Simpulan ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN ANNE FRANK DALAM ANNE FRANK TAGEBUCH (KAJIAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ERICK H. ERIKSON).

102

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tokoh utama Anne Frank dalam roman Anne Frank Tagebuch karya Anne Frank menurut kajian psikologi perkembangan Erick. H Erikson dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Anne adalah anak perempuan berusia 13 tahun. Ia berada pada tahap masa kanak-kanak akhir dan masa remaja awal. Ia berasal dari keluarga berkecukupan. Anne tidak menyelesaikan sekolah. Anne senang membaca dan menulis. Anne juga suka bermain steno. Anne senang belajar dan menyimak siaran berita. Ia merupakan sosok penyendiri dan berpikir dewasa. Anne tertarik dengan buku dan benda-benda yang bersifat feminin. Ia juga tertarik dengan dunia tulis menulis. Anne adalah sosok yang kreatif. Anne takut pada kesendirian dan perang. Dari delapan tahap perkembangan manusia menurut teori Erickson, Anne Frank dikategorikan ke dalam dua tahapan, yaitu tahap ke-4 usia sekolah dan tahap ke-5 adolesen. Tahap ke-4 yaitu usia sekolah, meliputi virtue kompetensi, ritualisasi-ritualisme dan krisis psikososial. Pada tahapan virtue kompetensi ini anak yang berkembang normal akan tekun belajar membaca dan menulis, atau belajar keterampilan lainnya. Demikian juga yang ditunjukkan pada Anne. Ia mengalami tahapan virtue kompetensi dengan baik. Pada tahap ini juga, anak membutuhkan perintah dan metoda, tetapi yang lebih penting adalah pemanfaatan kecerdasan dan energi fisik yang melimpah untuk melaksanakan kegiatan sekolah. Hal tersebut dijalani Anne dengan baik. Sementara itu, tahap 103 ritualisasi-ritualisme formal versus formalisme, yang terjadi adalah interaksi yang mementingkan metoda atau cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang sempurna. Anak akan belajar mengerjakan sesuatu dengan metoda yang standar. Akan tetapi, Anne tidak menjalaninnya dengan baik. Ia merasa tidak memiliki teman dan tertutup. Hal ini dikarenakan Anne tidak bisa melakukan hal-hal yang berdasar pada aturan, metode atau sistem. Pada tahap psikososial, Anne mengalami krisis psikososial. Namun krisis psikososial yang dialami Anne tidak membuat sosok Anne Frank mengalami gangguan dalam perkembangan psikologisnya. Krisis psikososial tersebut memberikan keseimbangan dalam proses perkembangan psikologinya. Hal tersebut yang membuat sosok Anne Frank menjadi dewasa dan berpikiran maju. Pada tahap ke-5 Anne memasuki masa adolesen, yang meliputi identitas positif, kekacauan identitas dan virtue kesetiaan. Pada tahap ini Anne mengalami identitas positif sekaligus kekacauan identitas. Identitas positif yang dilalui Anne yaitu keputusan akan menjadi apa di kemudian hari, yaitu ingin menjadi seorang penulis dan menerbitkan buku. Sementara itu, kekacauan identitas yang dilalui Anne yaitu, dia tidak mampu membina persahabatan dan tertutup. Kekacauan identitas yang dimiliki Anne membuat ia mampu bersikap bijak, bisa mengambil keputusan dan memilih apa yang diinginkannya, bahkan berani memulai cita-cita yang ia impikan. Hal tersebut membuat sosok tokoh utama Anne Frank menjadi dewasa dibandingkan anak-anak seusianya. Hal tersebut juga meembuat Anne menjalani bagian virtue dengan baik. Virtue atau kesetiaan merupakan kekuatan dasar yang muncul dari kekacauan identitas. Hal 104 ini disebabkan ada keseimbangan antara identitas positif dan kekacauan identitas yang lebih positif ke identitas. Oleh karena itu, Anne berpikiran maju, tenang, dewasa serta memiliki pandangan meskipun berada dalam persembunyian. Tahap adolesen juga dikenal dengan tahap pubertas. Perkembangan psikoseksual pubertas, adalah tahap kematangan seksual. Pada tahap ini, Anne mulai memikirkan penampilan, artinya Anne menjalani tahap pubertas dengan baik.

B. Implikasi