Berdirinya Partai Komunis Indonesia PKI

negara jajahan dengan “Semangat Revolusi Komunis”. Jadi bukan dengan perbuatan-perbuatan atau bantuan materi, tetapi sekadar batuan moril. 11 Karena itu Tan Malaka dianggap oleh pengikut-pengikut Stalin di Indonesia sebagai Trotsynya Indonesia dan dimusuhi. Kegiatan pimpinan PKI dalam melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Belanda memuncak dengan timbulnya pemberontakan 1923, yang merupakan pemberontakan massa rakyat yang digerakkan oleh pemimpin-pemimpin komunis seperti Musso dan lain-lain. Tanggal 12-14 Novem- ber 1926 terjadi di Jakarta dan Jatinegara waktu itu Jatinegara masih terpisah dengan Jakarta dan Tangerang, pada tanggal 12 November – 5 Desember di Karesidenan Banten SIC, 12-18 November di Priangan, 17-23 November di Surakarta, 12-15 Desember di Tanah Kediri, direncanakan juga mengadakan pemberontakan di Banyumas, Pekalongan dan Kedu. Pemberontakan timbul karena waktu itu pimpinan PKI seperti Semaun dan Darsono yang selalu menghalang- halangi timbulnya pemberontakan sedang berada di luar negeri. Dengan timbulnya pembe- rontakan ini Pemerintah Belanda segera melakukan penangkapan dan penahanan terhadapap para pelaku. Orang-orang Komunis yang tidak melakukan pemberontakan pun ditangkap dan kemudian di- asingkan ke Boven Digul, 12 dan melarang segala kegiatan PKI. Karena adanya larangan tersebut, Tan Malaka kemudian pa-da tahun 1927 mendirikan organi-sasi PARI Partai Republik 11 Ibid., hal .6. 12 Mr. A. K. Pringgodigdo, Op.cit., hal 45. Tan Malaka Indo-nesia di Bangkok. 13 Sedangkan PKI sendiri kemudian mengadakan gerakan secara ilegal. Dengan berdirinya PARI Tan Malaka ini pertentangan dasar antara cara-cara perj- uangan PKI dan PARI semakin meruncing, bahkan kemudian PKI berusaha menghancu-kan Tan Malaka dengan PARI-nya. Untuk membangkitkan kembali perjuangan PKI yang telah parah akibat adanya tekanan dari pemerintah Belanda, Musso mendapat tugas khusus dari Moskow untuk membina kembali kader-kader PKI yang harus bergerak sebagai organisasi bayangan di Indonesia. Pada tahun 1935 Musso tiba di Surabaya bersama Djokosujono, Pamudji, dan Achmad Sumadi mendirikan organisasi Partai Komunis Muda PEM di JawaTimur. Pihak Komunis meyakinkan sepenuhnya, dengan lahirnya kader-kader Komunis Muda organisasi Komunis Indonesia kelak akan bangun kembali. 14 Menjelang mendaratnya tentara Jepang di Indonesia, pemerintah Kolonial Belanda telah mengambil siasat membebaskan semua interniran Digul dan selanjutnya dibawa ke Australia. Kegiatan pembebasan ini dikoordinir oleh Vander Plas dan Esten. Para Ex Digulis diajak kerjasama oleh Pemerintah Belanda untuk menentang kekuasaan Jepang. Untuk melaksanakan kerja sama tersebut Pemerintah Belan- da mendirikan perkumpulan yang diberi nama “Serikat Indo- nesia Baru”. Kemudian dikenal dengan nama PKISibar. 15 Pada masa Pemerintahan Jepang, sikap Jepang terhadap organisasi PKI yang waktu itu dipimpin oleh Sardjono dan terhadap Komunisme Tan Malaka dapat dikata- kan berlainan. Terhadap PKI Sardjono sama sekali dilarang mengadakan kegiatannya, sedang terhadap Tan Malaka agak lunak. Untuk melanjutkan perjuangannya, kemudian PKI me- ngadakan kegiatan secara ilegal sampai diproklamasikannya 13 Prof. Iwa Kusuma Sumantri SH., Sedjarah Revolusi Indonesia , Masa Revolusi Bersenjata, Cetakan II, Grafika, Jakarta, tidak bertahun, hal. 12. 14 Makmun Salim, OP. cit., hal.25-26. 15 Prof. Iwa Kusuma Sumantri SH, Sedjarah Revolusi Indonesia, M asa Revolusi Bersenjata, Cetakan II, Grafika, Jakarta, tidak bertahun, hal. 36. kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. 16 Tetapi sikap Jepang terhadap Tan Malaka pun kemudian berubah pula, karena kemudian Pemerintah Jepang melarang semua kegiatan kepartaian di Indonesia. Hanya organisasi- organisasi bentukan Jepang saja yang boleh berdiri.

