PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK KANDANG SERTA URINE KELINCI PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

(1)

THE EFFECTS OF GIVNG SOME MANURES MEDIA AS WELL AS RABBIT’S URINE TO THE GROWTH AND PRODUCTION OF MELON

PLANTS (Cucumis melo L.) cv. ‘Sky Rocket’

By

Anggi Setyawan

Melon fruit (Cucumis melo L.) is a plant which has a high commercial value in Indonesia. The production of melon is determined by a good cultivation method it is with fertilization. this research aims (1) to know the effect of giving chicken manure, goat manure, rabbit manure or cow manure to the growth and

production of melon plant . (2) to know the effect of rabbit’s urine concentration

to the growth and production of melon plant (3) to know the effect of each

manure at every rabbit’s urine concentration level to the growth and production of melon plant

This research is conducted from November 2011 till January 2012 at Palapa VI street, Bandar Lampung. This research uses (1) factorial treatment design (4 x 4) . the first factor is 4 kinds of chicken manure , goat-manure,

rabbit-manure, cow manure. the second factor is 4 levels of rabbit’s urine concentration,

they are 0 ml/l, 5 ml/l, 10 ml/l, 15 ml/l. The design of experiment uses completely random group design (RKTS) with repetition 3 times. Data analysis is continued with polynomial hexagonal at level of 5%. The results of research show that (1)

Rabbit’s manure is better than cow’s manure in resulting fruit’s diameter and weight. (2) at rabbit’s urine concentration level 6,1 ml/l resulted in maximal

0

brix up 15.8 % (3) at goat manure media, the giving of rabbit’s urine

concentration 10,4 ml/l gave the effect to fruit’s maximum weight 95,5 gram and at rabbit’s manure media, the giving of rabbit’s urine concentration 10,84 ml/l gave the effect to fruit’s maximum diameter 12,4 cm


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK KANDANG SERTA URINE KELINCI PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

Oleh Anggi Setyawan

Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Produksi melon salah satunya ditentukan oleh teknik budidaya yang baik yaitu pemupukan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang ayam, kambing, kelinci, atau sapi pada pertumbuhandan produksi tanaman melon. (2) Mengetahui pengaruh konsentrasi urine kelinci pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon. (3) Mengetahui pengaruh masing-masing pupuk kandang pada tiap konsentrasi urine kelinci pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan. (1) Rancangan Perlakuan Faktorial (4 x 4 ). Faktor pertama adalah pupuk kandang ayam, kambing, kelinci, sapi. Faktor kedua adalah 4 taraf konsentrasi urine kelinci yaitu, 0 ml/l, 5 ml/l, 10 ml/l, 15 ml/l. Rancangan percobaan menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan 3 kali ulangan. Analisis data diuji dengan polinomial ortogonal pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pupuk kandang kelinci lebih baik daripada pupuk kandang sapi dalam menghasilkan bobot buah dan diameter buah. (2) Pada konsentrasi urine kelinci 6,1 ml/liter menghasilkan total padatan terlarut sampai maksimal 15,8%. (3) Pada media pupuk kandang

kambing pemberian urine kelinci konsentrasi 10,4 ml/liter memberikan pengaruh pada bobot buah maksimal 956,5 gram dan pada media pupuk kandang kelinci pemberian urine kelinci konsentrasi 10,8 ml/liter memberikan pengaruh pada diameter buah maksimal 12,4 cm.


(3)

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK KANDANG SERTA URINE KELINCI PADA PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI TANAMAN MELON(Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

(Skripsi)

Anggi setyawan

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi urine kelinci dan tinggi tanaman melon pada empat macam pupuk kandang

sebagai media tanam. ………...……….. 29 2. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi urine kelinci

dan jumlah daun melon pada empat macam pupuk kandang

sebagai media tanam. ………...……… 30 3. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi urine kelinci

dan bobot buah melon pada empat macam pupuk kandang

sebagai media tanam. ….………...……….... 32 4. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi urine kelinci

dan diameter buah melon pada empat macam pupuk kandang

sebagai media tanam. ………...……….... 33 5. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi urine kelinci

dan total padatan terlarut melon pada empat macam pupuk kandang

sebagai media tanam. ………...……….... 35


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

1. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Tujuan Penelitian... 3

1.3 Landasan Teori... 4

1.4 Kerangka Pemikiran... 8

1.5 Hipotesis... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1 Botani Tanaman Melon dan Sayur Tumbuh... 12

2.2 Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Serta Urine Kelinci Pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon... 15

III. BAHAN DAN METODE... 19

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 19

3.2 Alat dan Bahan... 19

3.3 Metode Penelitian... 19

3.4 Prosedur Percobaan... 20

3.4.1 Persemaian dan pembibitan... 20

3.4.2 Pembuatan pupuk mikroorganisme local (MOL)... 21

3.4.3 Persiapan media tanah... 21


(7)

3.4.5 Pemeliharaan tanaman... 22

3.4.6 Pemupukan... 23

3.4.7 Pengendalian hama penyakit... 24

3.4.8 Panen... 25

3.5 VARIABEL PENGAMATAN... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

4.1 Hasil Penelitian... 27

4.1.1 Tinggi tanaman... 28

4.1.2 Jumlah daun... 30

4.1.3 Bobot buah…... 31

4.1.4 Diameter buah... 33

4.1.5 Total padatan terlarut... 34

4.2 Pembahasan... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 41

5.1 Kesimpulan... 41

5.2 Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA... 42

LAMPIRAN... 45


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari. 1995. Aspek Budidya Horikultura. Universitas Indonesia. Jakarta. 485 hlm.

BBPP. 2006. Pupuk Hayati dan Pupuk Organik.

http//balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 27 Agustus 2011. Brahmantiyo et. al., 2005. Manfaat Pupuk Organik Cair.

http//: www.fiyahrose88.blogspot.com. Diakses tanggal 25 Juli 2011. Dwidjoseptro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.

232 hlm.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2008. Konsumsi Melon

Perkapita. http//: www.direktoratjenderalbinaproduksihortikultura.com. Diakses tanggal 8 maret 2012.

Endah, J. 2005. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Tabulampot Rajin Berbuah. Agromedia Pustaka. Jakarta. 92 hlm.

