Penggunaan Alat Peraga "Blok Pecahan" Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SDN Cakung Barat 04 Pagi

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh : MARIA ULFAH NIM 109018300076

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/ 1436 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

(PGMI). Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penerapan alat peraga “Blok Pecahan” merupakan salah satu alat peraga yang digunakan untuk menerangkan materi pecahan. Blok Pecahan sendiri berupa satu bangun utuh yang akhirnya dipecah menjadi beberapa bagian, sebagian yang diberi arsir atau warna dinamakan pembilang dan sisanya yang tidak berwarna dinamakan penyebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan alat peraga “Blok Pecahan” guna meningkatkan motivasi belajar siswa dan tingkat pemahaman siswa pada materi pecahan yang diajarkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pada tiap-tiap siklus penelitian ini difokuskan untuk memperoleh data tentang Penerapan alat peraga “Blok Pecahan” untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pecahan khususnya. Penelitian ini dilakukan di SDN Cakung Barat 04 Pagi kelas III yang berjumlah 34 siswa tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket motivasi siswa, lembar observasi pembelajaran dan lembar observasi siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga “Blok

Pecahan” dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam memahami

pembelajaran matematika materi pecahan sederhana, dapat dilihat melalui hasil angket motivasi siswa yang menyatakan jumlah siswa yang memiliki motivasi tinggi dan sangat tinggi ≥ 90 % sesudah intervensi tindakan dilakukan dan alat peraga “Blok Pecahan” dapat meningkatkan pemahaman siswa yaitu dari kemampuan mengerjakan soal LKS pada siklus I mencapai 49,4 % dan pada siklus II mencapai 82,3 %.

Kata kunci : Alat peraga “Blok Pecahan”, motivasi belajar siswa dan pemahaman siswa


(6)

ii

education). Tarbiyah and Teaching Science Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

Application of props "Block Denomination" is one of the props used to describe the material fractions. Denomination block itself in the form of a whole which is finally waking broken down into several sections, some of which are given shading or color is called the numerator and the remaining colorless called the denominator. The purpose of this research is to apply the props "Block Denomination" in order to increase students' motivation and level of understanding of students on the material being taught fractions. This study uses action research that consists of four phases: planning, action, observation and reflection. In each cycle of this research is focused to obtain data on the Application props "Block Smithers" to increase students' motivation in mathematics learning materials in particular fractions. This study was conducted in West Cakung SDN 04 Morning class III totaling 34 students of the school year 2013/2014. Data collection techniques used were student motivation questionnaire, observation sheet student learning and observation sheets. The results showed that props "Block Denomination" may increase students' motivation in learning mathematics to understand simple fractions of the material, can be seen through the results of student motivation questionnaire stating the number of students who are highly motivated and very high ≥ 90% after intervention performed actions and tools props "Block Denomination" which can improve students' understanding of the ability of working on the worksheets in the first cycle reaches 49,4 % and the second cycle reaches 82,3 %.

Keywords : Props "Block Smithers”, students' motivation and students' understanding


(7)

iii

Assalammualaikum Warohmatullahii Wabarokatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat : 1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA., Ph. D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Bapak Dr. Fauzan, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

(PGMI).

3. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). 5. Ibu Sri Harum Winarni, M. Pd, kepala SDN 04 Pagi Cakung Barat Jakarta

Timur yang telah banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung. 6. Ayahanda (H. Asnawi) dan ibunda (Hj. Mulyati) tercinta yang senantiasa

melimpahkan kasih sayangnya yang tak terhingga serta tak henti-hentinya memberikan doa yang tulus.

7. Adikku (Cahya Kamila dan A. Dzakwan Hanif) tercinta yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Siswa dan siswi kelas III SDN 04 Pagi Cakung Barat Jakarta Timur, yang telah bersikap kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.


(8)

iv

menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan dimasa mendatang. 10.Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi

serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, Mei 2014 Penulis


(9)

v

ABSTRAK INGGRIS ...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ...3

C. Pembatasan Fokus Penelitian ...3

D. Perumusan Masalah Penelitian ...4

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ...4

F. Manfaat Penelitian ...4

BAB II KAJIAN TEORI A. Alat Peraga Pendidikan ...6

B. Motivasi Belajar ...13

C. Hubungan Alat Peraga ”Blok Pecahan” dengan Motivasi Belajar ....17

D. Hasil Penelitian yang Relevan ...19

E. Kerangka Berpikir ...20

F. Hipotesis Tindakan ...21

BAB III METODOLOGI PENELTIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ...22

B. Metode dan Rencana Siklus Penelitian ...22

C. Subjek atau Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian...27

D. Peran dan Posisi Peneliti ...27

E. Hasil Intervensi yang Diharapkan ...27


(10)

vi

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan ...35

B. Analisis Data ...59

C. Pembahasan...63

D. Keterbatasan Penelitian ...63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...65

B. Saran ...65


(11)

vii

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Lembar Observasi Pembelajaran ...30

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Angket Motivasi Siswa Kelas III ...31

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Pedoman Wawancara ...31

Tabel 3.5 : Katagori Motivasi ...33

Tabel 4.1 : Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus I...47

Tabel 4.2 : Hasil Refleksi Siklus I ...49

Tabel 4.3 : Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus II ...58

Tabel 4.4 : Hasil Observasi Siswa ...60

Tabel 4.5 : Hasil Observasi Siswa Siklus I dan II ...61

Tabel 4.6 : Tingkat Pemahaman Siswa Siklus I ...62


(12)

viii

Gambar 4.1 : Siswa Menjelaskan Pecahan ...38

Gambar 4.2 : Siswa Menggambar Blok Pecahan...39

Gambar 4.3 : Kegiatan Kelompok 1 ...40

Gambar 4.4 : Kegiatan Kelompok 1 ...40

Gambar 4.5 : Kegiatan Kelompok 2 ...41

Gambar 4.6 : Siswa Mengerjakan LKS II ...42

Gambar 4.7 : Siswa Menjawab Soal Pecahan ...43

Gambar 4.8 : Siswa Mengerjakan LKS IV ...44

Gambar 4.9 : Siswa Menggambar Blok Pecahan...45

Gambar 4.10 : Siswa Menggunting Blok Pecahan ...51

Gambar 4.11 : Hasil Guntingan Siswa ...51

Gambar 4.12 : Siswa Mengurutkan Blok Pecahan ...52

Gambar 4.13 : Siswa Menunjukkan Pecahan Senilai ...53

Gambar 4.14 : Siswa Mengerjakan LKS VII ...53

Gambar 4.15 : Siswa Mengerjakan LKS VIII ...55

Gambar 4.16 : Siswa Menjelaskan Blok Pecahan ...56

Gambar 4.17 : Siswa Mengerjakan LKS IX ...56

Gambar 4.18 : Siswa Mengerjakan Latihan ...57


(13)

ix

Lampiran 2: Lembar Kerja Siswa (LKS)...99

Lampiran 3: Jadwal Penelitian...117

Lampiran 4: Sejarah Sekolah...118

Lampiran 5: Lam. Angket Motivasi Belajar Siswa ...120

Lampiran 6: Lam. Observasi Pembelajaran ...129

Lampiran 7: Lam. Observasi Siswa ...132


(14)

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, menyatakan bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi sebagai berikut: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Adapun PP

No 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1, proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang diselenggarakan secara intensif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.1

Maka dari itu, untuk mewujudkan UUD No 20 tahun 2003 dan PP No 19 tahun 2005 diperlukan seorang guru yang memiliki 4 kompetensi dasar seorang pendidik yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional, karena dengan 4 kompetensi tersebut guru dapat mengajar dan mendidik dengan baik. Selain itu juga seorang pendidik harus mampu memodifikasi media, strategi serta metode yang digunakan secara bervariasi pada setiap pembelajaran. Karena dengan media, strategi dan metode yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan daya ingat siswa terhadap pelajaran yang telah dipelajari.

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2008), Cet. I, h. 6 dan h. 70


(15)

Kebanyakan siswa SD/MI kurang serius dalam menerima pelajaran dikarenakan guru yang tidak jelas dalam menyampaikan materi dan kurang memotivasi siswa dalam belajar, jadi agar siswa dapat serius dan mengikuti pelajaran dengan baik, terlebih dahulu guru harus meningkatkan motivasi belajar siswanya dengan menggunakan strategi yang bervariasi. Disini penulis mencoba meneliti motivasi siswa dengan menggunakan Alat Peraga “Blok Pecahan” dalam pembelajaran pecahan, karena dengan alat peraga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut, sehingga setelah siswa termotivasi akan timbullah daya fikir siswa dalam memahami materi pelajaran tersebut secara lebih dalam lagi.

