Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Melon (Cucumis melo L.) melalui Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik

(1)

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI MELON (

Cucumis melo

L

.

) MELALUI

APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

T E S I S

OLEH :

097001009/AET

CANAKYA SUMAN

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI MELON (

Cucumis melo

L

.

) MELALUI

APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

T E S I S

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

OLEH :

CANAKYA SUMAN

097001009/AET

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis

: PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI MELON (

Cucumis melo

L

.

)

MELALUI APLIKASI PUPUK ORGANIK

DAN ANORGANIK

Nama Mahasiswa

:

CANAKYA SUMAN

Nomor Pokok

:

097001009

Program Studi

:

Agroekoteknologi

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hamidah Hanum, M.P

Ketua

Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si

Anggota

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P.

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S.


(4)

Telah diuji pada tanggal : 26 Juni 2013

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua

: Dr. Ir. Hamidah Hanum, M.P

Anggota

: Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si

Dr. Ir. Chairani Hanum, M.S.

Luthfi Aziz Mahmud Siregar, S.P., M.Sc.PhD

Dr. Diana Sofia Hanafiah, S.P., M.P.


(5)

ABSTRACT

CANAKYA SUMAN, 2013. Increased Growth and Production of Melon

(Cucumis melo L.) through Organic and Inorganic Fertilizer Application. Supervised by Hamidah Hanum and Lollie Agustina Agustina P. Putri. . The we continously of inorganic fertilizers in long time could damage the soil and inhibited the growth and productivity of plant. In addition to the scarcity and high price of inorganic fertilizer is also a serious problem for farmers, it is necessary to do research that environmentally friendly which is about combining organic and inorganic fertilizers. The purpose of this study was to obtain a formula of mixtured organic and inorganic fertilizers that could supply the needs of N, P, K to the plant so that could increase growth and production of melon. The experiment was conducted in the District of Batang Kuis, Deli Serdang regency, since June until September 2011. The method used was split plot design, the pattern Randomized Trial consisting of 2 factors. The first factor as main plot was Inorganic Fertilizer consiststed of 4 levels as main plots are not given inorganic fertilizer, level of organic fertilizers (Urea combining: SP36: KCl) consists of: 15 : 15 : 30, 30 : 30 : 60, 45 : 45 : 90 g / plot. The second factor as subplot was Organic Fertilizer consists of 5 levels, which is not in the given organic fertilizer, level of organic fertilizer (combining Chicken Manure: Cow Manure : Straw) consists of: 750 : 750 : 1500, 1500 : 1500 : 3000, 2250 : 2250 : 4500, 3000 : 3000 : 6000 g / plot. The results showed that the combination treatment gives the best effect on the levels of N, K soil and levels of N, P, K plant is of 45 : 45: 90 g / plot and organic fertilizers 3000 : 3000 : 6000 g / plot. As for the weight of the fruit is the best treatment combination of inorganic fertilizer 15 : 15 : 30 g / plot and organic fertilizers 3000 : 3000 : 6000 g / plot.

Keywords : Inorganic Fertilizer , Organic Fertilizer , NPK Fertilizer Doses


(6)

ABSTRAK

CANAKYA SUMAN, 2013. Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Melon (Cucumis melo L.) melalui Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik.

Dibimbing oleh Hamidah Hanum and Lollie Agustina P. Putri.

Pemakaian pupuk anorganik yang terus menerus dalam jangka panjang akan merusak tanah dan dapat mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain itu kelangkaan serta tingginya harga pupuk anorganik juga menjadi masalah yang serius bagi petani, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang ramah lingkungan dengan memadukan pupuk organik dan anorganik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu formula campuran pupuk organik dan anorganik yang dapat memenuhi kebutuhan N,P dan K tanaman melon sehingga pertumbuhan dan produksi melon meningkat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011 di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi, dengan pola Percobaan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 2 factor. Faktor pertama adalah Pemupukan Anorganik terdiri dari 4 taraf sebagai petak utama yaitu tidak di beri pupuk Anorganik, taraf Pupuk organik (campuran Urea : pupuk SP36 : pupuk KCl) terdiri dari: 15 : 15 : 30, 30

: 30 : 60, 45 : 45 : 90 g/plot. Faktor kedua adalah Pemupukan Organik terdiri dari lima taraf sebagai anak petak, yaitu tidak di beri pupuk organik, taraf pupuk organik (campuran Pukan Ayam : Pukan Sapi : Jerami) terdiri dari: 750 : 750 : 1.500, 1500 : 1500 : 3000, 2250 : 2250 : 4500, 3000 : 3000 : 6000 g/plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap ketersediaan N,K tanah dan kadar N,P,K tanaman adalah campuran pupuk anorganik 45 : 45 : 90 g/plot dan pupuk organik 3000 : 3000 : 6000 g/plot. Sedangkan untuk bobot buah kombinasi perlakuan terbaik adalah campuran pupuk anorganik 15 : 15 : 30 g/plot dan pupuk organik 3000 : 3000 : 6000 g/plot.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis yang berjudul

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MELON (Cucumis melo

L.) MELALUI APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK. Tesis

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister pada Program Studi Agroekoteknologi, Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, M.P., selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si., selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini, baik saat pelaksanaan penelitian, yaitu berupa saran, literature dan dukungan secara moril.

Demi kesempurnaan penulis di masa mendatang penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat bermanfaat untuk penulisan selanjutnya.

Medan, 01 Januari 2014


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan rahmat-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis pada Progrm Studi Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, M.P., selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si., dan Ibu Dr. Ir. Chairani Hanum, M.P., selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Ir. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM), Sp.A (K)., Direktur Pascasarjana USU Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, M.S., serta segenap staf pengajar yang telah membuka wawasan dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga serta seluruh civitas akademik yang telah mendukung kelancaran studi bagi penulis.

Kepada istri tercinta Murni Ningsih, BBA., penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga karena dengan tiada hentinya memberikan dukungan material dan moril selama penelitian dan penyelesaian penulisan tesis ini. Tak lupa ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah


(9)

memberikan dukungan moril untuk menyelesaikan studi ini dan do’a kami selalu untuk ayah dan bunda tercinta.

Kepada Kak Wik, Kak Mila, Kak Ana, Pak Zul, Syahril, dan rekan-rekan sekelas yang tidak tersebut satu per satu, terima kasih atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan.

Medan, Januari 2014


(10)

RIWAYAT HIDUP

Canakya Suman, dilahirkan sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pada tanggal 21 Juli 1980 di Medan. Menempuh pendidikan formal mulai dari sekolah dasar di SD Sutomo I Medan selesai pada 1993, melanjutkan ke SMP Sutomo I Medan dan selesai pada tahun 1996. pendidikan pada sekolah menengah atas ditempuh di SMU Sutomo I Medan yang diselesaikan pada tahun 1999 dan lulus pada Jurusan Agronomy, National Taiwan University pada tahun 2004.

Pada tahun 2004-2006 penulis mendapat pengalaman bekerja menjadi petugas Lapangan kerja di PT. CIPTA SUKSES MAKMUR di Kabupaten Deli Serdang. 2006 – 2009 penulis menjadi petugas lapangan kerja di PT MACAN SAMUDRA di kabupaten Langkat. 2009 penulis menjadi Penyaluran Pupuk Anorganik dan Organik di Medan. Selanjutnya pada tahun 2010 hingga saat ini penulis menjadi Petugas Lapangan di PT. KRISNA AGUNG YUDHA ABADI di Medan.

Pada tahun 2009, penulis memperoleh kesempatan menempuh pendidikan program magister program studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ………... i

ABSTRAK ………. ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iv

RIWAYAT HIDUP ………... vi

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR TABEL ………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

PENDAHULUAN ………. 1

Latar Belakang ……… 1

Perumusan Masalah ……… 4

Tujuan Penelitian ……… 5

Hipotesis Penelitian ……… 5

Manfaat Penelitian ……….. 5

TINJAUAN PUSTAKA ……… 6

Peranan Pupuk Organik Terhadap Kesuburan Tanah ……… 6

Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisik Tanah ……… 6

Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah ……….. 8

Peranan Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah ……….. 13

Tinjauan Umum Tanaman Melon ………... 14

Syarat Tumbuh Tanaman Melon ……… 15

Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk ………... 15

Kandungan Unsur Hara Pupuk kandang ……… 17

Pupuk Kompos Jerami Padi ……… 18


(12)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ……….. 21

Tempat dan Waktu Penelitian ……… 21

Bahan dan Alat ……….. 21

Metode Penelitian ……….. 21

Pelaksanaan Penelitian ……….. 23

Persiapan Lahan ………. 23

Persiapan Kompos ……….. Pemupukan dan Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak ………. 24 24 Perlakuan Benih ……….. 24

Pembibitan ... 25

Penanaman Tanaman ... 25

Pemeliharaan Tanaman ... 26

Panen ... 27

Pengamatan dan Pengumpulan Data ………... 27

HASIL PENELITIAN ………. 30

PEMBAHASAN ……… 44

KESIMPULAN DAN SARAN ……… 54

Kesimpulan ………. 54

Saran ………... 54

DAFTAR PUSTAKA ……… 55


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Rata-rata pH tanah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik dan

