PENGARUH EVA DAN BEBERAPA RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

0612010269 / FE / EM HERU EFFENDI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

PENGARUH EVA DAN BEBERAPA RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG

TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh:

0612010269 / FE / EM HERU EFFENDI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45

DI BURSA EFEK INDONESIA Yang diajukan

0612010269/FE/EM HERU EFFENDI

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Hj. Malicha Tanggal : ...

Mengetahui

Ketua Jurusan Manajemen

NIP. 030.191.295 Drs. Ec Gendut Sukarno, MS


(4)

TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun Oleh :

0612010269 / FE / EM HERU EFFENDI

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 11 Mei 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Hj. Malicha

Sekretaris

Dr. Muhadjir Anwar. SE, MM

Anggota

Drs. Ec. H. RA. Suwaidi, MS

Dra. Ec, Hj. Malicha Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

NIP. 030 202 389


(5)

i

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Segala-galanya, sumber dari segala sumber, yang telah memberikan petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh EVA dan Beberapa Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia ”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Drs. Ec. Gendut Sukarno, MSi, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.


(6)

ii

5. Drs. Ec. Supriyono, MM, selaku Dosen Wali yang telah banyak membantu penulis selama menempuh kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur, khususnya Program Studi Manajemen yang telah memberi ilmu pengetahuan dan membimbing penulis selama masa kuliah. 7. Kedua Orang Tua dan Saudara-saudara saya yang selalu memberikan restu,

dukungan dan doanya selama penulis menempuh kuliah sampai dengan menyelesaikan Skripsi.

8. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesaikannya Skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta bermanfaat bagi pembaca, khususnya Program Studi Manajemen.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 11 Juni 2010


(7)

iii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 9

2.2. Landasan Teori... 11

2.2.1.Pengertian Manajemen Keuangan... 11

2.2.2. Tujuan Manajemen Keuangan……... 13

2.2.3. Fungsi Manajemen Keuangan………... 14

2.2.3.1. Keputusan Investasi... 15

2.2.3.2. Keputusan Pendanaan... 15

2.2.3.3. Keputusan Deviden... 16

2.2.4. Sumber Dana... 16

2.2.5.Laporan Keuangan... 17


(8)

iv

2.3.3. Lembaga Pendukung………... 24

2.3.3.1. Lembaga Penunjang di Pasar Perdana………. 25

2.3.3.2. Lembaga Penunjang di Pasar Sekunder………... 27

2.3.3.3.Lembaga Penunjang Penerbitan Obligasi……….. 28

2.4. Investasi………... 29

2.4.1. Pengetian Investasi……….. 29

2.4.2. Proses Investasi……….. 31

2.5. Saham……… 34

2.5.1. Pengertian Saham……… 34

2.5.2. Karakteristik Saham……… 35

2.5.3. Klasifikasi Saham……… 35

2.5.4. Harga Saham……….. 38

2.6. Indeks LQ 45... 42

2.6.1. Pengertian Indeks LQ 45……… 42

2.7. Pengaruh Antara Metode EVA, ROA,ROE, dan EPS Pengaruhnya Terhadap Harga Saham... 43

2.7.1. Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham... 43

2.7.2. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham.... 44

2.7.3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham…. 45 2.7.4. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham... 46

2.8. Kerangka Konseptual……… 47


(9)

v

3.1.2. Variabel Bebas... 50

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 57

3.2.1. Populasi... 57

3.2.2. Sampel... 57

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 58

3.3.1. Jenis Data... 58

3.3.2. Sumber Data... 59

3.3.3. Pengumpulan Data... 59

3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis... 59

3.4.1. Teknik Analisis Data... 59

3.4.2. Uji Hipotesis... 60

3.4.3. Uji Asumsi Klasik... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 65

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia………. 65

4.1.2. Lembaga Penunjang dan Profesi Pasar Modal………... 68

4.1.2.1. Lembaga Penunjang Pasar Modal... 68

4.1.2.2. Profesi Penunjang Pasar Modal... 69

4.1.3. Latar Belakang Berdirinya Bursa Efek Indonesia... 69

4.1.4. Maksud dan Tujuan Pembentukan Pasar Modal... 70

4.1.5. Struktur Organisasi……….. 71

4.1.6. Sistem di Bursa Efek Indonesia... 73


(10)

vi

4.2.2.2. Multikolinearitas………... 77

4.2.2.3. Heteroskedastisitas……… 77

4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda……… 79

4.2.4. Hasil Pengujian Uji t……… 81

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian……… 82

4.3.1. Pengaruh Return On Asset Terhadap Harga Saham…………. 82

4.3.2. Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham………... 83

4.3.3. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham………... 84

4..3.4. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Harga Saham… 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 86

5.2. Saran... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

vii

Tabel 4.2. Data Autokorelasi ... 76

Tabel 4.3. Batas-batas daerah Test Durbin Watson ... 76

Tabel 4.4. Hasil pengujian Multikolinieritas... 77

Tabel 4.5. Hasil pengujian Heteroskedatisitas ... 78

Tabel 4.6. Koefisien Regresi ... 79


(12)

(13)

ix dan Earning Per Share

Lampiran 2 : Uji normalitas Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik Lampiran 4 : Uji t tabel


(14)

Heru Effendy

Abstraksi

Para investor pasar modal perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan fluktuasi harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih guna menginvestasikan kelebihan dananya. Perlu informasi yang relevan tentang kinerja keuangan perusahaan, manajemen perusahaan, kondisi ekonomi moneter untuk menilai secara akurat. Didalam pasar modal, investor besar dan kecil dapat membeli dan menjual saham atau efek lainnya. Harga saham atau efek berfluktuasi sesuai dengan penawaran dan permintaan terhadap efek yang bersangkutan.Harga dari saham atau efek merupakan barometer untuk menjadi pandangan mereka mengenai masa depan perusahaan dan ekonomi pada umumnya. Penilaian saham secara akurat bisa menimalkan resiko sekaligus membantu investor mendapat keuntungan yang maksimal. Para investor perlu memperhatikan sejumlah aspek yang mempengaruhi harga saham. Variasi harga saham ditentukan oleh banyak faktor. Ada dua aspek atau pendekatan yang sering digunakan, yaitu aspek fundamental dan aspek teknikal. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), EPS (Earning Per Share) dan EVA (Economic Value Added) terhadap harga saham

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 sampel perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai tahun 2009. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel yang dilaksanakan dengan cara pengambilan subyek berdasarkan atas tujuan atau kriteria tertentu. Untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan teknik analisis uji regresi linier berganda.

Dari hasil perhitungan diatas variabel Return on Asset secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham, variabel Return on Equity secara parsial tidak berpengaruh terhadap Harga Saham, variabel Earning per Share secara parsial tidak berpengaruh terhadap Harga Saham, variabel Ecconomic Value Added secara parsial tidak berpengaruh terhadap Harga Saham.

Keywords: ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), EPS (Earning Per Share) dan EVA (Economic Value Added) dan harga saham


(15)

1

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan perekonomian diikuti oleh meningkatnya pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam rangka meraih dana untuk memperlancar bisnis perusahaan. Ternyata semakin berkembangnya kegiatan pengembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia tentunya membutuhkan penyediaan dana yang cukup besar. Tapi pada saat ini tidak diimbangi dengan kondisi perekonomian indonesia yang stabil. Apalagi dengan adanya krisis ekonomi yang dampaknya sampai saat ini masih belum berakhir, membuat ruang gerak perusahaan semakin sempit. Perusahaan menjadi kesulitan untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dalam upaya pencapaian tujuan. Masalah ekonomi moneter membuat penyediaan dana mengalami hambatan dan semakin berkurang, Karena kecemasan para invvestor untuk menginvestasikan ke pasar modal disebabkan faktor global sering memburuknya prospek zona Eropa. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan memperhatikan kepentingan para pemilik modal (investor).

