Resensi buku sallis

RESENSI BUKU
1.

Judul buku : Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan
(Total Quality Management in Education)

2.
3.
4.
5.

pengarang
penerbit
tahun terbit
tebal buku

: Edward Sallis
: IRCiSoD edisi IV
: 2011
: 281 Halaman


Pada buku Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu) ini
menjelaskan latar belakang, konsep dan segala hal yang berkaitan dengan manajemen mutu
pendidikan yang sebenarnya di latar belakangi oleh proses penerapan mutu di bidang industri.
Oleh karena itu proses peningkatan mutu pendidikan didasarkan pada manajemen
perusahaan. Penerapan kualitas ini dinamakan pula Total Quality Education (TQE) yang
dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM) yang pada mulanya diterapkan
pada dunia bisnis kemudian diterapkan pada dunia pendidikan. Secara filsosfis konsep ini
menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk
mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Peran Strategis Pendidikan Di Era Globalisasi
Modern, Dimulai dari Latar belakang lahirnya gerakan mutu, memahami konsep mutu, TQM
dalam konteks Pendidikan
Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian Total Quality
Management, pertama Perbaikan secara terus menerus, kedua menentukan standar mutu,
ketiga perubahan kultur, keempat perubahan organisasi, kelima mempertahankan hubungan
dengan pelanggan.
Untuk keberhasilan penerapan Manajemen Mutu Terpadu memang tidak mudah,
diperlukan komitmen dan kerjasama yang baik antara departemen terkait, antara departemen
pusat dengan departemen pendidikan di daerah serta institusi pendidikan setempat sebagai
pihak yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya
kejelasan secara sistemik dalam memberikan kewenangan antar institusi terkait.

Jika manajemen ini diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala
dinamika dan fleksibilitasnya, maka akan menjadi perubahan yang efektif bagi
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan nasional.

Di era kontenporar dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model pengelolaan
pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini mengndaikan adanya pihak pengelola
institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajeman industri.
Secara fiosofi konsep ini menekankan konsisten terhadap perbaikan yang
berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Strategi yang
dikembangkan dalam pengguanaan manajemen mutu dalam pendidikan adalah institusi
pendidikan mempromosikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi
industri jasa. Yakni industri yang memberian pelayanan service jasa atau pelayanan yang
didinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan
kepuasan kepada mereka. Pelanggan dibedakan menjadi dua pelanggan dalam (internal
customer) pelanggna luar (eksternal Customer) dalam dunia pendidikan yang termasuk
pelanggan dalam adalah pengelola institusi pendidikan itu sendiri, misalnya: kepala sekolah,
guru, staff, dan lembaga yang didalamnya. sedangkan yang termasuk pelanggan luar
masyarakat, pemerintah dan dunia industri.
Dalam operasi total quality manajeman di dunia pendidikan ada bebrapa hal pokok
yang perlu diperhatikan pertama: Perbaikan secara terus-menerus ( continous improvement),

kedua : Menentukan standar mutu ( quality anssurance ), ketiga: Perubahan cultural (( change
of culture ): keempat: Perubahan organisasi ( upside down organization ), kelima:
Mempertaankan hubungan dengan pelanggan ( keeping close to the cutomer ). untuk
keberhasilan penerapan manjeman terpadu memenag tidak mudah diperlukan komitmen dan
kerjasama antar departemen yang ada. Oleh karena itu perlu kejelasan sistematis pemberian
wewenang antar institusi yang ada.

TANGGAPAN :

Pertanyaan mendasar yang harus dikemukakan diawal ketika kita mencoba untuk
memahami tentang mutu adalah pertama ‘Apa produknya?’ dan yang kedua ‘Siapa customernya?’. Pertanyaan ini hendaknya juga dipikirkan diawal ketika kita berbicara tentang mutu
dalam pendidikan.
Terdapat perbedaan pandangan tentang produk dari pendidikan. Siswa sering kali
dipandang sebagai produk/output dari pendidikan, terutama jika kita bicara tentang kinerja
institusi pendidikan. Pernyataan bahwa pendidikan ‘menyediakan lulusan’ telah membuat
pendidikan seperti suatu proses produksi dengan siswa muncul sebagai hasil akhir dari proses
tersebut. Jika selanjutnya kita bicara mutu dari pendidikan dengan memandang pendidikan
sebagai sebuah proses produksi, hal pertama agar ada jaminan mutu (quality assurance)
adalah perlunya menentukan spesifikasi dan juga mengontrol sumberdaya/input untuk proses
produksi tersebut.