Organik ……….. 31

2 Rata-rata Kandungan N tanah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………... 32

3 Rata-rata Kandungan P tanah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………... 33

4 Rata-rata Kandungan K tanah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………... 34

5 Rata-rata Kadar N Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………. 35

6 Rata-rata Kadar P Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………... 36

7 Rata-rata Kadar K Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………. 37

8 Rata-rata Tinggi Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………... 38

9 Rata-rata Jumlah Bunga pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik dan

Organik ……….. 39

10 Rata-rata Diameter Bunga pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………... 39

11 Rata-rata Luas Daun pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik dan

Organik ...………... 40

12 Rata-rata Berat Kering Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk

Anorganik dan Organik ………. 41

13 Rata-rata Produksi Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik ………... 42

14 Rata-rata Kandungan Gula pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Tabel Analisa Pupuk Kandang ……….. 59

2. Bagan Penelitian di Lapangan ………... 60

3. Deskripsi Varietas Melon Sky Rocket ………... 61

4. Tabel Pengamatan pH Tanah ………. 62

5. Tabel Sidik Ragam Pengamatan pH Tanah ………... 62

6. Tabel Pengamatan Kandungan N Tanah ………... 63

7. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kandungan N Tanah ………. 63

8. Tabel Pengamatan Kandungan P Tanah ……… 64

9. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kandungan P Tanah ……….. 64

10. Tabel Pengamatan Kandungan K Tanah ………... 65

11. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kandungan K Tanah ……….. 65

12. Tabel Pengamatan Kadar N Tanaman ………... 66

13. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kadar N Tanaman ……… 66

14. Tabel Pengamatan Kadar P Tanaman ……… 67

15. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kadar P Tanaman ……….. 67

16. Tabel Pengamatan Kadar K Tanaman ………... 68

17. Tabel Sidik Ragam Pengamatan Kadar K Tanaman ……… 68

18. Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman ………. 69

19. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Tinggi Tanaman ……….. 69


(15)

21. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Jumlah Bunga ……….. 70

22. Tabel Pengamatan Diameter Buah ……… 71

23. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Diameter Buah ……… 71

24. Tabel Pengamatan Luas Daun ………... 72

25. Tabel Sidik Ragam Luas Daun ……….. 72

26. Tabel Pengamatan Berat Kering Tanaman ……… 73

27. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Berat Kering Tanaman ……… 73

28. Tabel Pengamatan Bobot Buah ………. 74

29. Tabel Sidik Ragam Pengamantan Bobot Buah ………. 74

30. Tabel Pengamatan Kandungan Gula ………. 75

31. Tabel Sidik Ragam Kandungan Gula ……… 75

32. Tabel Daftar Hasil Analisa Tanah Awal Kecamatan Batang Kuis ………… 76


(16)

ABSTRACT

CANAKYA SUMAN, 2013. Increased Growth and Production of Melon

(Cucumis melo L.) through Organic and Inorganic Fertilizer Application. Supervised by Hamidah Hanum and Lollie Agustina Agustina P. Putri. . The we continously of inorganic fertilizers in long time could damage the soil and inhibited the growth and productivity of plant. In addition to the scarcity and high price of inorganic fertilizer is also a serious problem for farmers, it is necessary to do research that environmentally friendly which is about combining organic and inorganic fertilizers. The purpose of this study was to obtain a formula of mixtured organic and inorganic fertilizers that could supply the needs of N, P, K to the plant so that could increase growth and production of melon. The experiment was conducted in the District of Batang Kuis, Deli Serdang regency, since June until September 2011. The method used was split plot design, the pattern Randomized Trial consisting of 2 factors. The first factor as main plot was Inorganic Fertilizer consiststed of 4 levels as main plots are not given inorganic fertilizer, level of organic fertilizers (Urea combining: SP36: KCl) consists of: 15 : 15 : 30, 30 : 30 : 60, 45 : 45 : 90 g / plot. The second factor as subplot was Organic Fertilizer consists of 5 levels, which is not in the given organic fertilizer, level of organic fertilizer (combining Chicken Manure: Cow Manure : Straw) consists of: 750 : 750 : 1500, 1500 : 1500 : 3000, 2250 : 2250 : 4500, 3000 : 3000 : 6000 g / plot. The results showed that the combination treatment gives the best effect on the levels of N, K soil and levels of N, P, K plant is of 45 : 45: 90 g / plot and organic fertilizers 3000 : 3000 : 6000 g / plot. As for the weight of the fruit is the best treatment combination of inorganic fertilizer 15 : 15 : 30 g / plot and organic fertilizers 3000 : 3000 : 6000 g / plot.

Keywords : Inorganic Fertilizer , Organic Fertilizer , NPK Fertilizer Doses


(17)

ABSTRAK

CANAKYA SUMAN, 2013. Peningkatan Pertumbuhan dan Produksi Melon (Cucumis melo L.) melalui Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik.

Dibimbing oleh Hamidah Hanum and Lollie Agustina P. Putri.

Pemakaian pupuk anorganik yang terus menerus dalam jangka panjang akan merusak tanah dan dapat mengganggu pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Selain itu kelangkaan serta tingginya harga pupuk anorganik juga menjadi masalah yang serius bagi petani, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang ramah lingkungan dengan memadukan pupuk organik dan anorganik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu formula campuran pupuk organik dan anorganik yang dapat memenuhi kebutuhan N,P dan K tanaman melon sehingga pertumbuhan dan produksi melon meningkat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011 di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi, dengan pola Percobaan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 2 factor. Faktor pertama adalah Pemupukan Anorganik terdiri dari 4 taraf sebagai petak utama yaitu tidak di beri pupuk Anorganik, taraf Pupuk organik (campuran Urea : pupuk SP36 : pupuk KCl) terdiri dari: 15 : 15 : 30, 30

: 30 : 60, 45 : 45 : 90 g/plot. Faktor kedua adalah Pemupukan Organik terdiri dari lima taraf sebagai anak petak, yaitu tidak di beri pupuk organik, taraf pupuk organik (campuran Pukan Ayam : Pukan Sapi : Jerami) terdiri dari: 750 : 750 : 1.500, 1500 : 1500 : 3000, 2250 : 2250 : 4500, 3000 : 3000 : 6000 g/plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap ketersediaan N,K tanah dan kadar N,P,K tanaman adalah campuran pupuk anorganik 45 : 45 : 90 g/plot dan pupuk organik 3000 : 3000 : 6000 g/plot. Sedangkan untuk bobot buah kombinasi perlakuan terbaik adalah campuran pupuk anorganik 15 : 15 : 30 g/plot dan pupuk organik 3000 : 3000 : 6000 g/plot.


(18)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar. Pada perusahaan makanan dan minuman, melon digunakan sebagai bahan

penyedap rasa dan memberikan aroma yang khas pada produk seperti sirup, permen dan sabun. Pada tahun 2005 produksi melon di Indonesia meningkat dari

58.440 ton menjadi 59.814 ton pada tahun 2007 (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009). Menurut Dinas Pertanian Propinsi DIY (2009), konsumsi buah melon akan mencapai 1.34–1.50 kg/kapita/tahun pada tahun 2005–2008. Oleh karena itu, diperlukan buah melon dengan kualitas yang baik yang ditentukan oleh rasa manis (kandungan gula), tekstur daging buah, aroma daging buah dan penampakan buah (bentuk buah, bobot buah dan netting bagi varietas yang memiliki net) (Harjadi, 1989).

Melon memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dalam pemasarannya namun didalam budidayanya tanaman ini memerlukan penanganan yang cukup intensif. Salah satu usaha untuk peningkatan produksi tanaman melon dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk. Tanaman melon memerlukan persyaratan tumbuh antara lain tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan pH tanah mendekati netral (6-6,8) (Samadi, 2004).

Peranan pupuk sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian, yang dimaksudkan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Tanaman melon sangat membutuhkan pupuk N untuk pertumbuhannya, pupuk P dibutuhkan tanaman melon terutama untuk mendukung pembungaan dan


(19)

pembentukan buah, dan pupuk K sangat dibutuhkan untuk mendapatkan buah berkualitas tinggi serta mendukung pertumbuhan, pembungaan dan pembentukan buah.

Penambahan bahan organik sangat membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegadasi, karena pemakaian pupuk organik dapat mengikat unsur hara yang mudah hilang serta membantu dalam penyediaan unsur hara tanah sehingga efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi. Rukmana (1995), bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, pemakaian pupuk organik hendaknya diimbangi dengan pupuk buatan supaya keduanya saling melengkapi. Salah satu pupuk yang mengandung N tinggi adalah urea (45%N). Hal ini sesuai dengan pendapat Hegde dan Dwivedi (1993), bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta mempunyai pengaruh nyata pada hasil tanaman. Pemberian pupuk organik saja belum menjamin kecukupan unsur hara bagi tanaman tetapi dapat memberikan kondisi yang lebih baik bagi pertumbuhan akar sehingga penyerapan unsur hara

optimal. Ditambahkan oleh Hairiah et al., (2000), bahwa bahan organik dapat

meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan mengurangi kehilangan unsur hara yang ditambahkan melalui pemupukan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Oleh karena itu guna meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk perlu adanya penelitian tentang pemberian pupuk organik dengan anorganik, dengan maksud mengurangi pengunaan dosis pupuk anorganik tanpa menurunkan pertumbuhan dan produksi melon.


