PROPOSAL PTK Matematika Pecahan (1)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG OPERASI
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DESIMAL DI KELAS IV

SD NEGERI KAMPUNGSAWAH VI KABUPATEN KARAWANG
MELALUI METODE CERAMAH, TANYA JAWAB DAN PENUGASAN

Disusun untuk memperbaiki Pembelajaran
Matematika

PROPOSAL

Disusun oleh
Nama
NIP
Kelas

:

:
:
: IV


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UPTD TK, SD KECAMATAN JAYAKERTA
SD NEGERI KAMPUNGSAWAH VI
2009

Lembar Pengesahan

Judul

: Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Operasi
Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan Desimal Di
Kelas IV SD Negeri Kampungsawah VI Kabupaten
Karawang Melalui Metode Ceramah, Tanya Jawab
Dan Penugasan.

Karawang,

………………………..
Pembimbing


…………………………………
NIP.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Judul

: Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Operasi Penjumlahan
Dan Pengurangan Pecahan Desimal Di Kelas IV SD Negeri
Kampungsawah VI Kabupaten Karawang

Melalui Metode

Ceramah, Tanya Jawab Dan Penugasan.
B. Bidang Kajian : Strategi dan Desain Pembelajaran.
C. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, eksistensi guru
menjadi hal yang begitu penting peranannya. Guru bukan saja bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas,
melainkan juga bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses belajar
mengajarnya. Oleh karena itu, walaupun pada hakekatnya murid yang
belajar, namun gurulah yang bertanggungjawab bahwa proses belajar itu
terjadi dengan baik pada setiap siswa (Nasution, 1982:92). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa mutu pendidikan banyak bergantung
pada mutu guru dalam membimbing proses belajar siswa.
Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Tujuan dari
pelajaran matematika pada hakekatnya adalah untuk memotivasi serta
membekali peserta didik dengan kemampuan matematika di bidang teori

bilangan, aljabar, teori peluang dan matematika diskrit, serta berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, dan mempunyai kemampuan
bekerjasama (KTSP Dinas Pendidikan Kabupaten Karawang, 2006:9).
Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain
abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis, dan logis. Soejadi (1999)
menyatakan bahwa “ keabstrakan matematika karena obyek dasarnya
abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan

matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan
matematika tidak mudah dipelajari, dan pada akhirnya banyak kurang
tertarik terhadap matematika.
Begitu pentingnya pelajaran matematika, maka dalam melakukan
proses belajar mengajar guru harus lebih sensitif dalam menyesuaikan
sasaran-sasaran serta melalui pendekatan-pendekatan instruksional sesuai
keperluan para siswa. Gatot Muhsetyo (2007) menjelaskan bahwa
pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika
yang dipelajari.
Untuk memperoleh kompetensi tentang pembelajaran matematika
tersebut, diantaranya siswa harus dapat menguasai konsep – konsep
penjumlahan dan pengurangan, salah satunya tentang pecahan desimal.
Dalam pembelajaran materi pecahan desimal, siswa harus mampu
menguasai konsep-konsep penjumlahan dan pengurangan, terutama

tentang letak koma di belakang angka, serta dapat menggunakannya
dalam pemecahan masalah sehari – hari.
Berdasarkan pengamatan penulis, dalam mengajarkan konsepkonsep penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal di SDN

Kampungsawah

VI,

tidak

semua

siswa

dapat

dengan

mudah

menguasainya. Berbagai masalah timbul dalam proses belajar mengajar.
Masalah yang timbul salah satunya anak masih lemah pengetahuannya
tentang pecahan desimal, yaitu tentang proses penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal antara satu angka dengan dua angka

dibelakang koma. Selain permasalahan di atas , permasalahan lain yang
timbul adalah siswa belum paham tentang letak koma pada hasil
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Pada hasil evaluasi
penjumlahan pecahan desimal antara satu angka dengan dua angka di
belakang koma banyak di temukan kesalahan letak koma. Begitu pula
pada hasil pengurangannya. Pada evaluasi pun siswa yang mendapat nilai
di atas 50 hanya 40 %. Hal ini menunjukan rendahnya tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran matematika.
Untuk mengatasi permasalahan pada pembelajaran matematika
tersebut, guru dituntut untuk memperbaiki proses pembelajaran tentang
penjumlahan

dan

pengurangan

pecahan

desimal.