1.2 Situasi

Politik di Indones ia sesudah Proklamasi Sejak bangsa Indonesia memprok lamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat dan bertanah air. Di alam kemerdekaan inilah kepartaian di Indonesia hidup kembali secara legal, karena pada masa pendudukan Jepang kepartaian dilarang sehingga pada masa itu partai-partai hanya dapat bergerak secara ilegal. Untuk menghidupkan kepartaian di Indonesia, kemu- dian wakil Presiden Mohammad Hatta mengeluarkan mak- lumat pada tanggal 3 November 1945 vid. Lampiran I yang memberi kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik di Indonesia. Dengan keluarnya Maklumat 3 November 1945, maka segera berdiri beberapa partai di Yogyakarta dan di lain-lain tempat; antara lain partai Masyumi Majelis Syuro Muslimin Indonesia pada tanggal 7 November 1945, Partai Kristen Indonesia Parkindo pada tanggal 10 November 1945. Partai Komunis Indonesia PKI sudah berdiri sejak tanggal 21 Oktober 1945 di bawah pimpinan Mr. Mohammad Jusup sebenarnya partai tersebut baru diresmikan berdirinya pada tanggal 7 November 1945, tetapi oleh Jusuf tanggal 21 Oktober 1945 diakui sebagai tanggal berdirinya PKI, 17 se- dangkan Partai Nasionalis Indonesia PNI baru berdiri pada 16 Makmun Salim, OP. cit., hal.27. 17 George MC Turnan Kahin, Nationalism and Revolution in Indonesia, Cornell University Press, Ithaca London, 1970, hal.156-158. tanggal 29 Januari 1946 di Ked iri dipimpin oleh S. Mangoensarkoro. 18 Dengan adanya bermacam-macam partai tersebut, sebenarnya menunjukkan pula adanya bermacam-macam aliran atau golongan yang ada dan timbul sesudah Pro- klamasi Kemerdekaan. Sebelum merdeka semua aliran ke- partaian dapat bersatu dalam usaha melawan kaum penjajah, tetapi di alam kemerdekaan mulai menampakkan adanya per- bedaan-perbedaan pendapat dalam melanjutkan Revolusi Indonesia. sehinga pada awal Kemerdekaan Indonesia mulai timbul usaha-usaha untuk menggulingkan Pemerintah Soe- karno, karena dianggap kurang revolusioner dan tidak cocok dengan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. rencana tersebut dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober 1945 oleh Soekarni yang datang kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta mengusulkan supaya Soekarno diganti saja oleh Tan Malaka; karena Tan Malaka dianggap lebih cocok dengan revolusi Indonesia waktu itu. 19 Tetapi usaha ini tidak berhasil, karena tidak mendapat tanggapan. Sementara itu kepartaian di Indonesia mulai tumbuh dengan suburnya. Pada tanggal 8 Desember 1945 Partai Katolik Republik Indonesia PKRI berdiri di Surakarta yang diketuai oleh I.J. Kasimo. Kemudian berdiri Barisan Pelopor pada tanggal 14 Desember 1945 yang dipimpin oleh DR. Muwardi, sedangkan Partai Sosialis Indonesia yang dipimpin oleh Sjahrir, Oei Hwat dan Amir Sjafruddin baru didirikan pada tanggal 17 Desember 1945 di Cirebon. 20 Sehingga suasana politik di Indonesia mulai meruncing, karena dalam usaha memperkuat partainya telah menimbulkan pertentangan an- tara partai yang satu dengan partai yang lain yang dapat 18 Kementrian Penerangan Republik Indonesia, Kepartaian di Indonesia , Pertjetakan Negara, Jakarta, 1951, hal.110. 19 Kementerian Republik Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogjakarta, 1953, hal. 137. 20 Kementrian Penerangan Republik Indonesia, Daerah dan Peristiwa 17 Agustus 1945-23 Djanuari 1950, Jogjakarta, 1950, hal.9. merugikan perjuangan Bangsa Indonesia selanjutnya. Karena itu terasa oleh kalangan pemuda betapa perlanya konsolidasi dan kesatuan tindakan untuk menjaga dan mengamankan proklamasi, karena ancaman dari pasukan Belanda sudah nampak di ambang pintu. Oleh karena itu pada tanggal 19 November 1945 diadakan Kongres Pemuda I, bertempat di Balai Mataram Yogyakarta. 