Faqih, M. 2009. Ternak Uang Bersama Kelinci. Agromedia Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

Foth, H. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Gadjah Mada.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M Lubis, S.G Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H 1986. Dasar-Dasar Ilmu tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 494 hlm.

Hamdani. 2008. Manfaat pupuk organik cair.

http//: www.fiyahrose88.blogspot.com. Diakses tanggal 25 Juli 2011. Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

191 hlm.

Hochmut, G.J. 1994. Plant petiole sap-testing for vegetable Crops. Univ. Fla. Coop. Ext.Cir. 1144. http// edis.ifas.ulf.edu / CV004. 23 Januari 2012


(9)

Kuntz L. 1998. Keuntungan Pupuk Kandang Kelinci.

http//: www.fiyahrose88.blogspot.com. Diakses tanggal 25 juli 2011 Lingga, P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

90 hlm.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Penebar swadaya. Jakarta. 130 hlm.

Prajnata, F. 1997. Pemeliharaan Melon Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Reiyasa, et. al., 2004. Potensi Urine Kelinci Sebagai Pupuk Cair.

http//: www.fiyahrose88.blogspot.com. Diakses tanggal 25 juli 2011. Tani Mandiri W. 2010. Pupuk Organik Cair.

http//: www.warungtanimandiri.com. Diakses tanggal 19 Mei 2012 V.E. Rubatzky dan Yamaguchi, M. 1999. Sayuran Dunia 3. Bandung. ITB.

320 hlm.

Samadi. 1996. Bercocok Tanam Melon. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 100 hlm. Santoso. 2002. Bahan Organik Dari Pupuk Kandang.

http//: www.jurnalbahanorganik.com Diakses tanggal 25 juli 2011 Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV Simplex. Jakarta. 122 hlm. Setiadi dan Parimin, 2000. Bertanam Melon (Edisi Revisi). Penebar Swadaya.

Depok. 96 hlm.

Sobir dan Siregar. 2010. Budidaya Melon Unggul. Jakarta. Penebar Swadaya. 115 hlm.

Tjahjadi. 1987. Usahatani Melon. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 47 hlm. . 2003. Budidaya Melon. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 112 hlm. UPPPI. 2011. Manfat Urine Kelinci Pada Tanaman Pangan.

http//: www.unitpenelitiandanpengembanganprestasiindonesia.com Diakses tanggal 27 januari 2011

Widowati L.R. 2005. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.

http//: balittanah.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 27 januari 2011 Wiwik, H. 2005. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.


(10)

Wahyu, A. dan Prajnata. 2000. Pemeliharaan Melon Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta. 163 hlm.

Wahyono Sri, S.Si., M.Si.,Sahwan Firman L, M.Si.,Suryanto Feddy. 2011. Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah. Penerbit AgroMedia Pustaka. Jakarta. Hlm 4-7.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Melon dan Syarat Tumbuh

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim dari Famili Cucurbitaceae yang dapat tumbuh menjalar di atas permukaan tanah atau dirambatkan pada turus bambu. Tanaman melon apabila dibiarkan tumbuh menjalar akan membentuk banyak tunas lateral yang keluar dari ketiak daun pada batang utama. Dari tunas lateral akan muncul bunga betina yang berkembang menjadi buah apabila diserbuki oleh bunga jantan. Buah melon umumnya berbentuk bulat sempurna yang memiliki jala atau net pada permukaan kulit luarnya, tetapi ada juga beberapa varietas tanaman melon yang tidak memiliki net pada permukaan kulit luarnya (Ashari, 1995).

Tanaman melon mempunyai sistem perakaran yang dangkal dan luas, batang bersudut dan sulur tunggal. Daun melon berbentuk agak buat yang lebarnya 8-12 cm. Daun bersudut dan memiliki 5-7 lekuk dangkal. Bunga jantan terbentuk dalam kelompok terdiri dari 3-5 bunga pada tangkai bunga ramping sedangkan bunga betina atau hermaprodit tumbuh pada ketiak daun yang berbeda (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Menurut Samadi (1996), rambut-rambut akar dan cabang-cabangnya tumbuh pada bagian yang dekat dengan permukaan tanah, menjalar ke segala arah sampai


(12)

kedalaman 15-30 cm. Ujung akar tanaman pada akar utama mampu menembus sampai kedalaman 45-90 cm.

Bunga melon berbentuk lonceng berwarna kuning, berkelopak daun lima buah, dan kebanyakan uniseksual monoeseus, sehingga dalam proses penyerbukan perlu bantuan dari luar. Bunga jantan terdapat pada pangkal daun, kecuali ketiak daun yang ditempati oleh bunga betina. Bunga jantan memiliki tangkai bunga bulat tipis dan panjang, bunga akan gugur dalam waktu dua hari setelah mekar.

Bunga betina umumnya muncul pada tunas lateral, terbentuk tunggal, bertangkai bunga pendek agak bulat dan tebal. Bakal buah terdapat di bawah mahkota bunga. Tanaman melon dapat dipetik buahnya pada umur 60-80 hari setelah pindah tanam, tergantung dari varietas, jenis tanah, dan ketinggian tempat tumbuh tanaman (Tjahjadi, 1987).

Buah melon yang dihasilkan sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran, rasa, aroma, warna buah, dan tekstur permukan kulit luarnya. Buah melon sangat beragam, tergantung dari kultivarnya, baik ukuran, bentuk buah, rasa, aroma, dan

permukaan kulit buah. Daging buah melon pun memiliki warna yang bermacam-macam, tergantung dari varietasnya. Ada yang memiliki warna daging buah hijau muda, putih susu, kuning muda, jingga, dan lain sebagainya. Daging buah yanag paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah yang berwarna hijau muda, yakni untuk kultivar Sky Rocket (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Buah melon kultivar Sky Rocket memiliki bentuk buah bulat dengan kulit berwarna hijau kekuningan, berjaring. Daging buah pada melon kultivar Sky Rocket berwarna hijau muda, tebal, serat halus, dan rasanya manis dengan kadar


(13)

