Penyediaan Ruang Terbuka Hijau yang harus dimiliki Kota di

e. Penahan angin; untuk membangun sabuk hijau yang berfungsi sebagai penahan angin perlu diperhitungkan beberapa faktor yang meliputi panjang jalur, lebar jalur. f. Mengatasi intrusi air laut; ruang terbuka hijau di dalam kota akan meningkatkan resapan air, sehingga akan meningkatkan jumlah air tanah yang akan menahan perembesan air laut ke daratan. g. Penyerap dan penepis bau; h. Mengamankan pantai dan membentuk daratan; i. Mengatasi penggurunan. 4. Ruang Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan Untuk jalur hijau jalan, ruang terbuka hijau dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20 –30 dari ruang milik jalan rumija sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 dua hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah. 5. Ruang Terbuka Hijau Pemakaman Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Untuk penyediaan ruang terbuka hijau pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut: a. ukuran makam 1 m x 2 m; b. jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m; c. tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan perkerasan; d. pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat; e. batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya; f. batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung; g. ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70 dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80 dari luas ruang hijaunya. Pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh juga untuk meningkatkan peran ekologis pemakaman termasuk habitat burung serta keindahan. 18 18 Peraturan Meneteri Pekerjaan Umum, no : 05PRTM2008. Hal 31 III. METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan maslah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan untuk mempelajari kaidah hukum, yaitu dengan mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, asas-asas, teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan skripsi ini. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan berdasarkan pada fakta objektif yang didapatkan dalam penelitian lapangan baik berupa hasil wawancara dengan responden, hasil kuisioner, atau alat bukti lain yang diperoleh dari narasumber.

3.2. Sumber Data

Penulisan skripsi ini sumber data yang digunakan berupa data primer, data sekunder. a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian dilokasi. Data ini diperoleh dari hasil penelitian dengan cara wawancara yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan akan berkembang pada saat wawancara secara langsung terhadap Bapak I Nyoman Suarsana S.H sebagai Kepala Bidang Pertamanan di Dinas Tata Kota Dan Pariwisata Kota Metro mengenai pelaksanaan pengaturan apa yang diambil untuk memaksimalkan penyediaan Ruang Terbuka Hijau beserta kendala-kendala yang diperoleh dalam menerapkan kebijkan tersebut. b.Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literature-literatur dan peraturan perundang-undangan. Sumber dari data sekunder yakni berupa: 1. Bahan hukum primer, yakni bahan-bahan yang bersumber dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05PRTM2008 tentang Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dikawasan perkotaan, Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor : 15PRTM2009 tentang Pedoman Penyusunan Tata Ruang Wilayah Provinsi, Peraturan Mentri pekerjaan Umum Nomor : 17PRTM2209 tentang Pedoman Penyususnan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota , Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 16PRTM2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, PP Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang, Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro 2011 – 2031. 1. Bahan hukum sekunder, yakni bahan-bahan yang bersumber dari literatur-literatur dalam hukum penataan ruang. 2. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang mencakup bahan-bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti: Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakaukan sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan melakukan kegiatan membaca, mencatat, mengutip, dan menelaah hal-hal yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. b. Studi Lokasi Dilakukan untuk memperoleh data primer yang dilakukan dengan metode wawancara yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan akan berkembang pada saat wawancara secara langsung kepada narasumber.

3.3.2 Pengolahan Data

Setelah data tersebut terkumpul pengolahan dilakukan dengan caara sebagai berikut: a. Editing, yaitu memeriksa ulang data yang telah terkumpul dengan maksud untuk mengetahui kelengkapan dan kejelasannya. Dalam tahap ini, yang dikoreksi adalah meliputi hal-hal sebagai berikut yakni: keterbacaan tulisan atau catatan, kejelasan makna, kesesuaian jawaban satu sama lainnya, relevansi jawaban dan keseragaman data serta melakukan identifikasi data yang disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas. b. Interpretasi, yaitu menghubungkan, membandingkan dan menguraikandata serta mendeskripsikan data dalam bentuk uraian, untuk kemudian ditarik kesimpulan. c. Sistematisasi yaitu, mensistematiskan data dengan menyusun data menurut urutan masing-masing dari hasil penelitian yang telah sesuai dengan permasalahan.

3.4 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan data yang dihasilkan dari penelitian dilokasi kedalam bentuk penjelasan secara sistematis sehingga memiliki arti dan memperoleh rangkuman. Dari hasil analisis data tersebut dapat dirangkum secara induktif yaitu cara berfikir dalam mengambil suatu rangkuman terhadap permasalahan yang dibahas secara umum kemudian didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat