PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN; STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN; STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh Ardin Dolok Saribu, SE., MSi

Dosen Tetap Fakultas Ekonomi LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN 2014

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance yang meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, jumlah dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel moderating, studi pada perusahaan indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah populasi sebesar 97 perusahaan dan sampel sebesar 10 perusahaan. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan non-keuangan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari 2005-2010 dan perusahaan masih tercatat di BEI dan saham perusahaan masih aktif diperdagangkan hingga saat ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwasecara simultanmekanisme good corporate governance yang meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, jumlah dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy Price to Book Value. Sementara secara parsial jumlah dewan komisaris dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Manajemen Laba merupakan variabel moderating pada penelitian ini, dalam hal ini manajemen laba memperlemah pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan.

Kata Kunci : Good corporate governance, manajemen laba, nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, menjadikan resiko perusahaan meningkat dengan keuntungan makin tipis. Hanya perusahaan yang unggul saja yang dapat keluar dari keadaan yang berlaku umum tersebut, seperti perusahaan yang aktif dalam bursa saham atau disebut indeks LQ45. Namun keunggulan yang dimiliki perusahaan makin cepat terdilusi karena kemajuan teknologi sehingga terjadi peningkatan kompleksitas operasional perusahaan.

Semakin kompleksnya aktivitas pengelolaan perusahaan tersebut meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola usaha yang baik (good corporate governance ). Penerapan corporate governance yang profesional sangat penting sehubungan dengan meningkatnya kondisi persaingan dan globalisasi dengan memberikan prioritas terhadap perbaikan penerapan corporate governance, perusahaan-perusahaan dapat mengarah ke biaya operasional yang lebih rendah dan peningkatan kinerja.

Lemahnya penerapan corporate governance ditandai dengan perilaku manajemen yang mulai mementingkan kepentingan sendiri dengan mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan (investor), maka hal ini menyebabkan jatuhnya

harapan investor tentang tingkat pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan dan mulai berhenti melakukan pendanaan atau investasi di perusahaan-perusahaan di negara tersebut, yang mengakibatkan menurunnya aliran masuk modal (capital inflows) ke negara tersebut secara keseluruhan sedangkan aliran modal keluar (capital outflows) mengalami kenaikan. Hal tersebut menyebabkan lemahnya investasi di negara tersebut, maka harga saham agregat perusahaan-perusahaan di negara tersebut akan menurun. Hal ini menuntun pada rendahnya kinerja perusahaan-perusahaan di negara tersebut (Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu, 2004).

Kondisi-kondisi di atas, menyebabkan corporate governance sangat dibutuhkan, dimana pihak manajemen perusahaan memiliki wewenang dalam penggunaan segala sumber daya perusahaan, sementara para pemegang saham berharap manajemen dapat bertindak profesional dalam mengelola perusahaan dan segala sumber dayanya. Setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh manajemen seharusnya mementingkan kepentingan pemegang saham dan bertujuan untuk kepentingan pertumbuhan nilai perusahaan. Namun pada kenyataannya, manajemen seringkali bertindak demi kepentingan mereka sendiri dan merugikan perusahaan serta pemegang saham. Permasalahan inilah yang kemudian dikenal sebagai agency problem.

Masalah keagenan yang dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan pengelolaanatau manajemen perusahaan. Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang

perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Menurut Van Horne (2002) “value is represented by the market price of the company’s common stock which in turn, is a function of the firm’s investment, financing and dividen decision “. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.

Peningkatan nilai perusahaan ini dapat tercapai apabila ada kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi sharehoder maupun stakeholder dalam membuat keputusan keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Apabila tindakan antara manajer dengan pihak lain tersebut berjalan sesuai, maka masalah diantara kedua pihak tersebut tidak akan terjadi. Dalam kenyataannya penyatuan kepentingan kedua pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut masalah agensi (agency problem). Dalam konsep theory of the firm (Jensen dan Meckling,1976), adanya masalah agensi tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah perbedaan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision) dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh diinvestasikan. Dalam aktivitas pencarian dana, manajemen menginginkan untuk mencari sumber pendanaan dengan biaya sekecil mungkin sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan. Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dana yang diperoleh, manajer cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya pada proyek dengan resiko rendah, tetapi investor cenderung untuk memilih proyek dengan resiko tinggi karena resiko yang tinggi mencerminkan return yang akan diperoleh juga tinggi.

Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Adanya dewan komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehinggatercipta good corporate governance di dalam perusahaan.

Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta terlaksananya goodcorporate governance . Menurut Sofyan, Komite Audit dapat dibentuk oleh

Komisaris dan bertanggungjawab kepada Komisaris dengan pertimbangan bahwa dalam rangka mengoptimalkan kinerja, BUMN dituntut untuk dapat mengelola kegiatan usahanya dengan hemat, berdayaguna dan berhasil guna dan dengan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan mewujudkan sistem dan pelaksanaan pengawasan yang kompeten dan independen.

Hubungan GCG dengan nilai perusahaan telah diteliti oleh Arsjah (2002) membuktikan corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan namun tidak semua komponen corporate governance berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain struktur kepemilikannya, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, manajemen laba, serta keberadaan komite audit. Dalam penelitian Andrianto (2009) membuktikan corporate governance berpengaruh signifikan terhadap Price to Book Value, dalam hal ini merupakan kepemilikan manajerial dan kualitas audit serta manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Niken (2009), kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana variabel yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah komposisi komisaris independen dan keberadaan komite audit.

Konsistensi yang beragam mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan ini memotivasi peneliti untuk menguji pengaruh penerapanGood Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, Konsistensi yang beragam mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan ini memotivasi peneliti untuk menguji pengaruh penerapanGood Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen,

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembahasan utama dari penelitian ini adalah:

1. Apakah mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaandengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45?

2. Apakah mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit secara parsialberpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah

1. Untuk menguji pengaruh penerapan corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan 1. Untuk menguji pengaruh penerapan corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan

2. Untuk menguji pengaruh penerapan corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh parsial terhadap nilai perusahaan dengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan referensi bagi manajemen perusahaan dan investor dalam menilai kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan penerapan good corporate governance

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

3. Sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan intelektual bagi peneliti.

1.5 Originalitas Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Animah dan Rahmadhani (2010) dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Survei Pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2003-2007). Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2003-2007. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial hanya variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini peneliti mengganti ukuran perusahaan dengan kualitas audit yang di duga akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. Periode penelitian ini adalah 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan periode 2003, 2004, 2005, 2006, 2007.

3. Objek Penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ-45 di BEI, sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ.

4. Jumlah sampel perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ-45 di BEI dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 diteliti sebanyak 10 perusahaan, sedangkan penelitian sebelumnya, jumlah sampel perusahaan manufaktur yang diteliti adalah 28 perusahaan yang terdaftar di BEJ dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Nilai perusahaan

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Fama (1978) dalam penelitiannya menggunakan pendekatan konsep nilai pasar untuk mengukur nilai perusahaan. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa tertentu oleh permintaan dan penawaran saham tersebut oleh pelaku pasar. Nilai perusahaan merupakan nilai yang diberikan pasar bursa kepada manajemen perusahaan

Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini akan menggunakan proksi yaitu Price to Book Value pada periode yang telah ditentukan. Menurut Prayitno dalam Wulandari (2009), Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, maka akan menjadi daya Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini akan menggunakan proksi yaitu Price to Book Value pada periode yang telah ditentukan. Menurut Prayitno dalam Wulandari (2009), Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, maka akan menjadi daya

Hal ini dihitung dengan membagi harga penutupan saham saat ini dengan nilai buku kuartal terkini per saham. Juga dikenal sebagai "rasio harga-ekuitas". Dihitung sebagai:

Price to Book Value = PBV adalah rasio keuangan yang digunakan untuk membandingkan nilai buku

perusahaan dengan harga pasar saat ini. Nilai buku adalah istilah akuntansi yang menunjukkan bagian dari perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham, dalam kata lain, total aset berwujud perusahaan dikurangi total kewajibannya.

2.1.2 Corporate governance

2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance Organization Economic Cooperation and Development (OECD) berpendapat

bahwa Corporate Governance merupakan struktur hubungan serta kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak – pihak terkait yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan komisaris termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan utama perusahaan. Menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2000) , corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, bahwa Corporate Governance merupakan struktur hubungan serta kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak – pihak terkait yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan komisaris termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan utama perusahaan. Menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2000) , corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,