0

brix 14-15 % dengan bobot berkisar 1,5-2 kg. Melon Sky Rocket memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit tepung dan tepung palsu, tanaman melon dengan kultivar ini cocok ditanam pada musim kemarau dan musim hujan dengan umur panen berkisar 45-50 hari setelah panen. Pada jenis buah melon berjaring, volume pemberian air harus dikurangi selama periode pembentukan jala, karena dapat terbentuk scara jelas dan sempurna. Jika pemberian berlebih maka jala tampak putus-putus sehingga menurunkan kualitas buahnya. Pada priode akhir pertumbuhan tanaman, terutama menjelang pemasakan buah, pemberian air dikurangi lagi agar rasa buah menjadi manis dan tidak mudah pecah. Pada saat menjelang pemasakan buah, kadar gula pada buah melon akan meningkat drastis (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Kandungan gizi tiap 100 gram melon dari bagian yang dapat dimakan terdiri dari dari 23 kalori; 0,6 g protein; 17 mg kalsium; 2,4 IU vitamin A; 30 mg vitamin c; 0,045 mg thiamin; 0,065 mg riboflavin; 1,0 mg niacin; 0,6 g karbohidrat; 0,4 mg besi; 0,5 mg nicotinamida; 93,0 ml air; dan 0,4 g serat (Tjhjadi,1987).

Keasaman tanah yang baik untuk tanaman melon berkisar pada pH 6,0 - 6,8. Tanah yang tingkat keasamannya rendah akan menyebabkan tanaman melon tumbuh tidak normal karena kekurangan beberapa unsur hara yang diperlukan oleh tanaman ketersediaan air yang cukup dan diimbangi drainase yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhanny berkisar 10 – 12 jam per hari. Intensitas penyinaran yang lama menjadi syarat


(14)

utama untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang baik karena melon termasuk kelompok tanaman C-3, yaitu tanaman yang dalam proses fotosintesisnya menghasilkan senyawa karbon beratom 3 sebagai produk utamanya (Harjadi, 1996).

Melon akan tumbuh dan berproduksi baik pada rentang wilayah ketinggian 300-1.000 m di atas permukaan laut (dpl) dan untuk mendapatkan pertumbuan optimal, melon membutuhkan suhu yang sejuk dan kering. Suhu yang tepat bagi pertumbuhan melon berkisar 25-300C, melon tidak dapat tumbuh jika suhu kurang dari 180C. Tanaman melon lebih senang di daerah terbuka, tetapi sinar matahari tidak terlalu terik, kelembaban udara yang disukai melon berkisar antara 70-80%.

2.2 Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Serta Urine kelinci Pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon.

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah tetapi kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi. Sedangkan Pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki kandungan persentase yang tinggi. Contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP, dan Gandasil (Novizan, 2007).

Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia dan unggas. Pupuk organik


(15)

dari pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Di samping mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pupuk kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat sedangkan nitrogen dan kalium berasal dari kotoran cair (Santoso, 2002).

Tanaman melon selain memerlukan tanah liat berpasir juga memerlukan banyak bahan organik. Tanah seperti itu jarang ditemukan sehingga untuk menanam melon harus ditambahkan sejumlah pupuk organik seperti kotoran ternak agar memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis dalam tanah sehingga membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon

Tabel 1. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang.

NO Pupuk Kandang Nitrogen Fosfor Kalium

1 Ayam 0,40 0,10 0,45

2 Kambing 1,44 0,50 1,21

3 Kelinci 2,72 1,1 0,5

4 Sapi 0,40 0,20 0,10

Sumber: ( Faqih, 2009).

Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia biologis tanah serta lingkungan (BPPP, 2006).

Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang dari ktoran ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada pertumbuhan vegetatif seperti mentimun, melon, tomat, semangka. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam


(16)

relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya. Di antara jenis pupuk kandang, pupuk kandang sapi yang memiliki kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pupuk kandang sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk

memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi harusdilakukan pengomposan agar menjadi kompos pupuk kandang sapi dengan rasio C/N di bawah 20. Selain masalah rasio C/N, pemanfaatan pupuk kandang sapi secara langsung juga berkaitan dengan kadar air yang tinggi ( Hartatik, 2005).

Tekstur kotoran kambing dan kelinci berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses lamanya waktu dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang kambing umumnya masih di atas 30. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N <20, sehingga pupuk kandang kambing dan kelinci akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Kalaupun akan digunakan secara langsung, pupuk kandang ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua pertanaman. Kadar air pupuk kandang kambing dan kelinci relatif lebih rendah daripada pupuk kandang dari kotoran sapi dan sedikit lebih tinggi daripada ayam. Kadar hara pupuk kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi daripada lainnya ( Kurniawan, 2010).


(17)

Pemberian pupuk organik cair berperan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman. Pengaruh pupuk organik baik dalam bentuk cair maupun padat selain mampu meningkatkan populasi organisme tanah menguntungkan yang berperan dalam menjaga kesehatan tanah, juga dapat menekan berbagai penyakit dan meningkatkan kesehatan tanaman (Hamdani, 2008).

Urin kelinci berpotensi sebagai pupuk organik yang baik. Urine kelinci mempunyai kandungan unsur makro dan mikro yang baik bagi tanaman; pemanfaatan pupuk cair seperti urine kelinci dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk kimiawi N, P, K (Reiyasa, 2004).

Sebelum di aplikasikan, urine kelinci difermentasi terlebih dahulu untuk meningkatkan unsur-unsur yang terkandung dalam urine. Fermentasi ini akan menghasilkan zat-zat yang bermanfaat seperti asam amino, asam nukleat, serta zat-zat bioaktif, dan gula yang semuanya dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.


(18)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu bambu, sprayer, gembor, jirigen, palu, gergaji, gunting, pisau, cangkul, tali nilon, paku, kawat galvanis, meteran, refraktometer. Bahan yang digunakan benih melon kultivar Sky Rocket, pupuk NPK mutiara, pupuk KNO3, pupuk kandang (ayam, kambing, kelinci, sapi), pestisida nabati, furadan, polibag volume 10 kg, polibag kecil, sekam mentah, dan tanah.

3.3 Metode penelitian

Untuk mendapatkan bukti empiris dan untuk menguji hipotesis disusun rancangan perlakuan dan rancangan percobaan sebagai berikut :

1. Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (4 x 4 ). Faktor pertama adalah jenis bahan organik, yaitu pupuk kandang ayam (P1), pupuk


(19)

kandang kambing (P2), pupuk kandang kelinci (P3), pupuk kandang sapi (P4). Faktor kedua adalah konsentrasi urine kelinci dengan 4 taraf konsentrasi yaitu, 0 ml/l (U0), 5 ml/l (U5), 10 ml/l (U10), 15 ml/l (U15). 2. Rancangan percobaan menggunakan rancangan kelompok teracak

sempurna (RKTS) dengan 3 kali ulangan. Kelompok berdasarkan arah sinar matahari yaitu dari arah timur ke barat.