Kedua, ‘bahan mentah’ yang masuk kedalam institusi pendidikan agar proses
pendidikan memiliki jaminan mutu harus melalui sebuah proses standar dan output harus
memenuhi spesifikasi yang didefinisikan sebelumnya. Model seperti itu tidak mudah dicapai
dalam dunia pendidikan. Model seperti itu jelas mensyaratkan sebuah proses seleksi awal
para siswa yang akan diterima. Beberapa institusi pendidikan dapat melakukan hal ini, namun
untuk sebagian besar sekolah tidak mungkin melakukan hal ini (Ia berbicara tentang sekolah
di Inggris, apalagi di Indonesia). Dari hal ini kita tahu bahwa meskipun telah dibuat
kurikulum dan standar proses pendidikan oleh pemerintah (di Indonesia ada standar Isi, SKL,
standar proses, dsb), namun hasil akhirnya tetap sesuatu yang tidak dapat dibuat
seragam. Adalah sesuatu yang mustahil untuk memproduksi siswa dengan jaminan standar
tertentu yang seragam.
Ide bahwa siswa sebagai produk pendidikan mengabaikan kompleksitas dari proses
pembelajaran dan keunikan dari tiap-tiap individu pembelajar. Sehingga apa sebenarnya
produk pendidikan? Sebelum menjawab pertanyaan ini maka akan lebih baik jika
memandang pendidikan sebagai sebuah jasa daripada sebuah proses produksi. Perbedaan
andata produk dan jasa sangat penting karena terdapat perbedaan mendasar antara keduanya
yang berhubungan erat dengan bagaimana mengukur kualitasnya.
Adapun prinsip dari MMT dalam buku tersebut yaitu selama ini sekolah dianggap
sebagai suatu unit produksi, dimana siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai


hasil produksi. Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan
pembelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah 1)
pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan
eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah
dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai, penerima lulusan baik di perguruan tinggi
maupun di dunia usaha)
Dalam peningkatan mutu pendidikan sebagai penerapan MPM, terkandung upaya a)
mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b)
melibatkan proses diagnosa dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnosa, c)
memerlukan partisipasi semua pihak; Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang
tua dan pakar.
Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat
teknik ; school riview, benchmarking, quality assurance, dan quality control.
School review merupakan suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja
sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan
menilai efektifitas sekolah, serta mutu lulusan. School review akan menghasilkan rumusan
tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomondasi
untuk pengembangan program tahun mendatang.
Benchmarking merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang

akan dicapai suatu periode tertentu, harus mampu menjawab. Seberapa baik kondisi kita ?,
harus menjadi seberapa baik ?, dan bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut ?
Quality assurance merupakan suatu teknik untuk menentukan bahwa proses
pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat
dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada
monitring yang berkesinambungan. Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang
merupakan umpan balik bagi sekolah dan memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa
sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
Quality control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan
kualitas output yang tidak sesuai dengan standar quality control memerlukan indikator
kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.

Dalam aplikasinya, istilah mutu terpadu terhadap disebut pula Total Quality Education
(TQE). Dalam konteks aplikasi konsep manajemen mutu terpadu pendidikan ditegaskan
bahwa :
”Total Quality Management is a philosophy improvement, which can provide any
educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding present and
future customers need, wants and expectation”.
Definisi tersebut menjelaskan manajemen mutu terpadu menekankan pada dua konsep
utama. Pertama, sebagai suatu filosofi dari perbaikan terus menerus (continous improvement)

dan kedua, berhubungan dengan alat-alat dan teknik seperti ”brainstorming” dan ”force field
analysis” (analisis kekuatan tindakan manajemen untuk mencapai kebutuhan dan harapan
pelanggan).
Berarti manajemen mutu dalam pendidikan dapat saja disebutkan ”mengutamakan
pelajar” atau ”program perbaikan sekolah” yang mungkin dilakukan secara lebih kreatif dan
konstruktif. Penekanan yang paling penting bahwa mutu terpadu dalam programnya dapat
mengubah kultur sekolah. Para pelajar dan orang tuanya menjadi tertarik terhadap perubahan
yang ditimbulkan manajemen mutu terpadu melalui berbagai program perbaikan mutu.
Aplikasi TQM dalam satuan pendidikan dapat pula disebut Total Quality School (TQS)
sebagaimana Arcaro (1995) yang dikutip Jalal dan Supriyadi (2001) dengan lima pilar, yaitu :
(1) fokus kepada pelanggan baik internal maupun eksternal, (2) adanya keterlibatan total, (3)
adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah (4) adanya komitmen dan (5) adanya perbaikan
yang berkelanjutan.
SARAN

:

Penulis berpendapat bahwa manajemen mutu pendidikan merupakan aplikasi konsep
manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa
kemanusiaan (pembinaan potensi pelajar) melalui pengembangan pembelajaran berkualitas,

agar melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat dan pelanggan
pendidikan lainnya