(20)

Kecenderungan petani untuk saat ini adalah menggunakan pupuk anorganik karena alasan kepraktisannya. Padahal penggunaan pupuk anorganik mempunyai beberapa kelemahan yaitu antara lain harga relatif mahal, dan penggunaan dosis yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apalagi kalau penggunaannya secara terus-menerus dalam waktu lama akan dapat menyebabkan produktivitas lahan menurun. Pada dasarnya pupuk anorganik yang ditambahkan kedalam tanah tidak akan dapat menambah jumlah koloid tanah sehingga dapat mempengaruhi sifat kimia tanah, seperti kation yang dapat dipertukarkan pada komplek jerapan tanah baik dalam jumlah maupun macam kation sehingga pupuk anorganik terus menerus dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan bahkan cenderung menurunkan produksi

tanaman tersebut. Sebagai contoh pemberian pupuk Sendawa Chili (NaNO3) secara

terus menerus dapat mendispersikan agregat-agregat tanah sehingga tanah tidak beragegasi dan mudah menjadi padat (Damanik et al., 2011).

Alternatif usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah pertanian secara berkelanjutan adalah dengan pemberian bahan organik. Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat dilakukan dengan pemberian sisa atau limbah tanaman dan kotoran hewan. Pemanfaatan limbah tersebut dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan menekan biaya produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002), bahwa peningkatan harga pupuk anorganik mendorong kita untuk menggunakaan pupuk organik sebagai teknologi alternatif karena mempunyai harga relatif lebih murah dan memberikan pengaruh positif terhadap tanah dan lingkungan.

Jenis pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi dan pupuk kompos jerami. Tiap ton pupuk


(21)

kandang ayam terdapat 65.8 kg N, 13.7 kg P, dan 12.8 kg K. Untuk pupuk kandang sapi mengandung 23.4 kg N, 10.8 kg P, dan 6.9 kg K. Sedangkan pupuk kompos jerami memiliki kandungan hara 41.3 kg N, 5.8 kg P, dan 89.17 kg K. Ditinjau dari kandungan hara yang dikandung pupuk kandang ayam, pupuk ini mempunyai hara yang lebih tinggi di bandingkan dengan pupuk kndang sapi dan pupuk kompos jerami. Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degadasi kesuburan hayati tanah. Bahan organik dalam hal ini pupuk kandang dapat menambah ketersediaan unsur Kalium, salah satunya adalah pemberian pupuk kandang ayam yang dapat menyumbangkan unsur kalium sebesar 0.89% (Tan, 1993). Karena pupuk kandang merupakan humus yang banyak mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah, banyak menahan air sehingga unsur hara kalium yang terfiksasi oleh koloid liat akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan larutan tanah dan lebih mudah diserap oleh bulu akar.

Perumusan masalah

Tanaman melon membutuhkan urea 125 gram per tanaman, SP-36 75 gram per tanaman dan KCl 75 gram per tanaman. Hal tersebut menimbulkan permasalahan karena mahalnya harga pupuk anorganik.

Untuk menguranginya dapat digunakan pupuk organik dari berbagai sumber seperti: pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kompos jerami. Campuran ketiga pupuk tersebut dapat mensubstitusi hara N, P, K dari pupuk


(22)

anorganik. Tetapi belum diketahui bagaimana formula dari ketiga pupuk organik tersebut yang dapat mengurangi pupuk anorganik.

Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan kombinasi jenis pupuk organik dan anorganik yang tepat dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi melon.

Hipotesis

1. Ada pengaruh aplikasi pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi

melon.

2. Ada pengaruh aplikasi pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan

produksi melon.

3. Ada pengaruh kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik terhadap

pertumbuhan dan produksi melon.

Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai rekomendasi untuk menentukan formula pupuk organik agar dapat memenuhi kebutuhan N, P dan K pada budidaya tanaman melon, dalam rangka mendukung pengembangan usaha tani budidaya tanaman melon di daerah sentra produksi tanaman melon, atau bagi mereka yang membutuhkan.


(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Pupuk Organik Terhadap Kesuburan Tanah Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisik Tanah

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan.

Pada tanah liat yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah. Komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat dalam hal ini berperan sebagai sementasi pertikel liat dengan membentuk komplek liat-logam-humus (Stevenson, 1982).

Pada tanah berpasir bahan organik dapat diharapkan merubah struktur tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau

kasar (Scholes et al., 1994). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang

semula tidak berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah, dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat.

Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian


(24)

tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air. Pori pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso dan pori makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori drainase lambat, dan pori makro merupakan pori drainase cepat. Tanah pasir yang banyak mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah liat yang banyak mengandung pori mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982). Hasil penelitian menunjukkan, penambahan bahan humat 1% pada Latosol mampu meningkatkan 35,75% pori air tersedia dari 6,07% menjadi 8,24% 8 volume (Herudjito, 1999). Pada tanah liat, pemberian bahan organik akan meningkatkan pori meso dan menurunkan pori mikro. Dengan demikian akan meningkatkan pori yang dapat terisi udara dan menurunkan pori yang terisi air, artinya akan terjadi perbaikan aerasi untuk tanah liat berat. Terbukti penambahan bahan organik (pupuk kandang) akan meningkatkan pori total tanah dan akan menurunkan berat volume tanah (Wiskandar, 2002).

Aerasi tanah sering terkait dengan pernafasan mikroorganisme dalam tanah dan akar tanaman, karena aerasi terkait dengan O2 dalam tanah. Dengan demikian aerasi

tanah akan mempengaruhi populasi mikrobia dalam tanah.

Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di samping berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah.


(25)

Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme adalah sekitar kapasitas lapang. Penambahan bahan organik di tanah berpasir akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman (Scholes et al., 1994).

Pada tanah berliat, dengan penambahan bahan organik akan meningkatkan infiltrasi tanah akibat dari meningkatnya pori meso tanah dan menurunnya pori mikro.

Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah

Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK).

Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah. Sekitar 20-70 % kapasitas tukar tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah (Stevenson, 1982). Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk kation hara tanaman. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah.


(26)

Humus dalam tanah sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga humus dianggap mempunyai susunan koloid seperti liat, namun humus tidak semantap koloid liat, dia bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan dibentuk. Dilaporkan bahwa penambahan jerami 10 ton/ha pada tanah Ultisol mampu meningkatkan 15,18% KTK tanah dari 17,44 menjadi 20,08 cmol (+) /kg (Cahyani, 1996).

Muatan koloid humus bersifat berubah-ubah tergantung dari nilai pH larutan tanah. Dalam suasana sangat masam (pH rendah), hidrogen akan terikat kuat pada gugus aktifnya yang menyebabkan gugus aktif berubah menjadi bermuatan positip (-COOH dan -OH), sehingga koloid yang bermuatan negatif menjadi rendah, akibatnya KTK turun. Sebaliknya dalam suasana alkali (pH tinggi) larutan tanah banyak OH-, akibatnya terjadi pelepasan H+ dari gugus organik dan terjadi peningkatan muatan negatif (-COO-, dan -O-), sehingga KTK meningkat (Hardjowigeno, 2007). Dilaporkan bahwa penggunaan bahan organik (kompos) memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap karakteristik muatan tanah masam (Ultisol) dibanding dengan

pengapuran (Sufardi et al., 1999). Fraksi organik dalam tanah berpotensi dapat

berperan untuk menurunkan kandungan pestisida secara non biologis, yaitu dengan cara mengadsorbsi pestisida dalam tanah.

Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan organik tanah dapat melalui:

pertukaran ion, protonisasi, ikatan hidrogen, gaya vander Waal’s dan ikatan

koordinasi dengan ion logam (pertukaran ligan). Tiga faktor yang menentukan adsorbsi pestisida dengan bahan organik :


(27)

2. Sifat pestisidanya 3. Sifat tanahnya

Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al tidak terhidrolisis lagi. Dilaporkan bahwa penambahan bahan organik pada tanah masam, antara lain Inseptisol, Ultisol dan Andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah (Suntoro, 2001; Cahyani., 1996; dan Dewi, 1996). Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa.

Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman.


(28)

Bahan organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami

peruraian menjadi asam-asam amino yang dikenal dengan proses aminisasi, yang

selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah (Tisdale dan Nelson, 1974).

Nasib dari amonium ini antara lain dapat secara langsung diserap dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau oleh mikroorganisme untuk segera dioksidasi menjadi nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses bertahap yaitu proses nitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas

dengan menghasilkan nitrit, yang segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnya menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melalui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi. Stevenson (1982) menjelaskan ketersediaan P di dalam tanah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalui 5 aksi yaitu: 1. Melalui proses mineralisasi bahan organik terjadi pelepasan P mineral (PO43-),

2. Melalui aksi dari asam organik atau senyawa pengkhelat yang lain hasil dekomposisi, terjadi pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak larut menjadi bentuk terlarut, Al(Fe)(H2O)3(OH)2H2PO4 + Khelat ===> PO42

(larut) + Kompleks Al-Fe- Khelat (Stevenson, 1982). Bahan organik akan mengurangi serapan fosfat karena asam humat dan asam fulvat berfungsi melindungi sesquioksida dengan


(29)

memblokir situs pertukaran. Penambahan bahan organik mampu mengaktifkan proses penguraian bahan organik asli tanah, kemudian membentuk kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapat ditukar dan lebih tersedia bagi tanaman, sebab fosfat yang dijerap pada bahan organik secara lemah.