Seluruh data yang diperoleh dianalisis ragam. Untuk memenuhi asumsi analisis ragam, homogenitas ragam diuji dengan uji Bartllet dan aditivitas diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal pada taraf 5%.

3.4 Prosedur percobaan

3.4.1 Persemaian dan pembibitan

Benih melon sebelum ditanam dalam media semai terlebih dahulu direndam dalam larutan Plant Catalyst 2 gram/liter air. Kemudian benih ditiriskan dan ditebarkan di atas kain lembab bersuhu kurang lebih 25 0 C selama 2 hari. Benih yang berkecambah dipindahkan ke polibag kapasitas 10 gram berisi media semai berupa campuran tanah + jenis pupuk kandang sesuai perlakuan dengan

perbandingan volume (1 : 1).

Bibit melon yang berumur 2 hari kemudian diletakkan pada rumah persemaian berbentuk bangunan rumah sederhana atau bentuk sungkup setengah lingkaran memanjang berukuran 2 x 1 x 0.5 meter yang ditutupi plastik transparan. Rumah persemaian berfungsi untuk menghindari sinar matahari langsung dan hempasan air hujan. Untuk menjaga kelembaban dilakukan penyiraman 2 kali sehari dengan


(20)

menggunakan hand sprayer. Setelah bibit berumur 14 hari yaitu dicirikan oleh tanaman yang sudah memiliki 2 daun utama, lalu bibit dipindahkan ke media tanam polibag berukuran 10 kg.

3.4.2 Pembuatan pupuk mikroorganisme lokal (MOL) dan organik cair

Pembuatan mikroorganisme local (MOL) yaitu mencampur EM4 sebanyak setengah liter dan gula pekat (larutan gula pasir) sebanyak 250 gram dalam 20 liter air. Kemudian dimasukan ke dalam ember lalu ditutup rapat dan dibiarkan selama 1 minggu. Pembuatan pupuk organik cair yaitu mencampur urine kelinci sebanyak 10 liter dengan larutan starter EM4 sebanyak 50 ml. Larutan diaduk sampai rata dan didiamkan di dalam ember plastik bertutup selama 1 minggu.

3.4.3 Persiapan media tanah

Media tanam dibuat dari campuran tanah + jenis pupuk kandang + sekam dengan perbandingan 3 : 2 : 1, yang diaduk merata dan dimasukkan ke dalam polibag berukuran 10 kg. Setiap polibag diberi MOL 1 liter, satu minggu sebelum tanam dan 2 gram Furadan diberikan satu hari sebelum tanam. Aplikasi Furadan

bertujuan untuk membunuh nematisida yang berada dalam media tanam.

3.4.4 Penanaman

Bibit tanaman melon siap dipindahkan ke polibag setelah berumur 14 hari atau tanaman telah memiliki 2 daun utama serta dalam keadaan sehat dan vigor. Sebelum bibit dipindah, media tanam disiram terlebih dahulu lalu dilubangi


(21)

dengan kedalaman 7-9 cm dan diameter 10 cm, kira-kira cukup untuk menempatkan bibit bersama medianya barulah ditanam.

3.4.5 Pemeliharan tanaman

Penyiraman media dilakukan dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan hingga kapasitas lapang atau ditandai dengan keluarnya air dari dasar polibag.

Pengajiran dilakukan ketika tanaman setinggi 20-25 cm, menggunakan benang nilon yang dikaitkan pada kawat galvanis yang dipancangkan pada tiang kayu di kedua sisi areal penelitian. Jarak antarbenang pada setiap barisan 60 cm dan dibiarkan terurai sehingga tanaman melon dapat dirambatkan ke benang tersebut. Ujung tanaman atau ujung titik tumbuh akan memutar secara alami pada batang utama ke benang searah dengan jarum jam.

Pemangkasan tunas muda di ketiak daun atau cabang lateral berfungsi agar fotosintat tidak terbagi dan dapat dimanfaatkan oleh buah secara maksimal. Pemangkasan sulur dilakukan pada saat sulur mulai muncul, hal ini dilakukan karna sulur sudah tergantikan oleh tali sebagai bahan lilitan. Pemangkasan daun dilakukan pada daun yang terserang penyakit dan daun yang berada dekat tanah atau pangkal batang. Pemangkasan daun dilakukan saat buah terbentuk dan 10 hari sebelum panen.

Penyerbukan dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit atau pukul 07.00 hingga pukul 10.00 WIB pada saat bunga mekar penuh (blooming). Penyerbukan bunga dalam keadaan reseptif dapat terjadi oleh serangga atau bantuan manusia.


(22)

Langkah-langkah penyerbukan dengan bantuan manusia yaitu memilih bunga jantan yang sudah mekar penuh dan serbuk sari mudah rontok. Bunga betina yang sudah mekar penuh, kemudian diserbuki bunga jantan atau bagian serbuk sari pada bagian kepala putiknya. Setelah 3 hari, apabila mahkota bunga layu tetapi bakal buah membesar berarti penyerbukan berhasil.

Seleksi buah dilakukan saat buah berukuran sebesar telur ayam atau 14 hari setelah pembuahan. Buah dipilih hanya satu, yakni yang sehat dan bulat

sempurna (tidak gepeng). Kegiatan seleksi ini diikuti dengan pengikatan buah ke gelagar menggunakan tali rafia. Pemangkasan daun pada ujung batang utama, dipangkas pada ruas ke-26. Topping bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan vegetatif pada tanaman melon. Kegiatan ini dilakukan pada siang hari agar luka pada saat melakukan topping mudah mengering.

