Perlindungan Dan Pengurusan Terhadap Anak Di Bawah Umur Setelah Orang Tua Meninggal Dunia Pada...

PERLINDUNGAN DAN PENGURUSAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR SETELAH ORANG TUA MENINGGAL DUNIA PADA MASYARAKAT KARO
(Studi Di Kecamatan Tigapanah)
TESIS
Oleh :
KURNIA 017011035/MKn
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2003
Kurnia : Perlindungan Dan Pengurusan Terhadap Anak Di Bawah Umur Setelah Orang Tua…, 2003 USU Repository © 2007

PERLINDUNGAN DAN PENGURUSAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR SETELAH ORANG TUA MENINGGAL DUNIA PADA MASYARAKAT KARO (Studi Di Kecamatan Tigapanah)
Kurnia*) Prof. Rehngena Purba, S.H., M.S. **) Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum.**) Syahril Sofyan, S.H., Sp. N., M.Kn. **)
INTISARI
Berdasarkan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, menyebutkan: “Anak yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum perrah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali”. Dan dalam ayat (2) dinyatakan: “Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya”.
Dalam hukum adat perwalian terjadi setelah kedua orang tua meninggal dunia. Pada masyarakat patrilineal bila orang tua telah meninggal dunia maka anak di bawah umur diasuh oleh orang tua yang hidup terlama, atau diasuh oleh abang/kakak yang telah menikah, atau diasuh oleh keluarga kerabat pihak ayah.
Oleh karena itu, perlu dikaji prinsip hukum tentang kedudukan dan perlindungan hukum terhadap anak di bawah umur pada masyarakat Karo, pelaksanaan perwalian/pengurusan terhadap anak yang masih di bawah umur pada masyarakat Karo dan perlindungan hukum terhadap hak anak di bawah umur atas warisan orang tuanya yang menjadi bagiannya pada masyarakat Karo
Untuk mengkaji hal-hal tersebut di atas, dilakukan penelitian berbentuk yuridis normatif dan yuridis empiris dan metode pendekatannya adalah deskriptif analitis. Lokasi penelitian di Kecamatan Tigapanah. Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling sebanyak 11 orang yaitu pengasuh/wali atas anak di bawah umur. Untuk melengkapi data diperlukan tambahan informasi dari nara sumber lain yaitu Notaris sebanyak 3 orang, Pengetua adat sebanyak 3 orang dan Hakim pada Pengadilan Negeri Kabanjahe sebanyak 1 orang. Untuk menghimpun data primer dilakukan dengan penelitian lapangan dengan menggunakan wawancara dan observasi lapangan. Untuk mendapatkan data sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan terhadap buku-buku, peraturan perundang-undangan, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan ditafsirkan secara logis dan sistematis. Yang kemudian ditarik kesimpulan yaitu dengan berpikir secara induktif.
*) Mahasiswa Program Pascasarjana USU - Medan Program Studi Magister Kenotariatan **) Dosen Program Pascasarjana USU- Medan Program Studi Magister Kenotariatan.
Kurnia : Perlindungan Dan Pengurusan Terhadap Anak Di Bawah Umur Setelah Orang Tua…, 2003 USU Repository © 2007

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat Karo kedewasaan ditentukan dengan ada 2 (dua) cara yaitu pertama, apabila si anak telah matang berpikir yang ditunjukkan dengan kemampuan si anak untuk bekerja dan mencari nafkah untuk dirinya sendiri. Kedua telah menikah baik yang telah/belum njayo. Anak yang masih di bawah umur mendapat perlindungan dari orang tuanya khususnya sang ayah. Hal ini dapat dilihat dalam hal keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut diri anak bawah umur maka ia selalu diwakili oleh ayahnya. Apabila salah satu dari orang tua meninggal dunia maka telah lahir tanggung jawab bagi kerabat baik sisi ayah maupun kerabat sisi ibu atas keluarga yang ditinggalkan yaitu dengan mengadakan perkawinan lako man atau gancih abu. Tanggung jawab untuk menjadi pengasuh/wali atas anak bawah umur tidak selalu dibebankan kepada kerabat sisi ayah tetapi juga dapat diserahkan kepada kerabat sisi ibu. Terjadinya peralihan hak perwalian atas anak bawah umur tersebut walaupun menyimpang dari ketentuan adat dapat diterima oleh keluarga karena hal itu merupakan permintaan si anak dan keputusan runggu. Selain itu saudara tertua atau yang telah menikah dapat bertindak sebagai pengasuh/wali atas adik-adiknya yang masih kecil. Pengurusan yang dilakukan oleh pengasuh/wali atas anak di bawah umur meliputi kehidupan sehari-hari si anak serta harta Benda yang dimilikinya. Harta warisan yang dimiliki oleh anak di bawah umur dikelola dan dipergunakan oleh pengasuh/wali. Harta tersebut tidak boleh dijual oleh pengasuh/wali kecuali kepentingan anak bawah umur dan keluarga menghendakinya. Ada beberapa alasan sehingga harta tersebut dapat dijual yaitu untuk keperluan kepindahan anggota keluarga, biaya hidup anak-anak dan biaya pengobatan selama di rumah sakit. Apabila harta hendak dijual maka diperlukan persetujuan dari sangkep nggeluh khususnya anak beru cekuh baka tutup atau setidaknya anak beru cekuh baka dan senina untuk menandatangani perjanjian jual belinya.
Disarankan kepada pihak keluarga/kerabat dari anak di bawah umur yang telah kehilangan orang tua bertindak dengan arif dan bijaksana dalam menentukan wali/pengasuh atas anak di bawah umur dan pengangkatan wali tersebut sebaiknya diperkuat dengan suatu penetapan dari Pengadilan Negeri. Kepada keluarga yang ditunjuk sebagai walilpengasuh atas anak di bawah umur, supaya benar-benar menjalankan tugas dan tanggung jawab itu dengan sebaik-baiknya khususnya menyangkut harta dari anak yang diasuh supaya dipergunakan untuk kepentingan anak di bawah umur. Kepada pihak-pihak yang terkait yaitu Pengadilan agar berhati-hati dalam memberikan izin kepada wali/pengasuh untuk menjual harta anak di bawah umur serta kepada notaris dalam membuat akta peralihan hak atas harta anak di bawah umur benar-benar memperhatikan apakah semua syarat-syarat untuk pelaksanaan peralihan hak tersebut telah terpenuhi.


