Landasan Teori KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka yang akan peneliti sajikan merupakan landasan dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran serta menjadi rujukan dalam membahas hasil penelitian ini. Kajian pustaka menguraikan tentang teori atau konsep yang sudah disinggung dalam latar belakang dan akan memperkuat teori yang sudah diungkap.

A. Landasan Teori

a. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Dalam keseluruhan proses pendidikan kegiatan belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku. Setiap proses belajar mengajar yang berlangsung secara harmonis menurut guru untuk mempersiapkan diri sebelum mengajar yaitu dengan membuat rencana pembelajaran sebaik mungkin agar kegiatan KBM dapat berlangsung efektif, efisien dan bermanfaat bagi peseta didik. Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik. Adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakekat anak dan hakekat matematika. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya dikarenakan tahap berfikir mereka belum formal, tetapi para siswa SD di kelas rendah bukan tidak mungkin sebagian dari mereka berada pada tahapan pra konkret, sementara itu matematika adalah ilmu abstrak yang dikemukakan oleh Karso dkk, 1998 bahwa : Matematika adalah ilmu dekduktif,aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika Karso dkk, 1998 : 1-4. Mengingat adanya perbedaan karakteristik itulah maka diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berfikir secara dekduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat dekduktif. Menurut ET Ruseffendi, 1989 dalam Buku Sujarwo 2004: 12 Matematika adalah pelajaran yang tesusun secara berurutan yang berjenjang dari mudah ke rumit oleh karena itu pembelajaran matematika diberikan secara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan-hubungan, simbol-simbol dan menerapkan dalam konsep baru. Berdasarkan uraian di atas matematika adalah ilmu abstrak yang tersusun secara berurutan dari mudah ke rumit. Maka dari itu matematika harus dipelajari sejak dini di mulai dari hal yang mudah. b.Hasil belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Gagne dalam kutipan Martinis Yamin belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dimana setelah belajar tidak hanya memilki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan pemikiranya karena belajar proses kognitif, Martinis Yamin2007:106. Selain itu belajar Menurut Watsot dalam kutipan Asri Budiningsih adalah proses interaksi antara stimulus dan respon , namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur Asri Budiningsih 2005:22. Sedangkan menurut Nana Sudjana 2008:28 definisi belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Dari beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan interaksi antar individu untuk memperoleh perubahan kemampuan, perubahan tingkah laku yang didapat dari pengalaman dan akan bertahan lama. Ciri- ciri belajar adalah : a. Perubahan perilaku relatif permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah ubah. Tetapi perubahan tersebut tidak akan terpancang seumur hidup. b. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. Drs. H. Baharudin, M. Pd. I dan Esa Nur Wahyuni, M. Pd. Dalam bukunya Teori Belajar dan Pembelajaran, 2008 : 13-17. Maka sebagai guru di SD agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, perlu memahami faktor yang mempengaruhi merosotnya hasil belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono dari hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu antara lain : 1 Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. 2 Ranah fektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah efektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3 Ranah psikomotor meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda. Diambil dalam http: indramunawar.blogspot.com200906hasil-belajar-pengertian-dan- definisi.html Berdasarkan pengertian diatas, maka hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan siswa dengan menggunakan bantuan pengajaran antara siswa dengan guru maupun siswa tanpa guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : 1. Faktor Internal dari dalam individu yang belajar. Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya. 2. Faktor Eksternal dari luar individu yang belajar. Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap. 3. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses Belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, diambil dalam Nana Sudjana dalam http : techonly13 wordpress. com20090704pengertian-hasil-belajar. c. Model pembelajaran Numbered Head Together 1. Pengertian Numbered Head Together NHT atau penomoran berpikir bersama menurut Herdian 2009 mengatakan bahwa model pembelajaran tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Sri Rahayu 2009 berpendapat bahwa Numbered head together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. 2. Langkah-langkah Numbered Head Together Menurut Trianto dalam Tarjo, 2009 : 16 langkah-langkah Numbered Head Together adalah : a. Penomoran Penomoran adalah hal yang utama di dalam Numbered Head Together, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. b. Pengajuan Pertanyaan Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. c. Berpikir Bersama Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. d. Pemberian Jawaban Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan secara sederhana langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran Numbered Head Together adalah : 1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing dalam setiap kelompok mendapatkan nomor urut. 2. Guru memberi tugas tugas masing-masing kelompok untuk mengerjakan suatu permasalahan. 3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya. 4. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang bernomor tersebut melaporkan hasil kerja kelompoknya, 5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6. Membuat kesimpulan. 3. Keunggulan Numbered Head Together NHT a. Mengembangkan rasa tanggung jawab. b. Menggalang kerjasama dan kekompakan dalam kelompok. c. Membuat siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya. d. Siswa dapat bertanya kepada kelompok lain. e. Membuat siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan bertan kepada kelompok lain. 4. Kelemahan Numbered Head Together NHT a. Bagi siswa yang kurang pandai akan berpikir pasif b. Tugas kelompok akan dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan pintar c. Sulit memberi tugas yang sesuai dengan perbedaan individu.

B. Kerangka Berfikir