3.4.6. Pemupukan

Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk kandang kelinci, pupuk kandang sapi, diberikan pada saat pencampuran media tanam. Urine kelinci diberikan pada tanaman sesuai dengan perlakuan yaitu, 4 taraf konsentrasi 0 ml/l, 5ml/l, 10ml/l, dan 15ml/l dari hasil fermentasi diberikan pada satu minggu setelah pindah tanam. Pupuk NPK, KNO3 diberikan sebagai pupuk susulan dengan dosis yan ditampilkan pada Tabel 2 :


(23)

Tabel 2. Pemberian pupuk susulan pada tanaman melon.

Hari Jenis pupuk Konsentrasi

7 Hari Setelah Tanam NPK 16 : 16 : 16 5 gram / liter air *

14 Hari Setelah Tanam NPK 16 : 16 : 16 10 gram / liter air*

21 Hari Setelah Tanam NPK 16 : 16 : 16 20 gram / liter air*

KNO3 1 gram / liter air*

28 Hari Setelah Tanam NPK 16 : 16 : 16 20 gram / liter air*

KNO3 1 gram / liter air*

35 Hari Setelah Tanam NPK 16 : 16 : 16 20 gram / liter air*

KNO3 2 gram / liter air*

42 Hari Setelah Tanam NPK 16 : 16 : 16 20 gram / liter air*

KNO3 2 gram / liter air*

49 Hari Setelah Tanam NPK 16 : 16 : 16 20 gram / liter air*

KNO3 2 gram / liter air*

Keterangan : * = diberikan sebanyak 200 ml/ tanaman Sumber : (Sobir dan Siregar, 2010).

3.4.7 Pengendalian hama penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan seluruh bagian tanaman menggunakan pestisida nabati yang berbahan daun sirsak 20 lembar, daun mindi 15 gram, bawang putih 1 bonggol, air 1,5 liter. Cara

pembuatan pestisida nabati, semua bahan dihaluskan, kemudian dicampur dengan 1,5 liter air kemudian dimasukkan ke dalam botol lalu diendapkan selama 24 jam. Untuk mencegah serangan jamur digunakan fungisida Dithane konsentrasi 2 gram/liter air, diberikan tiap 6 hari sekali.

Furadan 3G digunakan untuk membasmi nematisida diberikan dengan cara ditabur sebanyak 3 gram/ media tanam.


(24)

3.4.8 Panen

Panen merupakan kegiatan akhir dari teknik budidaya. Tanaman melon dapat dipanen dari umur 80 hingga 90 hari setelah tanam. Pada umumnya panen pada waktu pagi hari, karena hasil fotosintesis berupa fotosintat masih berlangsung, jika panen dilakukan pada siang hari zat gula yang dibentuk belum maksimal sehingga rasa manisya berkurang. Waktu panen juga berhubungan dengan umur simpan. Jika melon dipanen pada siang hari maka suhu dalam buah melon akan tinggi dan proses pematangan buah cepat terjadi.

Ciri-ciri buah melon yang sudah masak dan dapat dikonsumsi yaitu daun pada tangkai buah mengering, warna kulit buah mulai berubah menjadi semburat kuning, tidak terjadi penambahan volume, terdapat retakan pada pangkal buah, buah sudah memproduksi volatile (aroma buah). Pemanenan buah melon hendaknya menggunakan gunting atau pisau. Pada saat memanen harus di ikutsertakan tangkai buah, agar umur simpan melon lebih lama.

3.5 Variabel Pengamatan

Berdasarkan kerangka pemikiraan yang telah dikemukakan, pengamatan dilakukakan terhadap peubah sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang dengan menggunakan meteran, setelah dilakukan topping pada ruas ke-26 dalam satuan sentimeter (cm).


(25)

2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung pada tanaman setelah dilakukan topping dengan cara menghitung dari pangkal batang hingga ruas ke- 26.

3. Bobot buah

Bobot buah diukur dengan cara menimbang buah pada timbangan dan pada saat buah matang fisiologis dalam satuan (gram).

4. Diameter

Diameter buah diukur dengan jangka sorong setelah buah dipotong membujur dalam satuan sentimeter (cm).

5. Total padatan terlarut

Kadar 0brix buah melon diukur dalam satuan persen dengan menggunakan refraktometer. Pengukuran dilakukan dengan cara menghancurkan daging buah melon, kemudian cairannya diletakkan pada alat tersebut dalam satuan persen (%).


(26)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai komersial tinggi di Indonesia. Hal ini karena buah melon memiliki kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi dan banyak diminati oleh masyarakat lokal maupun luar negeri. Seiring bertambahnya penduduk dan peningkatan

pendapatan, konsumsi melon diperkirakan meningkat. Produksi melon di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2000 sebanyak 27,081 ton dan tahun 2010 mencapai 85,161 ton. Berdasarkan perkiraan pada tahun 2005-2008 konsumsi buah melon akan meningkat mencapai 1,34 - 1,50 kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2008).

Peningkatan konsumsi dalam negeri dan nilai komersial yang dimiliki melon membuat petani berfikir untuk bertanam melon. Pasar melon sangat baik setelah tahun 1990, dapat dilihat dari kisaran pasar yang luas dan beragam, mulai dari pasar tradisonal hingga pasar modern (swalayan) sampai menjadi menu utama di restoran dan hotel.

Produksi melon yang maksimal salah satunya ditentukan oleh teknik budidaya yang baik yaitu pemupukan. Pemupukan yang baik harus dalam dosis/konsentrasi


(27)

yang tepat demikian juga waktu pemberiannya harus disesuaikan dengan jenis tanaman. Melon perlu mendapatkan unsur hara makro dan mikro yang cukup untuk membantu pertumuhan dan perkembangan.

Bahan organik yang berasal dari pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, pupuk kandang, dan pupuk sapi baik digunakan untuk pupuk dasar, karena berfungsi dalam memperbaiki struktur tanah, menaikan daya serap terhadap air, memperkaya organisme dalam tanah, meningkatkan bahan organik dalam tanah, dan meningkatkan kadar mineral dalam tanah (Setiadi dan Parimin, 2000). Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia dan unggas. Pupuk organik (pupuk kandang) mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya seperti unsur hara N, P. K. Ca, Mg dan S.