Menurut Hamzah B. Uno “Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya”. Motivasi sangat penting bagi siswa, karena tanpa motivasi siswa akan malas untuk belajar selain itu juga pelajaran yang diberikan oleh guru akan sulit diterima oleh akal dan pikirannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat peraga untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun alat peraga yang digunakan berupa blok pecahan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar pecahan, karena kurangnya motivasi belajar siswa dapat membuat siswa kurang memahami pelajaran yang diberikan.

Menurut hasil wawancara kepada siswa SD, peneliti mendapatkan informasi bahwa materi pecahan pada mata pelajaran matematika merupakan materi yang relatif sulit. Kemudian peneliti menanyakan kepada siswa tersebut mengenai kesulitannya dalam belajar materi pecahan, dan siswa tersebut menceritakan kesulitannya dalam memahami materi pecahan dan dalam mengerjakan soal-soal pecahan yang diberikan oleh guru matematikanya. Lalu peneliti menanyakan mengenai cara guru tersebut dalam menjelaskan meteri pecahan, dan siswa tersebut menceritakan lagi bahwa penjelasan guru tersebut kurang jelas sehingga siswa kurang memahami materi yang diajarkannya selain itu


(16)

guru tersebutpun menerangkan materi tanpa menggunakan media apapun hanya mengandalkan papan tulis dan spidol sehingga mengakibatkan siswa malas untuk belajar. Maka dari itu peneliti menjadikan materi pecahan sebagai bahan penelitiannya dengan menggunakan alat peraga “Balok Pecahan” untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa serta memudahkan siswa dalam memahami materi pecahan tersebut.

Point terpenting dalam pembelajaran adalah proses siswa dalam belajar dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru, sedangkan nilai yang menjadi patokan keberhasilan siswa dalam memahami pelajaran dan salah satu cara untuk melihat peningkatan yang terjadi pada diri siswa. Maka dari itu guru dan orang tua siswa harus bekerja sama untuk memotivasi siswa dalam belajar.

Beranjak dari masalah-masalah diatas, mendorong penulis untuk meneliti tentang “Penerapan Alat Peraga “Blok Pecahan” Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SDN Cakung Barat 04 Pagi”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Guru kurang jelas dalam menyampaikan materi pelajaran.

2. Guru tidak menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. 3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran.

4. Siswa kurang termotivasi dalam belajar matematika, sehingga motivasi belajar siswa rendah.

5. Siswa tidak menyukai mata pelajaran yang diajarkan. 6. Siswa malas berfikir dalam belajar.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Agar pengkajian masalah dalam penelitian ini menjadi lebih terfokus dan lebih terarah maka perlu diadakan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini adalah mengenai kurang kreatif dan kurang terampilnya


(17)

guru dalam memilih strategi, metode serta media pembelajaran yang akan digunakan sehingga mengakibatkan siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran yang diajarkan oleh guru, selain itu peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian yaitu cara meningkatkan motivasi belajar siswa dalam materi pecahan melalui penggunaan alat peraga “Blok Pecahan”.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yang merupakan pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apakah Alat Peraga “Blok Pecahan” dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah dengan menggunakan alat peraga “Blok Pecahan” dapat meningkatkan pemahaman siswa?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan perumusan dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwasannya tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektifitas alat peraga “Balok Pecahan” dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah diterapkannya “Blok Pecahan” dalam pembelajaran pecahan.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini memperkuat teori-teori mengenai motivasi belajar siswa dan pemanfaatan media pembelajaran terutama pembelajaran matematika pada materi pecahan.

2. Manfaat Praktis


(18)

 Bagi peneliti, menerapkan ilmu pendidikan yang selama ini didapat pada perkuliahan.

 Bagi guru, dapat memberikan masukan yang berarti sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

 Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, riset ini mendukung teori media dan motivasi belajar sehingga dapat menjadi landasan untuk melakukan riset-riset yang selanjutnya.

 Bagi peserta didik, memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga mempermudah peserta didik untuk membangun dan menemukan konsep-konsep dalam pembelajaran.


(19)

6 A. Alat Peraga Pendidikan

Pengertian alat peraga menurut pendapat para ahli, yaitu: menurut Sudjana, 2009, Pengertian Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Sama halnya dengan Nasution, 1985 alat peraga

pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif”. Adapun menurut

Faizal, 2010, Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi. Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Amir Hamzah, 1981 bahwa Alat Peraga Pendidikan adalah adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif”. Bahkan Sumad, 1972, juga mengemukakan bahwa alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan yaitu alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Begitu juga dengan pendapat Suhardi, 1978 mengenai pengertian alat peraga pendidikan atau Audio-Visual Aids (AVA) adalah media yang pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran. Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan, 1994 yang dimaksud Alat Peraga Pendidikan adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.

Dari uraian-uraian di atas jelaslah bahwa pengertian alat peraga pendidikan adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan


(20)

dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.2

Adapun beberapa tujuan dan manfaat alat peraga disebutkan sebagai berikut:

1. Alat peraga pendidikan bertujuan agar proses pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa,

2. Alat peraga pendidikan memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu,

3. Alat peraga pendidikan memiliki manfaat agar belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas,

4. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.

Alat peraga pendidikan dimaksudkan agar komunikasi antara guru dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang konsep abstrak matematika yang diinformasikan kepadanya. Siswa yang diajar lebih mudah memahami materi pelajaran jika ditunjang dengan alat peraga pendidikan.3

Belajar bukanlah kegiatan sekali tembak. Proses belajar berlangsung secara bergelombang. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan dengan berbagai macam hal, bukan sekedar pengulangan atau hafalan. Sebagai contoh, pelajaran Matematika bisa diajarkan dengan media yang konkret, melalui buku-buku latihan, dan dengan pemraktikan dalam kegiatan sehari-hari.4

2

Fairuzelsaid, Pengertian dan Tujuan Alat Peraga Pendidikan, dari http://fairuzelsaid. wordpress.com /2011/05/24/pengertian-dan-tujuan-alat-peraga-pendidikan/, diunduh 30 Oktober 2013, 19.10 WIB

3

Fairuzelsaid, Pengertian dan Tujuan Alat Peraga Pendidikan, dari http://fairuzelsaid. wordpress.com /2011/05/24/pengertian-dan-tujuan-alat-peraga-pendidikan/, diunduh 30 Oktober 2013, 19.10 WIB

4

Melvin L. Silberman, 2011, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2011), Cet. IV, h.27


(21)

Penggunaan alat peraga sangat penting dalam pembelajaran, karena dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Adapun dalam pembelajaran Matematika guru dapat menggunakan alat peraga berupa Blok Pecahan. Blok Pecahan merupakan salah satu alat peraga yang digunakan untuk memudahkan guru dalam mengajarkan materi pecahan, karena pecahan merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang dinilai siswa merupakan materi yang sulit dimengerti. Pengertian pecahan itu sendiri adalah sebagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilutrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.5

Adapun alat peraga yang digunakan berupa blok pecahan. Blok pecahan yang digunakan dapat dibuat semenarik mungkin agar peserta didik dapat tertarik untuk belajar pecahan. Adapun cara pembuatan blok pecahan ada 2 cara, yaitu: 1. Dengan menggunakan triplek berwarna

Triplek berwarna digunakan agar semua siswa dapat memperhatikannya dengan jelas. Selain itu juga guru harus menggunakan triplek yang dicat dengan warna yang berbeda agar balok berwarna yang dijadikan alat tersebut dapat menarik perhatian siswa.

Misalnya dalam membandingkan pecahan

,

,

,

,

.

- Pecahan menggunakan triplek yang dicat dengan warna merah.

5

Rudi Ashari, dkk, Belajar Matematika, http://mediako9.blogspot.com/2012/05/ pengertian-pecahan-dan-pemahamankonsep.html, diunduh 30 Oktober 2013, 19.27 WIB.


(22)

- Pecahan menggunakan triplek yang dicat dengan warna hijau.

- Pecahan menggunakan triplek yang dicat dengan warna kuning.

- Pecahan menggunakan triplek yang dicat dengan warna biru.

- Pecahan

menggunakan triplek yang dicat dengan warna ungu.

2. Dengan menggunakan karton berwarna

Karton berwarna digunakan agar mudah digunting dan ditempelkan. Selain itu guru juga harus menggunakan karton dengan warna yang berbeda agar siswa dapat tertarik untuk belajar pecahan. Cara penerapannya sama seperti triplek berwarna akan tetapi jika menggunakan kertas berwarna siswa dapat menggunting dan menempelkan kertas tersebut.


(23)

Bilangan pecahan lazim disebut pecahan, maka untuk selanjutnya yang dimaksud pecahan adalah bilangan pecahan. Alat peraga blok pecahan dapat digunakan untuk pembelajaran pecahan di kelas III, IV, V, VI SD dalam konsep materi:6

1) Pecahan

,

,

,

,

,

,

,

2) Membandingkan pecahan 3) Pecahan senilai

4) Penjumlahan dan pengurangan pecahan a. Memperagakan konsep pecahan

 Lingkaran utuh digunakan untuk memperagakan bilangan 1.