21 Sampai bulan Februari 1946 suasana kota Jakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia sudah tidak terjamin lagi keamanannya, karena serdadu-serdadu Belanda sering melakukan aksi-aksi pembersihan terhadap pejuang-pejuang RI. Keadaan semacam ini memaksa pusat pemerintah RI. Keadaan semacam ini memaksa pusat pemerintahan RI dipindahkan ke Yogyakarta. Karena itu pada tanggal 4 Januari 1946 Presiden dan Wakil Presiden pindah ke Yog- yakarta, sedang kedudukan Perdana Menteri dan beberapa anggauta kabinet tetap di Jakarta. Dengan pindahnya Pre- siden dan Wakil Presiden, dengan resmi Ibu Kota RI pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. 22 Kepindahan dimaksud supaya pemerintahan dapat dijalankan dengan lancar, jauh dari pada pertikaian-pertikaian yang sering timbul. Karena mulai bulan September 1945 Jakarta telah menjadi kota NICA 23 Nether- lans Indische Civiel Administratie. Di kota ini teror dari pihak Belanda memuncak dengan timbulnya usaha pembunuhan terhadap Perdana Menteri Sjahrir. Pada tanggal 6 Januari 1946 dibentuklah Persatuan Perjuangan di Purwokerto yang dipimpin oleh Tan Malaka, yang merupakan golongan oposisi terhadap pemerintah yang berusaha merubah kabinet Sjahrir. 24 Untuk menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda, maka pada hari Minggu tanggal 10 Februari 1946, Sjahrir dan 21 Kementrian Penerangan Republik Indonesia, Op.cit, hal.9. 22 Abito Martono, Dokumentasi Perjuangan Indones ia 1915-1950, Toko Buku Islamyah, Cetakan I, Medan, 1950, hal.22. 23 Kementrian Penerangan Republik Indonesia, Op.cit, hal.69. 24 Kementrian Penerangan Republik Indonesia, Op.cit, hal.12. Van Mook wakil Belanda telah membuka perundingan dengan Clark Kerr di Jakarta. Dalam pertemuan itu Van Mook telah menyampaikan keterangan politik Pemerintah Belanda tertanggal 10 Februari 1946 didasarkan atas maklumat Ratu Belanda tanggal 6 Desember 1942. keterangan Pemerintah Belanda ternyata tidak menggembirakan golongan oposisi yang tergabung dalam Persatuan Perjuangan yang dipimpin Tan Malaka. Mereka menghendaki agar Pemerintah RI berunding atas dasar kemerdekaan penuh. Golongan oposisi melancarkan serangan sengit dalam Sidang Komite Nasional Indonesia yang diselenggarakan di Surakarta dari tanggal 28 Februari sd 2 Maret 1946 1946 yang memaksa Kabinet Sjahrir I menyerahkan mandatnya kepada Kepala Negara. 25 Tetapi pada tanggal 12 Maret 1946 Sjahrir telah ditunjuk kembali untuk membentuk kabinetnya yang ke dua. Pada masa Kabinet Sjahrir kedua telah diadakan perundingan Hoge Voluwe antara Pemerintah RI dan Pemerintah Belanda yang diadakan pada tanggal 23-24 April 1946. Perundingan mengalami kegagalan, karena itu MR. Suwandi yang me- mimpin delegasi RI kembali ke Indonesia pada tanggal 25 April 1946, dimana ikut pula Maruto Darusman dan Drs. Setiadjid 26 yang kemudian menjadi tokoh-tokoh Komunis Indonesia. Sejak Sjahrir membentuk Kabinet Kedua Kabinet Parlementer politik pemerintah RI dialihkan dari gelanggang pertempuran ke gelanggang diplomasi. Hal ini ditentang pula oleh golongan Tan Malaka dan kelompok Persatuan Per- juangan yang tidak mau kompromi dengan penjajah. Tan Malaka mengadakan agitasi kemana-mana, mengeritik Pe- merintah RI waktu itu. Agitasi ini rupanya mendapat sambutan dari kalangan luas termasuk dari kalangan militer, sehingga memperuncing suasana. 25 Prof. Dr. Slametmuljana, Nasionalisme Sebagai Modal Perdjuangan Bangsa Indonesia, Jilid II, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1969, hal.218-219. 26 Ibid, hal.220. Pada tanggal 27 Juni 1946 Sjahrir yang saat itu memegang peranan penting dalam pemerintahan telah diculik. 27 Dia diculik bersama beberapa orang lainnya yang terdiri dari pembesar-pembesar Republik, antara lain Mayor Jendral Soedibyo, Dr. Darmasetiawan, Dr. Soemitro Djojo- hadikusumo dan Tuan Gaos yang kemudian diasingkan ke Paras Boyolali. 