Untuk mendapatkan modal ekstern yang besar dan terikat dalam jangka waktu panjang maka para pemilik perusahaan diarahkan ke pasar modal. Pasar modal merupakan sarana bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana untuk melakukan investasi dalam jangka memengah dan jangka panjang.


(16)

Pasar modal merupakan alternatif pembiayaan untuk mendapatkan modal dan juga tempat untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang. Kehadiran pasar modal bagi perusahaan merupakan alternatif pemilihan sumber dana (khususnya jangka panjang). Hal ini berarti keputusan pembelanjaan dapat semakin bervariasi, selain itu pasar modal juga merupakan lembaga yang sangat berperan dalam memobilisasi dana masyarakat yang kurang produktif disektor riil menjadi lebih produktif.

Menurut Sutrisno (2001:341) Pasar modal dan industri sekuritas merupakan salah satu indikator untuk menilai perekonomian suatu negara berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini disebabkan perusahaan yang masuk ke pasar modal adalah perusahaan-perusahaan besar kredibel di negara yang bersangkutan, sehingga bila terjadi penurunan kinerja pasar modal bisa pula dikatakan telah terjadi pula penurunan kinerja di sektor Riil.

Bagi dunia usaha, sektor perbankan atau lembaga keuangan lain merupakan sumber pembiayaan jangka pendek, sedangkan pasar modal lebih dilihat sebagai sumber pembiayaan jangka panjang. Dengan demikian dalam perkembangannya pasar modal selain berfungsi untuk kegiatan jangka panjang perusahaan membutuhkan dana, juga sebagai tambahan alternatif bagi investor yang selama ini dirasakan sangat terbatas di Indonesia. Keterbukaan informasi merupakan hal yang untuk dicapai oleh setiap pasar modal. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi dimasukkan agar investasi saham dapat memperoleh gambaran mengenai prospek saham yang akan dibelinya.


(17)

Para investor pasar modal perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan fluktuasi harga saham agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih guna menginvestasikan kelebihan dananya. Perlu informasi yang relevan tentang kinerja keuangan perusahaan, manajemen perusahaan, kondisi ekonomi moneter untuk menilai secara akurat. Didalam pasar modal, investor besar dan kecil dapat membeli dan menjual saham atau efek lainnya. Harga saham atau efek berfluktuasi sesuai dengan penawaran dan permintaan terhadap efek yang bersangkutan.Harga dari saham atau efek merupakan barometer untuk menjadi pandangan mereka mengenai masa depan perusahaan dan ekonomi pada umumnya. Penilaian saham secara akurat bisa menimalkan resiko sekaligus membantu investor mendapat keuntungan yang maksimal.

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:25) Dalam aktifitas baik investasi pada finansial asset seperti saham dan obligai maupun real asset seperti tanah dan

real estate selalu ada dua hal penting yang perlu dipertimbangkan, yaitu risiko (risk) dan tingkat keuntungan (return). Karena tingkat keuntungan dan risiko merupakan dua hal yang tidak saling terpisah, karena pertimbangan investasi merupakan trede-off dari kedua faktor tersebut.

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:55) Para investor perlu memperhatikan sejumlah aspek yang mempengaruhi harga saham. Variasi harga saham ditentukan oleh banyak faktor. Ada dua aspek atau pendekatan yang sering digunakan, yaitu aspek fundamental dan aspek teknikal.


(18)

1. Faktor Fundamental

Informasi ini berkaitan dengan keadaan umum perusahaan, kondisi umum, kondisi industri yang sejenis dan faktor yang lain yang dapat mempengaruhi kodisi dan prospek perusahaan tersebut dimasa yang akan datang, misalnya perubahan peraturan pemerintah.

2. Faktor Teknikal

Informasi ini mencerminkan kondisi perdagangan efek, fluktuasi kurs, volume transaksi. Informasi ini sangat penting bagi para pemodal untuk menentukan kapan suatu efek harus dibeli, dijual atau ditukar dengan efek lain agar dapat diperoleh keuntungan yang maksimal.

Tingkat profitabilitas perusahaan pada analisis fundamental biasanya diukur dari beberapa aspek, pada perusahaan publik yang listed pada Bursa Efek Indonesia, rasio keuangan yang sering dipakai dalam menganalisis perubahan harga suatu saham adalah ROA (Return on Assets), ROE (Retrurn on Equity),

dan EPS (Earning per Share). Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:65) Return on equity yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Dalam perhitungannya, Return on assets

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari semua aktiva yang dipergunakan. ROA diperoleh dari rasio antara Earning After Taxes dengan total aktiva. ROE merupakan perbandingan antara pendapatan sebelum pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, jika proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan makin tinggi,sebaliknya. Menurut Sutrisno (2001:255) EPS (Earning per Share)


(19)

merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Nilai dari ketiga rasio keuangan diatas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam mengalisisnya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio.

Sedangkan Menurut Tandelilin (2002:195) EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik / efektif,maka akan tercermin pada peningkatan harga saham. Sebaliknya jika kinerja manajemen tidak efektif, maka akan tercermin pada penurunan harga saham.

Jawa Pos Selasa, 09 Februari 2010 menyoroti total nilai transaksi yang

dibukukan mencapai Rp 4,53 triliun dan volume tercatat 9,34 juta lot, denbgan frekuensi 83.760 kali. Sebanyak 37 saham menguat, 155 melemah, 60 ditutup stagnan, serta 234 saham tidak terjadi transaksi. Saham komoditas yang melemah cukup besar di antaranya PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) melemah Rp 600 (3,71 persen) menjadi Rp 15.550, dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) terkoreksi Rp 350 atau 1,49 persen di posisi Rp 23.100, PT. Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun Rp 1.150 atau 3,82 persen atau ke level Rp 28.950.


(20)

Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, karena peneliti melihat adanya fenomena yang menjelaskan terjadinya penurunan harga saham.Terjadinya penurunan harga saham mengambarkan kondisi perusahaan, sehingga akan berakibat pada turunnya nilai perusahaan di mata para investor. Harga saham yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor ekstenal dan internal.

Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pada faktor internal meliputi: Pertama menurut Astuti (2009:37) Asumsi apabila semakin tinggi ROA semakin tinggi pula tingkat pengembalian asset yang digunakan maka kepercayaan investor terhadap perusahaan juga tinggi sebagai permintaan atas saham perusahaan akan tinggi pula yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham dan begitu pula sebaliknya, Kedua menurut Syamsuddin (2007:64) ROE semakin tinggi penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pamilik perusahaan. yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham dan begitu pula sebaliknya, Ketiga menurut Ikhsan (2009:103) EPS sangat besar pengaruhnya terhadap harga saham, meningkatkan laba per lembar saham cenderung meningkatkan harga saham. Keempat menurut Tandelilin (2002:195) EVA jika kinerja manajemen baik / efektif,maka akan tercermin pada peningkatan harga saham. Sebaliknya jika kinerja manajemen tidak efektif, maka akan tercermin pada penurunan harga saham.

Dengan latar belakang permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh EVA (Economic Value Added), dan beberapa rasio


(21)

profitabilitas yang diukur dengan ROA (return on assets), ROE (return on equity), dan EPS (earning per share) terhadap harga saham perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, serta untuk mengetahui variabel mana diantara EVA (Economic Value Added), ROA (return on assets), ROE (return on equity), dan EPS (earning per share) yang dominan dalam mempengaruhi harga saham tersebut. Dengan berdasarkan pada pertimbangan diatas maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH EVA DAN BEBERAPA RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ROA (Return On Asset) mempunyai pengaruh terhadap harga saham?