 Lingkaran yang dipotong menjadi 2 bagian sama digunakan untuk memperagakan konsep an. Masing-masing melambangkan dan dibaca setengah/satu perdua/seperdua. “1” disebut pembilang (merupakan 1 bagian potongan yang diperhatikan/diambil). “2” disebut penyebut (merupakan banyaknya potongan yang sama dari yang utuh).

6

Sukayati, dkk. Pemanfaatan Alat Peraga Matematika Dalam Pembelajaran Di Sd. http://mgmpmatsatapmalang.files.wordpress.com/2011/10/9pemanfaatanalatperagamatematikadala mpembelajaransd.pdf. Diunduh 30 Oktober 2013, 19.48 WIB.


(24)

 Lingkaran yang dipotong menjadi 4 bagian sama digunakan untuk memperagakan konsep pecahan an. Bila mengambil 2 potong maka

disebut (dua per empat) dan bila mengambil 3 potong maka disebut

(tiga per empat).

 Peragaan dapat dilanjutkan untuk an, an, an,

an, an, an.

b. Memperagakan perbandingan pecahan

- Membandingkan pecahan yang berpenyebut sama misalkan dengan

= 1/4

= 2/4

- Membandingkan pecahan yang pembilang sama misalkan dengan

= 2/3

=2/5

c. Memperagakan pecahan senilai

Pecahan senilai dapat diperagakan dengan membandingkan luasnya.

Contohnya potongan pecahan

,

,

,

,

luasnya sama. Jadi = = =

=


(25)

=

=

=

=

d. Memperagakan penjumlahan pecahan

- Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama. Contohnya + =

+

=

- Penjumlahan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Contohnya + =

+ =

+ =

e. Memperagakan pengurangan pecahan

- Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama. Contohnya - =


(26)

- Pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Contohnya

=

– =

- =

B. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif”.Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan”. Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”. Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu. Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.7

Dalam kata Latin, kata motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Kata bahasa Inggris motivation berasal dari kata motivum. Istilah “Motivasi” mempunyai arti sedikit bagi motivasi itu sendiri;8

Istilah motif kita temui dalam berbagai aspek kehidupan, diantaranya di dunia tekstil terdapat kata motif yang berarti gambar, pola, dan sebagainya. Dalam

7

Ade Sanjaya, Pengertian motivasi belajar siswa menurut para ahli definisi,

http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/05/motivasi-belajar-siswa.html, diunduh 30 Oktober 2013, 20.05 WIB.

8


(27)

dunia kriminal kita kenal dengan motif pembunuhan, motif perampokan, dll yang artinya adalah latar belakang. Dari dua pendekatan pengertian motif di atas, dapat kita ambil persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi perbuatan. Motivasi yang akan kita bahas, erat kaitannya dengan perbuatan atau perilaku manusia yang pengertiannya dirumuskan sebagai berikut.

Motif berasal dari Bahasa Inggris motive berasal dari kata motivation yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak. Motif adalah keadaan di dalam pribadi orang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas. Motivasi ialah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan.

Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar, didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif atau biasa disebut sebagai dorongan atau kebutuhan merupakan sesuatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan.

Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang, yang mendorong seseorang tersebut untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula berpangkal pada suatu keputusan rasional, tetapi lebih sering lagi halitu merupakan perpaduan dari kedua proses tersebut.

Surjono Trimo memberikan pengertian motivasi adalah merupakan sesuatu kekuatan penggerak dalam perilaku individu baik yang akan menentukan arah maupun daya tahan (peristence) tiap perilaku manusia yang di dalamnya terkandung pula unsur-unsur emosional insan yang bersangkutan. Jadi dapat diketahui bahwa motivasi secara etimologi adalah dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan. Sedang secara terminologi, Menurut Frederik J. MC. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Mc Donald memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai suatu perubahan tenaga didalam pribadi


(28)

seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada tataran motivasi belum menunjukkan aktivitas nyata. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi suatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.9

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa motivasi dapat dipandang sebagai fungsi, proses dan tujuan. Motivasi dipandang sebagai tujuan berarti motivasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan. Motivasi sebagai proses, berarti motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar untuk menimbulkan motivasi dalam diri seseorang. Maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang melalui proses rangsangan belajar sehingga mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi dipandang sebagai tujuan berarti motivasi merupakan sasaran stimulus yang akan dicapai. Jika seseorang mempunyai keinginan untuk belajar sesuatu hal, maka dia akan termotivasi untuk mencapainya.

Secara definisi istilah “dorongan” atau “motif” adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang merupakan pemicu dalam melakukan suatu perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “kebutuhan” lebih sering digunakan untuk mengacu pada keadaan fisiologis seseorang yang tidak mempunyai suatu

9


(29)

jaringan tertentu. Dari penjelasan tadi, dapat tergambar bahwa sebenarnya kebutuhan dan dorongan atau motif berjalan seiring namun tidak sama. Dorongan atau motif lebih merupakan sesuatu yang merupakan akibat psikologis dari suatu kebutuhan.10

Bagian dari diri anak yang bisa merasakan suatu keberhasilan adalah emosi. Bahkan, ini bisa membuat anak merasakan kepuasan sejati yang lebih besar dari keberhasilan itu sendiri. Banyak ahli kecerdasan yang mengakui bahwa faktor terbesar keberhasilan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosi. Nah, bagian terpenting dari emosi tersebut adalah Motifasi Diri. Motivasi yang nantinya akan menumbuhkan sikap optimis, antusias, percaya diri dan tidak mudah menyerah.11

Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.12

Sebagai siswa yang mulai belajar di kelas, mereka membawa sikap dan kebutuhan-kebutuhan. Keduanya, sikap dan kebutuhan mempengaruhi motivasi dan partisipasi di dalamnya. Selama pelajaran, terlihat segera kegiatan siswa, perasaan-perasaannya dan pengalaman-pengalamannya mempengaruhi motivasi. Jika siswa merasa kompeten karena prestasi mereka sendiri dan usaha-usaha mereka di-reinforced sesudah akhir pelajaran, mereka akan lebih termotivasi untuk mengikuti tugas-tugas yang sama pada waktu yang akan datang.13

Siswa dapat dimotivasi untuk mengerahkan segala tenaga yang dibutuhkan untuk belajar, antara lain dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, seperti penggunaan pujian, umpan balik dan insentif atau hadiah.

10

Mulyani Sumantri, dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), Cet. I, h.3.24

11

Suyadi, Ternyata, Anakku Bisa Kubuat Genius, (Yogyakarta: Power Books, 2009), Cet. I, h.144

12

Ade Sanjaya, Pengertian motivasi belajar siswa menurut para ahli definisi,

http://aadesanjaya.blogspot. com/2011/05/motivasi-belajar-siswa.html, diunduh 30 Oktober 2013, 20.05 WIB.

13


(30)

Bagi siswa-siswi ini, mata pelajaran yang disukai sudah cukup merupakan motivasi intrinsik untuk memotivasi mereka belajar. Siswa menerima kira-kira 900 jam pelajaran setiap tahun dan ini tidak realistis untuk mengharapkan siswa mempunyai minat intrinsik agar antusias melakukan hal-hal yang disukai setiap hari. Untuk alasan ini, sekolah menerapkan berbagai insentif ekstrinsik, misalnya dengan memberikan reinforcement untuk belajar materi pelajaran yang pada dasarnya kurang disukai siswa. Penguatan ekstrinsik dimulai dari pemberian pujian sampai pada pemberian nilai sebagai hadiah.14

C. Hubungan Alat Peraga “Blok Pecahan” dengan Motivasi Belajar Siswa

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasannya fungsi media pendidikan atau alat peraga pendidikan dimaksudkan agar komunikasi antara guru dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang konsep abstrak matematika yang diinformasikan kepadanya. Oemar Hamalik pun berpendapat bahwa media adalah sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Maksudnya adalah bukan hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, akan tetapi siswapun harus turut aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan alat peraga berupa Blok Pecahan pada materi pecahan guna mengikut sertakan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Karena pada blok pecahan siswa akan diminta untuk menggunting atau menempelkan blok pecahan tersebut.

Akan tetapi jika blok pecahan tersebut hanya terbuat dari kertas biasa pembelajaran menjadi kurang menarik. Maka dari itu peneliti menerapkan blok pecahan ini dengan menggunakan kertas berwarna dengan warna yang berbeda-beda atau dapat juga dengan menggunakan balok berwarna. Karena dengan warna yang berbeda-beda akan membuat siswa tertarik untuk melihat dan memperhatikannya sehingga dengan begitu akan lahirlah kekuatan atau dorongan

14


(31)

yang berpangkal pada naluri peserta didik untuk ikut serta dalam pembelajaran yang disebut dengan motivasi.

