PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea) PADA BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY.

(1)

i

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN

KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea) PADA

BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY

I NENGAH ANDY PARWATA

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN

KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea) PADA

BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY

I NENGAH ANDY PARWATA NIM. 1207105001

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

iii

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN

KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea) PADA

BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK BIO-SLURRY

Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan

Pada Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan

Universitas Udayana, Denpasar

I NENGAH ANDY PARWATA 1207105001

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(4)

iv

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea) PADA BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK

BIO-SLURRY

I NENGAH ANDY PARWATA

Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar E-mail: andy.parwata@gmail.com

RINGKASAN

Penyediaan makanan ternak yang cukup sepanjang tahun baik kuantitas maupun kualitas merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan produksi dan meningkatkan produktivitas ternak. Permasalahan penyediaan hijauan pakan sepanjang tahun menjadi salah satu faktor vital dalam usaha peternakan, terutama pada musim kemarau. Oleh karena itu, dalam penyediaan tanaman pakan sepanjang tahun perlu disikapi dengan berbagai inovasi secara optimal sehingga kebutuhan akan tanaman pakan dalam usaha peternakan dapat terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan dosis optimal pupuk bio-slurry terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kembang telang

(Clitoria ternatea) yang dilaksanakan di Stasiun Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang terletak di Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli selama 10 minggu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu C0 (0 ton/ha), C5 (5 ton/ha), C10 (10 ton/ha) dan C15 (15 ton/ha) dengan 4 blok sebagai ulangan. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, jumlah polong, jumlah bunga, berat kering batang, berat kering daun, berat kering polong, berat kering total hijauan, luas daun, dan nisbah berat kering daun dengan berat kering batang. Hasil penelitian menunjukan pemberian bio-slurry 10 ton/ha (C10) menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman kembang telang tertinggi dan berbeda secara nyata (P<0,05) pada variabel jumlah cabang, jumlah daun, berat kering batang, berat kering polong, dan berat kering total hijauan. Dosis optimal pupuk yang diperlukan untuk memproduksi berat kering total hijauan kembang telang (Clitoria ternatea) yang maksimal yaitu sebesar 6,56 gram adalah 11,2 ton/ha, dan dosis optimal yang diperlukan untuk memproduksi berat kering polong yang maksimal sebesar 13,13 gram adalah 10,9 ton/ha. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum pemberian pupuk bio-slurry dengan dosis 10 ton/ha memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kembang telang (Clitoria ternatea).


(5)

v

THE GROWTH AND PRODUCTION OF Clitoria ternatea AT VARIOUS LEVELS FERTILIZER APPLICATION BIO-SLURRY

I NENGAH ANDY PARWATA

Faculty of Animal Science, Udayana University, Denpasar E-mail: andy.parwata@gmail.com

SUMMARY

Provision of sufficient fodder throughout the year both the quantity and quality is one attempt to maintain continuity of production and improve livestock productivity. The problems provision of forage throughout the years become one of the vital factors in the breeding business , especially in the dry season. Therefore, in the supply of feed plants throughout the year need to be addressed by a range of innovative optimally so that the need for feed crops in the farm can be met. This research was aimed to determine the effect and optimal dose of fertilizer bio-slurry on growth and production of Clitoria ternatea was conducted at the Research Station of Faculty of Animal Husbandry Udayana University at Pengotan Village, Bangli District, Bangli Regency, whitin 10 weeks. The research used randomized block design (RBD) with 4 treatments, that are C0 (0 ton/ha), C5 (5 ton/ha), C10 (10 ton/ha) and C15 (15 tons/ha) with 4 blocks as replications. The variables measured in this research were plant hight, number of branches, number of leaves, number of pods, number of flower, dry weight of stem, dry weight of leaves, dry weight of pods, the total dry weight of forage, leaf area, and the ratio of the dry weight of leaves with a dry weight of stem. The results of research shows that awarding bio-slurry 10 ton/ha (C10) generate the growth and production forage was highest and significantly defferent (P<0,05) on variable number of branches, number of leaves, dry weight of stem, dry weight of pods, and total dry weight of forage. The optimal dose of fertilizer needed to produce the total dry weight of forage is 11.2 ton/ha that is equal 6.56 gram, and the optimal dose needed to produce dry weight of pods is 10.9 ton/ha that is equal 13.13 gram. Based on result of the research can be concluded that fertilizer bio-slurry by 10 ton/ha give the best influence to the growth and production of

Clitoria ternatea.


(6)

vi

Lembar Pengesahan

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL ………..

Mengetahui

JUDUL SKRIPSI : PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN

KEMBANG TELANG (Clitoria ternatea)

PADA BERBAGAI LEVEL APLIKASI PUPUK

BIO-SLURRY

NAMA MAHASISWA : I NENGAH ANDY PARWATA

NIM : 1207105001

PROGRAM STUDI : PETERNAKAN

Pembimbing I

Ir. Ni Nyoman Candraasih Kusumawati, MS NIP. 19620317 198601 2 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si NIP. 19581004 198601 2 001

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS NIP. 19590312 198601 1 001


(7)

vii

Skripsi ini Telah Diuji Pada

Tanggal

23 Juni 2016

Ketua

: Ir. Ni Nyoman Candraasih Kusumawati, MS

Sekretaris

: Ir. A. A Oka, M.S

Penguji Utama : Dr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si

Penguji Anggota : 1. I Ketut Mangku Budiasa S.Pt, M.Si


(8)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan tanggal 17 Pebruari 1994 di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan I Wayan Regog dan Ni Wayan Mustiari (Alm). Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) tahun 2006 di SD N 1 Katung, Sekolah Menengah Pertama (SMP) tahun 2009 di SMP N 6 Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 1 Payangan, kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, melalui jalur undangan.

Penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan sebagai anggota Badan Presidium Mahasiswa (BPM) Fakultas Peternakan sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.


(9)

ix

UCAPAN TERIMAKASIH

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat perkenan Beliau, skripsi yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Hijauan Kembang Telang (Clitoria ternatea) pada Berbagai Level Aplikasi Pupuk

Bio-Slurry” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Perkenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Ni Nyoman Candraasih Kusumawati, MS, selaku pembimbing utama (I) yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis penelitian, khususnya dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada Dr. Ir. Ni Nyoman Suryani, M.Si sebagai pembimbing kedua (II) yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD dan Dekan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Ketua Laboratorium Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

Ungkapan terimakasih yang mendalam disampaikan kepada para penguji yaitu, Ir. A. A. Oka, M.S., I Ketut Mangku Budiasa S.Pt, M.Si., dan Ir. A. A. Ayu Sri Trisnadewi, MP, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga skripsi ini dapat terwujud seperti ini. Terimakasih yang mendalam kepada teman-teman satu penelitian yaitu saudari Ni Putu Rita Noviani Susanti dan I Wayan Duaja Jaya, yang telah banyak membantu selama penelitian. Demikian juga halnya dengan teman-teman angkatan 2012 Fakultas Peternakan Universitas Udayana, teman-teman kelompok praktek kerja mahasiswa dan teman-teman KKN-PPM XI UNUD Desa Baktiseraga yang selalu memacu dan memberi wejangan kepada penulis dan dengan tulus membantu dalam studi.

Ucapan terimakasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yag telah membimbing penulis, mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguru-guruan Tinggi. Ucapan terimakasih yang tulus kepada orang tua I Wayan Regog, Ni


(10)

x Wayan Mustiari (Alm) dan Ni Nengah Kertiasih yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis, sehingga tercipta suasana yang baik untuk berkembangnya kreativitas, serta kakak I Wayan Edi Suarjana, S.Pd dan adik Komang Mahendra Krisna Pradika dan keluarga besar yang telah banyak membantu dan memberikan motovasi dalam penelitian ini. Akhirnya penulis sampaikan terimakasih yang tulus kepada yang tercinta Ni Luh Yulistya Novita Sari, Amd. Farm, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk berkonsentrasi menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-NYA kepada semua pihak yang telah membntu penyelesaian Skripsi ini, serta kepada segenap keluarga penulis.

Denpasar, Juni 2016


(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

RINGKASAN...

SUMMARY...

LEMBAR PENGESAHAN...

RIWAYAT HIDUP ...

UCAPAN TERIMAKASIH ...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Rumusan Masalah... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Hipotesis... 1.5 Manfaat Penelitian...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Kembang Telang (Clitoria ternatea)... 2.2 Pertumbuhan dan Produksi Tanaman... 2.3 Pupuk Organik... 2.4 Pupuk Bio-slurry... 2.5 Respon Tanaman terhadap Pupuk Organik... 2.6 Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman terhadap Pupuk

Bio-slurry... 2.7 Produktivitas Kembang Telang (Clitoria ternatea) terhadap Berbagai

Pemupukan...

BAB III MATERI DAN METODE... 3.1 Materi... 3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 3.1.2 Bibit... 3.1.3 Tanah...

ii iv v vi viii ix xi xiii xiv xv 1 1 3 3 4 4 5 5 7 8 9 11 12 14 15 15 15 15 15


(12)

xii 3.1.4 Air... 3.1.5 Pupuk... 3.1.6 Alat-Alat yang Digunakan... 3.2 Metode... 3.2.1. Rancangan Percobaan... 3.2.2. Persiapan Media Tanam... 3.2.3. Pemberian Pupuk... 3.2.4. Penanaman Bibit... 3.2.5. Pemeliharaan Tanaman... 3.2.6. Pengukuran dan Pemanenan...

3.2.7. Pengeringan... 3.2.8. Variabel yang Diamati... 3.2.9. Analisa Statistik...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 4.1 Hasil... 4.1.1. Tinggi Tanaman... 4.1.2. Jumlah Cabang... 4.1.3. Jumlah Daun... 4.1.4. Jumlah Bunga... 4.1.5. Jumlah Polong...