Untuk tanah-tanah berkapur (agak alkalin) yang banyak mengandung Ca dan Mg fosfat tinggi, karena dengan terbentuk asam karbonat akibat dari pelepasan CO2

dalam proses dekomposisi bahan organik, mengakibatkan kelarutan P menjadi lebih meningkat, dengan reaksi sebagai berikut :

CO2 + H2O ====== > H2CO3

H2CO3 + Ca3(PO4)2 ====== > CaCO3 + H2PO4

Asam-asam organik hasil proses dekomposisi bahan organik juga dapat berperan sebagai bahan pelarut batuan fosfat, sehingga fosfat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Hasil proses penguraian dan mineralisasi bahan organik, di samping akan melepaskan fosfor anorganik (PO43-) juga akan melepaskan senyawa-senyawa

P-organik seperti fitine dan asam nucleic, dan diduga senyawa P-organik ini, tanaman dapat memanfaatkannya. Proses mineralisasi bahan organik akan berlangsung jika kandungan P bahan organik tinggi, yang sering dinyatakan dalam nisbah C/P. Jika kandungan P bahan tinggi, atau nisbah C/P rendah kurang dari 200, akan terjadi mineralisasi atau pelepasan P ke dalam tanah, namun jika nisbah C/P tinggi lebih dari 300 justru akan terjadi imobilisasi P atau kehilangan P (Stevenson, 1982).

Bahan organik di samping berperan terhadap ketersediaan N dan P, juga berperan terhadap ketersediaan S dalam tanah. Di daerah humida, S-protein, merupakan cadangan S terbesar untuk keperluan tanaman. Mineralisasi bahan organik


(30)

akan menghasilkan sulfida yang berasal dari senyawa protein tanaman. Di dalam

tanaman, senyawa sestein dan metionin merupakan asam amino penting yang

mengandung sulfur penyusun protein (Mengel dan Kirkby, 1987). Protein tanaman mudah sekali dirombak oleh jasad mikro.

Belerang (S) hasil mineralisasi bahan organik, bersama dengan N, sebagian S diubah menjadi mantap selama pembentukan humus. Di dalam bentuk mantap ini, S akan dapat terlindung dari pembebasan cepat (Brady, 1990). Seperti halnya pada N dan P, proses mineralisasi atau imobilisasi S ditentukan oleh nisbah C/S bahan organiknya. Jika nisbah C/S bahan tanaman rendah yaitu kurang dari 200, maka akan terjadi mineralisasi atau pelepasan S ke dalam tanah, sedang jika nisbah C/S bahan tinggi yaitu lebih dari 400, maka justru akan terjadi imobilisasi atau kehilangan S (Stevenson, 1982).

Peranan Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah

Bahan organik merupakan sumber energi bagi makro dan mikro-fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan aktinomisetes. Mikro flora dan fauna tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, kerena bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan karbon sebagai sumber energi.


(31)

Pengaruh positip yang lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin (Stevenson, 1982). Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat,

ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah

dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap pertumbuhan tanaman.

Tinjauan Umum Tanaman Melon

Melon (Cucumis melo L.) tergolong ordo Cucurbitales suku Cucurbitaceae

genus Cucumis (Tjitrosoepomo, 2004). Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan

bahwa tanaman melon merupakan tanaman semusim (annual), herbacious, batang

berbentuk segi lima tumpul dengan panjang 1,5 m–3 m, berbulu, bersulur tunggal, sebagian besar kultivar merambat dan lunak. Daun melon berbentuk bulat bersudut dengan diameter 8 cm–15 cm, memiliki 5–7 lekukan yang dangkal dan permukaan daunnya berbulu.

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimutinya (lendir). Lendir tersebut terasa manis, kenyal dan tidak banyak mengandung air. Buah melon menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak (300-500 biji), berwarna putih atau kusam, berbentuk elips dan licin. Panjang biji berkisar dari 5 – 15 mm, rata – rata sekitar 30 biji per


(32)

buah dengan bobot 1 gam per biji. Bentuk buah bervariasi antara bulat, bulat lonjong atau silindris. Bobot buah rata – rata 0,4 – 2,0 kg/buah.

Syarat Tumbuh Melon

Tanaman melon dapat tumbuh pada daerah tropik dan subtropik. Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200-900 meter di atas permukaan laut. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian lebih dari 900 meter di atas permukaan laut, tetapi tidak berproduksi optimal.

Tanah yang ideal untuk pertumbuhan melon, jenis tanah Andosol/berpasir yang memiliki porositas dan aerasi yang baik dengan pH 6 – 7 pada tanah yang

masam akan menyebabkan terjadinya Acid Yellowing yang memiliki gejala seperti

tanaman kerdil, pertumbuahan terhambat dengan daun berwarna kuning, sehingga diperlukan pengapuran sebelum ditanami melon. Tanah gambut, tanah liat berat atau tanah cadas tidak disarankan untuk ditanami melon.

Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk

Poerwanto (2004) menyatakan, bahwa penjarangan buah sering dilakukan oleh petani untuk mengoptimalkan kualitas buah. Pada perlakuan penjarangan buah, nisbah daun terhadap jumlah buah meningkat yang mengakibatkan pertumbuhan buah lebih optimal dan menurunnya kompetisi dalam memperebutkan asimilat. Hal tersebut akan meningkatkan ukuran buah, kandungan padatan terlarut dan bobot kering buah. Menurut Saladin (2002), pada tanaman tomat Galur Harapan IPB yang dibudidayakan di lapang, dengan penjarangan buah dapat mengurangi persentase gugur buah per tanaman dari 58.6 % menjadi 34.57 %. Persaingan buah dalam


(33)

mendapatkan fotosintat makin kecil dengan jumlah buah yang terbatas sehingga dapat memperkecil tingkat gugur buah.

Pemangkasan merupakan suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar dapat menumbuhkan tunas baru dan memungkinkan melakukan panen pada tingkat produksi tertentu. Secara fungsional pemangkasan akan mengurangi kapasitas produksi karbohidrat sehingga menyebabkan pertumbuhan akar terganggu dan

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemangkasan pada tomat memiliki

keuntungan yaitu buah lebih cepat matang, meningkatkan panen awal dan total panen, mengurangi hama dan penyakit, buah lebih besar dan mempermudah pemanenan serta penyemprotan pestisida.

Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004), pemangkasan tanaman melon adalah memangkas dan membuang cabang–cabang yang tidak produktif dengan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman. Hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, serta merangsang tumbuhnya tunas – tunas produktif. Pangkas

pucuk (toping) pada tanaman melon dilakukan dengan memangkas batang utama setelah buah dipilih dengan menyisakan minimum 25 helai daun per satu buah per tanaman.

Kandungan Unsur Hara Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, baik

berupa padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing


(34)

cair yang berupa urin ternak. Pengumpulan kotoran padat memang jauh lebih praktis dibanding urin ternak. Padahal dari segi kadar haranya, urine jauh lebih tinggi dibanding feces (Tohari, 2009).

Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan masing-masing ternak berbeda-beda. Padahal makanan inilah yang menentukan kadar hara. Jika makanan yang diberikan banyak mengandung hara N, P dan K maka kotoran yang dihasilkan juga akan kaya dengan zat tersebut.

Selain jenis makanan usia ternak juga menentukan kadar hara dalam kotorannya. Ternak muda akan menghasilkan feses dan urine yang kadar harannya rendah terutama N, karena ternak muda memerlukan sangat banyak zat hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan jaringan tubuhnya. Selain mengandung N, P dan K, pupuk kandang juga mempunyai kandungan unsur hara mikro yang sangat lengkap walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Makanan yang dimakan ternak dan umur ternak sangat berpengaruh terhadap kandungan hara yang ada pada kotoran. Selain itu, pupuk kandang juga dapat memperbanyak beragamnya bakteri positif tanah yang ada pada lahan kita, dimana bakteri tersebut sebagian adalah bakteri penambat N, sehingga secara tidak langsung bakteri-bakteri tersebut akan menyediakan unsur hara bagi tanaman itu sendiri. Kandungan unsur hara pupuk kandang dapat dilihat pada Lampiran 1.


(35)

Rata-rata produktivitas padi nasional adalah 48.95 ton/ha, sehingga jumlah jerami yang dihasilkan kurang lebih 68.53 ton/ha. Produksi padi nasional tahun 2008 sebesar 57.157 juta ton (Direktorat Jenderal Hortikultura. 2009) dengan demikian produksi jerami nasional diperkirakan mencapai 80.02 juta ton. Potensi jerami yang sangat besar ini sebagian besar masih disia-siakan oleh petani. Sebagian besar jerami hanya dibakar menjadi abu, sebagian kecil dimanfaatkan untuk pakan ternak dan media jamur merang.

Pemanfaatan jerami dalam kaitannya untuk menyediakan hara dan bahan organik tanah adalah merombaknya menjadi kompos. Rendemen kompos yang dibuat dari jerami kurang lebih 60% dari bobot awal jerami, sehingga kompos jerami yang bisa dihasilkan dalam satu ha lahan sawah adalah sebesar 4.11 ton/ha. Andaikan semua jerami dibuat kompos akan dihasilkan kompos sebanyak 48.01 juta ton secara nasional.

Kompos jerami memiliki potensi hara dan nilai ekonomi yang sangat besar. Pupuk kompos jerami memiliki kandungan hara 41.3 kg N, 5.8 kg P, dan 89.17 kg K. Pemanfaatan kompos jerami ini oleh petani dapat menghemat pengeluaran negara untuk subsidi pupuk dan mengurangi konsumsi pupuk kimia nasional. Namun, potensi ini sepertinya kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya Departemen Pertanian.

Proses Produksi

Umur tanaman melon saat muncul bunga jantan dan bunga betina dengan ketinggian tempat dan jenis tanaman melon yang di tanam seperti tipe melon


(36)

berjaring yaitu muskmelon (Cucumis melo var reticulate ) menghasilkan bunga jantan umur 22-26 hari dan bunga betina 29–34 hari setelah semai (Wajiastuti, 2002).

Dengan berhasilnya penyerbukan maka dimulailah pembentukan buah yang ditandai oleh pembentukan bakal buah dan dimulai pula perkembangan buah. Bersamaan ini sering kali terjadi kelayuan dan pengguguran mahkota bunga dan kadang–kadang benang sari. Perubahan–perubahan ini yang mencirikan perubahan dari bunga ke buah muda disebut pembentukan buah atau fruit-set (Heddy, et al., 1994).

Buah melon mengandung banyak bahan nutrisi, maka perlu mobilisasi atau transport nutrisi dari bagian tanaman yang lain, mobilisasi dari daun–daun untuk pertumbuhan buah yang bersangkutan (Heddy, et al., 1994).

Varietas Sky Rocket termasuk buah melon berukuran sedang dengan berat 1.0–2.5 kg, dinegara asalnya, Taiwan, mempunyai berat rata-rata 1.5 kg (Lampiran 2). Namun Varietas ini yang ditanam di Indonesia dapat mencapai berat buah rata-rata 2,0-3,0 kg apabila dipelihara satu buah/tanaman (Prajnanta, 2004).

Menurut Santoso dan Purwoko (1995), kualitas komoditi hortikultura segar seperti buah dan sayuran dilihat dari penampakan, tekstur, rasa dan aroma, nilai nutrisi serta keamanan. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tersebut adalah faktor genetik, lingkungan prapanen, perlakuan pasca panen dan interaksi antar berbagai faktor di atas. Harjadi (1989), menambahkan bahwa kualitas buah melon dipengaruhi oleh karakter eksternal buah. Kualitas tersebut meliputi rasa manis (padatan terlarut total), tekstur daging buah, penampakan buah dan aroma daging


(37)

buah. Penampakan buah yang dimaksud adalah bobot per buah, bentuk buah (bulat/ agak lonjong) dan jaring pada kulit buah bagi varietas yang menghasilkan jaring.

Sismiyati (2003), panen melon dilakukan saat buah melon menunjukkan tanda-tanda kematangan (aroma harum, warna kulit berubah, tangkai buah retak dan

net mulai tampak jelas pada melon tipe netting). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), tingginya kadar padatan terlarut total pada buah melon akan menyebabkan meningkatnya kualitas buah dan karakter tersebut telah digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan, rasa dan kematangan. Aroma melon yang khas berasal dari berbagai senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam dan ester yang terbentuk selama pematangan.


(38)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian ± 15 meter diatas permukaan laut, dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan September 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih melon varietas Sky rocket (dapat dilihat pada lampiran 2), pupuk Urea, TSP, KCI, pupuk kandang, dolomit, bambu, plastik bening, mulsa plastik, insektisida, fungisida, bakterisida dan polybag kecil. Alat yang digunakan adalah cangkul, tali plastik, lanjaran, alat semprot, ember plastik, slang plastik, timbangan, kertas sampul atau kertas jerami dan gembor.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (RPT), dengan pola Percobaan Rancangan Acak Kelompok . Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu :

Faktor Pemupukan Anorganik terdiri dari empat taraf sebagai petak utama, yaitu :

A0 = Tidak di beri pupuk Anorganik

A1 = Pupuk Urea (N) 15 g/plot + Pupuk TSP (P) 15 g/plot + Pupuk

KCl (K) 30 g/plot

A2 = Pupuk Urea (N) 30 g/plot + Pupuk TSP (P) 30 g/plot + Pupuk

KCl (K) 60 g/plot

A3 = Pupuk Urea (N) 45 g/plot + Pupuk TSP (P) 45 g/plot + Pupuk

KCl (K) 90 g/plot


(39)

O0 = Tidak di beri pupuk organik

O1 = Pukan Ayam 750 g/Plot + Pukan Sapi 750 g/plot + Kompos Jerami

1.500 g/plot

O2 = Pukan Ayam 1.500 g/Plot + Pukan Sapi 1.500 g/plot + Kompos

Jerami 3.000 g/plot

O3 = Pukan Ayam 2.250 g/Plot + Pukan Sapi 2.250 g/plot + Kompos

Jerami 4.500 g/plot

O4 = Pukan Ayam 3.000 g/Plot + Pukan Sapi 3.000 g/plot + Kompos

Jerami 6.000 g/plot

Dengan demikian terdapat 20 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga di peroleh 60 unit percobaan.

A0O0 A1O0 A2O0 A3O0

A0O1 A1O1 A2O1 A3O1

A0O2 A1O2 A2O2 A3O2

A0O3 A1O3 A2O3 A3O3

A0O4 A1O4 A2O4 A3O4

Model matematik dari Rancangan Petak Terbagi adalah :

Yijk = µ + αi + βj + Ɛij + γk + (βγ)jk + Ɛijk

Keterangan :

Yijk = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dari pemberian pupuk organik pada taraf ke j dan pupuk anorganik pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh ulangan ke-i ; i = 1, 2, 3, (ulangan)

βj = Pengaruh pemberian pupuk anorganik pada taraf ke- j ; j = 1, 2, 3, 4,

(pemupukan pupuk anorganik)

Ɛij = Pengaruh galat pada ulangan ke-i dan pemberian pupuk anorganik pada


(40)

Γk = Pengaruh pupuk organik pada perlakuan ke-k ; k = 1, 2, 3, 4, 5 (pemupukan pupuk organik)

(βγ)jk = Interaksi pemberian pupuk organik pada taraf ke-j dan anorganik pada taraf ke-k

Ɛijk = Pengaruh galat percobaan pada interaksi perlakuan ke-i, perlakuan

pemberian pupuk organik taraf ke-j dan anorganik pada taraf ke-k

Pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilihat dari Sidik ragam.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan

Lahan dibabat dan kemudian dicangkul serta dibersihkan dari rerumputan dan sisa-sisa tanaman yang mengganggu. Pengolahan tanah dilakukan dua kali. Pengolahan tanah pertama yaitu dicangkul sedalam 30 cm, dan dibiarkan lebih kurang selama satu minggu. Pengolahan tanah kedua, tanah dipecah dan kemudian aplikasikan dengan pupuk organik dengan cara dicampurkan langsung ke tanah dan sambil dibuat bedengan dengan ukuran panjang 760 cm, lebar 60 cm, parit drainase lebar 60 cm, tinggi ±30 cm. Parit drainase antar blok perlakuan 50 cm. Kemudian lahan tersebut dibiarkan selama seminggu. Denah percobaan ada di lampiran 3.

Persiapan kompos

Teknis pengomposan berdasarkan metode anaerob, Bahan organik segar (pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan jerami) dikumpulkan (ditumpuk) disuatu tempat dan dibedakan tumpukannya antara kotoran sapi, kotoran ayam dan jerami. Kemudian tumpukan kotoran sapi dan ayam dicampur tanah. Kemudian ditambahkan dekomposer (EM4), dengan perbandingan bahan organik 5 kg : tanah


(41)

5kg : EM4 1cc dicampur 1g gula dan 1000cc air. Kemudian ditutup dengan plastik agar tidak terkena hujan dan panas. dibiarkan selama 2 minggu, setelah matang baru bisa digunakan.

Pemupukan dan Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak

Setelah bedengan siap dibentuk, dilakukan pemupukan dengan pupuk organik. Pupuk organik yang diberikan adalah campuran pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk kompos jerami yang telah siap dikomposkan, dosis sesuai perlakuan dan aplikasinya dilakukan dengan cara dibenamkan di dalam tanah. Kemudian Pupuk anorganik diberikan seminggu setelah aplikasi pupuk organik dilakukan. Pupuk anorganik ini masih ditambah dengan 100 g dolomit dan 2 g insektisida karbofuran per tanaman. Pupuk Anorganik ditaburkan diatas larikkan yang telah dibuat di permukaan bedengan, kemudian ditutup dan dibenamkan di dalam tanah.

Tahap berikutnya pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP), dilakukan pada saat terik matahari agar permukaan MPHP rata dan rapat dengan tanah. Agar pupuk meresap kedalam tanah dan tidak meracuni tanaman melon saat pindah tanam perlu dibiarkan selama 3 hari. Pelubangan MPHP dilakukan sesuai jarak tanam.