2. Apakah ROE (Return On Equity) mempunyai pengaruh terhadap harga saham?

3. Apakah EPS (Earning Per Share) mempunyai pengaruh terhadap harga saham?

4. Apakah EVA (Economic Value Added) mempunyai pengaruh terhadap harga saham?


(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh ROA (Return On Asset) terhadap harga saham.

2. Untuk mengetahui pengaruh ROE (Return On Equity) terhadap harga saham.

3. Untuk mengetahui pengaruh EPS (Earning Per Share) terhadap harga saham.

4. Untuk mengetahui pengaruh EVA (Economic Value Added) terhadap harga saham.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat memberi kontribusi dan menjelaskan secara empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya lagi perusahaan yang terabung dalam Indeks LQ 45.

2. Manfaat Bagi Investor

Merupakan informasi yang dapat dijadikan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi.


(23)

9

2.1 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang pengaruh EVA dan rasio-rasio profitabilitas terhadap harga saham. Salah satunya yang dilakukan oleh : Noer Sasongko & Nila Wulandari (2006) dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham” Adapun variabel yang digunakan antara lain ROA (Return On Asset) ROE (Return On Equity), ROS (Return On Sales), EPS (Earning Per Share), BEP (Basic Earning Power), EVA (Economic Value Added) berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitiannya Hasil pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Sedangkan hasil uji t parsial menunjukkan bahwa return on asset, return on equity, retur on sale, basic earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Artinya ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.


(24)

Ucok Saut Timbul,SE (2008) dalam jurnal yang berjudul “ Analisis Pengaruh EVA, ROA, ROE dan Peresentase Kepemilikan Modal Saham Asing Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia “. Adapun variable yang di gunakan EVA, ROA, ROE dan Peresentase Kepemilikan Modal Saham Asing. Hasil dari penelitiannya Signifikansi EVA sebesar 0.001 lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima artinya variable EVA berpengaruh terhadap harga saham. Signifikansi ROA sebesar 0.001 lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima artinya variable ROA berpengaruh terhadap hargasaham.Signifikansi ROE sebesar 0.417 lebih besar dari 0,05 maka H1 ditolak artinya variable ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Signifikansi PKMSA sebesar 0.020 lebih kecil dari 0,05 maka H1 diterima artinya variable PKMSA berpengaruh terhadap harga saham.

Hasil pengujian statistik secara parsial terhadap masing – masing variabel bebas yaitu EVA ( Economic Value Added ), ROA ( Return On Asset ) dan PKMSA ( Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing ) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham sehingga variabel – variabel EVA ( Economic Value Added ), ROA ( Return On Asset ) dan PKMSA ( Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing ) mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Harga Saham perusahaan perbankan sebaliknya ROE ( Return On Equity ) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham sehingga variable ROE ( Return On Equity ) tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Harga Saham perusahaan perbankan, Sedangkan hasil pengujian statistik secara bersama-sama (simultan) variabel bebas yaitu EVA ( Economic Value Added ), ROA ( Return On Asset ),ROE( Return On Equity )


(25)

dan PKMSA ( Persentase Kepemilikan Modal Saham Asing ) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap Harga Saham.

Haryanto (2003) dalam jurnal yang berjudul “ Pengaruh Rasio profitabilitas Terhadap Harga Saham “ variabel yang digunakan PA, PE, dan MKB. Hasil penelitiannya nilai korelasi PE terhadap harga saham adalah 0.833. angka ini menunjukkan bahwa PE mempunyai hubungan positif kuat dengan harga saham. Dan hasil penelitina variabel yang lain tidak berpengaruh terhadap harga saham.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2001:3) Pada dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan perkembangannya, tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan penginvestasian dana merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, risiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan kombinasi sumber dana (hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan dividen merupakan penentu besar kecilnya beban finansial dan risiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan.


(26)

Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan.

Dengan demikian manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien Usaha mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pasif, dan bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan di neraca akan terlihat di sisi aktiva. Fungsi manajemen keuangan tidak bisa dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang lainnya seperti pemasaran, produksi, maupun sumberdaya manusia. Kegagalan dalam mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi, menghambat program-program pemasaran yang telah ditetapkan menghambat dalam penarikan sumberdaya manusia yang ahli, sehingga akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan.

Manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia, akuntansi, maupun lingkungan ekonomi berpengaruh terhadap keputusan keuangan. Oleh karena itu manajer keuangan harus bekerja sama dengan semua menajer-manajer fungsi tersebut. Apalagi dengan perkembangan perekonomian


(27)

dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya lingkungan hidup, telah memberikan tekanan yang besar bagi perusahaan untuk memperkecil kemungkinan negatif yang timbul sebagai akibat kelalaian perusahaan. Manajer keuangan harus saling bekerjasama dengan manajer produksi dan pemasaran dalam menterjemahkan kebijakan perusahaan, misalnya dalam program pengembangan produk baru, rencana promosi, distribusi, dan penentuan harga jangan sampai produk baru tersebut nantinya tidak diterima oieh masyarakat hanya arena melalaikan lingkungan, demikian pula dengan program pemasaran.

2.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2001:4) Kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik, kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen. Oleh karena itu kemakmuran para pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dari tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan. Kadang-kadang memaksimumkan laba dicanangkan sebagai tujuan perusahaan, akan tetapi hal itu tidak dapat mencapai sasaran memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Yang tebih penting bukanlah laba melainkan laba per lembar saham (earning per share). Laba didapatkan dengan mengurangkan penghasilan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga untuk meningkatkan keuntungan bisa menarik modal baru (mengeluarkan saham baru), dan menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut pada investasi yang bebas risiko


(28)

(misalnya deposito atau obligasi pemerintah), tetapi apakah dengan cara semacam ini akan meningkatkan nilai saham, tentu saja tidak, karena pemegang saham tidak mau menerima imbalan sebesar bunga deposito yang relatif lebih kecil, sementara mereka harus menanggung risiko. Jika hal ini terjadi keuntungan memang meningkat, tapi nilai saham justru akan menurun. Demikian pula halnya, memaksimumkan laba per lembar saham bukan merupakan tujuan utama, karena tidak memperlihatkan waktu maupun lamanya laba yang diharapkan, dan juga tidak memperhatikan faktor risiko maupun ketidakpastian di masa yang akan datang, serta tidak mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam membagi dividen.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujud memaksimumkan laba per lembar saham tidak sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan. Harga pasar saham. sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (1) laba per lermbar saham, (2) tingkat bunga bebas risiko, dan (3) tingkat ketidakpastian operasi perusahaan. Misalnya perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif ada kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi semakin besar.

2.2.3 Fungsi Manajemen Keuangan

Menurut Sutrisno (2001:5) Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang hanya dilakukan oleh suatu perusahaan: keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Masing-masing keputusan harus


(29)

berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan.

Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.

2.2.3.1 Keputusan Investasi

Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan han mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. Bentuk, macam, komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkaninvestasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu in akan mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharap investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan.

2.2.3.2 Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.


(30)

2.2.3.3 Keputusan Dividen

Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan: (1) besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend), (4) pemecahan saham (stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.

2.2.4 Sumber Dana

Menurut Sutrisno (2001:7) Seperti kita ketahui bahwa setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, untuk investasi ataupun untuk keperluan lainnya. Dana perusahaan tersebut jika ditinjau dari asalnya sumber dana tersebut, bisa dipisahkan ke dalam dua jenis yakni sumber dana dari dalam dan sumber dana dari luar.