The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG) juga memiliki definisi mengenai corporate governance. Menurut IICG, Good Corporate Governance (tata kelola perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan yang baik) pada hakekatnya merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Struktur merupakan satu kesatuan yang terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi, dan pihak – pihak yang berkepentingan (stakeholders) . Sistem merupakan suatu landasan operasional yang menjadi dasar mekanisme check and balances kewenangan atas pengelolaan perusahaan. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (tanggung jawab, akuntabilitas, keadilan, dan transparansi) dalam menentukan tujuan dan sasaran, pencapaian, pengukuran kinerja perusahaan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Corporate Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Good Corporate Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam Corporate Governance adalah mencari cara Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Corporate Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Good Corporate Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam Corporate Governance adalah mencari cara

2.1.2.2 Manfaat Corporate Governance Utama (2005) menyatakan bahwa konsep Corporate Governance timbul sebagai upaya untuk mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri dan menciptakan mekanisme dan alat control untuk memungkinkan terciptanya sistem pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholders dan menciptakan efisiensi bagi perusahaan.

Menurut The Forum For Corporate Governance In Indonesia, kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah :

1. Lebih mudah memperoleh modal.

2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah, yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaam yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.

3. Memperbaiki kinerja usaha.

4. Mempengaruhi harga saham, serta

5. Memperbaiki kinerja ekonomi.

2.1.2.3 Prinsip – Prinsip Corporate Governance Organization Economic Cooperation and Development (OECD)

mengembangkan seperangkat prinsip – prinsip Corporate Governance, atau yang lebih dikenal sebagai The OECD Pinciples Of Corporate Governance. Prinsip – prinsip dasar dari good corporate governance meliputi :

a) Fairness Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. Praktik kewajaran juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham dari praktik kecurangan (fraud) dan praktik-praktik insider trading yang dilakukan oleh agen/manajer. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda (conflict of interest).

b) Transparancy Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Pinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi dan best practices b) Transparancy Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Pinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi dan best practices

c) Accountability Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan komisaris, direksi independen dan komite audit. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. Praktik-praktik yang diharapkan muncul dalam menerapkan akuntabilitas diantaranya pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan perlindungan kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.

d) Responsibility Responsibilitas diartikan sebagai tanggungjawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai GCG yaitu mengakomodasi d) Responsibility Responsibilitas diartikan sebagai tanggungjawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai GCG yaitu mengakomodasi

2.1.2.4 Mekanisme Penerapan Corporate Governance Terdapat dua mekanisme dalam penerapan corporate governance sesuai kerangka corporate governance menurut World Bank (1999,) yaitu mekanisme intern dan mekanisme ekstern. Mekanisme intern berkaitan dengan pengendalian intern perusahaan khususnya peranan dewan komisaris. Dewan Komisaris berfungsi sebagai wakil pemegang saham khususnya dan stakeholders lainnya umumnya untuk mengawasi aktivitas manajemen sehingga asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham dapat diatasi. Dengan asumsi dewan komisaris merupakan alat pengendalian dan merupakan elemen yang sangat penting dalam mekanisme intern corporate governance . Anggota dewan komisaris dapat terjadi dari anggota yang berasal dari dalam perusahaan (intern) dan dari luar perusahaan (ekstern). Dewan komisaris intern lebih banyak mengetahui seluk beluk perusahaan, tetapi mungkin tidak memiliki tingkat independensi yang besar dibanding anggota dewan komisaris ekstern .

Mekanisme intern lainnya yaitu penunjukkan anggota dewan direktur dan dewan komisaris independen serta pembentukan komite audit oleh komisaris yang beranggotakan auditor independen dan staf internal audit. Pendapat dari anggota independen harus lebih mengacu kepada kepentingan stakeholders, tidak hanya kepentingan komersial perusahaan, oleh karena itu, pemilihan orangnya sangat

menentukkan kinerjanya. Direktur Independen harus orang dari luar perusahaan yang tidak mempunyai hubungan afiliasi maupun jasa konsultasi serta tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan pihak manajemen. Mekanisme lain dari Corporate Governance adalah mekanisme ekstern, yaitu mekanisme control yang memanfaatkan semua perangkat yang ada di luar perusahaan, baik ekonomi, hukum, dan social untuk mengontrol jalannya perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Perangkat tersebut mencakup pasar uang dan pasar modal yang bersaing, perangkat hukum dan perundang – undangan yang lengkap, penerapan hokum yang konsisten dan adil, pasar barang dan jasa (termasuk tenaga kerja yang professional) yang aktif dan terbuka, konsumen yang aktif, tanggap dan sadar akan hak dan kewajibannya.