Perlakuan Benih

Benih melon dibuka dari kemasan, dicuci untuk menghilangkan lendir. Benih dibungkus plastik yang telah dilubangi dan dicelupkan ke dalam larutan aquades selama 4 jam. Benih ditiriskan kemudian dibungkus handuk basah, diperam dalam kaleng pemeraman, kemudian diisi dengan pasir setebal 5 cm dan dilengkapi dengan lampu pijar 15 watt sebagai pemanas. Lamanya pemeraman ± 24 jam, dijaga agar tetap lembab sampai keluar calon akar sepanjang 2–3 mm.


(42)

Pembibitan

Benih yang telah berkecambah ditanam pada polibag bibit yang berukuran panjang 15 cm, lebar 5 cm, yang diisi dengan campuran 10 kg tanah, 5 kg pupuk

kandang, 80 g NPK (15-15-15) dan 25 g Curater sampai 90% penuh. Untuk

merangsang pertumbuhan kecambah maka ditutup permukaan persemaian dengan karung goni basah. Setiap hari permukaan karung ini disiram secukupnya sampai kecambah muncul di permukaan media. Pembibitan ini diberi sungkup dan pemeliharaannya terdiri dari pembukaan sungkup, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit serta sortasi bibit.

Penanaman Tanaman

Dua sampai tiga hari sebelum pindah tanam, bibit disemprot dengan fungisida Derosal 60 WP 1 g/l air. Pada umur bibit melon 10 hari di polybag kecil (persemaian) dipindah ke lapangan pertanaman.

Jarak tanam dalam barisan adalah 60 cm dan antara barisan 40 cm pada setiap bedengan. Dan penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur satu minggu setelah di pindah ke lapangan.

Pemeliharaan Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara pengendalian hama terpadu (PHT). Pada pertanaman melon sistem lanjaran, sebaiknya tanaman harus secepatnya dilanjarkan dan selanjutnya diikat pada lanjaran tersebut. Pengikatan tanaman melon dilakukan secara rutin setiap 2–3 hari sekali hingga batas panjang tanaman 1 meter.


(43)

Pengendalian hama, penyakit dan gulma diluar dari jadwal yang ditentukan dapat dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari sampai tanah cukup lembab, tetapi tidak sampai becek.

Setelah tanaman berdaun 7-8 helai dilakukan pemangkasan pada tunas yang tumbuh di ketiak daun pertama sampai kelima. Tunas yang tumbuh setelah ruas ke-8 dipangkas dengan tetap menyisakan 2 helai daun. Bila batang utama sudah mencapai 20-25 ruas, dilakukan pangkas pucuk. Waktu yang tepat untuk melakukan pemangkasan adalah saat udara cerah dan kering. Untuk pemangkasan buah dipelihara 3-4 calon buah pada setiap tanaman, terutama yang tumbuh pada cabang ke 10 sampai ke 17. Setelah calon buah sebesar telur ayam, pilih 2 calon buah yang paling baik/bagus yaitu yang berbentuk bulat agak lonjong, sedangkan sisanya dibuang. Bila buah sudah sebesar bola tenis, cabang buahnya diikat dengan tali rafia.

Panen

Buah melon harus dipanen setelah tua benar karena buah tidak matang bila

diperam. Panen dilakukan pada umur 45 hari setelah pembungaan. Penyemprotan pestisida dihentikan 2 minggu sebelum panen. Waktu panen dapat ditentukan dengan mengamati penampakan fisik buah dan umur tanaman. Melon yang sudah matang ditandai dengan jaring di kulit buah telah terbentuk sempurna, tebal dan rata, ada retakan di pangkal tangkai buah, warna kulit buah berubah dari hijau tua menjadi kekuningan, kulit buah terasa halus atau tidak berbulu, muncul aroma yang khas, serta tangkai buah berwarna kekuningan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data 1. pH tanah


(44)

pH tanah diukur dengan alat pH meter di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara (BPTP SU). pH tanah diukur 2 kali yaitu sebelum aplikasi pupuk organik dan pupuk anorganik dan 14 hari setelah aplikasi pupuk organik dan anorganik. .

2. Kadar N, P dan K Tanah

Kadar N, P dan K tanah di ukur sebelum pelaksanaan penelitian dan di akhir penelitian. Pengukuran dilakukan sebelum aplikasi pupuk organik dan anorganik. Setelah penelitian, pengukuran dilakukan pada waktu awal pembentukan buah (early fruit-set).

3. Kadar N, P dan K Tanaman

Penentuan kadar N, P dan K tanaman melon dilakukan pada awal pembentukan buah (early fruit-set) daun ke delapan atau daun terdekat dari bunga betina yang menghasilkan bakal buah yang akan dipelihara. Awal pembentukan buah atau terbentuknya bunga betina terjadi pada umur 32 hari setelah semai (Wijiastuti, 2002).

4. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur sebanyak 3 kali yaitu pada waktu tanaman berumur 21 hari, 28 hari dan 35 hari.


(45)

Untuk menentukan luas daun, daun tanaman sampel dipetik pada awal

pembentukan buah (early fruit-set). Pengukuran dilakukan di laboratorium

dengan menggunakan alat “leaf area meter”. Pengukuran ini dilakukan ketika

daun sampel masih segar.

6. Jumlah Bunga (kuntum)

Jumlah bunga dihitung pada waktu pembentukan buah (early fruit-set).

Penghitungan dilakukan dengan cara menghitung bunga betina atau bakal buah yang tumbuh. Sedangkan bunga jantan yang tumbuh tidak dihitung.

7. Berat Kering Tanaman (g)

Tanaman sampel dibongkar sampai akarnya, dimasukkan ke dalam baskom berisi air untuk dicuci, setelah bersih dimasukkan ke dalam kantong plastik bening dan diberi label. Selanjutnya tanaman sampel dipersiapkan untuk dikeringkan. Batang tanaman dipotong-potong sesuai kantong kertas sampul yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Daun tanaman yang digunakan untuk pengukuran luas daun disatukan dengan batangnya dan dimasukkan ke dalam kantong kertas jerami sesuai label. Tanaman sampel dikeringkan pada suhu 65°C selama 48 jam. Setelah 48 jam, dikeluarkan dari lemari pengering lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit selanjutnya di timbang. Sampel dimasukkan kembali ke dalam pengering dengan suhu 65°C selama 12 jam, kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang lagi. Bila pada penimbangan pertama dan kedua beratnya sama, berarti pengeringan telah sempurna.


(46)

8. Bobot dan Diameter Buah (kg dan cm).

Bobot dan diameter buah tanaman ditentukan dengan menimbang berat buah dalam bobot (kg) dan menghitung diameter buah (cm). Penimbangan bobot buah dilakukan sampai dua angka dibelakang koma. Penentuan diameter buah dengan mengukur lilit buah yaitu pada bagian tengah buah.

9. Total Kadar Gula Buah (% Brix).

Buah yang telah dipanen dibelah lalu dari bagian pangkal, tengah dan ujung buah diambil daging buahnya, kemudian dihancurkan. Selanjutnya ekstrak daging buah tersebut diteteskan ke lensa Hand Refracktometer untuk mengetahui total kadar gula buah (% brix).


(47)

HASIL PENELITIAN Sifat Tanah

Analisis sifat tanah dilakukan setelah 7 hari aplikasi pupuk Anorganik dan 14 hari aplikasi pupuk organik. Parameter tersebut meliputi pH tanah, kandungan N, P dan K tanah.

1. pH Tanah

Hasil analisa pH tanah setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH tanah. pH tanah tertinggi dijumpai pada perlakuan pemberian pupuk anorganik 45 g N/plot + 45 g P2O5/plot + 90 g K2O/plot (A3) yaitu sebesar 5,59

dan yang terendah pada perlakuan tidak diberi pupuk anorganik (A0) dan pada

perlakuan pupuk organik diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan pupuk kandang ayam 3.000 g/Plot + sapi 3.000 g/plot + jerami 6.000 g/plot (A3O4) yaitu sebesar

5,59 dan terendah diperoleh pada perlakuan tidak diberi pupuk organik (O0) yaitu

sebesar 5,30. Sedangkan interaksi perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pH tanah. Respon pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap pH tanah dapat dilihat Tabel 1.


(48)

Organik Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

A0 5,14 5,25 5,29 5,38 5,44 5,30 b

A1 5,20 5,27 5,32 5,41 5,45 5,33 b

A2 5,43 5,45 5,54 5,66 5,72 5,56 a

A3 5,45 5,47 5,58 5,68 5,75 5,59 a

Rataan 5,30 e 5,36 d 5,43 c 5,50 b 5,59 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 1 secara umum dapat dilihat, diperoleh pengaruh yang sangat nyata

pada perlakuan pupuk anorganik dan organik tanah terhadap pH tanah, semakin besar dosis pupuk anorganik dan organik yang diberikan semakin tinggi pula nilai pH tanah. Penambahan pupuk anorganik meningkatkan pH tanah sampai batas perlakuan tertinggi (A3) dan pupuk organik meningkatkan pH tanah hingga perlakuan tertinggi

(O4). Sedangkan interaksi perlakukan pupuk anorganik dan organik walaupun tidak

memberikan pengaruh yang nyata, tetapi akibat pemberian perlakuan pupuk anorganik dan anorganik cenderung meningkatkan pH tanah.