Sumber dana dari dalam adalah sumber dana perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Sumber dana jenis ini diambilkan dari dana yang dibentuk dan dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, yang berarti dana dari kekuatan sendiri. Sumber dana dari dalam dibedakan menjadi dua :


(31)

cadangan-cadangan, dan laba yang tidak dibagi.

Sumber dana intensif, yang merupakan penggunaan dana dari penyusutan-penyusutan aktiva tetap.

2.2.5 Laporan Keuangan

Menurut Sutrisno (2001:9)Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan, oleh karena itu perlu pembahasan singkat mengenai laporan keuangan. Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni (1) Neraca dan (2) Laporan Rugilaba. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah.

Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai dua sisi, sisi debit dan sisi kredit. Pada sisi debit menunjukkan posisi kekeyaan perusahaan (aktiva) yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah aktiva yang masa perputarannya kurang atau maksimal dalam satu tahun. Termasuk dalam kelompok ini antara lain Kas, Efek, Piutang Dagang, Piutang Wesel, Persediaan, dan Perlengkapan . aktiva tetap adalah aktiva yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau berjangka panjang. Termasuk dalam kelompok ini antara lain : Tanah, Bangunan Atau Gedung, Mesin, Peralatan, Kendaaraan, dan Inventaris. Sedangkan pada sisi kredit atau pasiva menunjukkan sumber kekeyaan


(32)

perusahaan yang terdiri dari dua sumber yakni hutang dan modal. Hutang terdiri dari dua macam hutang jangka pendek dan jangka panjang. Hutang jangka pendek (hutang lancar) adalah hutang yang masa jatuh temponya kurang dari satu tahun, seperti hutang hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, dan hutang bank jangka pendek. Hutang jangka panjang adalah hutang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun, seperti hutang bank jangka panjang, hutang obligasi, maupun hutang hipotik. Sisi pasiva lainnya adalah modal terdiri dari modal saham, agio saham, laba ditahan, dan cadangan-cadangan.

Laporan Rugi-laba adalah laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini biasanya digunakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu. Laporan rugi-laba pada dasarnya menggambarkan dua macam arus yang membentuk laba atau rugi. Laba terjadi apabila penghasilan diperoleh dalam satu periode lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, sebalinya rugi akan timbul bila pendapatan lebih rendah dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.

2.3 Pasar Modal

2.3.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat


(33)

digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.

Ada beberapa penulis menyatakan pengertian pasar modal. Salah satunya, Menurut Sutrisno (2001:341) pengertian pasar modal secara umum, menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal adalah suatu system keuangan yang terorganisir, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek.

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:1) pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bias diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang, maka pasar uang (money market) pada sisi yang lain merupakan pasar surat berharga jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market).

Menurut Sartono (2001:21) sementara itu, pasar modal adalah tempat transaksi asset keuangan jangka panjang atau long-term assets. Jenis surat berharga yang diperjual-belikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari


(34)

satu tahun. Pasar modal memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang utnuk investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan dan sarana produksi lainnya. Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah : a. Obligasi, b. Saham preferens, c. Saham biasa. Setiap jenis instrumen pasar modal tersebut merupakan bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjual-belikan. Pemegang instrumen pasar modal mengharapkan keuntungan dengan menahan instrumen tersebut.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998:1) secara formal pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities , maupun perusahaan swasta.

Dari beberapa pengertian pasar modal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal suatu sarana dimana surat-surat berharga jangka panjang diperjualbelikan. Pasar modal itu sendiri mempunyai tujuan utama mencapai keuntungan yang optimal. Namun sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional pasar modal memiliki fungsi intermediasi yaitu menjembatani antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang kelebihan modal. Pasar modal juga mempunyai peranan penting bagi pembangunan ekonomi salah satu sumber sebagai pembiayaan eksternal bagi dunia usaha.


(35)

2.3.2 Manfaat Pasar Modal

Pasar modal mempunyai banyak sekali manfaat dalam perkembangan perekonomian negara. Salah satunya Menurut Sartono (2001:38) manfaat pasar modal ada beberapa pihak yaitu:

1. Bagi Emiten

Pasar modal sebagai alternatif untuk menghimpun dana masyarakat bagi emiten memberikan banyak manfaat. Dalam kondisi di mana debt to equity ratio perusahaan telah tinggi maka akan sulit menarik pinjaman baru dari bank, oleh karena itu pasar modal menjadi alternatif lain. Adapun manfaat bagi emiten adalah :

1.1 Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar, dan dapat sekaligus diterima oleh emiten pada saat pasar perdana.

1.2 Tidak dapat convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam mengelola dana yang diperoleh perusahaan. 1.3 Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra

perusahaan dan ketergantungan terhadap bank kacil. Jangka waktu penggunaan dana tak terbatas.

1.4 Cash flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar dari pada harga nominal perusahaan. Emisi saham sangat cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. 1.5 Tinggi ada beban financial yang tetap, profesionalisme


(36)

2. Bagi Pemodal

Pasar modal telah berkembang baik merupakan sarana investasi lain yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pemodal (investor).Bagi investor, investasi melalui pasar modal dapat dilakukan dengan cara membeli instrumen pasar modal seperti saham, obligasi ataupun sekuritas kredit.

Investasi dipasar modal juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan investasi pada sektor perbankan. Melalui pasar modal investor dapat memilih berbagai jenis efek yang diinginkan. Adapun manfaat pasar modal bagi para investor adalah :

2.1 Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut akan tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.

2.2 Sebagai pemegang saham investor memperoleh dividen, dan sebagai pemegang saham obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun.

2.3 Bagi pemegang saham mempunyai hak suara dalam RUPS, dan hak suara dalam RUPO bagi pemegang saham.

2.4 Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi misalnya dari saham A ke saham B sehingga dapat mengurangi risiko dan meningkatkan keuntungan.


(37)

2.5 Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk memperkecil risiko secara keseluruhan dan memaksimumkan keuntungan.

3. Bagi Lembaga Penunjang

Berkembangnya pasar modal juga akan mendorong perkembangan lembaga panunjang menjadi lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing. Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari peran lembaga penunjang. Manfaat lain dari berkembangnya pasar modal adalah munculnya lembaga penunjang baru sehingga semakin bervariasi, likuiditas efek semakin tinggi.

4. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah, perkembangan pasar modal merupakan alternatif lain sebagai sumber pembiayaan pembangunan selain dari sektor perbankan dan tabungan pemerintah. Pembangunan yang semakin pesat memerlukan dana semakin besar pula, untuk itu perlu dimanfaatkan potensi dana masyarakat. Adapun manfaat yang lansung dirasakan oleh pemerintah adalah :

4.1 Sebagai sumber pembiayaan badan usaha milik negara sehingga tidak lagi tergantung pada subsidi dari pemerintah.

4.2 Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen dituntut untuk lebih profesional.


(38)

4.3 Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja.

Dari penjabaran manfaat pasar modal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal mempunyai beberapa manfaat yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kodisi pasar modal mencegah capital flight atau pelarian modal ke luar negeri.

2.3.3 Lembaga Pendukung

Tanpa adanya lembaga pendukung pasar modal, maka pasar modal tidak akan jalan. Karena lembaga pendukung merupakan lembaga yang menjalankan roda pasar modal. Salah satunya menurut Sutrisno (2001:345) pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan wadah investasi bagi pemodal menyangkut kepentingan banyak pihak. Karena itu diperlukan suatu iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan yang baik harus ada instansi yang mengatur. Kegiatan di lantai swasta, seperti di Jakarta dikelolah oleh PT. Bursa Efek Jakarta dan di Surabaya dikelola oleh PT. Bursa Efek Surabaya. Sedangkan pengawasan pelaksanaan kegiatan pasar modal dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Disamping dua lembaga diatas ada beberapa lembaga yang ikut serta dalam aktivitas di pasar modal yang disebut sebagai lembaga penunjang pasar modal.