Urine kelinci berpotensi sebagai pupuk organik yang baik. Urine kelinci mempunyai kandungan unsur makro dan mikro yang baik bagi tanaman; pemanfaatan pupuk cair seperti urine kelinci dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk kimiawi N, P, K (Reiyasa, 2004). Tanaman padi yang diberikan urine kelinci ditambahkan bioaktivator yang berguna untuk mempercepat

pengomposan dan menghilangkan bau pada urine, urine dapat meningkatkan hasil padi dan tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Produk dari hasil tanaman padi ini dapat meningkat lebih dari 20 % dari biasanya meskipun penanaman sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia maupun pengobatan kimia. Di samping itu, kualitas beras lebih bersih, lebih putih, lebih empuk, dan bila dikonsumsi cenderung merasa lebih awet kenyang (Unit Penelitian dan pengembangan Prestasi Indonesia, 2011).


(28)

Penelitian ini ditujukan untuk menjawab beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh pertumbuhan dan produksi melon pada tiap media

tumbuh yang diberi pupuk kandang ayam, kambing, kelinci, dan sapi? 2. Apakah peningkatan konsentrasi urine menghasilkan perbedaan dalam

pertumbuhan dan produksi tanaman melon?

3. Apakah terdapat pengaruh yang berbeda dalam pertumbuhan dan produksi melon yang diberi berbagai pupuk kandang serta urine kelinci yang

ditingkatkan konsentrasinya?

1.2 Tujuan penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang ayam, kambing, kelinci, atau sapi pada pertumbuhandan produksi tanaman melon.

2. Mengetahui pengaruh konsentrasi urine kelinci pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon.

3. Mengetahui pengaruh masing-masing pupuk kandang pada tiap

konsentrasi urine kelinci pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon. 1.3 Landasan teori

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, landasan teori yang digunakan penulis sebagai berikut:

Melon merupakan tanaman yang dapat ditanam sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman melon beradaptasi dengan baik pada tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan oganik. Namun, melon masih


(29)

dapat tumbuh juga pada tanah pasir atau liat. Jenis tanah yang cukup mengandung bahan organikdan memiliki pH netral 6,0-6,8 dapat ditanami tanaman melon karena melon memiliki daya adaptasi yang luas sehingga dapat ditanam pada jenis tanah tersebut (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Ketersedian unsur hara di dalam tanah akan meningkatkan kegiatan hidup tanaman seperti aktivitas enzim, pembelahan sel, dan sistem perakaran menjadi berkembang. Dengan demikian memungkinkan terjadi peningkatan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Unsur hara yang diserap tanaman selanjutnya diubah menjadi senyawa organik digunakan untuk membangun pertumbuhan tanaman atau disimpan untuk produksi.

Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa mahkluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Manfaat utama yang dimiliki pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologis tanah ( Novizan, 2007).

Bahan organik memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Sifat fisik tanah yang baik mampu menjamin pertumbuhan akar tanaman melalui aerasi dan drainase yang baik. Penambahan bahan organik yang cukup dapat

memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur. Bahan organik juga dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan sehingga dapat mempermudah pengolahan tanah, selain itu bahan organik dapat meningkatkan tanah dalam menahan air (Novizan, 2007).

Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat berfungsi sebagai sumber energi bagi makluk hidup di dalam tanah. Perbaikan sifat biologis tanah terjadi karena


(30)

meningkatnya populasi dan keragaman biota tanah. Metabolisme biota tanah tersebut berguna dalam meningkatkan kesuburan tanah. Beberapa biota tanah seperti fungi, bakteri, dan cacing tanah merupakan mikrooganisme yg

menyediakan unsur hara melalui proses penguraian bahan organik, mineralisasi dan pengikat unsur hara dari udara. Selain itu, penambahan baham organik juga dapat merangsang pertumbuhan tanaman senyawa sperti auksin, vitamin, dan asam organik yang terkandung dalam bahan organik dapat merangsang pertumbuhan tanaman (Novizan, 2007).

Bahan organik juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation, ph tanah, dan kandungan mineal dalam tanah. Bahan organik yang

ditambahkan dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) yang penting bagi kesuburan tanah. Tanah yang mempunyai KTK yang rendah hanya memiliki sedikit unsur hara yang dapat diserap tanaman, selain itu yang tak kalah penting bagi petumbuhan tanaman adalah kandungan mineral. Bahan organik yang ditambahkan dapat terurai menjadi mineral hara seperti unsur hara mikro dan makro. Walaupun kandungan unsur hara mikro dan makro pada pupuk organik lebih kecil dibandingkan dengan pupuk anorgaik tetapi jenis unsur yang

terkandung relatif lengkap seperti unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S (Sri Wahyono et al., 2011).

Tanaman melon di samping memerlukan tanah liat berpasir juga memerlukan banyak bahan organik. Tanah seperti itu jarang ditemukan sehingga untuk menanam melon harus ditambahkan sejumlah pupuk kandang (kotoran ternak) dan pasir agar prtumbuhan tanaman maksimal (Tjahjadi, 1987).


(31)

Pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya (Widowati et al., 2005). Karena itu pupuk dari kotoran ayam cocok untuk tanaman melon yang umurnya kurang dari 3 bulan. Menurut Kuntz (1998), pupuk kandang dari kotoran kelinci mempunyai kadar hara P yang relatif tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya, kadar hara ini sangat

dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Hal ini sangat menguntungkan bagi tanaman melon karena unsur P mampu merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih/tanaman muda, mempercepat serta memperkuat

pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa dan menaikkan prosentase bunga menjadi buah/biji, dan mempercepat pembungaan dan pemasakan buah pada tanaman melon.

Urine ternak terdiri atas 90-95% air. Urine mengandung sebagian besar urea. Urea dalam urine mengandung >70% nitrogen. Nitrogen merupakan hara yang paling dibutuhkan oleh tanaman, termasuk juga tanaman melon (BPPP, 2006).

Untuk menambah respons yang positif terhadap tanaman melon diperlukan pupuk organik cair yang berupa urine kelinci. Komposisi utama urine kelinci adalah nitrogen (N), selain itu terdapat juga unsur kalium (K), fosfat (P) belerang (S), (Putra, 2011).

Pupuk cair organik yang dihasilkan dari urine kelinci yang telah difermentasi selama seminggu memiliki kandungan N 2,72%, P 1,1%, K 0,5%, dan H2O 55,3%. Di samping itu memiliki kandungan zat asam amino esensial dan nitrogen (N) dalam bentuk amonia (NH3) yang dibutuhkan sebagai unsur hara utama oleh


(32)

tanaman. Nitrogen merupakan penyusun senyawa penting termasuk klorofil (pigmen hijau daun tanaman), asam amino, protein, dan asam nukleat.