4.1.6. Berat Kering Batang... 4.1.7. Berat Kering Daun... 4.1.8. Berat Kering Polong... 4.1.9. Berat Kering Total Hijauan... 4.1.10. Luas daun... 4.1.11. Nisbah Berat Kering Daun dengan Berat Kering Batang... 4.2 Pembahasan...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 5.1 Simpulan... 5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN... 15 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 20 21 21 21 21 21 22 22 23 23 24 24 25 25 26 32 32 32 34 37


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

No Teks

1 Kandungan bio-slurry berbasis kering... 11 2 Hasil analisa tanah dan pupuk... 16 3 Pengaruh pupuk bio-slurry terhadap pertumbuhan tanaman kembang

telang (Clitoria ternatea)........ 22 4 Pengaruh pupuk bio-slurry terhadap produksi tanaman kembang

telang (Clitoria ternatea)...... 23 5 Pengaruh pupuk bio-slurry terhadap karakteristik tanaman kembang

telang (Clitoria ternatea)...... 25 Halaman


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Teks

1 Ukuran petak yang digunakan dalam penelitian... 17 2 Denah penanaman tanaman kembang telang (Clitoria ternatea)... 18 3 Hubungan antara dosis pupuk bio-slurry terhadap berat kering polong

dan berat kering total hijauan kembang telang (Clitoria ternatea)... 24 Halaman


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks

1 Analisis Statistik Tinggi Tanaman Kembang Telang (Clitoria

ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 37 2 Analisis Statistik Jumlah Cabang Tanaman Kembang Telang

(Clitoria ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 38 3 Analisis Statistik Jumlah DaunTanaman Kembang Telang (Clitoria

ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 39 4 Analisis Statistik Jumlah Bunga Tanaman Kembang Telang (Clitoria

ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 40 5 Analisis Statistik Jumlah Polong Tanaman Kembang Telang (Clitoria

ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 41 6 Analisis Statistik Berat kering Batang Tanaman Kembang Telang

(Clitoria ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 42 7 Analisis Statistik Berat Kering Daun Tanaman Kembang Telang

(Clitoria ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 43 8 Analisis Statistik Berat Kering Polong Tanaman Kembang Telang

(Clitoria ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 44 9 Analisis Statistik Berat Kering Total Hijauan Kembang Telang

(Clitoria ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 45 10 Analisis Statistik Luas Daun Tanaman Kembang Telang (Clitoria

ternatea) yang Diberi Pupuk Bio-slurry... 46 11 Analisis Statistik Nisbah Berat Kering Daun dengan Berat Kering

Batang Tanaman Kembang Telang (Clitoria ternatea) yang Diberi

Pupuk Bio-slurry... 47 Halaman


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyediaan makanan ternak yang cukup sepanjang tahun baik kuantitas maupun kualitas merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan produksi dan meningkatkan produktivitas ternak. Permasalahan penyediaan hijauan pakan sepanjang tahun menjadi salah satu faktor vital dalam usaha peternakan, terutama pada musim kemarau. Oleh karena itu, dalam penyediaan tanaman pakan sepanjang tahun perlu disikapi dengan berbagai inovasi secara optimal sehingga kebutuhan akan tanaman pakan dalam usaha peternakan dapat terpenuhi.

Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan hijauan yang cukup baik dalam kuantitas maupun kualitas (Afrizal dan Muhtarudin, 2014). Hal ini disebabkan hijauan makanan ternak mengandung hampir semua zat yang dibutuhkan oleh ternak ruminansia antara lain protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Hijauan makanan ternak terdiri dari jenis rumput, leguminosa, dan pohon. Sajimin dan Prawiradiputra, (2007) menyatakan jenis leguminosa memiliki keunggulan spesifik disamping kandungan proteinnya juga dapat tumbuh baik pada beragai agroklimat. Kandungan protein kasar yang dimiliki leguminosa, dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti konsentrat yang harganya relatif murah.

Salah satu leguminosa yang cukup produktif untuk dikembangkan adalah kembang telang (Clitoria ternatea). Tanaman kembang telang (Clitoria ternatea)


(17)

berasal dari Amerika Selatan bagian tengah yang menyebar ke daerah tropik sejak abad 19, terutama ke Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kembang telang (Clitoria ternatea) merupakan salah satu tanaman semak belukar yang umum tumbuh di tempat terbuka sepanjang jalan dan lereng. Tanaman ini secara alami ditemukan pada padang rumput, hutan terbuka, semak, pinggiran sungai, dan tempat-tempat terbuka lainnya, serta merupakan tanaman merambat pada tanaman pohon ataupun pagar pekarangan (Sutedi, 2013).

Saat ini terjadi penurunan kualitas lahan (degradasi lahan) pertanian yang berdampak terhadap penurunan kualitas hijauan pakan. Hal ini disebabkan oleh adanya pengurasan sumberdaya lahan tanpa diimbangi dengan upaya pengembalian yang optimal. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dalam jumlah banyak merupakan salah satu penyebab degradasi lahan (Kartini, 2000). Lebih lanjut Supadma (2006) menyatakan bahwa sejak tahun 1984 pemakaian pupuk buatan oleh petani di Indonesia nampak semakin meningkat untuk memaksimalkan hasil pertanian secara nyata dan cepat. Hal ini meyadarkan masyarakat akan pentingnya sistem pertanian ramah ligkungan dan penggunaan pupuk organik untuk meningkatkan produksi hijauan.

Pupuk organik merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro), hanya saja ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit (Murbandono, 2000). Salah satu pupuk organik


(18)

yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi hijauan makanan ternak adalah pupuk bio-slurry.

Bio-slurry atau ampas biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup. Pupuk bio-slurry mempunyai kelebihan yaitu mampu memperbaiki sifat fisik tanah dan juga akan mengurangi efek negatif dari pembuatan biogas seperti bau yang tidak sedap, pencemaran lingkungan yang dapat menjadi sumber penyakit. Bio-slurry juga mengandung mikroba probiotik yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan lahan pertanian sehingga diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas dan kuantitas panen (BIRU, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pupuk bio-slurry terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman kembang telang (Clitoria ternatea)?