Kata Kunci :

- Perlindungan dan Pengurusan. - Anak Di Bawah Umur. - Pada Masyarakat Karo.

Kurnia : Perlindungan Dan Pengurusan Terhadap Anak Di Bawah Umur Setelah Orang Tua…, 2003 USU Repository © 2007

PROTECTION AND ARRENGEMENT OF MINOR CHILDREN AFTER PARENTAL DEATH IN KARONESE COMMUNITY (A Study at Tigapanah Subregency) Kurnia*) Prof. Rehngena Purba, S.H., M.S. **) Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum.**) Syahril Sofyan, S.H., Sp. N., M.Kn. **) ABSTRACT
In pursuance of the article 50 'verse (1) the law No. 1 of 1974 about Marriage, it is stated that “a child less than 18 years of age or never get a marriage out of parental custody but guardian/trustee patronage” and even in the verse (2) that: “the trusteeship involves individual child, including they property”.
In the customary law, trusteeship occurs after both parents died. In patrilineal community, when parents died, their underage children are nurtured by the elder parents or by they married siblings or by the relatives nearest to father's kinship.
And therefore, legal principles of legal patronage and status of any underagechildren are needed to review particularly in Karonesse community, including the implementation of trusteeship/custody and patronage of rights on their parental legacy in Karonesse community.
To review the points as mentioned above, a normative juridical and empirical juridical study was carried out using a descriptive analytical approach. The location of such a study was at Tigapanah Sub regency, North Sumatra Province. The samples were taken by using purposive sampling methods of 100 samples, namely trustees of any underagechildren. In order to complete the data, supplemental information was required from other informants involving 3 notaries, 3 traditional custom figures, and I judge of Civil Court of Kabanjahe. The primary data was collected by a field research using interview and observation methods. Where as the secondary data was collected by a library research on any books, statutory rules, and documents related to the topic of study. The data was analyzed quantitatively and then interpreted logically and systematically. And then, the conclusion was drawn inductively.
The findings showed that in Karonese community, maturity was determined in two manner; firstly, a child matured in thinking indicated by the capability of the
*) A Student of Magister Program of USU — Medan Majoring in Notary. **) A Lecturer, of Magister Program of USU — Medan Majoring in Notary.
Kurnia : Perlindungan Dan Pengurusan Terhadap Anak Di Bawah Umur Setelah Orang Tua…, 2003 USU Repository © 2007

minor children to work and to earn a life for himself. Secondly, they have marriages. Any underage-child reserves right for parental patronage especially his/her father. It could be found in some events or occurrences related to the underage child in whom he/she was always represented by his/her father. When one of the parents died, a responsibility was automatically should be taken by the relatives either in father's kinship or by mother's kinship by preparing a marriage that socalled locally lako man or gancih abu . Responsibility for custody of any underage child was not always charged on the relatives in father's kinship but also in mother's kinship. The transferring of custodial right on any underage child was acceptable by the family even though it infringed on the traditional customs on the base on request of the child and on the decision of runggu . In addition, the elder or married siblings could act as foster parent/trustee on his/her underage siblings. The custody made by the foster parent/trustee on any underage child included daily life and even his/her own property. The legacy owned by any underage child should be under custody of the foster parent/ trustee. The legacy should never be sold by the foster parent/trustee except of the importance of the underage child and as requested by his/her parents. There were several reasons that the legacy may be sold such as; replacement of familial members, living spending, and medical benefit for treatment of child for hospitalization. To sell the legacy, an agreement was required from sangkep nggeluh especially anak beru cekuh baka tutup or at least anak beru cekuh baka and senina by signing the sale and purchase agreement.
It is recommended to those family/relatives of any underage child who have lost his/her parent, have to carefully and wisely take action in determining the trustee/foster parent on any underage child and election of the trustee should be supported by a statement or verdict by a Civil Court. For those families who are assigned to be trustee/foster parent on any underage child, it is suggested to take their obligation and responsibility as good as possible especially to use virtually the legacy for meeting of any requirements of the child. For those related parties such as Civil court, it is suggested to be careful in issuing a license for trustee/foster parent to sell the legacy of underage child and even the notary public in transferring the rights of legacy owned by the underage child, it is suggested to consider virtually whether the requirements are all met to implement the transferring of right.

Key words:


-

Patronage and nurture Underage children In Karonese Community

Kurnia : Perlindungan Dan Pengurusan Terhadap Anak Di Bawah Umur Setelah Orang Tua…, 2003 USU Repository © 2007