Sedangkan motivasi itu sendiri merupakan penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan. Contohnya, ketika guru

memberikan soal pecahan yaitu “ + = “ siswa butuh untuk mengerjakan dan

menyelesikan soal tersebut dengan benar. Jika siswa hanya diajarkan KPK dengan menyamakan penyebutnya, maka siswa hanya mendengarkan apa yang guru jelaskan tanpa ikut aktif dalam pembelajaran tersebut bahkan siswa akan menjadi bosan dalam belajar. Tapi disini peneliti mencoba dengan menjelaskannya menggunakan alat peraga “blok pecahan” dengan menggunakan kertas berwarna atau balok berwarna, yang mana dengan alat peraga tersebut siswa akan diminta untuk aktif dalam pembelajaran dengan menggunting dan menempelkan kertas berwarna tersebut. Dengan kegiatan tersebut peserta didik akan merasa bahwa dirinya mampu menyelasaikan soal tersebut dengan kemampuan dirinya sendiri, sehingga dengan begitu timbullah motivasi diri peserta didik yang nantinya akan menumbuhkan sikap optimis, antusias, percaya diri dan tidak mudah menyerah. Jadi penggunaan alat peraga dan media lainnya dalam pembelajaran matematika (khususnya dalam memberikan penanaman konsep) akan membawa hasil enam kali lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan pengajaran drill tanpa konsep.

Dari teori-teori diatas, terlihatlah dengan jelas bahwasannya terdapat hubungan antara alat peraga “blok pecahan” dengan motivasi siswa dalam belajar dan memahami materi pecahan. Sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Wijaya dan Rusyan bahwa media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.


(32)

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat pada penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian oleh Saptono yang berjudul “Upaya peningkatan Hasil Belajar Matematika Operasional Hitung Bilangan Cacah Melalui Pemanfaatan Alat Peraga Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri Kaloran 2 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 2006/2007” memaparkan bahwa pada penelitiannya Saptono melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Pada proses pembelajaran Saptono menggunakan alat peraga untuk mengajarkan materi atau konsep operasi hitung bilangan cacah.

Dan hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan alat peraga.

2. Hasil penelitian Sarman dengan judul “Meminimalkan Kesalahan Konsep Matematika Tentang Luas Bangun Datar Melalui Penggunaan Alat Peraga Luasan Bangun Datar Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri 4 Ngembal Kulon Tahun Pelajaran 2006/2007” yang menunjukkan bahwa Sarman dalam penelitiannya menerapkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan alat peraga luasan bangun datar dalam 2 jenis. Yang pertama bentuk alat peraganya kecil dan yang kedua lebih besar.

Sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang lebih besar lebih efektif digunakan dan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika tentang luas bangun datar.

3. Hasil penelitian oleh Supangat tahun 2006/2007 dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Mengenai dan Menggunakan Bilangan dalam Pemecahan Masalah Melalui Pemanfaatan Alat Peraga Garis Bilangan Bagi Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri I Keyongan” menunjukkan pada penelitiannya Supangat menggunakan alat peraga garis


(33)

bilangan pada siklus I dan siklus II dengan membandingkan nilai ulangan harian.

Dan hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan nilai ulangan harian siswa dikarenakan penggunaan alat peraga garis bilangan pada setiap pembelajarannya.

E. Kerangka Berpikir

Alat peraga/media pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada dirinya. Penerapan alat peraga/media dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan dapat memotivasi siswa dalam belajar materi yang diajarkan. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan alat peraga berupa “blok pecahan” pada materi pecahan yang mana dianggap sulit pada siswa kelas III SD.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Motivasi merupakan suatu daya atau kemampuan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sejauh mana peningkatan motivasi siswa dalam belajar yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran diketahui maka penelitian ini diaplikasikan melalui metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan tehadap permasalahan yang alamiah dan nyata dalam kegiatan pembelajaran. Tindakan perbaikan terhadap masalah yang terjadi tersebut dilakukan oleh guru dalam beberapa siklus disesuaikan dengan tingkat penyelesaian masalah. Diterapkannya siklus I, khususnya pada penelitian ini dengan menggunakan alat peraga “blok pecahan” yang terbuat dari triplek berwarna untuk meningkatkan motivasi siswa yang mana setelah dilakukan refleksi ternyata siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan masih kurang


(34)

termotivasi maka dari itu dilakukanlah siklus II dengan menggunakan alat peraga “blok pecahan” yang terbuat dari karton berwarna untuk mengetahui terjadinya peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Dan dengan penggunaan alat peraga ”blok pecahan” diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dalam rangka mengetahui sejauh mana pengaruh penerapan alat peraga “blok pecahan” terhadap motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika materi pecahan.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perumusan dari kajian teori, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan alat peraga “Blok Pecahan” pada mata pelajaran matematika materi pecahan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD.


(35)

22 1. Waktu penelitian

Sebagaimana yang telah ditetapkan bahwasannya tujuan dari penelitian ini yaitu menerapkan alat peraga “Blok Pecahan” dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III pada materi Pecahan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 6 September 2013 – 5 Mei 2014, pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Adapun jadwal kegiatan selama penelitian terlampir.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cakung Barat 04 Pagi yang terletak di Jl. Tipar Cakung Rt 018 Rw 07 Jakarta Timur 13910. Berdasarkan hasil observasi/wawancara peneliti dengan pihak sekolah yaitu guru kelas III bahwasannya kelas III di sekolah tersebut mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu kurangnya motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika karena guru kelas hanya menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga pada setiap mengajarnya. Sehingga dari permasalahan yang terjadi mendorong peneliti untuk meneliti kelas III di sekolah tersebut pada materi pecahan dengan menggunakan alat peraga “Blok Pecahan”.

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mana dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu juga dengan PTK guru akan lebih memahami motivasi, hasil belajar, pemahaman materi, bahkan tingkah laku dan karakteristik siswa. Selain itu dengan PTK guru akan benar-benar terfokus pada kelas yang diajarkannya dan dapat mendekatkan guru-siswa secara emosional sehingga memudahkan guru untuk mentranfer ilmu yang dimilikinya.


(36)

Metode penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada saat diterapkannya Alat Peraga “Blok Pecahan” dalam materi Pecahan di kelas III. Dengan PTK guru dapat menerapkan alat peraga “Blok Pecahan” secara maksimal karena guru hanya terfokus pada kelas tersebut dan guru dapat mengetahui dengan baik peningkatan motivasi yang terjadi pada siswa saat pembelajaran.

Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin yaitu Action Research atau penelitian tindakan. Peneliti menggunakan model Kurt Lewin karena didalam penelitian ini terdiri dari empat komponen, yaitu prencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Dan dengan model ini peneliti dapat mencermati secara langsung proses pembelajaran seperti kegiatan yang dilakukan siswa, motivasi siswa dan tingkat pemahaman siswa pada saat penelitian berlangsung dan diterapkannya alat peraga yang digunakan oleh peneliti.

Siklus PTK menurut Kurt Lewin sangat jelas alurnya dari mulai perencanaan kemudian berlanjut ke pelaksanaan yang sejajar dengan setiap siklusnya setelah pelaksanaan dilakukan pengamatan untuk mengetahui yang terjadi selama pembelajaran dan dilakukanlah refleksi untuk dilihat pencapaian indikator keberhasilan jika belum maka dilakukanlah siklus yang selanjutnya.

Pelaksanaan tindakan menggunakan Alat Peraga “Blok Pecahan” pada materi pelajaran Pecahan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan 2 siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian yang terdiri atas instrumen LKS (lembar kerja siswa) instrumen lembar observasi, lembar angket, dan lembar wawancara.


(37)

2. Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan penelitian yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan (RPP) yaitu menggunakan penelitian tindakan kelas, yaitu melaksanakan skenario pembelajaran yang telah disusun dan melaksanakan instrumen penelitian yang terdiri atas instrumen LKS (lembar kerja siswa) dan instrumen lembar observasi, lembar angket, dan lembar wawancara.