2. Berapa dosis optimal pupuk bio-slurry yang diperlukan tanaman kembang

telang (Clitoria ternatea)?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk bio-slurry terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman kembang telang (Clitoria ternatea).

2. Untuk mengetahui dosis optimal pupuk bio-slurry terhadap pertumbuhan dan


(19)

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat respon yang berbeda pada perlakuan dosis pupuk bio-slurry terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kembang telang (Clitoria ternatea).

2. Ditemukan dosis optimal pupuk bio-slurry terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman kembang telang (Clitoria ternatea).

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai data tambahan untuk penelitian selanjutnya. Disamping itu dapat memberikan informasi dan petunjuk dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kembang telang (Clitoria ternatea).


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kembang Telang (Clitoria ternatea)

Kembang telang (Clitoria ternatea) merupakan tanaman dari keluarga

Fabaceae, yang biasa disebut kembang telang (Zussiva et al., 2012). Tanaman kembang telang (Clitoria ternatea) berasal dari Amerika Selatan bagian tengah yang menyebar ke daerah tropik sejak abad 19, terutama ke Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini secara alami ditemukan pada padang rumput, hutan terbuka, semak, pinggiran sungai, dan tempat-tempat terbuka lainnya, serta merupakan tanaman merambat pada tanaman pohon ataupun pagar pekarangan. (Sutedi, 2013).

Tanaman kembang telang merupakan tanaman leguminosa yang cepat pertumbuhannya, dapat menutupi tanah dalam waktu 30-40 hari setelah tanam dan menghasilkan biji pada umur 110-150 hari serta persistensi sangat tinggi terhadap perubahan musim, kondisi lahan dan sangat cocok berasosiasi dengan tanaman lain, seperti rumput-rumputan ataupun dengan jenis leguminosa lainnya. Tanaman kembang telang (Clitoria ternatea) tahan terhadap kekeringan 5-6 bulan di daerah tropis (Sutedi, 2013). Menurut Suarna (2005), kembang telang (Clitoria ternatea)

beradaptasi dengan baik pada kisaran tanah berpasir, lempung, alluvial dalam, dan liat yang berat serta tahan terhadap kekeringan (curah hujan 500-900 mm), tahan terhadap salinitas dan mampu berkompetisi dengan baik terhadap gulma.

Gomez dan Kalamani (2003) menyatakan bahwa kembang telang (Clitoria ternatea) memiliki sifat-sifat agronomis berakar dalam, panjang, sebagai leguminosa


(21)

memanjat, daunnya memiliki 5 liflet, dan bunganya biru pekat. Akan tetapi tanaman ini ada juga yang mempunyai bunga berwarna putih dan coklat. Cook et al. (2005) menyatakan kembang telang (Clitoria ternatea) adalah leguminosa yang berkualitas tinggi dan merupakan jenis kacang-kacangan yang kaya akan protein, dijuluki alfalfa

tropis, sering disebut pula sebagai bank protein yang dapat tumbuh dengan biaya produksi yang rendah. Bogdan (1977) menyatakan bahwa tanaman kembang telang dapat merambat dengan batang 0,5-3 m. Daunnya terdiri dari 5-7 liflet yang membujur dengan panjang 1,5-7 cm dan lebar 0,3-4 cm. Bunganya berbentuk corong dengan panjang 6-12 cm dan lebar 0,7-1,2 cm. Sutedi (2013) menyatakan bahwa kembang telang (Clitoria ternatea) dapat tumbuh cukup baik pada kondisi kering dan terus menerus menghasilkan biji selama masa pertumbuhan, dengan jumlah produksi tanaman dan biji masing-masing sebesar 25-35 ton BK/ha dan 2,77 ton/ha pada umur panen 42 hari. Tanaman kembang telang (Clitoria ternatea) mengandung protein berkisar 21-29%, energi kasar 18,6 MJ/kg, kecernaan bahan organik 69,7%, kecernaan energi 66,6% dan energi termetabolis pada ruminan 12,4 MJ/kg.

Kembang telang (Clitoria ternatea) mempunyai potensi sebagai pakan yang baik karena memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan juga sangat disukai ternak (Suarna, 2005). Daun kembang telang (Clitoria ternatea) mengandung protein berkisar antara 18-25%, sedangkan campuran batang dan daun kembang telang (Clitoria ternatea)

mengandung protein 9-15%. Kalamani dan Gomez (2001) melaporkan bahwa protein kasar kembang telang (Clitoria ternatea) berkisar 14-20%, sedangkan kadar protein kasar dan serat kasar dalam daun masing-masing adalah 21,5 dan 29%. Biji kembang telang (Clitoria ternatea) mengandung kadar protein yang cukup tinggi, bervariasi


(22)

dari 15-25% (Staples, 1992), hingga 45% (Odeyinka et al., 2004), sehingga bila digunakan sebagai benih, kembang telang (Clitoria ternatea) akan meningkatkan nitrogen dalam tanah.