Selain itu urine kelinci memiliki unsur mikro lain, seperti Fe, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl. Pupuk ini lebih bagus daripada pupuk kimia karena mengandung banyak unsur mikro yang berfungsi untuk mempercepat penyerapan unsur makro bagi tanaman (Tani Mandiri, 2010).

Menurut Brahmantiyo (2005), pupuk cair berbahan baku urine kelinci dapat meningkatkan hasil tanaman mentimun, kacang panjang, gambas, dan cabai. Faktor yang sangat penting dalam pemupukan adalah dosis dan waktu aplikasi yang tepat selain itu pemupukan akan efektif jika sifat pupuk yang diberikan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia didalam tanah.

Pemberian pupuk yang tidak tepat baik dosis maupun aplikasinya kurang memberikan hasil yang maksimal. Hal ini pula yang akan mempengaruhi perkembangan tanaman.

Menurut Marsono dan Sigit (2001), dosis yang tidak tepat juga berdampak negatif pada tanah dan lingkungan. Perubahan struktur, reaksi kimia, dan kehidupan biologis tanah menjadi tidak menguntungkan bagi tanaman. Kotoran dan urine kelinci mengandung unsur yang berpotensi untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan dapat digunakan juga sebagai bahan pembuatan pupuk kompos, biogas, pupuk tanaman bunga (terutama bunga angrek), dan sebagai media yang baik bagi pertumbuhan jamur dan cacing tanah.


(33)

1.4 Kerangka pemikiran

Berdasarkan landasan teori berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberi penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Melon merupakan tanaman yang dapat ditananam sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman melon yaitu mengandung bahan organik yang cukupdan memiliki pH netral 6,0-6,8.

Bahan organik seperti pupuk kandang dari kotoran ayam, kambing, kelinci, dan sapi merupakan sisa kotoran padat yang bercampur dengan sisa makanan. Pupuk yang berasal dari kotoran hewan mempunyai kandungan unsur hara yang lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik, tetapi apabila dicampurkan dalam media tanam akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah serta lingkungan. Pada sifat fisik tanah bahan organik mampu meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini berkaitan dengan sifat porositas tanah, besar kecilnya porositas tanah ditentukan oleh struktur tanahnya. Struktur granular merupakan struktur yang baik untuk tanaman melon dan tekstur yang mantap memudahkan tanah menahan air serta mampu menyediakan porositas yang memadai untuk infiltrasi air dan perpindahan udara dari dalam tanah ke atmosfer. Pemberian pupuk organik mampu meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) di dalam tanah yang penting bagi kesuburan tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara sehingga dapat diserap oleh tanaman sedangkan pada faktor biologis bahan organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman. Berdasarkan analisis kandungan hara pupuk kandang kambing dan kelinci lebih


(34)

baik dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran ayam dan sapi, namun bila dilihat dari strukturnya penggunaan pupuk kandang ayam dan sapi yang dicampur ke dalam media tanam dinilai lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran kambing atau kelinci. Struktur kotoran kambing atau kelinci berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh pada lamanya waktu proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang dari kotoran kambing atau kelinci umumnya masih di atas 30. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N <20 sehingga pupuk kandang dari kotoran kambing atau kelinci akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Jika digunakan secara langsung, pupuk kandang tersebut akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua pertanaman. Kadar air pupuk kandang dari kotoran kambing atau kelinci relatif lebih rendah daripada pupuk kandang dari kotoran sapi dan sedikit lebih tinggi daripada ayam. Namun, bila ditinjau dari unsur haranya pupuk kandang dari kotoran kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi daripada pupuk kandang lainnya. Sementara kadar hara N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya.

Perbedaan yang terdapat dalam media dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan produksi tanaman melon, salah satunya perbedaan struktur tiap pupuk kandang. Pupuk kandang dari kotoran ayam atau sapi memiliki struktur sedikit lebih halus dibandingkan dengan kambing atau kelinci. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya porositas bahan organik tersebut. Tanah yang semula berat menjadi berstruktur remah dan relatif lebih ringan jika ditambahkan pupuk kandang. Pupuk kandang memiliki jumlah partikel yang lebih besar sehingga pergerakan air


(35)

secara vertikal atau infiltrasi dapat lebih cepat sedangkan aliran permukaan dan erosi diperkecil. Aerasi tanah demikian juga karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat pembentukan agregat.

Pupuk kandang selain mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis di dalam tanah, pupuk kandang juga memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro. Namun lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk anorganik. Untuk dapat memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman melon, perlu ditambahkan pupuk organik cair berbahan baku urine kelinc, diduga karena kandungan unsur hara yang dimiliki oleh urine kelinci dapat memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman melon.

Pupuk organik cair (urine) selain dapat bekerja cepat juga mengandung protein yang menyuburkan tanaman dan tanah serta mengandung hormon zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh di antaranya adalah IAA. Sebelum dilakukan aplikasi, urine kelinci difermentasi selama 1 minggu untuk meningkatkan ketersediaan unsur-unsur yang terkandung dalam urine.

Fermentasi ini akan menghasilkan zat-zat yang bermanfaat seperti asam amino, asam nukleat, serta zat-zat bioaktif, dan gula yang semuanya dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Kombinasi perlakuan pupuk kandang dan urine kelinci yang tepat menghasilkan respons yang baik bagi tanaman melon, sehingga produksi menjadi lebih


(36)

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Berbagai jenis pupuk kandang memberikan pengaruh yang berbed pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon.

2. Pemberian urine kelinci pada taraf konsentrasi tertentu akan menghasilkan pengaruh pada tanaman melon yang maksimal dalam pertumbuhan dan produksi.

3. Pemberian berbagai pupuk kandang pada tiap konsentrasi urine kelinci menghasilkan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhn dan produksi tanaman melon.


(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pupuk kandang kelinci lebih baik daripada pupuk kandang sapi dalam menghasilkan bobot buah dan diameter buah.