Mekanisme ekstern ini kadangkala lebih berperan dalam medisplinkan manajemen dan perusahaan dibanding mekanisme intern. Sebagai contoh pasar modal yang terbuka, aktif dan likuid memungkinkan para pemegang saham menindak secara langsung perilaku manajemen yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Mereka dapat melepas atau menjual saham kepasar apabila harapan mereka tidak terpenuhi. Dengan demikian nilai perusahaan akan turun apabila pemegang saham secara serentak melakukan yang sama.

2.1.3 Kepemilikan institusional

Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan

Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat.

2.1.4 Kepemilikan manajerial

Dalam teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelola.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (pihak intern). Proposi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Dalam penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial secara langsung dan atau melalui keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.1.5 Komposisi dewan komisaris independen

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder (2000), dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.

2.1.6 Jumlah dewan komisaris

Selain kepemilikan manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan mendapatkan hasil yang beragam. Yermack (1996), Eisenberg et al (1998) dan Jensen (1993), menyatakan bahwa makin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat Selain kepemilikan manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan mendapatkan hasil yang beragam. Yermack (1996), Eisenberg et al (1998) dan Jensen (1993), menyatakan bahwa makin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat

2.1.7 Komite audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.

2.1.8 Kualitas audit

Dalam konteks keagenan, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor perilaku manajer sebagai agent dan memastikan bahwa agent bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Pemegang saham mengharapkan auditor untuk dapat menekan kemungkinan terjadinya moral harzard yang dilakukan manajemen, sehingga agency cost yang ditanggung pemegang saham akan berkurang. Namun dari sudut pandang manajer, sejalan dengan moral hazard hypothesis dan kondisi informasi asimetri, manajer cenderung memilih auditor yang member keleluasaan untuk memilih prosedur akuntansi yang disukainya, namun sekaligus juga bersedia opini audit yang menguntungkan.

Gavious (2007) mengatakan bahwa masalah pemilihan auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Disatu pihak, auditor ditunjuk oleh manajemen untuk melakukan audit bagi kepentingan pemegang saham, namun dilain pihak, jasa audit dibayar dan ditanggung oleh manajemen. Hal ini menciptakan benturan kepentingan yang tidak dapat dihindari oleh auditor. Mekanisme kelembagaan ini menimbulkan ketergantungan auditor kepada kliennya, sehingga auditor merasa kehilangan independensinya dan harus mengakomodasi berbagai keinginan klien, dengan harapan agar perikatan auditnya di masa depan tidak terputus.

Mekanisme GCG merupakan suatu aturan, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan kontrol Mekanisme GCG merupakan suatu aturan, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan kontrol

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas masalah GCG dan kinerja perusahaan antara lain:

a. Animah dan Ramadhani (2010), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun pengamatan 2003-2007. Variabel yang digunakan adalah: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan dan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial hanya variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

b. Siallagan dan Machfoedz (2006), melakukan penelitian dengan judul. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun pengamatan 2000-2004. Variabel yang digunakan adalah: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, manajemen laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance mempengaruhi kualitas laba dan kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, komite audit dan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

c. Herawaty (2008) melakukan penelitian dengan judul. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan nonkeuangan yang telah listing di BEJ tahun 2004-2006. Variabel yang digunakan adalah: ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit, manajemen laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi pertama, earning management berpengaruh negatif terhadapa nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model regresi kedua menunjukkan kepemilikan manajerial c. Herawaty (2008) melakukan penelitian dengan judul. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan nonkeuangan yang telah listing di BEJ tahun 2004-2006. Variabel yang digunakan adalah: ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit, manajemen laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi pertama, earning management berpengaruh negatif terhadapa nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model regresi kedua menunjukkan kepemilikan manajerial

d. Semuel (2009) melakukan penelitian dengan judul. Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, dengan tahun pengamatan 2000-2004. Variabel yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, dewan komisaris, komite audit, kualitas laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme CG berpengaruh terhadap kualitas audit, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Selain itu juga, kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dimana dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Kualitas audit bukan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.

Dari peneliti terdahulu tersebut di atas terlihat bahwa dari hasil beberapa peneliti menunjukkan adanya pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan.

Tabel 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti/ Judul Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

Tahun

Animah,

kepemilikan institusional, Ramadhani 2010

Pengaruh Struktur a. Kepemilikan Institusional

kepemilikan manajerial, Mekanisme CG dan

Kepemilikan,

b. Kepemilikan Manajerial

c. Proporsi Dewan Komisaris komite audit, ukuran Ukuran Perusahaan

Independen

dewan komisaris, proporsi

dewan komisaris Perusahaan

terhadap Nilai d. Komite Audit

e. Ukuran Dewan Komisaris

independen dan ukuran

f. Ukuran Perusahaan

perusahaan secara simultan

g. Nilai Perusahaan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.