(39)

Lembaga penunjang pasar modal mempunyai peranan yang cukup besar dan strategis dalam rangka mendorong kegiatan pasar modal, Seperti mempertemukan penjual dan pembeli efek, mempertemukan emiten dan pemodal, membantu emiten mempersiapkan go public dan lainnya. Lembaga penunjang pasar modal ini bisa dipisahkan antara lembaga penunjang yang membantu kegiatan di pasar perdana dan lembaga penunjang yang membantu kegiatan di pasar sekunder.

2.3.3.1Lembaga Penunjang di Pasar Perdana

Lembaga penunjang di pasar perdana ini nantinya yang membantu perusahaan atau emiten yang akan go public untuk menawarkan sahamnya yang akan dijual langsung kepada masyarakat. Lembaga-lembaga ini adalah :

1. Penjamin Emisi atau Underwritter

Penjamin emisi ini mempunyai juga yang amat vital dalam proses go public, sebab penjamin emisi inilah yang memandu emiten sejak emiten menyatakan kehendak untuk menjual sahamnya sampai efek didaftarkan ke bursa. Tugas penjamin emisi ini antara lain : memberikan nasihat kepada emiten jenis efek, harga saham yang wajar, dan jangka waktu yang layak untuk obligasi. Menyatakan pendaftaran emisi efek dan membantu menyediakan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam proses emisi, termasuk penyusunan

prospektus dan merancang specimen efek. Dan mengorganisir penyelenggara emisi.


(40)

2. Akuntan Publik

Akuntan publik mempunyai tugas berkaitan dengan pembukuan dan penyusunan laporan keuangan. Tugasnya adalah melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat, memeriksa pembukuan, memberikan petunjuk terhadap cara-cara pembukuan yang baik.

3. Konsultan Hukum

Konsultan hukum mempunyai tugas melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan usaha emiten seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, izin usaha, bukti-bukti kepemilikan, perikatan-perikatan, maupun gugatan-gugatan terhadap perusahaan. 4. Notaris

Sebelum perusahaan go publik terlebih dahulu harus melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham yang salah satu agendanya membahas rencana go publik. Tugas notaris adalah membuat berita acara RPUS, membuat kosep akta perubahan Anggaran Dasar, dan menyiapkan naskah-naskah perjanjian dalam rangka emisi efek.

5. Agen Penjual

Tugas agen penjual lebih diutamakan lagi untuk melayani penjualan efek kepada investor serta mengembalikan dana bila terjadi kelebihan permintaan, dan penyerahan efek kepada investor.


(41)

6. Perusahaan penilai

Perusahaan penilai ini akan dimanfaatkan bila emiten akan mengadakan revaluasi terhadap aktivanya, agar diperoleh gambaran yang rill mengenai besarnya aset perusahaan, yang akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan go publik.

2.3.3.2Lembaga Penunjang di Pasar Sekunder

Pasar sekunder merupakan jualbeli efek yang terjadi di bursa, sehingga lembaga-lembaga penunjang di pasar sekunder lebih banyak untuk memperlancar perdangangan efek di bursa. Lembaga-lembaga tersebut adalah :

1. Pedagang Efek

Pedagang efek ini kegiatannya adalah melakukan pembelian dan penjualan efek untuk keuntungan perusahaannya sendiri. Pedagang efek inilah yang bisa menghidupkan gairah pasar modal.

2. Perantara Perdagangan Efek (Broker)

Pada dasarnya yang bisa melakukan perdagangan di bursa adalah perusahaan yang sudah terdaftar di bursa, sehingga individu tidak bisa melakukan transaksi secara langsung ke bursa, tetapi harus melalui perantara yakni broker atau pialang. Dengan demikian tugas broker ini adalah melakukan transaksi jual beli efek untuk kepentingan orang lain, broker hanya sebagai perantara. Dan atas jasanya akan mendapatkan fee tertentu dari pada investor.


(42)

3. Perusahaan Efek

Perusahaan efek ini mempunyai lingkup kegiatan yang sangat luas, bisa sebagai pedagang efek, bisa sebagai perantara, dan juga bisa sebagai penjamin emisi.

4. Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek merupakan lembaga penunjang pasar modal yang berperan menyelenggarakan administrasi perdagangan efek. Lembaga ini secara teratur menyediakan jasa-jasa untuk emiten dalam melaksanakan pembukuan, tranfer dan pencatatan, pembayaran deviven, dan membuat laporan tahunan.

2.3.3.3 Lembaga Penunjang Penerbitan Obligasi

Instrumen yang bisa diterbitkan oleh emiten selain saham adalah obligasi, yakni surat hutang berjangka panjang dengan nilai nominal tertentu dan setiap tahun membayar bunga. Untuk mengeluarkan obligasi ini lembaga penunjang yang terlibat adalah :

1. Wali Amanat dan Trustee

Wali amanat ini merupakan lembaga yang mewakili pemegang obligasi saham melakukan kontrol terhadap emiten. Lembaga ini bertugas menganalisis kemampuan emiten, melakukan penilaian kekayaan emiten, memberikan nasehat, melakukan pengawasan, dan memantau secara terus menerus perkembangan emiten, dan juga berfungsi sebagai agen pembayar. Apabila diperlukan wali amanat bisa memanggil Rapat Umum Pemegang Oblogasi (RUPO).


(43)

2. Penaggung atau Guarantor

Penaggung atau guarantor ini bertanggung jawab terhadap terpenuhinya pembayaran bunga dan pokok obligasi pada waktunya. 3. Agen Pembayar

Agen pembayar bertugas melakukan pembayaran bunga obligasi dan nilai nominal obligasi pada saat jatuh tempo.

Dari penjabaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga pendukung pasar modal merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam menjalankan roda perputaran yang ada di pasar modal. Baik bagi pihak yang kekurangan dana ataupun bagi pihak yang kelebihan dana untuk melakukan transaksi jualbeli efek. Disamping itu lembaga penunjang pasar modal juga mempunyai peranan penting dalam mengurus perusahaan yang akan go publik.

2.4 Investasi

2.4.1 Pengertian Investasi

Investasi merupakan suatu alat dimana individual atau perusahaan yang kelebihan dana untuk ditanamkan dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Banyak sekali pengertian investasi salah satunya, menurut Moeljadi (2006:21) berhubung keputusan investasi membawa dampak yang cukup signifikan, baik keuntungan maupun kerugian, maka keputusan tersebut perlu diperhitungkan secara matang. Pengertian bahwa investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk


(44)

dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (initial investment).

Menurut Halim (2003:2) investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : investasi pada financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang, misalnya barupa sertifikat deposito,

commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Sedangkan investasi pada rael asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaaan perkebunan, dan lainnya.

Menurut Noor (2009:4) secara konsep investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya (resources) saat ini (sekarang), dengan harapan mendapatkan manfaat dikemudian hari (masa datang). Untuk memudahkan pengertian sumberdaya ini biasanya diterjemahkan (dikonversikan) kedalam satuan moneter atau uang. Dengan demikian secara konsep, investasi dapat didefinisikan sebagai penanaman uang sekarang, guna mendapatkan manfaaat (balas jasa atau keuntungan) dikemudian hari.

