi tidak berfungsi. Jika nilai VIF kurang dari 10 atau nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak memiliki gejala multikolinearitas Gujarati, 1995:58. Hasil multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Hasil Uji Multikolinearitas Independent Variable Collinearity Sratistic Tolerance VIF TAR 0,920 1,087 GTA 0,938 1,066 ROE 0,942 1,062 Sumber: Data diolah 2010 Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa seluruh nilai VIF variabel bebas TAR, GTA, ROE kurang dari 10 1,087 untuk variabel TAR, 1,066 untuk variabel GTA dan 1,062 untuk variabel ROE. Batas nilai VIF yang diperkenankan adalah maksimal 10 maka model regresi tidak terdapat masalah multikolinearitas.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta

0 35 107

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP INCOMESMOOTHING PADA PERUSAHAAN LQ - 45 DI BURSA EFEK INDONESIA

0 6 1

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 Tahun 2004-2008 di Bursa Efek Indonesia)

0 4 20

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 Tahun 2004-2008 di Bursa Efek Indonesia)

1 16 185

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL : Studi pada Perusahaan Go Public yang Tergabung dalam Indeks LQ45 Tahun 2012 di Bursa Efek Indonesia.

0 10 56

Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45 Periode 2010-2014.

0 0 21

PENGARUH EVA DAN BEBERAPA RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 103

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN LQ 45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 124

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN; STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 73

PENGARUH MODAL KERJA, UMUR PERUSAHAAN, DAN FIRM SIZE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012 SKRIPSI

0 1 16