Siallagan, Mekanisme CG,

corporate Machfoedz 2006

a. Kepemilikan manajerial

mekanisme

governance mempengaruhi perusahaan

kualitas laba dan nilai

b. Proporsi dewan komisaris

c. Komite audit

kualitas laba dan kualitas

d. Ukuran perusahaan

laba secara positif

e. Manajemen laba

berpengaruh terhadap nilai

f. Nilai perusahaan

perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial

Herawaty 2008 Peran praktek CG

model regresi pertama, sebagai variabel

a. Kepemilikan manajerial

earning management moderating dari

b. Kepemilikan institusional

berpengaruh negatif pengaruh earning

c. Proporsi dewan komisaris

terhadapa nilai perusahaan management terhadap

independen

dengan variabel kontrol nilai perusahaann

d. Kualitas Audit

e. Manajemen laba

ukuran perusahaan. Model

f. Nilai perusahaan

regresi kedua menunjukkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada model regresi ketiga, earning management berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Kawatu 2009 Mekanisme Corporate

mekanisme CG Governance terhadap

a. Kepemilikan manajerial

b. Dewan komisaris

berpengaruh terhadap

kualitas audit, kepemilikan dengan Kualitas Laba

Nilai Perusahaan c. Komite audit

d. Kualitas laba

manajerial dan komite

audit berpengaruh positif Intervening

sebagai Variabel e. Nilai perusahaan

terhadap kualitas laba, sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Selain itu juga, kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dimana dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Kualitas audit bukan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.

2.3. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan untuk tercapainya penelitian ini dengan didukung tinjuan teoritis dan tinjauan peneliti terdahulu, maka secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Mekanisme Corporate Governance

Kepemilikan Institusional (KI)

Kepemilikan Manajerial (KM)

Komposisi Dewan Komisaris Nilai Independen (KDK)

Perusahaan (Y)

Jumlah Dewan Komisaris (JDK)

Komite Audit (KA)

Kualitas Audit (KuA)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Gambaran diatas dijelaskan melalui perilaku manipulasi oleh manajer dapat diminimunkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kepentingan. Pertama, memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), akan mengurangi masalah keagenan dari manager dan menyelaraskan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional merupakan pihak yang dapat memantau atau memonitor secara profesional perkembangan investasi karena tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan. Ketiga, peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen (Barnhart dan Rosentein 1998). Keempat, kualitas audit yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari 2003)

Komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris mempengaruhi mereka dalam memantau proses pelaporn keuangan. Komite audit dapat mengurangi adanya manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen. Dalam hubungannya dengan kinerja, PBV salah satu jenis penilaian kinerja perusahaan yang mengukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai harga saham di pasar Bursa Efek Indonesia. Price to Book Ratio adalah perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Arifin (2002) menyatakan meningkatnya nilai rasio PBV maka akan meningkatkan harga saham juga.

Bagi para investor harga saham menunjukkan baik atau buruknya nilai perusahaan. Dimana harga saham yang aktif terjual di pasar BEI disebut indeks LQ-

45. Harga saham di indeks ini sangat beragam dan banyak investor yang mau membeli saham-saham di indeks LQ-45 karena return yang diberikan perusahaan tersebut kepada investor.

Dalam penelitian ini, PBV sebagai proxy dari nilai perusahaan yang merupakan variabel dependen. PBV perusahaan terdapat dalam laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Mekanisme corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan kualitas audit sebagai variable independen. Dimana manajemen laba sebagai variabel moderating yang akan menunjukkan pengaruh penerapan mekanisme good corporate governance terhadap PBV, berpengaruh memperkuat atau memperlemah hal tersebut.

3.2. Hipotesis

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kinerja perusahaan adalah kinerja saham yang diwakili oleh rasio Price to Book Ratio (PBV) – nya. Hipotesis yang akan diuji adalah :

1. Mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh 1. Mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh

2. Mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan kausal (causal effect ), yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris tentang pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, yaitu fakta empiris pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dan ukuran dewan komisaris independen, komite audit, kualitas audit dan manajemen laba dan kinerja perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 1 (satu) variabel dependen yaitu nilai perusahaan dan 6 (enam) variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris, komite audit dan kualitas audit. Serta 1(satu) variabel moderating yaitu manajemen laba.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Maret 2013 dengan mengambil objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh dengan mendownload semua laporan tahunan untuk tahun 2005 hingga 2010 yang dipublikasikan di www.idx.com

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadi objek penelitian (Kuncoro,2004). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam LQ-45 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 6 tahun yaitu tahun 2005 sampai dengan 2010.