2.2. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangan suatu spesies. Pertumbuhan tanaman erat kaitannya dengan hara yang diserap dari dalam tanah, termasuk unsur nitrogen (Djukri dan Purwoko, 2003). Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman adalah dengan sistem penanaman campuran. Mansyur et al. (2005) menyatakan bahwa salah satu keuntungan dari sistem pertanaman campuran dapat meningkatkan produktivitas lahan per satuan luas. Pola pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa menghasilkan peningkatan produksi hijauan dibandingkan dengan pertanaman monokultur. Namun peningkatan prosentase penanaman leguminosa pada pola pertanaman campuran tersebut mengakibatkan penurunan produksi hijauan. Hal ini terjadi karena produksi hijauan yang dihasilkan oleh leguminosa lebih rendah dari produksi hijauan yang dihasilkan oleh rumput.

Marhaeniyanto (2009) menyatakan bahwa tanaman leguminosa di daerah tropis tumbuh lebih lambat daripada tanaman rumput, agar bisa tumbuh dengan baik, maka penanaman rumput dan leguminosa dibuat dalam jalur berselang-seling. Beberapa keuntungan penanaman campuran rumput dan leguminosa: 1) memperbaiki


(23)

unsur nitrogen dalam tanah, karena kemampuan leguminosa untuk mengikat N dari udara, 2) memperbaiki mutu pakan ternak ruminansia, karena kandungan protein dan mineral lebih tinggi, 3) daerah tropis yang lembab akan membatasi pertumbuhan rumput, namun dengan percampuran rumput dan leguminosa, leguminosa dapat memperbaiki pertumbuhan rumput, karena akarnya bisa lebih dalam, 4) tanaman campuran rumput dan leguminosa mampu meningkatkan kapasitas tampung sehingga satuan ternak per hektar lebih banyak dan total kenaikan berat badan lebih tinggi.

2.3. Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik mengandung segala macam unsur baik makro maupun mikro, akan tetapi ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Suridikarta dan Simanungkalit (2006), menyatakan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik sehingga mudah dihisap tanaman, tidak meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah, mempunyai kadar persenyawaan C-organik yang tinggi (Murbandono, 2000).

Selama proses dekomposisi bahan organik mentah menjadi kompos akan terjadi berbagai perubahan hayati yang dilakukan oleh mikroorgaisme sebagai aktivator. Adapun perubahannya sebagai berikut: a) penguraian karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, dan lemak menjadi CO2 dan H2O; b) protein menjadi ammonia, CO2


(24)

dan air; c) pembebasan unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap oleh tanaman; dan d) terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara didalam sel mikroorganisme, terutama nitrogen, posfor, dan kalium. Dengan perubahan tersebut maka kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa nitrogen yang larut (amonia) akan meningkat. Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah (Sudradjat, 2007).

2.4. Pupuk Bio-slurry

Bio-slurry atau ampas biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup. Selain itu bio-slurry berupakan pupuk organik berkualitas tinggi yang kaya akan kandungan nutrisi (Karki et al., 2009). Tidak hanya memiliki kandungan nutrisi yang baik, pupuk bio-slurry juga mengandung mikroba probiotik yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan lahan pertanian. Bahan keluaran dari biogas tersebut dicoba untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tanaman, seperti nutrisi makro yang dibututhkan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S), serta nutrisi mikro yang hanya diperlukan dalam jumlah sedikit seperti besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Adapun komposisi bio-slurry setelah fermentasi adalah air 70%-80% dan zat kering 20%-30%, jika diuraikan lagi zat kering tersebut mengandung bahan organik 18%-27% (Prasanna et al., 2008) Ketika dikeluarkan dari lubang outlet, bio-slurry berwujud cair cenderung padat, berwarna coklat terang atau hijau dan cenderung gelap, sedikit atau tidak mengeluarkan gelembung gas, tidak berbau dan


(25)

tidak mengundang serangga. Apabila sudah memadat dan mengering, warna bio-slurry berubah menjadi coklat gelap. Bio-slurry yang telah mengering bertekstur lengket, liat dan tidak mengkilat, berbentuk tidak seragam dan berkemampuan mengikat air yang baik. Setelah keluar dari outlet, bio-slurry cair (basah) diendapkan atau didiamkan di lubang penampungan yang ternaungi minimal selama 1 minggu untuk mengurangi atau menghilangkan gas yang tidak baik bagi tanaman ataupun ternak. Untuk penggunaan padat (kering), bio-slurry lebih baik dikeringkan secara alami (terlindungi dari sinar matahari langsung) minimal selama 40 hari. Bio-slurry

basah maupun kering dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan telah berfermentasi. Ini menjadikan bioslurry sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya (BIRU, 2012).

Kandungan rata-rata nitrogen bio-slurry dalam bentuk cair (basah) lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk padat (kering). Perbandingan antar nutrisi pada bio-slurry

menunjukkan kandungan nitrogen cenderung lebih tinggi dibandingkan fosfor dan kalium, kecuali pada bio-slurry babi dalam bentuk padatan (kering). Indikator bio-slurry sebagai pupuk organik yang berkualitas baik ditunjukkan dengan rata-rata kandungan C-organik yang lebih tinggi dari standar pupuk organik yang dikeluarkan dari Standar Mutu Pupuk Organik, No.28/Permentan/OT.140/2/2009 yaitu lebih besar dari 12. Selain itu, kandungan nutrisi nitrogen, fosfor dan kalium juga sesuai dengan Standar Mutu Pupuk Organik yakni rata-rata di bawah 6% (BIRU, 2012). Bio-slurry

basah maupun kering dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan telah berfermentasi.


