unsur nitrogen dalam tanah, karena kemampuan leguminosa untuk mengikat N dari udara, 2 memperbaiki mutu pakan ternak ruminansia, karena kandungan protein dan
mineral lebih tinggi, 3 daerah tropis yang lembab akan membatasi pertumbuhan rumput, namun dengan percampuran rumput dan leguminosa, leguminosa dapat
memperbaiki pertumbuhan rumput, karena akarnya bisa lebih dalam, 4 tanaman campuran rumput dan leguminosa mampu meningkatkan kapasitas tampung sehingga
satuan ternak per hektar lebih banyak dan total kenaikan berat badan lebih tinggi.
2.3. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik mengandung
segala macam unsur baik makro maupun mikro, akan tetapi ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Suridikarta dan Simanungkalit 2006,
menyatakan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah dihisap tanaman, tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam
tanah, mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang tinggi Murbandono, 2000. Selama proses dekomposisi bahan organik mentah menjadi kompos akan
terjadi berbagai perubahan hayati yang dilakukan oleh mikroorgaisme sebagai aktivator. Adapun perubahannya sebagai berikut: a penguraian karbohidrat, selulosa,
hemiselulosa, dan lemak menjadi CO
2
dan H
2
O; b protein menjadi ammonia, CO
2
dan air; c pembebasan unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap oleh tanaman; dan d terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara
didalam sel mikroorganisme, terutama nitrogen, posfor, dan kalium. Dengan perubahan tersebut maka kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa
nitrogen yang larut amonia akan meningkat. Dengan demikian, CN semakin rendah dan relatif stabil mendekati CN tanah Sudradjat, 2007.
2.4. Pupuk Bio-slurry
Bio-slurry atau ampas biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen anaerobik di dalam
ruang tertutup. Selain itu bio-slurry berupakan pupuk organik berkualitas tinggi yang kaya akan kandungan nutrisi Karki et al., 2009. Tidak hanya memiliki kandungan
nutrisi yang baik, pupuk bio-slurry juga mengandung mikroba probiotik yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan lahan pertanian. Bahan keluaran dari
biogas tersebut dicoba untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tanaman, seperti nutrisi makro yang
dibututhkan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen N, posfor P, kalium K, kalsium Ca, magnesium Mg, dan sulfur S, serta nutrisi mikro yang hanya
diperlukan dalam jumlah sedikit seperti besi Fe, mangan Mn, tembaga Cu, dan seng Zn. Adapun komposisi bio-slurry setelah fermentasi adalah air 70-80 dan
zat kering 20-30, jika diuraikan lagi zat kering tersebut mengandung bahan organik 18-27 Prasanna et al., 2008 Ketika dikeluarkan dari lubang outlet, bio-
slurry berwujud cair cenderung padat, berwarna coklat terang atau hijau dan cenderung gelap, sedikit atau tidak mengeluarkan gelembung gas, tidak berbau dan
tidak mengundang serangga. Apabila sudah memadat dan mengering, warna bio- slurry berubah menjadi coklat gelap. Bio-slurry yang telah mengering bertekstur
lengket, liat dan tidak mengkilat, berbentuk tidak seragam dan berkemampuan mengikat air yang baik. Setelah keluar dari outlet, bio-slurry cair basah diendapkan
atau didiamkan di lubang penampungan yang ternaungi minimal selama 1 minggu untuk mengurangi atau menghilangkan gas yang tidak baik bagi tanaman ataupun
ternak. Untuk penggunaan padat kering, bio-slurry lebih baik dikeringkan secara alami terlindungi dari sinar matahari langsung minimal selama 40 hari. Bio-slurry
basah maupun kering dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan telah berfermentasi.
Ini menjadikan bioslurry sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan
produksi tanaman budidaya BIRU, 2012.
Kandungan rata-rata nitrogen bio-slurry dalam bentuk cair basah lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk padat kering. Perbandingan antar nutrisi pada bio-slurry
menunjukkan kandungan nitrogen cenderung lebih tinggi dibandingkan fosfor dan kalium, kecuali pada bio-slurry babi dalam bentuk padatan kering. Indikator bio-
slurry sebagai pupuk organik yang berkualitas baik ditunjukkan dengan rata-rata kandungan C-organik yang lebih tinggi dari standar pupuk organik yang dikeluarkan
dari Standar Mutu Pupuk Organik, No.28PermentanOT.14022009 yaitu lebih besar dari 12. Selain itu, kandungan nutrisi nitrogen, fosfor dan kalium juga sesuai dengan
Standar Mutu Pupuk Organik yakni rata-rata di bawah 6 BIRU, 2012. Bio-slurry basah maupun kering dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan
penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan telah berfermentasi.
Ini menjadikan bio-slurry sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya.
Tabel 2.1. Kandungan dalam bio-slurry berbasis kering
No Jenis
Bio-slurry Analisa Berbasis Kering
Bahan Organik
C-org N-Tot
CN P
2
O
5
K
2
O
1 Bio-slurry
Babi 65,88
15,60 1,57
9,97 1,92
0,41 2
Bio-slurry Sapi
68,59 17,87
1,47 9,09
0,52 0,38
3 Kompos
Bio-slurry Sapi
54,50 14,43
1,60 10,20
1,19 0,27
Sumber: Analisa Bio-slurry yang dilakukan oleh BIRU, 2012.
Keterangan : • Analisis berbasis kering = analisa yang ditujukan untuk mengetahui kandungan nutrisi
dalam bentuk padat kondisi kering. • C-organik = kandungan karbon C di dalam bahan organik.
• CN rasio = perbandingan antara kandungan karbon C organik dengan nitrogen N total.
Bio-slurry cair basah dapat digunakan langsung untuk pupuk untuk tanaman di pekarangan rumah yang hanya memerlukan jumlah sedikit. Jika diperlukan untuk
penggunaan di kebun dalam jumlah banyak, bio-slurry cair dapat diangkut menggunakan kendaraan. Untuk lahan berbukit atau miring lereng, gunakan bio-
slurry padat atau yang sudah dikomposkan untuk mempermudah penanganan dan pengangkutan. Bio-slurry dapat digunakan langsung pada tanaman atau diencerkan
dengan air dengan perbandingan 1:1 atau 1:2 BIRU, 2012.
2.5. Respon Tanaman terhadap Pupuk Organik