3. Pengamatan (Observation)

Tahap ketiga yaitu peneliti mengobservasi mengenai aktifitas/partisipasi siswa dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Dan observasi pada saat pertengahan pembelajaran berlangsung mengenai keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran serta dalam penyelesaian soal-soal pada materi pecahan dengan melihat hasil jawaban yang diberikan saat tindakan berlangsung. Pada lembar observasi ada beberapa indikator keberhasilan dari efektifitas penerapan Alat Peraga “Blok Pecahan”, diantaranya: Meningkatnya motivasi belajar siswa dalam memahami materi pecahan dan dapat memudahkan siswa dalam menyeleasikan soal-soal pecahan yang diberikan.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul dengan cara menganalisis hasil pengamatan yang telah dilakukan. Apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang digambar, dapat dilihat pada gambar 3.1:


(38)

Gambar 3.1

Siklus PTK menurut Kurt Lewin

Adapun dari keempat tahapan yang telah dijelaskan diatas, prosedur tindakan yang dilakukan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Penelitian pendahuluan

Melakukan observasi proses kegiatan pembelajaran dengan mengamati keadaan kelas untuk mengetahui masalah yang terdapat dalam kelas tersebut. Kemudian diskusi antara peneliti dengan guru kelas tentang pembelajaran Matematika yang diajarkan di siswa kelas III pada semester I. Kemudian dianalisis dari apa yang diperoleh dengan penelitian ini yang akan membahas mengenai materi pecahan dengan menerapkan Alat Peraga “Blok Pecahan” di kelas III pada semester II.

2. Siklus I

a. Perencanaan tindakan

 Peneliti membuat acuan program pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

 Peneliti mempersiapkan lembar kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung, seperti: lembar observasi selama pembelajaran dan lembar

Refleksi Siklus I

Pengamatan

Perencanaan Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Dan seterusnya Perencanaan


(39)

kerja siswa (LKS) untuk mengetahui efektivitas penerapan Alat Peraga “Blok Pecahan” dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

 Melakukan pembelajaran pecahan dengan menggunakan alat peraga “Blok

Pecahan” yang terbuat dari triplek diberi warna. b. Pelaksanaan tindakan

 Guru mengajar sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat yang berisi tentang penerapan alat peraga “Blok Pecahan” pada materi pecahan.

 Guru mangamati keadaan siswa dikelas (observasi)

 Guru memberikan soal pemahaman sesuai materi yang diajarkan berupa LKS

c. Tahap pengamatan (observasi dan evaluasi)

Mengumpulkan data berupa hasil temuan observasi, wawancara, angket dan LKS.

d. Tahap analisis refleksi

 Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari siklus I.

 Menyimpulkan dan merefleksikan kekurangan pada siklus I.

 Menyiapkan untuk siklus selanjutnya yaitu siklus II. 3. Silkus II

Tahapan yang dilakukan pada siklus II sama dengan tahapan yang dilakukan pada siklus I, yaitu:

a. Perencanaan tindakan b. Pelaksanaan tindakan

c. Tahapan pengamatan (observasi dan evaluasi) d. Tahap anlaisis refleksi

Akan tetapi pada siklus II ini, peneliti menggunakan alat peraga “Blok

Pecahan” dengan bahan yang berbeda dalam meningkatkan motivasi belajar siswa


(40)

terbuat dari triplek berwarna, akan tetapi pada siklus II ini menggunakan “Blok Pecahan” terbuat dari karton berwarna.

C. Subjek atau Partisipan yang Terlibat Dalam Penelitian

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah peneliti, guru kelas III di SDN 04 Pagi yang bertindak sebagai observer dan 34 siswa-siswi kelas III SDN 04 Pagi tahun ajaran 2013-2014 yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti

Peran dan posisi peneliti pada saat penelitian berlangsung: 1. Sebagai pelaksana penelitian (sebagai guru)

2. Sebagai observer bagi siswa pada saat pembelajaran

3. Sebagai dokumentator (memfoto siswa pada saat pembelajaran)

Pada saat penelitian berlangsung peneliti berkolaborasi kepada guru kelas III yang bertindak sebagai observer bagi peneliti, siswa dan efektifitas alat peraga yang digunakan pada saat pembelajaran.

E. Hasil Intervensi yang Diharapkan

Dari hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah dengan penerapan Alat Peraga “Blok Pecahan” telah memenuhi beberapa indikator, yaitu:

1. Peningkatan motivasi belajar siswa pada setiap siklus, berdasarkan hasil angket motivasi siswa, jumlah siswa yang memiliki motivasi tinggi dan sangat tinggi ≥ 90 % sesudah intervensi tindakan dilakukan.

2. Peningkatan pemahaman siswa, berdasarkan hasil lembar kerja siswa (LKS) mencapai lebih dari sama dengan nilai KKM yaitu 7,00 pada bidang studi Matematika kelas III SDN Cakung Barat 04 Pagi pada materi pecahan.


(41)

F. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif: hasil observasi terhadap peniliti, siswa dan alat peraga selama proses pembelajaran, hasil lembar observasi siswa dan dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

G. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang digunakan. Instrumen pengumpul data yang digunakan antara lain:

1. LKS

LKS adalah soal-soal pecahan yang diberikan pada setiap pembelajaran untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. LKS biasanya berbentuk pemberian tugas baik berupa pertanyaan maupun perintah yang harus dijawab dan dikerjakan sehingga diperoleh hasil pengukuran tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar kerja siswa (LKS).

LKS yang digunakan adalah tes objektif berupa soal-soal pecahan pada setiap harinya yaitu berjumlah 10 LKS sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Soal LKS tersebut telah disesuaikan dengan materi yang dipelajari. LKS digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan dan pemahaman yang telah dicapai oleh siswa setelah menempuh proses belajar dan mengukur keberhasilan program pembelajaran yang mana dalam penyelesaian soal-soal pecahan menggunakan alat peraga “Blok Pecahan”.

LKS yang diberikan kepada siswa setiap harinya, yaitu:

a. Hari pertama membahas mengenai pecahan sederhana menggunakan bentuk lingkaran

b. Hari kedua membahas mengenai pecahan sederhana menggunakan bentuk persegi panjang dan bangun datar yang lainnya


(42)

d. Hari keempat dan kelima membahas mengenai urutan pecahan dari yang terbesar sampai yang terkecil

e. Hari keenam membahas mengenai urutan pecahan dari yang terkecil sampai yang terbesar

f. Hari ketujuh membahas mengenai pecahan senilai

g. Hari kedelapan membahas mengenai pemecahan masalah pecahan berupa soal cerita

h. Hari kesembilan membahas mengenai pecahan sederhana, perbandingannya dan masalah-masalah pecahan

i. Hari kesepuluh mengerjakan soal-soal di buku paket matematika kelas III 2. Lembar Observasi

Berupa pengamatan terhadap objek yang akan dicatat datanya, dengan persiapan yang matang dilengkapi dengan instrumen tertentu. Observasi biasanya digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran terhadap siswa dan observasi yang dilakukan guru kelas III terhadap peneliti, siswa dan efektifitas alat peraga yang digunakan.

Observasi dilakukan saat penelitian dari awal sampai akhir pembelajaran. Adapun tujuan observasi dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi bagi siswa yang diajarkan pecahan dengan menggunakan alat peraga “Blok Pecahan”. Selain itu juga observasi digunakan peneliti untuk mengukur atau menilai, mencatat hasil dan proses belajar misalnya interaksi atau tingkah laku siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi dapat

dijawab dengan menggunakan pilihan jawaban “ Ya “ dan “ Tidak “.Adapun kisi

-kisi observasi yang digunakan saat penelitian berlangsung dapat dilihat pada table 3.1 dan 3.2:


(43)

Tabel 3.1

KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI SISWA

No Dimensi Indikator Jumlah Butir

1. Keaktifan Berperan aktif pada setiap pembelajaran

4

2. Ketertiban Mematuhi tata tertib pembelajaran 3

Jumlah 7

Tabel 3.2

KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN

Indikator: Kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung

No. Dimensi Jumlah Butir

1. Siswa 6

2. Alat Peraga “Blok Pecahan“ 3

Jumlah 9

3. Lembar Angket

Angket berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Angket dibuat untuk mengetahui tanggapan siswa tentang pembelajaran dengan menerapkan alat peraga “Blok Pecahan” pada materi pecahan. Angket diberikan kepada siswa saat siklus I pada pertemuan ke-5 dan saat siklus II pada pertemuan ke-10 dengan bertujuan agar guru mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman dan motivasi siswa selama penelitian berlangsung. Terutama pada siklus I, angket berguna untuk menjadi acuan peneliti untuk lebih meningkatkan motivasi siswa pada siklus II.