(26)

Ini menjadikan bio-slurry sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya.

Tabel 2.1. Kandungan dalam bio-slurry berbasis kering

No Jenis

Bio-slurry

Analisa Berbasis Kering Bahan Organik (%) C-org (%) N-Tot (%) C/N (%)

P2O5 (%)

K2O (%) 1 Bio-slurry

Babi 65,88 15,60 1,57 9,97 1,92 0,41

2 Bio-slurry

Sapi 68,59 17,87 1,47 9,09 0,52 0,38

3

Kompos

Bio-slurry

Sapi

54,50 14,43 1,60 10,20 1,19 0,27

Sumber: Analisa Bio-slurry yang dilakukan oleh BIRU, 2012.

Keterangan :

• Analisis berbasis kering = analisa yang ditujukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam bentuk padat (kondisi kering).

• C-organik = kandungan karbon (C) di dalam bahan organik.

• C/N rasio = perbandingan antara kandungan karbon (C) organik dengan nitrogen (N) total.

Bio-slurry cair (basah) dapat digunakan langsung untuk pupuk untuk tanaman di pekarangan rumah yang hanya memerlukan jumlah sedikit. Jika diperlukan untuk penggunaan di kebun dalam jumlah banyak, bio-slurry cair dapat diangkut menggunakan kendaraan. Untuk lahan berbukit atau miring (lereng), gunakan bio-slurry padat atau yang sudah dikomposkan untuk mempermudah penanganan dan pengangkutan. Bio-slurry dapat digunakan langsung pada tanaman atau diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1 atau 1:2 (BIRU, 2012).

2.5. Respon Tanaman terhadap Pupuk Organik

Peningkatan produksi hijauan tidak terlepas dari proses pemupukan, untuk memberikan unsur hara pada tanaman agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang maksimal. Sajimin et al. (2001) menyatakan bahwa untuk memperoleh produksi


(27)

yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburanya rendah dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik. Setyorini (2006) melaporkan pemupukan dengan pupuk kandang budidaya sayuran organik menunjukkan bahwa kompos pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha dapat memenuhi kebutuhan hara. Hasil penelitian Rina dan Nahampun (2009) mendapatkan bahwa dosis kascing yang terbaik dapat memberikan peranan dalam penyediaan unsur hara pada media, serta perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian tanaman dan juga memberikan peranan dalam menyimpan air pada media dan memperbaiki struktur tanah sehingga jaringan akar akan dengan leluasa menyerap air dan nutrisi makanan yang ada pada media untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman lebih maksimal.

Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Rosmarkam dan Yuwono (2002), menyatakan bahwa bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah berat dan meningkatkan permeabilitas pada tanah-tanah bertekstur halus (lempungan). Penambahan pupuk organik kedalam tanah dapat meningkatkan kadar C-organik dalam tanah. Semakin banyak pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah, semakin banyak pula C-organik yang dilepaskan kedalam tanah (Abdul dan Indah, 2005).

2.6. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman terhadap Pupuk Bio-slurry

Beberapa peternak telah melakukan pemanfaatan bio-slurry terutama sebagai pupuk di lahan pertanian yang dimiliki oleh peternak. Tanah yang diberi bio-slurry


(28)

populasi dan aktifitas mikroorganisme tanah. BIRU (2012) juga menyebutkan bio-slurry memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan kotoran hewan segar atau pupuk kandang biasa. Adapun keunggulan tersebut antara lain bio-slurry bermanfaat untuk: 1) menyuburkan tanah pertanian, dapat menambahkan humus sehingga tanah lebih bernutrisi dan mampu menyimpan air, serta mampu mendukung aktivitas perkembangan cacing dan mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman, 2) kandungan nutrisi bio-slurry terutama nitrogen (N) lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang/kompos atau kotoran segar. Hal ini disebabkan kandungan nitrogen (N) dalam bio-slurry lebih banyak dan mudah diserap oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, 3) bio-slurry bebas bakteri pembawa penyakit pada tanaman karena proses fermentasi kohe (kotoran hewan) di reaktor biogas dapat membunuh organisme yang menyebabkan penyakit pada tanaman.

Bio-slurry maupun kompos bio-slurry sebagai pupuk organik mempunyai kandungan bahan organik yang cukup tinggi yang bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah yang diberi bio-slurry menjadi lebih gembur serta mudah mengikat nutrisi dan air. Bio-slurry juga meningkatkan populasi dan aktifitas mikro organisme tanah. Institute of Soil and Agricultural Chemical di Vietnam telah melakukan pengujian pada pertanian kol, dan dengan menggunakan 60 m3 bio-slurry

pada lahan 1 hektar dapat meningkatkan produksi sebesar 24%. Penggunaan bioslurry dalam bentuk kompos maupun cair dapat meningkatkan kualitas panen jagung maupun tebu dan beberapa produk hortikultura (BIRU, 2012).


(29)

2.7Produktivitas Kembang Telang (Clitoria ternatea) terhadap Berbagai Pemupukan

Pemberian pupuk merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi hijauan makanan ternak, baik itu pupuk organik maupun non organik. Sajimin et al. (2001) menyatakan bahwa untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik sangat bermanfaat untuk peningkatan produksi tanaman, baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penelitian Sutresnawan et al.