Kadar N, P dan K Tanah Kandungan N tanah

Hasil analisa kandungan N tanah setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan N tanah, diperoleh nilai tertinggi untuk perlakuan anorganik sebesar 0,21% pada perlakuan A3 dan terendah sebesar 0,14% pada perlakuan A0.

Pada perlakuan pupuk organik diperoleh nilai tertinggi sebesar 0,23% pada perlakuan O4 dan terendah sebesar 0,11% pada perlakuan O0. Begitu juga dengan kombinasi


(49)

perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik, memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan N tanah. Kandungan N tanah tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan A3O4 yaitu sebesar 0,29% dan nilai terendah

diperoleh pada kombinasi perlakuan A0O0 sebesar 0,09%. Respon pemberian pupuk

anorganik dan pupuk organik terhadap kandungan N tanah dapat dilihat Tabel 2.

Tabel 2. Rata- rata Kandungan N Tanah (%) pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk

Anorganik dan Organik Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

-- (%) --

A0 0,09 ij 0,10 ij 0,15 efg 0,16 def 0,18 cde 0,14

A1 0,10 hij 0,14 fgh 0,18 cde 0,21 bc 0,24 b 0,18

A2 0,12 ghij 0,14 fgh 0,16 def 0,18 cde 0,19 cd 0,16

A3 0,13 fghi 0,18 cde 0,21 bc 0,23 b 0,29 a 0,21

Rataan 0,11 0,14 0,18 0,20 0,23

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%

Dari Tabel 2 secara umum dapat dilihat, diperoleh pengaruh yang sangat nyata pada perlakuan pupuk anorganik dan organik, pemberian pupuk perlakuan cenderung meningkatkan kandungan N tanah. Pada perlakuan pupuk anorganik, peningkatan

kandungan N tanah terjadi hingga perlakuan A1, setelah itu menurun akibat

penambahan perlakuan pupuk anorganik sampai batas perlakuan A2, kemudian

meningkat kembali kandungan N tanah hingga perlakuan pupuk anorganik tertinggi yaitu A3. Sedangkan pada perlakuan pupuk organik, akibat penambahan dosis pupuk

perlakuan cenderung meningkat hingga dosis perlakuan pupuk organik tertinggi yaitu

perlakuan O4. Pada kombinasi perlakuan, pemberian pupuk anorganik dan pupuk


(50)

tertinggi (A3O4). Semakin besar dosis kombinasi pupuk anorganik dan pupuk

organik diberikan, semakin tinggi kandungan N tanah.

Kandungan P tanah

Hasil analisa kandungan P tanah setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kandungan P tanah. Diperoleh nilai P tanah tertinggi pada pemberian pupuk anorganik sebesar 25,708 ppm pada A3 dan terendah pada perlakuan A0 yaitu

sebesar 18,644 ppm. Pada perlakuan pupuk organik diperoleh nilai P tanah tertinggi

sebesar 26,766 ppm (O4) dan terendah pada perlakuan O0 sebesar 17,858 ppm.

Interaksi perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kandungan P tanah. Respon pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap kandungan P tanah dapat dilihat Tabel 3.

Tabel 3. Rata- rata Kandungan P Tanah (ppm) pada Setiap Taraf Aplikasi

Pupuk Anorganik dan Organik Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

---ppm---

A0 15,96 17,44 17,29 19,97 22,54 18,64 c

A1 18,37 21,98 23,53 25,91 27,00 23,36 b

A2 17,22 20,98 24,66 23,48 26,47 22,55 b

A3 19,87 22,49 28,42 26,70 31,04 25,70 a

Rataan 17,85 d 20,72 c 23,47 b 24,02 b 26,76 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%


(51)

Hasil analisa kandungan K tanah setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap parameter kandungan K tanah. Diperoleh nilai tertinggi pada pemberian pupuk anorganik sebesar 0,34 me/100g (A3) dan terendah pada perlakuan A0 yaitu

sebesar 0,22 me/100g. Pada perlakuan pupuk organik diperoleh nilai tertinggi sebesar 0,42 me/100g (O4) dan terendah pada perlakuan O0 sebesar 0,19 me/100g. Interaksi

perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap kandungan K tanah. Diperoleh nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan A3O4 sebesar 0,56 me/100g dan nilai terendah diperoleh

pada kombinasi perlakuan A0O0 dan A2O0 dengan masing-masing 0,17 me/100g.

Respon pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap kandungan K tanah dapat dilihat Tabel 4.

Tabel 4. Rata- rata Kandungan K Tanah (me/100g) pada Setiap Taraf Aplikasi

Pupuk Anorganik dan Organik. Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

---Me/100 g---

A0 0,17 i 0,18 hi 0,18 hi 0,24 fgh 0,33 c 0,22

A1 0,20 ghi 0,26 cdefg 0,31 cde 0,33 c 0,46 b 0,31

A2 0,17 i 0,25 defgh 0,28 cdef 0,29 cdef 0,32 cd 0,26

A3 0,23 ghi 0,28 cdef 0,33 c 0,32 cd 0,56 a 0,34

Rataan 0,19 0,24 0,28 0,29 0,42

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%


(52)

Kadar Tanaman 1. Kadar N tanaman

Hasil analisa kadar N tanaman setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap parameter kadar N tanaman. Diperoleh nilai tertinggi pada pemberian pupuk anorganik sebesar 1,25 % (A3) dan terendah pada perlakuan A0 yaitu sebesar

0,66 %. Pada perlakuan pupuk organik diperoleh nilai tertinggi sebesar 1,56 % (O4)

dan terendah pada perlakuan O0 sebesar 0,51 %. Kombinasi perlakuan antara

pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar N tanaman. Diperoleh nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan A3O4 sebesar 2,12% dan nilai terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan A2O0

dengan nilai 0,29%. Respon pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap kadar N tanaman dapat dilihat Tabel 5.

Tabel 5. Rata- rata Kadar N Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk

Anorganik dan Organik. Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

--(%)--

A0 0,40 i 0,55 hi 0,44 i 0,65 ghi 1,25 c 0,66

A1 0,62 ghi 0,87 defg 1,10 cdi 1,24 c 1,72 b 1,11

A2 0,29 g 0,80 efgh 0,98 cdef 1,02 cdef 1,14 cd 0,85

A3 0,73 fgh 0,97 cdef 1,25 c 1,17 cd 2,12 a 1,25

Rataan 0,51 0,80 0,94 1,02 1,56

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%


(53)

2. Kadar P tanaman

Hasil analisa kadar P tanaman setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap parameter kadar P tanaman. Diperoleh nilai tertinggi pada pemberian pupuk anorganik sebesar 0,10% (A3) dan terendah pada perlakuan A0 yaitu sebesar 0,04%.

Pada perlakuan pupuk organik diperoleh nilai tertinggi sebesar 0,13% (O4) dan

terendah pada perlakuan O0 sebesar 0,03%. Interaksi perlakuan antara pemberian

pupuk organik dan pupuk anorganik menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar P tanaman. Diperoleh nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan A3O4

sebesar 0,18% dan nilai terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan A2O0 dengan

nilai 0,02%. Respon pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap kadar P tanaman dapat dilihat Tabel 6.

Tabel 6. Rata- rata Kadar P Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk

anorganik dan Organik. Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

--(%)--

A0 0,02 h 0,03 efgh 0,03 gh 0,04 fgh 0,09 cd 0,04

A1 0,04 fgh 0,06 defg 0,08 cde 0,09 cd 0,14 b 0,08

A2 0,02 h 0,06 defg 0,07 cdef 0,07 cdef 0,08 cde 0,06

A3 0,05 efgh 0,07 cdef 0,10 c 0,09 cd 0,18 a 0,10

Rataan 0,03 0,05 0,07 0,07 0,13

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%


(54)

Kadar K Tanaman

Hasil analisa kadar K tanaman setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik

dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap parameter kadar K tanaman. Diperoleh nilai tertinggi pada pemberian pupuk anorganik sebesar 0,55 % (A3) dan terendah pada perlakuan A0 yaitu sebesar 0,33

%. Kombinasi perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik

menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar K tanaman. Diperoleh nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan A3O4 sebesar 0,92% dan nilai terendah diperoleh

pada kombinasi perlakuan A2O0 dengan nilai 0,17%. Respon pemberian pupuk

anorganik dan pupuk organik terhadap kadar K tanaman dapat dilihat Tabel 7.

Tabel 7. Rata- rata Kadar K Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk

Anorganik dan Organik Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

--(%)--

A0 0,23 c 0,30 c 0,25 c 0,35 c 0,55 abc 0,33

A1 0,33 c 0,42 bc 0,50 bc 0,55 abc 0,77 ab 0,51

A2 0,17 c 0,41 bc 0,47 bc 0,48 bc 0,52 abc 0,41

A3 0,38 bc 0,45 bc 0,54 abc 0,46 bc 0,92 a 0,55

Rataan 0,28 0,40 0,44 0,46 0,69

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Hasil pengamatan aplikasi pemupukan anorganik dan organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman serta hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 17-30. Parameter tersebut meliputi tinggi tanaman, jumlah bunga, diameter buah, luas daun, berat kering tanaman, produksi dan kandungan gula.