Dari beberapa pengertian investasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu kegiatan penanaman kelebihan dananya baik dalam bentuk financial asset ataupun real asset dalam jangka panjang guna untuk mendapatkan nilai tambah dimasa yang akan datang.


(45)

2.4.2 Proses Investasi

Proses investasi merupakan faktor yang sangat vital yang harus dilakukan individual atau perusahaan dalam penanaman kelebihan dananya supaya menimalkan tingkat resiko dan memaksimalkan tingka keuntungan di masa yang akan datang. Salah satunya, menurut Halim (2003:2) proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang bisa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut :

1. Menentukan Tujuan Investasi

Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu : tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat resiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Apabila dana cukup tersedia, maka investor menginginkan penghasilan yang maksimal dengan risiko tertentu. Umumnya hubungan antara risk dan return bersifat liniear, artinya semakin besar rate of risk, maka semakin besar pula expected rate of return.

2. Melakukan Analisis

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harga terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, ada dua pendekatan yang dapat dipergunakan, yaitu :


(46)

Pendekatan fundamental didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administratur bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri dimana perusahaan tersebur berada dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya di masa mendatang harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum, selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan saham yang diterbitkannya.

Pendekatan teknikal ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analis memperkirakan pergeseran Supply dan demand jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan earning dalam menentukan barometer dari Supply dan

demand. Namun dengan demikian, analisis ini lebih mudah dan cepat dibandingkan analisis fundamental, karena dapat secara simultan diterapkan pada beberapa saham. Analisis menganggap bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena itu analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa harga saham tergantung pada

Supply dan demand saham itu sendiri. Dan data financial historis yang tergambar pada diagram dipelajari untuk mendapatkan suatu pola yang


(47)

berarti, dan menggunakan pola tersebut untuk memprediksi harga di masa mendatang, serta untuk memperkirakan pergerakan individual saham maupun pergerakan market index.

3. Melakukan Pembentukan Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-fek mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang dipilih dalam rangka pembentukan portofolio adalah efek-efek yang mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan yang berlawanan). Hal ini dilakukan kerena dapat memperkecil resiko.

4. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio

Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun tingkat resiko yang ditanggung. Sebagai tolak ukur digunakan dua cara, yaitu : pertama meansurement adalah penilai kinerja portofolio atas dasar asset yang telah ditanamkan dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menggunakan rate of return. Kedua

comporison adalah penilaian atas dasar perbandingan atas dua aset profitabilitas yang memiliki resiko yang sama.

5. Melakukan Refisi Kinerja Portofolio

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi (perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio tersebut


(48)

jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya rate of return-nya lebih rendah dari pada yang disyaratkan. Revisi tersebut bisa dilakukan secara total, yaitu dilakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemungkinan dibentuk portofolio yang baru. Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas proporsi / komposisi dana yangt dialokasikan dalam masing-masing efek yang membentuk portofolio tersebut.

Dari penjabaran proses investasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses investasi merupakan faktor yang paling penting untuk melakukan penanaman kelebihan dananya. Proses investasi merupakan suatu hal yang sangat vital dalam mengambil keputusan kemana, seberapa besar, seberapa besar risiko dan keuntungan, kelebihan dana yang dimilikinya untuk di investasikan. Apabila individual atau peusahaan yang kelebihan dana salah dalam proses investasi maka pihak tersebut siap menanggung semua resiko yang menjadi keputusan dalam penanaman modalnya..

2.5 Saham

2.5.1 Pengertian Saham

Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Salah satunya, menurut


(49)

Fakhruddin dan Sopian (2001:6) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut. adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.

Dari penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan,saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2.5.2 Karakteristik Saham

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:8) saham memiliki beberapa krakteristik, antara lain : pertama deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba, kedua memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote), ketiga memiliki hak terakhir (yunior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi, keempat memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya, dan kelima hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.

2.5.3 Klasifikasi Saham

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:12) klasifikasi saham dapat dibedakan atas beberapa hal :


(50)

1. Cara Peralihan Hak

Jika dilihat dari cara peralihan hak, maka saham dapat diklasifikasikan atas :

1.1 Saham Atas Unjuk (bearer stock), pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor yang lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam rapat RUPS.

1.2 Saham Atas Nama (registred stocks), merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

2. Hak Tagihan dan Klaim

Jika ditinjau dari segi kemampuan dalam hal klaim, maka saham terbagi atas :

2.1 Saham Biasa (common stocks), merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham bisa merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.

2.2 Saham Preferen (preferend stocks), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham


(51)

biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

3. Kinerja Saham

Jika dilihat dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorilan atas :

3.1 Blue-Chip Stocks, saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

3.2 Income Stocks, saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai. Emiten ini tidak suka menekankan laba dan tidak mementingkan potensi pertumbuhan harga saham.

3.3 Growth Stock, saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader

industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga, yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai


(52)

stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

3.4 Speculative Stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten mempeoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 3.5 Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak

terpengaruh kondisi ekonomi makro maupun situasi secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mempu memberikan deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan masyarakat seperti rokok,consumer goods.

2.5.4 Harga Saham

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang mengambarkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Menurut Wahyu (2009), Ada beberapa faktor yang menentukan harga saham perusahaan, dimana beberapa penulis memberikan pendapat yang berbeda. Persoalan mendasar bagi setiap investor di pasar modal adalah bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya serta melakukan peramalan


(53)

(forecasting) terhadap perubahan harga saham pada masa yang akan datang sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan investasi. Ada beberapa konsep dasar nilai atau harga saham yang akan dibahas disini, yaitu nilai buku per lembar saham, harga pasar, harga teoritis / intrinsic value, dan harga nominal. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis merupakan selisih total aktiva dengan total kewajiban. Harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga teoritis adalah harga saham yang seharusnya terjadi, sedangkan harga nominal adalah harga yang tercantum pada saham biasa.

1.Valuasi harga saham.

Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsic (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan untuk menentukan harga saham adalah sebagai berikut.

a. Apabila NI lebih besar dari harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai harganya terlalu rendah (undervalued), sehingga saham tersebut harus dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki; b. Apabila NI lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham yang dalam kondisi seperti ini harus segera dijual;


(54)

tersebut dinyatakan dalam kondisi keseimbangan. Dari asumsi investor terhadap nilai saham yang overvalued atau undervalued

inilah terjadi proses jualbeli saham yang akan berakibat pada perubahan harga saham.

2. Pendekatan penilaian saham

Untuk menentukan harga saham diperlukan adanya suatu model perhitungan yang bisa dipergunakan untuk memilih saham mana seharusnya dimasukkan dalam portofolio. Model perhitungan merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variable perusahaan (misalnya penjualan, laba, dan deviden) yang diamati menjadi perkiraan harga saham.

3. Indeks Harga Saham

Indeks Harga Saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian–kejadian ekonomi, bahkan kejadian non ekonomi seperti misalnya sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian HIS juga dapat dijadikan sebagai barometer kesehatan ekonomi suatu negara.

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:201), metode pendekatan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu : Pertama, menghitung rata-rata harga saham yang masuk dalam anggota indeks. Kedua, menghitung dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks. Ketiga, menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya indeks harga saham gabungan menggunakan


(55)

metode rata-rata tertimbang, termasuk di Bursa Efek Jakarta. Adapun di Bursa Efek Jakarta terdapat empat jenis indeks, antara lain : pertama, Indeks individual. Kedua, Indeks harga saham sektoral. Ketiga, Indeks LQ 45. dan keempat, Indeks harga saham gabungan.