Guru

dengan

kemampuannya harus mampu memperbaiki permasalahan tersebut
dengan menerapkan

berbagai

metode pembelajaran

pembelajaran mendapat hasil yang memuaskan.

agar proses

D. Perumusan dan Pemecahan Masalah
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, diperoleh
rumusan masalah pada pembelajaran Matematika pada materi operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal, yaitu :

1. Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi
penjumlahan pecahan desimal melalui metode ceramah, Tanya
jawab dan penugasan ?
2. Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi
pengurangan pecahan desimal melalui metode ceramah, Tanya
jawab dan penugasan ?

b. Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah adalah suatu cara yang digunakan
untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang dihadapi. Dalam
hal ini permasalahan-nya adalah tentang Penjumlahan dan pengurangan
pecahan desimal. Adapun pendekatan pemecahan masalah yang dimaksud
adalah pendekatan pemecahan masalah yang mengacu pada pendekatan
Polya

yaitu

memahami

masalah,


merencanakan

penyelesaian,

menyelesaikan sesuai rencana dan memeriksa kembali proses dan hasil
yang diperoleh.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan penguasaan siswa
dalam pembelajaran Matematika. Untuk lebih jelasnya tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Memotivasi siswa agar senang dengan pelajaran matematika.
b. Siswa dapat menguasai berbagai konsep penghitungan pada pembelajaran
matematika.
c. Siswa bisa melakukan operasi penjumlahan pecahan desimal.
d. Siswa bisa melakukan operasi pengurangan pecahan desimal.
e. Siswa dapat menentukan letak koma pada hasil penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal.


F.

Manfaat Hasil Penelitian
Setelah melaksanakan penelitian pada mata pelajaran matematika,
serta melakukan perbaikan – perbaikan pada proses pembelajaran, diperoleh
manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat Penelitian Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah ( SD ) untuk mengetahui dan
menyiapkan alat bantu / peraga dalam mata pelajaran matematika. Selain
itu, sebagai tolak ukur keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

b. Manfaat Penelitian bagi Guru
1.

Tujuan pembelajaran matematika tentang operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal tercapai.

2.


Guru dapat menemukan berbagai metode pembelajaran sebagai upaya
memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar mengajar untuk waktu
sekarang dan waktu yang akan datang.

c. Manfaat Penelitian Bagi Siswa
1.

Pengetahuan siswa tentang konsep-konsep penghitungan pada
pelajaran matematika bertambah.

2.

Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru sehingga akan
timbul motivasi untuk belajar.

G. Kajian Pustaka
Penelitian Tindakan Kelas ini dikaji dari berbagai buku sumber yang relevan
dengan permasalahan yang sedang dibahas. Adapun landasan teoritis yang
mendukung terhadap permasalahan tersebut adalaha sebagai berikut :
a.

Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar (Noehi Nasution, 1995 : 8).
Secara tradisional kita dapat membedakan adanya dua macam
motivasi, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan diri orang yang
bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan dari orang lain.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari
rangsangan atau dorongan orang lain. Motivasi instrinsik pada
umumnya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar
dari pada motivasi ekstrinsik.
Peranan guru sebagai motivator dalam proses belajar mengajar
sangatlah tepat, sebab siswa dalam belajarnya kadang-kadang perlu
mendapat motivasi dari gurunya atau guru harus merangsang siswanya
untuk lebih giat belajar dan tidak mudah menyerah. Strategi belajar
yang diterapkan guru harus memungkinkan membangkitkan semangat
siswa, misalnya melalui permainan. Tujuan pengajaran umum
matematika di SD diantaranya ialah siswa memiliki kegemaran belajar
matematika (Depdikbud, 1994/1995 : 48).

b.

Pengertian Belajar
Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu kalau padanya terjadi
perubahan tertentu, misalnya dari tidak dapat naik sepeda menjadi bisa
naik sepeda, dari tidak dapat menggunakan kalkulator menjadi dapat
menggunakan kalkulator, dan lain-lain. Namun tidak semua perubahan
yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah
belajar. Noehi Nasution (1995 : 2) mengemukakan ciri-ciri kegiatan
yang disebut ”belajar” yaitu :

(a) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.
(b) Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan
baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
(c) Perubahan itu terjadi karena usaha.
Selanjutnya belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses
yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku
sebagai hasil dari terbentuknya respon utama. Dengan syarat bahwa
perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh
adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena
sesuatu hal.
c.