(2015) mendapatkan pemberian pupuk limbah biogas menghasilkan pertumbuhan jumlah daun, jumlah cabang, dan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang ayam maupun pupuk kandang sapi pada tanaman kembang telang (Clitoria ternatea). Hal ini disebabkan adanya proses fermentasi pada limbah biogas yang mengubah zat makanan menjadi tersedia bagi tanaman yang mempermudah penyerapan unsur hara pada tanaman sehingga mempercepat pertumbuhan dan produksi tanaman. Sutresnawan et al. (2015) juga mendapatkan pengaruh pemberian pupuk organik pada dosis 20 ton/ha menghasilkan pertumbuhan dan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan pada dosis 0, 10, dan 30 ton/ha. Hal ini menunjukkan kembang telang (Clitoria ternatea) secara efisien dapat memanfaatkan unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik pada dosis 20 ton/ha sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan daun, pertumbuhan cabang, dan meningkatkan produksi hijauan.


(1)

dan air; c) pembebasan unsur hara dari senyawa-senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap oleh tanaman; dan d) terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara didalam sel mikroorganisme, terutama nitrogen, posfor, dan kalium. Dengan perubahan tersebut maka kadar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa nitrogen yang larut (amonia) akan meningkat. Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah (Sudradjat, 2007).

2.4. Pupuk Bio-slurry

Bio-slurry atau ampas biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup. Selain itu bio-slurry berupakan pupuk organik berkualitas tinggi yang kaya akan kandungan nutrisi (Karki et al., 2009). Tidak hanya memiliki kandungan nutrisi yang baik, pupuk bio-slurry juga mengandung mikroba probiotik yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan lahan pertanian. Bahan keluaran dari biogas tersebut dicoba untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman untuk memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tanaman, seperti nutrisi makro yang dibututhkan dalam jumlah yang banyak seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S), serta nutrisi mikro yang hanya diperlukan dalam jumlah sedikit seperti besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), dan seng (Zn). Adapun komposisi bio-slurry setelah fermentasi adalah air 70%-80% dan zat kering 20%-30%, jika diuraikan lagi zat kering tersebut mengandung bahan organik 18%-27% (Prasanna et al., 2008) Ketika dikeluarkan dari lubang outlet, bio-slurry berwujud cair cenderung padat, berwarna coklat terang atau hijau dan cenderung gelap, sedikit atau tidak mengeluarkan gelembung gas, tidak berbau dan


(2)

tidak mengundang serangga. Apabila sudah memadat dan mengering, warna bio-slurry berubah menjadi coklat gelap. Bio-slurry yang telah mengering bertekstur lengket, liat dan tidak mengkilat, berbentuk tidak seragam dan berkemampuan mengikat air yang baik. Setelah keluar dari outlet, bio-slurry cair (basah) diendapkan atau didiamkan di lubang penampungan yang ternaungi minimal selama 1 minggu untuk mengurangi atau menghilangkan gas yang tidak baik bagi tanaman ataupun ternak. Untuk penggunaan padat (kering), bio-slurry lebih baik dikeringkan secara alami (terlindungi dari sinar matahari langsung) minimal selama 40 hari. Bio-slurry basah maupun kering dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan telah berfermentasi. Ini menjadikan bioslurry sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya (BIRU, 2012).

Kandungan rata-rata nitrogen bio-slurry dalam bentuk cair (basah) lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk padat (kering). Perbandingan antar nutrisi pada bio-slurry menunjukkan kandungan nitrogen cenderung lebih tinggi dibandingkan fosfor dan kalium, kecuali pada bio-slurry babi dalam bentuk padatan (kering). Indikator bio-slurry sebagai pupuk organik yang berkualitas baik ditunjukkan dengan rata-rata kandungan C-organik yang lebih tinggi dari standar pupuk organik yang dikeluarkan dari Standar Mutu Pupuk Organik, No.28/Permentan/OT.140/2/2009 yaitu lebih besar dari 12. Selain itu, kandungan nutrisi nitrogen, fosfor dan kalium juga sesuai dengan Standar Mutu Pupuk Organik yakni rata-rata di bawah 6% (BIRU, 2012). Bio-slurry basah maupun kering dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan telah berfermentasi.


(3)

Ini menjadikan bio-slurry sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya.

Tabel 2.1. Kandungan dalam bio-slurry berbasis kering

No Jenis Bio-slurry

Analisa Berbasis Kering Bahan Organik (%) C-org (%) N-Tot (%) C/N (%)

P2O5 (%)

K2O (%) 1 Bio-slurry

Babi 65,88 15,60 1,57 9,97 1,92 0,41

2 Bio-slurry

Sapi 68,59 17,87 1,47 9,09 0,52 0,38

3

Kompos Bio-slurry

Sapi

54,50 14,43 1,60 10,20 1,19 0,27 Sumber: Analisa Bio-slurry yang dilakukan oleh BIRU, 2012.

Keterangan :

• Analisis berbasis kering = analisa yang ditujukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam bentuk padat (kondisi kering).

• C-organik = kandungan karbon (C) di dalam bahan organik.

• C/N rasio = perbandingan antara kandungan karbon (C) organik dengan nitrogen (N) total.