Sampel dipilih secara purposive sampling berdasarkan atas pertimbangan tertentu sehingga diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun beberapa pertimbangan atau kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah :

1. Sampel merupakan perusahaan non-keuangan yang harus tetap terdaftar pada indeks LQ-45 untuk periode waktu antara 2005-2010.

2. Sampel masih tercatat di BEI dan saham perusahaan sampel aktif diperdagangkan hingga saat ini.

Berikut ini ringkasan teknik penentuan jumlah sampel berdasarkan kriteria di atas dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Teknik Pengambilan Sampel

No Kriteria Jumlah

2 Tidak memenuhi kriteria a dan b

Total sampel

Daftar nama perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 periode 2005- 2010 (sampel) dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Sampel Perusahaan Indeks LQ-45 tahun 2005-2010

No Nama Perusahaan

1 PT. Astra Agro Lestari Tbk

2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk

3 PT. Astra International Tbk

4 PT. International Nickel Ind .Tbk

5 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

6 PT. Indosat Tbk

7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

8 PT. Semen Cibinong Tbk (Holcim)

9 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

10 PT. United Tractors Tbk

4.4. Metode Pengumpulan Data

Semua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data-data yang berkaitan dengan variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, data perubahan harga saham dan index IHSG dengan cara download dari website www.idx.co.id, www.e-bursa.com serta Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM).

4.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiataan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nasir, 1999).

Pemberian definisi operasional dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan keraguan atau bias yang mungkin terjadi.

Berikut variabel–variabel yang terkait dalam penelitian ini beserta proxy yang digunakan untuk masing-masing variabel :

a. Variabel Dependen. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diartikan sebagai ekspektasi nilai investasi para pemegang saham (harga pasar ekuitas) sebagai reaksi terhadap informasi yang diberikannya yang mencakup harga pasar saham dan volume saham yang beredar. Pengukuran menggunakan skala rasio. Nilai perusahaan diukur dengan nilai buku saham (Price to Book Value) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

PBV =

b. Variabel Independen :

1. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah komposisi saham perusahaan yang dimiliki

oleh pihak institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pensiun atau perusahaan lain. Kepemilikan institusional (investor institusional) dapat memonitor tim manajemen secara lebih efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Pengukurannya menggunakan skala rasio.

2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah proporsi kepemilikan saham oleh pihak

manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar dan diukur dengan menggunakan skala rasio.

3. Komposisi Dewan Komisaris Independen Komposisi dewan komisaris independen adalah jumlah anggota dewan

komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Komposisi dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahaan dan diukur dengan menggunakan skala rasio.

4. Jumlah Dewan Komisaris Independen Jumlah dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris

Dokumen yang terkait

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN POTENSI EKONOMI DI KABUPATEN DELI SERDANG Marlina Mahdalena Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Parulian Simanjuntak Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Nancy Nopeline Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen A

0 0 10

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

DAMPAK EKONOMI DAN SOSIAL PENANGKAPAN IKAN PORA-PORA ( Pontius Binotatus) DAN IMPLIKASINYA BAGI SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Parulian Simanjuntak

0 0 19

PENGARUH EKSPOR TERHADAP PENIGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA MEDAN (ANALISIS BASIS EKONOMI) PROVINSI SUMATERA UTARA Ateng Piater Sinaga Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Elvis F. Purba, SE., M.Si Fakultas Ekonomi Universitas HK

0 0 9

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - SPESIALISASI REGIONAL KOTA DAN KABUPATEN DI SUMATERA UTARA

0 0 10

I. PENDAHULUAN - DINAMIKA GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE DALAM PEMBENTUKAN IC JURNAL EB MAGDALENA 2012

0 0 20

1 PENERAPAN TAX AMNESTY PADA KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SUMUT I Magdalena Judika Siringoringo

0 0 17

LEMBAGA PENELITIAN DAII PENGABDIATI PADA MASYARAKAT JURNAL ILMIAH POLIPROFESI

0 0 12

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAK JURNAL ILMIAH POLITEKNIK MBP

0 0 13

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 76