Menurut Halim (2003:8), indeks saham bisa dilihat dari bebrapa faktor, antata lain : Pertama, Indeks harga saham individual. Kedua, Indeks harga saham sektoral. Ketiga, Indeks LQ 45. Keempat, Indeks harga saham gabungan. Dan Kelima, Indeks syariah.

Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1998:133), model penilaian merupakan suatu mekanisme serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraaan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut seperti misalnya laba perusahaan, deviden yang dibagikan, variabilitas laba, dan lain sebagainya.

Dari penjabaran penulis dapat diambil kesimpulan bahwa,Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Adapun indeks harga saham dapat dilihat dari berbagai faktor sebagaimana yang telah dijabarkan oleh beberapa penulis diatas.Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut. Supply dan demand

tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut (kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak) maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi,


(56)

nilai tukar dan faktor-faktor non-ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya.

2.6 Indeks LQ 45

2.6.1 Pengertian Indeks LQ 45

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:204) indeks ini hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas (LiQuid) tinggi dan juga mempertimbangkan kapasitas pasar saham tersebut.

Karakteristik pemilihan saham untuk Indeks LQ 45. suatu perusahaan harus memenuhi kriteria tertentu dan melewati seleksi utama, sebagai berikut : pertama, masuk dalam ringking 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). Kedua, rangking berdasarkan kapasitas pasar (rata-rata kapasitas pasar selama 12 bulan terakhir). Ketiga, telah tercatat di Bursa Efek Jakarta minimum 3 bulan. dan keempat, keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya frekuensi dan jumlah perdagangan transaksi pasar reguler.

Bursa Efek Jakarta terus memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ 45. setiap tiga bulan sekali akan dilakukan

review pergerakan rangking saham-saham yang akan digunakan dalam perhitungan Indeks LQ 45. Pengantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu setiap awal bulan Februari dan Agustus.Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria lagi, maka saham tersebut harus dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria.


(57)

2.7 Pengaruh Antara Metode EVA, ROA,ROE, dan EPS Pengaruhnya Terhadap Harga Saham

Secara umum EVA, ROA, ROE dan EPS dianggap sebagai pengukur terbaik dari kinerja perusahaan. Karena metode-metode tersebut telah memiliki peranan tersendiri dalam mempengaruhi harga saham. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

2.7.1 Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham

Return On Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan. Ada beberapa penulis mengemukaan salah satunya, Tandelilin (2001:240) ROE yang menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-asset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.

Menurut Astuti (2004:37) rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil dari pengembalian total aktiva menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran ke efektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan.


(58)

Jadi dapat disimpulkan, bahwa semakin tinggi Return On Asset maka semakin tinggi pula harga saham perusahan. Sehingga Return On Asset

berpengaruh positif terhadap harga saham.

2.7.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham

Return On Equity diperoleh dari profit after tax dibagi equity (Indonesian Capital Market Directory). Hasil pembagian ini pada umumnya dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini.

Menurut Tandelilin (2001:240) ROE yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang diperoleh pemegang saham.

Menurut Sutrisno (2001:255) ROE ini sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimilikinya, sehingga ROE ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri.

Menurut Syamsuddin (2007:64) ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa atau saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pamilik perusahaan. Semakin baik kedudukan pemilik, yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa semakin tinggi Return On Equity maka semakin tinggi pula harga saham perusahan. Sehingga Return On Equity


(59)

2.7.3 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham

Earning Per Share merupakan laba per lembar saham. Banyak sekali penululis mengidentifikasikan Earning Per Share salah satunya, menurut Tandelilin (2001:241) Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham. Dalam penelitiannya, Wahyu (2009) mengemukakan bahwa, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar tiap lembar saham dapat menghasilkan keuntungan untuk pemiliknya. Earning per share dirumuskan dengan perbandingan antara laba siap bagi dengan total lembar saham sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan per Desember.

Sedangkan menurut Ikhsan (2009:103) alat ukur dari profitabilitas termasuk earnings per share (EPS), dividend rate per share, dan nilai buku per saham. Sebagaimana rasio dari kebanyakan perhatian terhadap seluruh pembelian dan penjualan perdagangan saham secara umum pada pasar terbuka dan sekit perhatiannya terhadap managemen internal perusahaan.bagaimanapun juga, manajemen dipertanggungjawabkan oleh pemegang saham untuk menghasilkan pendapatan netto yang memuaskan mereka, dan laba per saham lambat laut digunakan untuk mengukur laba bersih. Laba per lembar saham juga penting karena cenderung untuk mencatat nilai dari saham dalam pasar dab mengindikasikan keinginan pembelian saham perusahaan dari pembelian yang potensial.


(60)

Jadi dapat disimpulkan, bahwa semakin tinggi Earning per Share maka semakin tinggi pula harga saham perusahan. Sehingga Earning per Share

berpengaruh positif terhadap harga saham

2.7.4 Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham

Menurut Tandelilin (2001:195) EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik / efektif,maka akan tercermin pada peningkatan harga saham. Sebaliknya jika kinerja manajemen tidak efektif, maka akan tercermin pada penurunan harga saham.

Taufik (2007),Jika nilai EVA perusahaan positif maka perusahaan tersebut dapat menciptakan nilai perusahaan (Create value) yang merupakan cerminan akan kesejahteraan para pemegang saham. Jika suatu perusahaan dapat menciptakan nilai, maka kemungkinan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap harga saham perusahaan. Namun sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat menciptakan nilai perusahaan kemungkinan akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa semakin tinggi Earning per Share maka semakin tinggi pula harga saham perusahan. Sehingga Earning per Share

berpengaruh positif terhadap harga saham


(61)

2.8 Model Konseptual

Harga Saham ( Y ) Return On Asset

( X1 )

Earning Per Share ( X3 )

Economic Value Added ( X4 )

Return On Equity ( X2 )


(62)

2.9Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan teori-teori penunjang yang telah memperkuat permasalahan tersebut, maka akan diajukan suatu hipotesis atau dugaan sementara, yaitu :

a. Diduga ada pengaruh positif antara Return On Asset terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia. b. Diduga ada pengaruh positif antara Return On Equity terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

c. Diduga ada pengaruh positif antara Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

d. Diduga ada pengaruh positif antara Economic Value Added terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.


(63)

49

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang meliputi variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, sumber data, dan teknik analisis data.

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dalam variabel ini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian menggunakan satu ukuran prosentase dan satuan ukuran rupiah kedua ukuran tersebut menggunakan skala rasio.

Adapun definisi operasional variabel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1.1 Variabel Terikat (dependen variabel)

Harga Saham

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham merupakan indikator utama yang mengambarkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham merupakan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Satuan ukuran dari variabel ini adalah rupiah dan skala datanya menggunakan skala interval.


(64)

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:201),metode pendekatan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu : Pertama, menehitung rata-rata harga saham yang masuk dalam anggota indeks. Kedua, menghitung dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks. Ketiga, menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya indeks harga saham gabungan menggunakan metode rata-rata tertimbang, termasuk di Bursa Efek Indonesia. Adapun di Bursa Efek Indonesia terdapat empat jenis indeks, antara lain : pertama, Indeks individual. Kedua, Indeks harga saham sektoral. Ketiga, Indeks LQ 45. dan keempat, Indeks harga saham gabungan.

Dari penjabaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, indeks harga saham dapat dilihat dari berbagai faktor sebagaimana yang telah dijabarkan. Dengan kata lain harga saham terbentuk oleh supply dan demand atas saham tersebut.

3.1.2 Variabel Bebas (independen variabel)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah :

a. Return On Asset

Return On Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan. Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio.