Angket terdiri dari 2 katagori pernyataan yaitu positif (+) dan negatif (-), kemudian cara menjawab angket tersebut dengan menggunakan pilihan jawaban “Ya“ dan “Tidak“. Peneliti menggunakan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”, agar lebih mudah dimengerti siswa kelas III, sehingga siswa kelas III dapat menjawab dengan baik. Adapun kisi-kisi angket yang diberikan kepada siswa pada siklus I dan II, dapat dilihat pada table 3.3:


(44)

Tabel 3.3

KISI-KISI ANGKET MOTIVASI SISWA KELAS III

Dimensi Indikator

Nomor Butir Jumlah Butir Positif (+) Negatif (-) Minat Menyukai pelajaran yang

diajarkan

1 10 2

Ketekunan Kemampuan mengerjakan soal Menggambarkan blok pecahan Pemahaman materi 9 2 5 4 6 7 2 2 2

Keaktifan Keaktifan dalam pembelajaran 8 3 2

Total 5 5 10

4. Lembar Wawancara

Lembar wawancara berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan, dan pertanyaan yang diajukan itu telah dipersiapkan, dilengkapi instrumennya. Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika kelas III di SDN 04 Pagi mengenai tanggapan dan kendala yang dialami ketika proses pembelajaran.. Adapun kisi-kisi yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.4:

Tabel 3.4

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

No Pokok Masalah Dimensi Sumber Nomor

Butir 1. Gambaran keadaan

kelas III SDN 04 Pagi

Keadaan guru, siswa dan sarana prasarana

Guru pembelajaran

Matematika

1, 2, 3, 10

2. Pembelajaran Matematika di kelas III SDN 04 Pagi

Persiapan pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran yang interaktif

Apresiasi guru Tata tertib selama pembelajaran Guru pembelajaran Matematika 4 5 6 9

3. Evaluasi pembelajaran Matematika di kelas III SDN 04 Pagi

Motivasi siswa Hasil belajar siswa

Guru pembelajaran

Matematika

7, 8 11


(45)

Wawancara dilakukan pada tanggal 11 November 2013 sebelum dilakukannya penelitia bertujuan agar peneliti memiliki gambaran awal mengenai situasi dan kondisi kelas yang akan dijadikan tempat penelitian. Dari wawancara tersebut peneliti mendapatkan gambaran awal mengenai kurangnya motivasi yang dimiliki oleh siswa kelas III pada pelajaran matematika. Yang mana meningkatkan motivasi adalah tujuan utama peneliti melakukan penelitian ini.

5. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk pelengkap bukti penelitian dan digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh sebagai gambaran nyata tentang kegiatan pembelajaran. Dokumentasi yang ada pada penelitian ini berupa foto pada saat penelitian berlangsung.

Dokumentasi dilakukan oleh peneliti sendiri pada saat siswa sedang melakukan kegiatan, tanpa mengganggu proses pembelajaran.

H. Analisis Data dan Interpretasi Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh sumber yang telah diperoleh untuk mendapatkan data tersebut. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis Kualitatif.

Berdasarkan lembar observasi, angket, hasil LKS dan dokumentasi yang dianalisis secara deskriptif. Biasanya berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif) disini membahas mengenai peningkatan motivasi belajar siswa dalam materi pecahan, pandangan atau sikap siswa terhadap penerapan alat peraga yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar dan sebagainya.

Untuk menganalisis peningkatan motivasi siswa setelah pembelajaran yang diperoleh dari hasil observasi dan angket, baik pada siklus I maupun pada siklus II, dapat diperoleh dengan membuat tabel distribusi frekuensi dari total jawaban


(46)

setiap pernyataan pada lembar observasi dan angket dengan menggunakan dua pilihan jawaban. Pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif dinilai oleh subjek dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk dapat mengetahui persentase untuk masing-masing kategori yang telah diperoleh digunakan rumus berikut: P =

Keterangan:

Data skor peningkatan motivasi siswa yang dijaring melalui angket beserta masing-masing siswa pada siklus II berdasarkan interpretasi penyusunan skala motivasi, yang dapat terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.5

KATEGORI MOTIVASI

Kategori Skor

Sangat Tinggi 75%-100%

Tinggi 50%-74.9%

Sedang 25%-49.9%

Rendah 0-24.9%

I. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki tahapan-tahapan dalam tiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan atau pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila setelah tindakan siklus I selesai dilakukan dan belum mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu terjadi peningkatan, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya pada siklus II sebagai perbaikan pembelajaran.

% 100

N F

P = Persentase

F = Frekuensi


(47)

Adapun tindakan yang dilakukan pada siklus I yaitu guru menjelaskan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga ”Blok Pecahan” terbuat dari triplek berwarna karena pada siklus I (pertemuan 1-5) siswa dapat memahami penjelasan guru karena ”Blok Pecahan” dari teriplek tersebut jelas terlihat oleh siswa dan materi yang diajarkanpun cocok dengan media triplek. Akan tetapi pada siklus I ini motivasi siswa masih rendah sehingga dilakukanlah siklus II (pertemuan 1-6) dengan menggunakan ”Blok Pecahan” yang terbuat dari karton berwarna berbentuk lingkaran karena pada siklus II ini materi yang diajarkan mengenai ”menyamakan pecahan”, yang mana jika menggunakan triplek siswa akan sulit membuat bentuk blok pecahan itu sendiri sehingga sulit pula untuk menyamakan pecahan dari soal yang diberikan guru dan motivasi siswapun tidak akan meningkat. Maka dari itu pada siklus II ini peneliti menggunakan ”Blok Pecahan” yang terbuat dari karton agar siswa dapat membuat bentuk dari pecahan itu sendiri dan lebih mudah untuk menyamakan pecahannya. Sehingga pada siklus II ini siswa menjadi termotivasi ketika belajar pecahan karena dapat menarik perhatian siswa dan membuat siswa aktif dalam belajar dengan menggunakan alat peraga ”Blok Pecahan” tersebut.


(48)

35

Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas III SDN Cakung Barat 04 Pagi Jakarta Timur. Berdasarkan tujuan yang dirumuskan pada penelitian ini, data yang telah terkumpul meliputi angket motivasi siswa sebagai tanggapan/respon siswa terhadap pembelajaran, lembar observasi pembelajaran sebagai alat untuk mengetahui cara mengajar peneliti, aktifitas siswa dan efektifitas alat peraga “Blok Pecahan” yang digunakan dan lembar observasi siswa sebagai alat untuk mengetahui aktifitas siswa saat pembelajaran yang diobservasi oleh guru (peneliti). Sedangkan lembar observasi pembelajaran dan angket motivasi siswa digunakan untuk dijadikan acuan guru (peneliti) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Data tersebut dianalisis dan dibahas sebagai upaya untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga “Blok Pecahan” pada materi pecahan.

A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan

Data penelitian diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN 04 Pagi Cakung Barat Jakarta Timur, khususnya untuk siswa-siswi di kelas III yang terdiri dari 34 orang siswa.

Penelitian dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari 5 kali dan pada pertemuan kelima dan kesepuluh di akhir pembelajaran guru memberikan siswa angket motivasi belajar akhir siklus I dan II. Alokasi waktu pertemuan dalam penelitian ini adalah 2 x 35 menit. Pelaksanaan tiap siklusnya melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data penelitian ini berkaitan dengan meningkatkan motivasi belajar siswa matematika tentang “Pecahan Sederhana” dengan menggunakan alat peraga “Blok Pecahan”.


(49)

1. Pra Penelitian

Berdasarkan hasil observasi baik melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara dengan guru kelas III SDN 04 Pagi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi pada saat proses pembelajaran matematika di kelas III diantaranya adalah motivasi belajar siswa rendah karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi yang diajarkan dan siswa yang aktif hanya 7 orang siswa dari 34 siswa di kelas tersebut.

Berdasarkan kendala-kendala tersebut, maka peneliti mencoba menerapkan alat peraga “Blok Pecahan” pada materi pecahan yang diajarkan di kelas III pada semester II sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Alat peraga “Blok Pecahan” digunakan pada saat guru menjelaskan materi pecahan, dan guru menggunakan 2 macam blok pecahan yaitu terbuat dari triplek berwarna dan dari karton berwarna. Dengan demikian alat peraga “Blok Pecahan” memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, terutama dalam hal penyampaian materi pelajaran. Sehingga siswa lebih paham terhadap materi pecahan yang diajarkan .

Oleh sebab itu, objek penelitian tindakan ini adalah alat peraga “Blok Pecahan”, serta motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika khususnya materi pecahan. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru kelas yang menjadi kolaborator dan observer, mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran matematika dan meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. Sebelum melakukan tindakan, pada tahap ini peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi siswa, lembar observasi pembelajaran dan lembar wawancara.

Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan tindakan, maksudnya adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang bertujuan untuk


(50)

meningkatkan motivasi belajar siswa pada proses pembelajaran materi pecahan. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, dalam satu siklus terdiri dari lima kali pertemuan.

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Kegiatan pelaksanaan penelitian pada siklus I melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siklus I, peneliti membuat perencanaan tindakan. Pada perencanaan tindakan, peneliti menyusun dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian, diantaranya:

 Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum KTSP dengan menentukan mata pelajaran matematika materi pecahan sebagai fokus pembelajaran.

 Menyiapkan lembar kerja siswa, bahan ajar serta alat peraga “Blok Pecahan” yang digunakan dalam proses pembelajaran.

 Lembar observasi terhadap aktifitas pembelajaran dari segi guru/peneliti, siswa dan alat peraga blok pecahan yang digunakan.