Pengertian Belajar Matematika
Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara logis,
berjenjang dari yang palig mudah hingga yang paling rumit. Dengan
demikian pelajaran matematika tersusun sedemikian rupa sehingga
pengertian terdahulu mendasari pengertian berikutnya.
Russefendi (1984 : 25) mengatakan bahwa : Program matematika
supaya diberikan secara bertahap agar si anak secara bertahap dapat
mengkondisikan konsep-konsep melalui kegiatan praktis maupun
teoritis. Selanjutnya Herman Hudoyo (1990 : 5) berpendapat bahwa :
belajar matematika haruslah menekankan pada pengertian konsepkonsep matematika dan proses matematika melalui pemecahan
masalah.

d.

Pengertian Desimal
Kata desimal berasal dari Bahasa Latin, yaitu decem yang artinya
sepuluh. Penggunaan sepuluh diduga dipengaruhi jumlah jari tangan
kiri dan tangan kanan ( atau kaki kiri dan kaki kanan ), dan menandai
banyaknya lambing dasar yang disebut angka (digit).
Sistem numerasi desimal adalah sistem numerasi yang berbasis
sepuluh, artinya bilangan 10 dipakai sebagai acungan pokok dalam
melambangkan dan menyebut bilangan. System ini berasal dari
system Hindu – Arab, berawal dari India sekitar tahun 300 SM,
berkembang di Timur Tengah (Bagdad) sekitar tahun 750, sekitar abad
8 mulai digunakan di Spanyol (Spain) dan kemudian berkembang di
Eropa, serta mempunyai lambang baku sekitar pertengahan abad 20
melalui penggunaan mesin ketik (typewriter) Untuk menulis naskah.

e.

Pecahan Desimal
Lambang bilangan rasional dalam notasi desimal disebut pecahan
desimal. Bilangan rasional dalam pecahan desimal dapat dibedakan
menjadi :
1. Desimal berakhir (terminating decimal), yaitu desimal-desimal
yang mengandung sejumlah terhingga angka.
2. Pecahan

berulang/periodic,

yaitu

desimal-desimal

yang

mengandung serangkaian terhingga angka-angka yang berulangulang secara tak terhingga.

3. Notasi desimal merupakan notasi yang bersifat posisional, yaitu
menggunakan dasar nilai tempat, dan menggunakan basis sepuluh.
4. Notasi desimal dapat diperluas sehungga dapat dipergunakan untuk
menyatakan bilangan-bilangan yang nilainya kurang dari satu.
5. Desimal yang berakhir atau yang berulang selalu dapat dinyatakan
sebagai pecahan p : q dengan p, q є Z dan q ≠ 0.
6. Desimal – desimal yang tidak berakhir dan tidak berulang bukan
merupakan bilangan rasional sehingga dapat dinyatakan sebagai
pecahan p : q dengan p, q dengan p, q є Z dan q ≠ 0.
7. Operasi penjumlahan dan pengurangan desimal mempunyai pola
yang sama dengan operasi-operasi yang sama pada bilangan bulat,
tetapi perlu memperhatikan peletakan atau penempatan tanda koma
yang benar untuk membedakan yang bulat dan yang tidak bulat.
8. Pembelajaran

desimal

dapat

menggunakan

bahan-bahan

manipulatif atau peraga yang dipakai pada pembelajaran bilangan
rasional.
H. Rencana dan Prosedur Penelitian
1. Subyek Penelitian, Tempat, Waktu dan Lama Tindakan
Pelaksanaan penelitian pembelajaran dilaksanakan pada siswa kelas
IV di SD Negeri Kampungsawah VI yang terletak di Dusun Karajan, Desa
Kampungsawah, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang, Provinsi
Jawa Barat. Dengan Jumlah siswa 28 orang terdiri dari 20 siswa laki-laki
dan 8 siswa perempuan.

Sedangkan yang menjadi topik penelitian tindakan kelas ini adalah
meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal melalui metode ceramah, tanya jawab dan
penugasan. Prosedur penelitian ini berlangsung selama 2 minggu dari
tanggal 04 sampai 18 November 2009.

2. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
kemmis dan M.Taggart dengan system spiral repleksi diri yang dimulai
dengan cara tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali
( Kasbolah, 1998/1999 : 113).
Dalam model Kemmis dan M.Taggart ini, penelitian menggunakan
dan mengembangkan siklus (cycle) dengan dua siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan
proses pembelajaran. Sebelum dalam tahap siklus, dilaksanakan studi
kelayakan

sebagai

penelitian

pendahuluan

dengan

tujuan

untuk

mengidentifikasi masalah dan ide yang tepat dalam pengembangan proses
pembelajaran di kelas.
Adapun alur penelitian ini dimulai dengan studi pendahuluan,
hasilnya dipertimbangkan untuk kemudian menyusun rencana tindakan,
dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan, observasi pelaksanaan tindakan,
refleksi proses dan hasil tindakan. Ini adalah sebagai siklus pertama belum
menyelesaikan permasalahan, maka dilanjutkan dengan siklus kedua,

dimana rencana tindakannya berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama.
Demikian penelitian dilakukan siklus demi siklus sampai permasalahan
penelitian dapat dipecahkan.

Siklus kegiatan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
PTK model Kemmis dan M. Taggart (Kasbolah, 1998/1999:144).

RENCANA
TINDAKAN
REFLEKSI
SIKLUS I
OBSERVASI

PELAKSANAAN
TINDAKAN

RENCANA
TINDAKAN
REFLEKSI
SIKLUS II
OBSERVASI

PELAKSANAAN
TINDAKAN

I.

Jadwal Penelitian

No.

Kegiatan

1.

Identifikasi Masalah

2.
3.
4.
5.

Analisis dan
rumusan masalah
Menyusun rencana
pembelajaran
Mempersiapkan alat
dan bahan
Menyusun instrumen
penelitian

6.

Melaksanakan PTK

7.

Menganalisis Data

8.

Merefleksikan

9.

Merencanakan
Perbaikan

10.

Menyusun Laporan

J.

Tanggal
4

5

6

7

9

10

11

12

13

14

16

X

Ket.
November

X

November

X

November

X

November

X

November

X

X

November

X

November

X

November

X

X

November

X

Biaya Penelitian
a. b. c. d. e. f. Total Keseluruhan

17

+
= Rp. -

November

K. Personalia Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan dibantu oleh seorang
guru yang menjadi subyek penelitian.
1. Judul Penelitian

: Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Operasi
Penjumlahan Dan Pengurangan Pecahan
Di Kelas IV SD

Desimal

Negeri Kampungsawah VI

Kabupaten Karawang Melalui Metode Ceramah,
Tanya Jawab Dan Penugasan.

2. Peneliti
Nama

: EKA IKHSANUDIN

Pangkat/Gol

:

NIP

:

Sekolah

: SDN Kampungsawah IV

Alamat sekolah

: Dusun Karajan, Desa Kampungsawah
Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang

Alamat Rumah

: Desa Kampungsawah
Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang

3. Observer

:-

Pangkat/Gol

:-

NIP

:-

Sekolah

: SDN Kampungsawah IV

Alamat sekolah

: Dusun Karajan, Desa Kampungsawah
Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang

Alamat Rumah

: Desa Kampungsawah
Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang

L. Daftar Pustaka
Asep Herry Hernawan, dkk. (2008). Modul 10. Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran: Perumusan Tujuan Pembelajaran. Jakarta ; Penerbit
Universitas Terbuka.
Gatot Muhsetyo, dkk. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta ;
Penerbit Universitas Terbuka.
Hamalik, (1982). Mengajar: Azas-Metode-Teknik. Bandung ; PT. Pustaka
Martiana.
IGAK Wardani, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta ; Penerbit
Universitas Terbuka.
Kasbolah, K. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdiknas.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Sekolah Dasar Kelas IV, Dinas
Pendidikan Kabupaten Karawang.
M. Khafid dan Suyuti (2006). Buku Pelajaran Matematika Penekanan pada
Berhitung untuk Sekolah Dasar Kelas IV; Penerbit Erlangga.
Tim FKIP. (2008). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta ; Penerbit
Universitas Terbuka.
Zaini.M. Sani dan Siti M. Amin (2006). Buku Matematika SD untuk Kelas IV
; Penerbit ESSIS.

M. Lampiran


Instrumen Penelitian.



Curiculum Vitae