28 Karena perbuatan ini dianggap akan me- lemahkan kedudukan pemerintah, maka presiden Soekarno menyerukan supaya Sutan Sjahrir Cs segera dikembalikan. Pidato Presiden Soekarno pada tanggal 30 Juni 1946 agar Sjahrir Cs segera dikembalikan telah mendapat sam- butan baik dari masyarakat. Suatu pasukan yang dipimpin oleh Iskandar almarhum dari markas Pimpinan Pertempuran Jawa Tengah telah berangkat meninggalkan front dan markasnya berhasil menemukan Perdana Menteri Sjahrir, Dr. Darmasetiawan, Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan Mayor Jendral Soedibyo di Pasanggrahan Paras Boyolali, kemudian diantar ke Yogya dan tiba pada keesokan harinya tanggal 1 Juli 1946 jam 04.00 pagi. 29 Setelah Sutan Sjahrir Cs dikembalikan, tak lama kemudian timbul lagi kerusuhan dengan adanya usaha coup d’etat yang dilakukan oleh Jendral Mayor Sudarsono pada tanggal 3 Juli 1946; seorang Komandan Divisi III Daerah Istimewa Yogyakarta yang hendak memaksakan kepada 27 Sesungguhnya yang dinamai penculikan itu ialah suatu penangk apan resmi yang dijalankan oleh Mayor A.K.Jusuf at as perintah atasannya yang sya h yaitu Jendral Mayor Sudarsono, dengan sebuah surat perintah yang dinamai “Surat Kuning”. Surat tersebut oleh A.K. Jusuf diperlihatkan kepada Komandan Divisi Surakarta Kolo nel Sutarto dan diparaf oleh beliau. Selanjutnya pelaksanaan Surat Kuning tersebut dibantu oleh K epala Polisi Solo, Domopranoto yang kemudia n turut terlibat dalam peristi wa 3 Juli. Vid. Prof. Iwa Kusuma Sumantri SH., Sedjarah Revolusi Indonesia, M asa Revolusi Bersenjata, Cetakan II, Grafika, Jakarta, tidak be rtahun, hal. 143 - 143. 28 A. Panitia Penjusun Buku Peri ngatan 2 Tahun DPRD Sementara Kota Besar Surakarta, Kenang-kenangan Kota Besar Surakarta 1945-1953, Djawatan Penerangan Kota Besar Surakarta, 1953, hal. 5. 29 Dokumen Semdam VIIDiponegoro no. 24 B 10 II, hal.4. presiden suatu dekrit pengganti kabinet yang telah disusun untuk ditanda-tangani. Usaha ini dapat digagalkan oleh pasu- kan kawal pribadi yang dipimpin oleh Inspektur Polisi II Mar- djaman dan Pembantu Inspektur Polisi II Winarso. Selan- jutnya atas perintah Panglima Besar Sudirman segera dilakukan tindakan tegas terhadap golongan yang mencoba melakukan coup d’etat tersebut. Selain itu didatangkan pula Polisi Istimewa Jawa Timur dari Kompi II, III dan IV yang baru pulang dari front. 30 Dan tehadap jendral Mayor Sudarsono dilakukan pemecatan dari jabatan sebagai Panglima Divisi III. Peristiwa coup ini dikenal dengan nama “Peristiwa 3 Juli” dan sebagai pengganti Mayor Jendral Sudarsono ditunjuk Kolonel Susait Komandan Divisi IV Cirebon dan pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jendral. 31 Ternyata penculikan Sutan Sjahrir Cs pada tanggal 27 malam 28 Juni adalah permulaan dari aksi Tan Malaka, Mr. Subardjo, Mr. Iwa Kusumasumantri, Sukarni, Mr. Muhammad Yamin dan lain-lain untuk merebut kekuasaan. Sebenarnya komplotan tersebut sudah sejak lama diketahui oleh pemerintah. Oleh karena mereka dianggap membaha- yakan, maka pemerintah mengadakan penangkapan. Yang dihukum oleh Mahkamah Tentara Agung ialah Mayor Jendral Sudarsono, Mr. Moh Yamin, Mr. Subardjo, Mr Iwa Kusu- masumantri, Mr. R. Sudoro Budhyarto, Dr. R. Buntaran Mar- toatmodjo dan Muhammad Saleh, sedang yang dibebaskan pada waktu itu ialah tujuh orang. Selain dari itu dimajukan tiga orang lagi yang ditangkap tanggal 17 Maret 1946, antara lain Tan Malaka, Abikusno Tjokrosujono dan Sukarni kepada Pengadilan Negeri di Surakarta. Mereka juga diruntut perkara peristiwa tiga Juli. 32 30 Inspektur Jendral Polisi Memet Tanumihardja SH, Sejdjarah Perkembangan Angkatan Kepolisian, Departemen Pertahanan Keamana n Pusat Sedjarah ABRI, 1971, hal .34-38. 31 Panitya Sewindu Devisi Diponeg oro, Lintasan Sedjarah Terbentuknya Divisi Diponegoro, Percetakan DADATDiponegoro, Semarang, hal . 34-36. 32 Prof. Iwa Kusuma Sumantri SH, OP.cit., hal 149.