 Lembar observasi terhadap aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

 Kamera untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 Januari 2014 untuk pertemuan pertama, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2014, pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Januari 2014, pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2014, sedangkan pertemuan kelima atau pertemuan terakhir pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Januari 2014. Dan pada pertemuan kelima ini guru


(51)

memberikan angket motivasi kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada materi pecahan di siklus I ini.

Adapun pelaksanaan tindakan penelitian disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

1. Pertemuan pertama (Rabu, 8 Januari 2014)

Pada pertemuan pertama jumlah siswa yang hadir adalah 34 siswa. Pertemuan ini dilakukan selama 2 x 35 menit, yakni dari pukul 10.00 sampai pukul 11.10 WIB. Pada tahap pendahuluan sebelum memulai pembelajaran guru memberikan ice breaking selamat 2 menit sebagai motivasi kemudian setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu kegiatan dan pencapaian yang akan dilakukan pada hari ini agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Selanjutnya memasuki tahap eksplorasi guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai pecahan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dasar dan hanya beberapa siswa yang dapat menjawab dengan bahasa mereka sendiri. Setalah guru mengetahui pengetehuan awal siswa mengenai pecahan barulah guru masuk tahap elaborasi, guru mulai menjelaskan tentang pecahan dengan menggunakan blok pecahan yang terbuat dari triplek berwarna. Kemudian guru meminta beberapa siswa untuk maju kedepan kelas untuk menunjukan suatu pecahan dengan menggunakan blok pecahan dari triplek berwarna tersebut. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 4.1:

Gambar 4.1


(52)

Pada gambar 4.1 siswa sedang memperagakan 4 bagiannya tidak berwarna dan 2 bagian berwarna, menunjukan bahwasannya bagian yang berwarna itu

adalah pecahan

bagian.

Setelah menjelaskan guru memberikan beberapa soal kepada siswa mengenai pecahan, dan siswa yang dapat menjawab maju ke depan kelas kemudian menggambarkan blok pecahan berbentuk lingkaran sesuai soal yang diberikan guru. Sebagaimana terlihat pada gambar 4.2:

Gambar 4.2

Siswa Menggambar Blok Pecahan

Pada gambar 4.2 siswa sedang menggambar pecahan

dan pada gambar.

Ketika siswa sudah paham pada penjelasan guru mengenai pecahan, lalu guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampai dengan 6 orang siswa. Setelah kelompok terbentuk guru membagikan bahan ajar kepada masing-masing kelompok berupa 5 butir soal pecahan dan setiap kelompok harus menggambar blok pecahan berbentuk lingkaran pada karton kosong yang telah disediakan untuk setiap kelompoknya. Adapun aktifitas kelompok dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4 :


(53)

Gambar 4.3 Gambar 4.4 Kegiatan Kelompok 1 Kegiatan Kelompok 1

Pada gambar 4.3 salah satu kelompok sedang melakukan aktivitas kerja kelompok, terlihat siswa sedang menggambar pecahan, mewarnai dan menggunting. Adapun pada gambar 4.4 pada kelompok yang lain siswa sedang mengelem pecahan dikarton kosong.

Setelah melakukan tugas kelompok siswa yang kesulitan mengerjakan tugas kelompok dipersilakan bertanya dan guru mempersilakan siswa yang lain untuk menjawab. Kemudian guru membagikan LKS I sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa pada pembelajaran hari ini. Siswa tidak dapat mencontek temannya karena guru membuat soal yang berbeda dari 1 siswa dengan siswa yang lainnya tapi dengan inti yang sama. Selanjutnya guru masuk pada tahap konfirmasi yang mana pada tahap ini guru bertanya pada siswa apakah masih ada yang belum paham dengan apa yang diajarkan pada hari ini dan ada 10 siswa lebih yang belum paham akan tetapi tidak mengajukan pertanyaan. Kemudian agar siswa lebih paham lagi, guru memberikan penguatan dengan menjelaskan kembali pelajaran dari awal hingga akhir menggunakan blok pecahan dari triplek berwarna dan menggambar di papan tulis, guru memberikan beberapa pertanyaan berupa soal kepada siswa yang belum paham tadi dan siswa tersebut menjawabnya di depan kelas dengan cara menggambar blok pecahan sesuai dengan soal yang diberikan. Pada kegiatan akhir pembelajaran ini bertepatan dengan pergantian jam pelajaran. Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan memberikan nasehat pembelajaran agar siswa mempelajari lagi apa yang telah dipelajari hari ini.


(54)

2. Pertemuan kedua (Rabu, 15 Januari 2014)

Pada pertemuan kedua jumlah siswa yang hadir adalah 34 siswa. Pertemuan ini dilakukan selama 2 x 35 menit, yakni dari pukul 10.00 sampai pukul 11.10 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru mengajak siswa berdoa terlebih dahulu yang dipimpin oleh ketua kelas, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan kedua. Setelah itu pada tahap eksplorasi guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang materi yang sudah diberikan pada pertemuan pertama. Selanjutnya pada tahap elaborasi, guru menjelaskan pecahan dengan menggunakan blok pecahan dari triplek berbentuk persegi panjang dan bangun datar yang lainnya. Kemudian guru mempersilakkan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya, akan tetapi tidak ada siswa yang bertanya karena sudah paham. Lalu guru melanjutkan pengajaran dengan membentuk siswa kedalam 6 kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang sampai 6 orang siswa pada setiap kelompoknya. Guru membagikan soal pecahan sebanyak 5 butir soal pada setiap kelompok dan menugaskan setiap kelompok untuk menggambar pecahan tersebut dengan blok pecahan berbentuk persegi panjang di karton kosong yang telah disediakan untuk masing-masing kelompok. Kegiatan kelompok dapat dilihat pada gambar 4.5 :

Gambar 4.5 Kegiatan Kelompok 2

Terlihat pada gambar 4.5 beberapa kelompok sedang membuat blok pecahan dengan bentuk persegi dan persegi panjang.


(55)

Pada pukul 10.45 WIB masing-masing siswa mengerjakan LKS II yang diberikan oleh guru. Setelah siswa mengerjakan LKS II, guru menanyakan apakah masih ada yang belum paham, rata-rata siswa menjawab paham. Hampir 100% siswa paham pada materi hari ini hanya ada 2 orang siswa yang kurang paham karena kurang memperhatikan penjelasan guru. Tahap selanjutnya yaitu konfirmasi, guru memberikan beberapa soal kepada siswa dan siswa yang menjawab maju kedepan kelas dan menggambar soal pecahan tersebut dengan blok pecahan berbentuk persegi panjang. Saat siswa mengerjakan LKS II, dapat dilihat pada gambar 4.6:

Gambar 4.6

Siswa Mengerjakan LKS II

Pada gambar 4.6 siswa sedang mengerjakan LKS II secara individu dan tertib. Pada LKS II siswa ditugaskan mewarnai gambar blok pecahan berbentuk persegi panjang dan bangun datar lainnya sesuai dengan nilai pecahan yang ada.

Kegiatan akhir pembelajaran ini guru memberikan nasehat agar mengulang kembali pelajaran yang telah diajarkan.

3. Pertemuan ketiga (Selasa, 21 Januari 2014)

Pada pertemuan ketiga jumlah siswa yang hadir adalah 34 siswa. Pertemuan ini dilakukan selama 2 x 35 menit, yakni dari pukul 10.00 sampai pukul 11.10 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru mengajak siswa berdoa terlebih dahulu yang dipimpin oleh ketua kelas, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa setelah itu guru memberikan ice breaking. Sebelum memulai


(56)

pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ketiga ini. Setelah itu masuk pada tahap eksplorasi yang mana guru melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai pecahan pada pertemuan pertama dan kedua. Dan guru memberikan apresiasi kepada siswa yang berani dan dapat menjawab dengan benar. Saat siswa menjawab pertanyaan guru dengan menggambarkan pecahannya di papan tulis, dapat dilihat pada gambar 4.7:

Gambar 4.7

Siswa Menjawab Soal Pecahan

Gambar 4.7 ini siswa sedang menjawab pertanyaan guru mengenai pecahan

dan siswa menggambarnya di papan tulis.

Selanjutnya pada tahap elaborasi, guru menjelaskan mengenai istilah pembilang dan penyebut dalam pecahan dan menjelaskan mana yang dinamakan pembilang dan penyebut dengan menggunakan blok pecahan. Setelah siswa memahami penjelasan guru, guru membagikan LKS III untuk dikerjakan oleh siswa secara individual. Setelah mengerjakan LKS III, guru memberikan pertanyaan rebutan kepada siswa mengenai pecahan dari pertemuan pertama, kedua dan ketiga. Yang aktif menjawab ada sekitar 15 siswa. Dan pada tahap konfirmasi guru menjelaskan apa yang baru saja ditanyakan ke siswa.

Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan nasehat pembelajaran agar siswa mempelajari apa yang telah dipelajari hari ini dan hari-hari sebelumnya.


(57)

4. Pertemuan keempat (Rabu, 22 Januari 2014)

Pada pertemuan keempat ini jumlah siswa yang hadir adalah 34 siswa. Pertemuan ini dilakukan selama 2 x 35 menit, yakni dari pukul 10.00 sampai pukul 11.10 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru mengajak siswa berdoa terlebih dahulu yang dipimpin oleh ketua kelas, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan keempat ini. Setelah itu guru melakukan eksplorasi dengan menanya apa maksud dari tanda baca “<”, “>” dan “=”. Kemudian pada tahap elaborasi guru menjelaskan tentang tanda baca tersebut jika digunakan pada pecahan. Guru menjelaskan mengenai mengurutkan pecahan dari yang terbesar sampai yang terkecil dengan menggunakan blok pecahan dari triplek berwarna dan siswa menyimak penjelasan guru. Pada pertemuan keempat ini pembelajaran sedikit lebih sulit dari pelajaran sebelumnya.

Setelah guru menjelaskan, siswa diberikan LKS IV agar siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan hari ini. Siswa kurang tertib pada saat mengerjakan LKS IV itu menandakan mereka kurang paham dengan materi hari ini. Lalu pada tahap konfirmasi guru menjelaskan kembali mengenai materi hari ini dengan mengulas LKS IV yang baru saja mereka kerjakan. Saat siswa mengerjakan LKS IV, dapat dilihat pada gambar 4.8:

Gambar 4.8


(58)

Pada gambar 4.8 dapat dilihat gambar siswa sedang mengerjakan soal-soal LKS IV yang diberikan oleh guru kepada masing-masing siswa dengan cara mewarnai gambar blok pecahan yang ada di LKS IV.

Dikarenakan waktu yang kurang memadai, akhirnya guru membuat pertemuan tambahan pada pertemuan selanjutnya dengan pembahasan yang sama seperti pertemuan hari ini. Jadi pertemuan kelima dilakukan adalah pertemuan yang keluar dari pembahasan antara peneliti dengan pembimbing karena kondisional. Adapun pertemuan kelima dilakukan tidak diruangan kelas akan tetapi dilakukan di musholah, maka dari itu siswa ditugaskan untuk menggambar blok pecahan di buku gambar. Saat siswa menggambar blok pecahan di buku gambar, dapat dilihat pada gambar 4.9:

Gambar 4.9

Siswa Menggambar Blok Pecahan

Pada gambar 4.9 dapat dilihat saat siswa menggambar blok pecahan dibuku gambar untuk mengurutkan pecahan yang terbesar sampai yang terkecil yang akan dilakukan pada pertemuan kelima.

Kegiatan akhir pembelajaran ini guru memberikan nasehat agar siswa mempelajari materi yang telah diajarkan khususnya materi hari ini, karena pertemuan selanjutnya akan membahas pelajaran hari ini.

5. Pertemuan Kelima dan Akhir Siklus I (Selasa, 28 Januari 2014)

Pada pertemuan kelima ini jumlah siswa yang hadir adalah 34 siswa. Pertemuan ini dilakukan selama 2 x 35 menit, yakni dari pukul 10.00 sampai pukul 11.10 WIB. Sebelum memulai pembelajaran guru mengajak siswa berdoa terlebih


(59)

dahulu yang dipimpin oleh ketua kelas, kemudian dilanjutkan dengan mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai pembelajaran guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan kelima ini. Kemudian pada tahapan eksplorasi guru menanyakan mengenai pembelajaran pecahan pada pertemuan keempat. Siswa menjawab pertanyaan guru tapi beberapa murid yang diberikan pertanyaan menjawab dengan jawaban yang kurang tepat dan itu menandakan siswa belum memahami meteri yang diajarkan.

Selanjutnya pada tahap elaborasi, guru menjelaskan kembali materi tersebut dengan menggunakan blok pecahan dari triplek berwarna. Guru menugaskan beberapa siswa untuk menggambar blok pecahan berbentuk lingkaran sesuai soal yang diberikan guru, kemudian membandingkan pecahan tersebut dan menentukan mana pecahan yang terbesar dan yang terkecil. Lalu guru memberikan mereka LKS V untuk menambah pemahaman siswa mengenai materi tersebut. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS V, pada tahap konfirmasi guru dan siswa bersama-sama mengulas LKS V. Dan sekitar 20 orang siswa mulai memahami materi tersebut. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan angket motivasi belajar siswa untuk diisi oleh siswa sebagai acuan guru terhadap motivasi belajar siswa yang terjadi pada siklus I. Adapun angket motivasi belajar siswa pada siklus I terlampir.

c. Tahap Observasi Pembelajaran dan Observasi Siswa

Kegiatan observasi pembelajaran dilakukan setiap hari yaitu 5 pertemuan pada siklus I. Dan observasi pembelajaran ini dilakukan pada saat melaksanakan tahap pelaksanaan tindakan kelas oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan tindakan siswa yang terdiri 3 dimensi yaitu pertama dari segi guru/peneliti terdapat 12 butir pengamatan, kedua dari segi siswa terdapat 6 butir pengamatan, ketiga dari segi alat peraga “Blok Pecahan” terdapat 3 butir pengamatan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai observer adalah guru kolabolator yaitu guru kelas III SDN Cakung Barat 04 Pagi. Pengamatan ini


(60)

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya, serta untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan perubahan yang akan dicapai. Adapun informasi yang diperoleh dari hasil observasi pembelajaran terlampir, dengan penerapan alat peraga “Blok Pecahan” dapat diketahui bahwa motivasi siswa pada proses pembelajaran matematika pada siklus I ini masih perlu ditingkatkan terutama bagi siswa-siswa yang masih kurang aktif dalam pembelajaran dan masih kurang memahami materi pecahan yang diajarkan sehingga dilanjutkan ke siklus II dengan tujuan meningkatkan motivasi belajar matematika siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran dan kurang memahami materi pecahan yang diajarkan dengan menggunakan blok pecahan dari triplek berwarna.

Dapat diketahui bahwa aktifitas dan motivasi siswa pada proses pembelajaran matematika pada siklus I masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dimana keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab masih rendah.

Tabel 4.1

Hasil Lembar Observasi Siswa Siklus I

No Kegiatan Siswa Jumlah Siswa dan Presentase

1 2 3 4 5

1. Bertanya 15 15 10 5 0

44,1 % 44,1 % 29,4 % 14,7 % 0 %

2. Menjawab 20 20 25 5 0

58,8 % 58,8 % 73,5 % 14,7 % 0 % 3. Bekerjasama (menggunting,

dll)

30 30 0 0 0

88,2 % 88,2 % 0 % 0 % 0 % 4. Mengerjakan LKS

(Individu)

34 34 34 34 34

100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 5. Menggambar dan Mewarnai

(Individu)

34 34 34 34 34

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

6. Ketertiban 34 34 34 30 18

100 % 100 % 100 % 88,2 % 52,9 %

7. Kelengkapan Alat 34 34 34 34 34


(1)

134

7. Bagaimana cara ibu dalam memotivasi siswa yang tidak aktif saat pembelajaran ?

8. Apakah ibu pernah mengubah posisi tempat duduk siswa ? Bolehkah ? 9. Apakah sarana dan prasarana sekolah untuk setiap kelas memadai ? 10.Bagaimana hasil belajar matematika di kelas III yang ibu ajarkan ?


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN ALAT PERAGA RIIL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SDN 01 KEBAK JUMANTONO.

0 0 6

PENGGUNAAN ALAT PERAGA GAMBAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas II SDN I Bentangan Wonosari Klaten.

0 0 15

PENDAHULUAN Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas II SDN I Bentangan Wonosari Klaten.

0 0 4

PENGGUNAAN ALAT PERAGA GAMBAR DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR Penggunaan Alat Peraga Gambar Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas II SDN I Bentangan Wonosari Klaten.

0 1 11

PENGGUNAAN ALAT PERAGA BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENYEDERHANAAN PECAHAN DALAM PELAJARAN Penggunaan Alat Peraga Bangun Datar untuk Meningkatkan Pemahaman Penyederhanaan Pecahan dalam Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas IV SDN Mojo 04 K

0 1 43

Penggunaan Alat Peraga Blok Pecahan untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Senilai dalam Pembelajaran Matematika di Kelas IV SDN Rajagaluh Lor II Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka.

6 38 46

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA.

0 2 195

Penggunaan Metode Cooperative Integrated. dpdf

0 0 21

PENGGUNAAN KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA

0 0 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MEDIA BLOK PECAHAN KELAS III SDN 21 PONTIANAK BARAT

0 0 13