Menurut Sutrisno (2001:254) Return On Asset juga sering disebut sebagai


(65)

menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah sebelum bunga dan pajak atau EBIT. Variabel ini dapat dihitung dengan rumus menurut (Sutrisno,2001:254) adalah sebagai berikut :

Pengukuran keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba.

b. Return On Equity

Return On Equity diperoleh dari profit after tax dibagi equity (Indonesian Capital Market Directory). Hasil pembagian ini pada umumnya dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini. Satuan ukur dari variabel ini adalah prosentase,sehingga skala datanya adalah skala rasio.

Return On Asset = EBIT x 100% Total Aktiva


(66)

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:65) Return On Equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar-kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Variabel ini dapat dihitung dengan rumus menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:65) adalah sebagai berikut

Menurut (Syamsuddin,2007:64) ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa atau saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pamilik perusahaan. Semakin baik kedudukan pemilik, yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham.

c. Earning Per Share

EPS (Earning per Share) menunjukan kemampuan setiap lembar saham dalam menciptakan laba dalam satu periode pelaporan keuangan. Satuan ukur dari variabel ini adalah rupiah,sehingga skala datanya adalah skala rasio.

Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001:65). Alat ukur lainnya profitabilitas termasuk annual earning power share (EPS), devidend rate per share, dan nilai buku per saham. Sebagaimana resiko dari kebanyakan perhatian terhadap seluruh pembelian dan penjualan perdagangan saham secara umum pada pasar

Return On Equity = Laba Setelah Pajak x 100% Modal Sendiri


(1)

4.3.3. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hipotesis ketiga yang menyatakan diduga ada pengaruh positif antara Earning Per Share terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, tidak dapat diterima. Hasil ini tidak sesuai dengan peryataan Ikhsan (2009:103) alat ukur dari profitabilitas termasuk earnings per share (EPS), dividend rate per share, dan nilai buku per saham. Sebagaimana rasio dari kebanyakan perhatian terhadap seluruh pembelian dan penjualan perdagangan saham secara umum pada pasar terbuka dan sedikit perhatiannya terhadap manajemen internal perusahaan. bagaimanapun juga, manajemen dipertanggung jawabkan oleh pemegang saham untuk menghasilkan pendapatan netto yang memuaskan mereka, dan laba per saham lambat laut digunakan untuk mengukur laba bersih. Laba per lembar saham juga penting karena cenderung untuk mencatat nilai dari saham dalam pasar dapat mengindikasikan keinginan pembelian saham perusahaan dari pembelian yang potensial. Para investor lebih melihat resiko perusahaan Karena Earning Per Share belum mencerminkan laba sesungguhnya dan tingkat pertumbuhan laba itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat resiko perusahaan. Hal ini disebabkan karena pada periode data penelitian yang diambil adalah tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, dimana pada periode 2006 sampai dengan 2009 perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 mengalami penurunan permintaan dari para investor dalam teransaksi di bursa efek Indonesia akibat dari adanya krisis ekonomi,sehingga menggakibatkan penurunan laba bersih per lembar saham yang diterima oleh


(2)

85

pemilih modal.

4.3.4. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Harga Saham

Berdasarkan hipotesis ketiga yang menyatakan diduga ada pengaruh positif antara Economic Value Added terhadap harga saham pada perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, tidak dapat diterima. Karena variabel Ecconomic Value Added tidak berpengaruh terhadap Harga Saham. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Taufik (2007), yang menyatakan jika nilai EVA perusahaan positif maka perusahaan tersebut dapat menciptakan nilai perusahaan (Create value) yang merupakan cerminan akan kesejahteraan para pemegang saham. Jika suatu perusahaan dapat menciptakan nilai, maka kemungkinan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap harga saham perusahaan. Para investor lebih melihat resiko perusahaan Karena Return On Equity belum mencerminkan laba sesungguhnya dan tingkat pertumbuhan laba itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat resiko perusahaan.


(3)

86

Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Return On Asset mampu meningkatkan harga saham, karena Return On Asset sudah mencerminkan laba perusahaan dalam kondisi hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruan sudah mampu untuk menghasilkan laba.

2. Return On Equity tidak mampu meningkatkan harga saham, karena Return On Equity belum mencerminkan laba sesungguhnya dan tingkat pertumbuhan laba itu sendiri dilihat dari tingkat resiko perusahaan.

3. Earning Per Share tidak mampu meningkatkan harga saham, karena Earning Per Share belum mencerminkan laba sesungguhnya dan tingkat pertumbuhan laba itu sendiri dilihat dari tingkat resiko perusahaan.

4. Economic Value Added tidak mampu meningkatkan harga saham, karena Economic Value Added belum mencerminkan laba sesungguhnya dan tingkat pertumbuhan laba itu sendiri dilihat dari tingkat resiko perusahaan.


(4)

87

5.2. Saran

Setelah dikemukakan beberapa kesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

a. Bagi manajemen perusahaan hendaknya lebih memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi harga saham.

b. Sebaiknya perusahaan melakukan penganalisaan Harga Saham melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan agar dapat digunakan dalam menghasilkan keuntungan di masa mendatang.

c. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memasukkan variabel-variabel lain yang belum dianalisa dalam penelitian ini.


(5)

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Halim, Abdul,2003, Analisis Investasi, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Handoko, Wahyu, 2008 “ Pengaruh Economic Value Added, ROE, ROA dan

EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Kategori LQ 45 Pada Bursa

Efek Jakarta”. Skripsi Manajemen Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Husnan, Suad,1998, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,

Cetakan Kedua, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Ikhsan, Arfan,2009, Akuntansi Manajemen Perusahaan Jasa, Cetakan Pertama,

Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Jogiyanto,2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Moeljadi,2006, Manajemen Keuangan 1”Pendekatan Kuantitatifdan

Kualitatif”, Cetakan Pertama, Penerbit Bayumedia Pulishing, Malang.

Noor, Henry Faizal,2009, Investasi Pengelolaan Keuangan Bisnis dan

Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Cetakan Pertama, Penerbit PT

Indeks, Jakarta.

Sartono, Agus,2001, Manajemen Keuangan “Teori dan Aplikasi”, Edisi

Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sasongko, Noor & Nila Wulandari, 2006, “Pengaruh EVA dan Rasio-rasio

Profitabilitas Terhadap Harga Saham”, Emprika Vol. 19 No.1, Juni

2006.

Sutrisno,2001, Manajemen Keuangan“Teori, Konsep dan Aplikasi”, Cetakan


(6)

Syamsuddin, Lukman, 2007, Manajemen Keuangan Perusahaan”Konsep Aplikasi dalam perncanaan,pengawasan,dan pengambilan

keputusan”,Edisi Baru, Penerbit PT RajaGrafindo Persada,Jakarta.

Tandelilin, Eduardus,2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Timbul, Ucok Saut,2008, Analisis Pengaruh Peresentase Kepemilikan Modal

Saham Asing Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek

Indonesia.

Internet :

• Fenomena diambil dari

• Laporan Keuangan diambil dari

www.Kompas.com


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012

0 80 103

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM LQ-45 TAHUN 2005-2007.

0 0 7

Pengaruh Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Termasuk dalam Indeks LQ 45 Periode 2010-2014).

0 0 20

PENGARUH EVA DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESTA (BEI).

0 0 6

ANALISIS PENGARUH EVA, PER DAN RASIO PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS GLOBAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 6

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan yang Tergabung dalam LQ 45 (Studi Empirik pada 20 Entitas yang Tergabung dalam Perusahaan LQ 45).

0 0 28

Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ di Bursa Efek Indonesia.

0 2 22

PENGARUH EVA DAN BEBERAPA RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 14