2. Pada konsentrasi urine kelinci 6,1 ml/liter menghasilkan total padatan terlarut sampai maksimal 15,8%.

3. Pada media pupuk kandang kambing pemberian urine kelinci konsentrasi 10,4 ml/liter memberikan pengaruh pada bobot buah maksimal 956,5 gram dan pada media pupuk kandang kelinci pemberian urine kelinci konsentrasi 10,8 ml/liter memberikan pengaruh pada diameter buah maksimal 12,4 cm.

5.2 SARAN

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan bahwa jika ingin menggunakan pupuk kandang kambing dan kelinci sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu agar kandungan unsur hara pada pupuk kandang tersebut lebih cepat tersedia bagi tanaman melon.


(38)

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan tetap melakukan penelitian yang sama dan menambah variabel pengukuran terhadap bobot kering dan bobot basah agar dapat menjelaskan korelai antara pertumbuhan vegetatife dan generatif.


(1)

1.4 Kerangka pemikiran

Berdasarkan landasan teori berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberi penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Melon merupakan tanaman yang dapat ditananam sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman melon yaitu mengandung bahan organik yang cukup dan memiliki pH netral 6,0-6,8.

Bahan organik seperti pupuk kandang dari kotoran ayam, kambing, kelinci, dan sapi merupakan sisa kotoran padat yang bercampur dengan sisa makanan. Pupuk yang berasal dari kotoran hewan mempunyai kandungan unsur hara yang lebih rendah dibandingkan pupuk anorganik, tetapi apabila dicampurkan dalam media tanam akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah serta lingkungan. Pada sifat fisik tanah bahan organik mampu meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini berkaitan dengan sifat porositas tanah, besar kecilnya porositas tanah ditentukan oleh struktur tanahnya. Struktur granular merupakan struktur yang baik untuk tanaman melon dan tekstur yang mantap memudahkan tanah menahan air serta mampu menyediakan porositas yang memadai untuk infiltrasi air dan perpindahan udara dari dalam tanah ke atmosfer. Pemberian pupuk organik mampu meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) di dalam tanah yang penting bagi kesuburan tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara sehingga dapat diserap oleh tanaman sedangkan pada faktor biologis bahan organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman. Berdasarkan analisis kandungan hara pupuk kandang kambing dan kelinci lebih


(2)

baik dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran ayam dan sapi, namun bila dilihat dari strukturnya penggunaan pupuk kandang ayam dan sapi yang dicampur ke dalam media tanam dinilai lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran kambing atau kelinci. Struktur kotoran kambing atau kelinci berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh pada lamanya waktu proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang dari kotoran kambing atau kelinci umumnya masih di atas 30. Pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N <20 sehingga pupuk kandang dari kotoran kambing atau kelinci akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Jika digunakan secara langsung, pupuk kandang tersebut akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua pertanaman. Kadar air pupuk kandang dari kotoran kambing atau kelinci relatif lebih rendah daripada pupuk kandang dari kotoran sapi dan sedikit lebih tinggi daripada ayam. Namun, bila ditinjau dari unsur haranya pupuk kandang dari kotoran kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi daripada pupuk kandang lainnya. Sementara kadar hara N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya.

Perbedaan yang terdapat dalam media dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan produksi tanaman melon, salah satunya perbedaan struktur tiap pupuk kandang. Pupuk kandang dari kotoran ayam atau sapi memiliki struktur sedikit lebih halus dibandingkan dengan kambing atau kelinci. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya porositas bahan organik tersebut. Tanah yang semula berat menjadi berstruktur remah dan relatif lebih ringan jika ditambahkan pupuk kandang. Pupuk kandang memiliki jumlah partikel yang lebih besar sehingga pergerakan air


(3)

secara vertikal atau infiltrasi dapat lebih cepat sedangkan aliran permukaan dan erosi diperkecil. Aerasi tanah demikian juga karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat pembentukan agregat.

Pupuk kandang selain mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis di dalam tanah, pupuk kandang juga memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro. Namun lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk anorganik. Untuk dapat memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman melon, perlu ditambahkan pupuk organik cair berbahan baku urine kelinc, diduga karena kandungan unsur hara yang dimiliki oleh urine kelinci dapat memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman melon.

Pupuk organik cair (urine) selain dapat bekerja cepat juga mengandung protein yang menyuburkan tanaman dan tanah serta mengandung hormon zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh di antaranya adalah IAA. Sebelum dilakukan aplikasi, urine kelinci difermentasi selama 1 minggu untuk meningkatkan ketersediaan unsur-unsur yang terkandung dalam urine.

Fermentasi ini akan menghasilkan zat-zat yang bermanfaat seperti asam amino, asam nukleat, serta zat-zat bioaktif, dan gula yang semuanya dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Kombinasi perlakuan pupuk kandang dan urine kelinci yang tepat menghasilkan respons yang baik bagi tanaman melon, sehingga produksi menjadi lebih


(4)

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Berbagai jenis pupuk kandang memberikan pengaruh yang berbed pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon.

2. Pemberian urine kelinci pada taraf konsentrasi tertentu akan menghasilkan pengaruh pada tanaman melon yang maksimal dalam pertumbuhan dan produksi.

3. Pemberian berbagai pupuk kandang pada tiap konsentrasi urine kelinci menghasilkan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhn dan produksi tanaman melon.


(5)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pupuk kandang kelinci lebih baik daripada pupuk kandang sapi dalam menghasilkan bobot buah dan diameter buah.

2. Pada konsentrasi urine kelinci 6,1 ml/liter menghasilkan total padatan terlarut sampai maksimal 15,8%.

3. Pada media pupuk kandang kambing pemberian urine kelinci konsentrasi 10,4 ml/liter memberikan pengaruh pada bobot buah maksimal 956,5 gram dan pada media pupuk kandang kelinci pemberian urine kelinci konsentrasi 10,8 ml/liter memberikan pengaruh pada diameter buah maksimal 12,4 cm.

5.2 SARAN

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan bahwa jika ingin menggunakan pupuk kandang kambing dan kelinci sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu agar kandungan unsur hara pada pupuk kandang tersebut lebih cepat tersedia bagi tanaman melon.


(6)

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan tetap melakukan penelitian yang sama dan menambah variabel pengukuran terhadap bobot kering dan bobot basah agar dapat menjelaskan korelai antara pertumbuhan vegetatife dan generatif.