Bio-slurry cair (basah) dapat digunakan langsung untuk pupuk untuk tanaman di pekarangan rumah yang hanya memerlukan jumlah sedikit. Jika diperlukan untuk penggunaan di kebun dalam jumlah banyak, bio-slurry cair dapat diangkut menggunakan kendaraan. Untuk lahan berbukit atau miring (lereng), gunakan bio-slurry padat atau yang sudah dikomposkan untuk mempermudah penanganan dan pengangkutan. Bio-slurry dapat digunakan langsung pada tanaman atau diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1 atau 1:2 (BIRU, 2012).

2.5. Respon Tanaman terhadap Pupuk Organik

Peningkatan produksi hijauan tidak terlepas dari proses pemupukan, untuk memberikan unsur hara pada tanaman agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang maksimal. Sajimin et al. (2001) menyatakan bahwa untuk memperoleh produksi


(4)

yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburanya rendah dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik. Setyorini (2006) melaporkan pemupukan dengan pupuk kandang budidaya sayuran organik menunjukkan bahwa kompos pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha dapat memenuhi kebutuhan hara. Hasil penelitian Rina dan Nahampun (2009) mendapatkan bahwa dosis kascing yang terbaik dapat memberikan peranan dalam penyediaan unsur hara pada media, serta perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap berat basah bagian tanaman dan juga memberikan peranan dalam menyimpan air pada media dan memperbaiki struktur tanah sehingga jaringan akar akan dengan leluasa menyerap air dan nutrisi makanan yang ada pada media untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman lebih maksimal.

Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Rosmarkam dan Yuwono (2002), menyatakan bahwa bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah berat dan meningkatkan permeabilitas pada tanah-tanah bertekstur halus (lempungan). Penambahan pupuk organik kedalam tanah dapat meningkatkan kadar C-organik dalam tanah. Semakin banyak pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah, semakin banyak pula C-organik yang dilepaskan kedalam tanah (Abdul dan Indah, 2005).

2.6. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman terhadap Pupuk Bio-slurry Beberapa peternak telah melakukan pemanfaatan bio-slurry terutama sebagai pupuk di lahan pertanian yang dimiliki oleh peternak. Tanah yang diberi bio-slurry menjadi lebih remah, mudah mengikat nutrisi dan air. Bioslurry juga meningkatkan


(5)

populasi dan aktifitas mikroorganisme tanah. BIRU (2012) juga menyebutkan bio-slurry memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan kotoran hewan segar atau pupuk kandang biasa. Adapun keunggulan tersebut antara lain bio-slurry bermanfaat untuk: 1) menyuburkan tanah pertanian, dapat menambahkan humus sehingga tanah lebih bernutrisi dan mampu menyimpan air, serta mampu mendukung aktivitas perkembangan cacing dan mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman, 2) kandungan nutrisi bio-slurry terutama nitrogen (N) lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang/kompos atau kotoran segar. Hal ini disebabkan kandungan nitrogen (N) dalam bio-slurry lebih banyak dan mudah diserap oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, 3) bio-slurry bebas bakteri pembawa penyakit pada tanaman karena proses fermentasi kohe (kotoran hewan) di reaktor biogas dapat membunuh organisme yang menyebabkan penyakit pada tanaman.

Bio-slurry maupun kompos bio-slurry sebagai pupuk organik mempunyai kandungan bahan organik yang cukup tinggi yang bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah yang diberi bio-slurry menjadi lebih gembur serta mudah mengikat nutrisi dan air. Bio-slurry juga meningkatkan populasi dan aktifitas mikro organisme tanah. Institute of Soil and Agricultural Chemical di Vietnam telah melakukan pengujian pada pertanian kol, dan dengan menggunakan 60 m3 bio-slurry pada lahan 1 hektar dapat meningkatkan produksi sebesar 24%. Penggunaan bioslurry dalam bentuk kompos maupun cair dapat meningkatkan kualitas panen jagung maupun tebu dan beberapa produk hortikultura (BIRU, 2012).


(6)

2.7Produktivitas Kembang Telang (Clitoria ternatea) terhadap Berbagai Pemupukan

Pemberian pupuk merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produksi hijauan makanan ternak, baik itu pupuk organik maupun non organik. Sajimin et al. (2001) menyatakan bahwa untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik. Pupuk organik sangat bermanfaat untuk peningkatan produksi tanaman, baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penelitian Sutresnawan et al. (2015) mendapatkan pemberian pupuk limbah biogas menghasilkan pertumbuhan jumlah daun, jumlah cabang, dan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang ayam maupun pupuk kandang sapi pada tanaman kembang telang (Clitoria ternatea). Hal ini disebabkan adanya proses fermentasi pada limbah biogas yang mengubah zat makanan menjadi tersedia bagi tanaman yang mempermudah penyerapan unsur hara pada tanaman sehingga mempercepat pertumbuhan dan produksi tanaman. Sutresnawan et al. (2015) juga mendapatkan pengaruh pemberian pupuk organik pada dosis 20 ton/ha menghasilkan pertumbuhan dan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan pada dosis 0, 10, dan 30 ton/ha. Hal ini menunjukkan kembang telang (Clitoria ternatea) secara efisien dapat memanfaatkan unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik pada dosis 20 ton/ha sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan daun, pertumbuhan cabang, dan meningkatkan produksi hijauan.