(55)

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatan tinggi tanaman setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 19. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi ada pada perlakuan O4 dan pada perlakuan A2 (Tabel 8).

Tabel 8. Rata- rata Tinggi Tanaman pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk

Anorganik dan Organik. Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

--- cm ---

A0 153,77 160,60 164,97 163,83 171,80 162,99 c

A1 160,03 163,13 165,30 170,50 177,43 167,28 ab

A2 160,53 167,80 165,57 171,77 181,20 169,37 a

A3 159,00 160,97 165,57 170,80 173,83 166,03 b

Rataan 158,33 d 163,13 c 165,35 c 169,23 b 176,07 a

Keterangan :

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%

Jumlah Bunga (Kuntum)

Hasil pengamatan jumlah bunga setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga tetapi sangat nyata akibat perlakuan pupuk organik. Kombinasi perlakuan antara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah bunga.


(56)

Tabel 9. Rata- rata Jumlah Bunga pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik dan Organik.

Pupuk An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

--- kuntum ---

A0 2,22 2,18 2,31 2,54 2,70 2,39

A1 1,85 2,21 2,15 2,35 2,37 2,19

A2 2,09 2,60 2,55 2,80 2,47 2,50

A3 2,04 2,24 2,30 2,21 2,07 2,17

Rataan 2,05 b 2,31 a 2,32 a 2,47 a 2,40 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%

Diameter Buah (cm)

Hasil pengamatan diameter buah setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 22 dan 23. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter buah, dan diperoleh nilai tertinggi sebesar 49,17 cm (A3) dan nilai terendah sebesar

45,39 cm (A0). Sementara pemberian pupuk organik tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap diameter buah. Kombinasi perlakuan antara pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik juga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap diameter buah. Respon pemberian pupuk anorganik dan organik terhadap diameter buah dapat dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Rata- rata Diameter Buah pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk

Anorganik dan Organik. Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

---cm---


(57)

A1 46,30 46,37 46,62 49,28 47,64 47,24 ab

A2 47,81 49,53 47,96 51,76 48,43 49,10 a

A3 48,43 49,47 49,18 48,58 50,20 49,17 a

Rataan 46,76 47,61 47,13 48,86 48,26

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Beda Duncan pada taraf 5%

Luas Daun (mm2)

Hasil pengamatan luas daun setelah aplikasi pupuk anorganik dan organik dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun, dan diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan pemberian pupuk anorganik adalah sebesar 709,59 mm2 (A3) dan nilai terendah sebesar 452,66 mm2 (A0). Pemberian

pupuk organik juga pengaruh yang sangat nyata terhadap luas daun dan diperoleh nilai tertinggi sebesar 842,45mm2 (O3) dan nilai terendah sebesar 382,45mm2 (O0).

Kombinasi perlakuan antara pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap luas daun. Diperoleh nilai diameter buah terbesar pada kombinasi perlakuan A3O4 sejumlah 1.069,76mm2 dan

nilai terendah diperoleh pada kombinasi perlakuan A2O0 dengan nilai 245,07 mm2.

Respon pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik terhadap jumlah bunga dapat dilihat Tabel 11.

Tabel 11. Rata- rata Luas Daun pada Setiap Taraf Aplikasi Pupuk Anorganik

dan Organik Pupuk

An-organik

Pupuk Organik

Rataan

O0 O1 O2 O3 O4

--mm2--

A0 317,50 k 415,94 i 349,64 j 472,54 ghi 707,68 c 452,66

A1 457,52 hi 562,42 efg 651,08 cde 704,21 c 916,34 b 658,31


(1)

O1 590,60 550,63 546,02 1.687,25 562,42 O2 653,82 646,07 653,34 1.953,23 651,08 O3 685,32 710,03 717,29 2.112,64 704,21 O4 943,31 909,64 896,07 2.749,02 916,34 3.347,13 3.284,15 3.243,43 9.874,71 A2 O0 228,19 248,79 258,24 735,22 245,07

O1 650,19 506,54 477,47 1.634,20 544,73 O2 632,02 614,82 605,13 1.851,97 617,32 O3 554,75 660,85 669,09 1.884,69 628,23 O4 648,74 673,69 705,67 2.028,10 676,03 2.713,89 2.704,69 2.715,60 8.134,18 A3 O0 545,54 478,92 504,60 1.529,06 509,69

O1 714,87 528,82 550,87 1.794,56 598,19 O2 723,59 702,27 670,05 2.095,91 698,64 O3 520,10 748,06 746,85 2.015,01 671,67 O4 1.092,53 1.066,37 1.050,38 3.209,28 1.069,76

3.596,63 3.524,44 3.522,75 10.643,82 Total 11.853,37 11.784,34 11.804,92 35.442,63

Rataan 592,67 589,22 590,25 590,71

Lampiran 25. Sidik Ragam Data Pengamatan Luas Daun

SK DB JK KT Fhit F01 F01

Blok 2 125,60 62,80 0,11 tn 5,14 10.92

Pupuk Anorganik (A) 3 601.579,62 200.526,54 360,96 ** 4,76 9,78

Galat a 6 3.333,18 555,53

Organik (O) 4 1.336.064,70 334.016,18 65,26 ** 2,67 3,97 Interaksi (AxO) 12 214.365,56 17.863,80 3,49 ** 2,07 2,80

Galat o 32 163.795,99 5.118,62

Total 59 2.319.264,65

KK(a) = 3,99%

KK(o) = 12,11%

Lampiran 26. Data Pengamatan Berat Kering Tanaman (Kg)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

A0 O0 16,93 10,81 11,58 39,32 13,11 O1 21,18 14,97 15,36 51,51 17,17 O2 10,20 16,39 16,71 43,30 14,43


(2)

O3 13,53 21,67 23,32 58,52 19,51 O4 28,80 29,91 28,93 87,64 29,21

90,64 93,75 95,90 280,29

A1 O0 19,57 19,31 17,78 56,66 18,89 O1 24,38 22,73 22,54 69,65 23,22 O2 26,99 26,67 26,97 80,63 26,88 O3 28,29 29,31 29,61 87,21 29,07 O4 38,94 37,55 36,99 113,48 37,83 138,17 135,57 133,89 407,63 A2 O0 9,45 10,27 10,66 30,38 10,13

O1 26,84 20,91 19,71 67,46 22,49 O2 26,09 25,38 24,98 76,45 25,48 O3 22,90 27,28 27,62 77,80 25,93 O4 26,78 27,81 29,13 83,72 27,91 112,06 111,65 112,10 335,81 A3 O0 22,52 19,77 20,83 63,12 21,04

O1 29,51 21,83 22,74 74,08 24,69 O2 29,87 28,99 27,66 86,52 28,84 O3 21,47 30,88 30,83 83,18 27,73 O4 45,10 44,02 43,36 132,48 44,16

148,47 145,49 145,42 439,38 Total 489,34 486,46 487,31 1.463,11

Rataan 24,47 24,32 24,37 24,39

Lampiran 27. Sidik Ragam Data Pengamatan Berat Kering Tanaman

SK DB JK KT Fhit F01 F01

Blok 2 0,22 0,11 0,12 tn 5,14 10,92

Pupuk Anorganik (A) 3 1.025 341,67 359,65 ** 4,76 9,78

Galat a 6 5,68 0,95

Organik (O) 4 2.276,2 569,05 65,26 ** 2,67 3,97 Interaksi (AxO) 12 365,07 30,42 3,49 ** 2,07 2,80

Galat o 32 279,07 8,72

Total 59 3.951,24

KK(a) = 3,99%

KK(o) = 12,11%

Lampiran 28. Data Pengamatan Bobot Buah (Produksi) (Kg)


(3)

I II III

A0 O0 1,44 1,72 1,77 4,93 1,64

O1 1,47 2,58 2,01 6,06 2,02

O2 1,41 1,72 2,23 5,36 1,79

O3 1,38 1,42 1,94 4,74 1,58

O4 1,91 1,83 1,93 5,67 1,89

7,60 9,27 9,88 26,76

A1 O0 1,30 1,44 1,41 4,15 1,38

O1 1,41 1,45 1,36 4,21 1,40

O2 1,77 1,81 1,95 5,53 1,84

O3 2,59 2,28 1,67 6,54 2,18

O4 2,86 2,52 2,72 8,10 2,70

9,92 9,50 9,11 28,54

A2 O0 1,81 1,91 2,38 6,10 2,04

O1 1,99 2,85 2,73 7,57 2,53

O2 2,33 3,00 2,59 7,92 2,64

O3 2,15 2,82 2,22 7,19 2,40

O4 1,61 2,01 1,96 5,58 1,86

9,89 12,59 11,88 34,36

A3 O0 1,96 1,88 1,90 5,74 1,92

O1 2,03 1,99 1,87 5,89 1,96

O2 3,00 2,42 2,26 7,68 2,56

O3 1,58 1,41 1,43 4,42 1,48

O4 1,95 2,04 1,53 5,52 1,84

10,52 9,74 8,99 29,25

Total 37,94 41,12 39,85 118,91

Rataan 1,90 2,06 1,99 1,98

Lampiran 29. Sidik Ragam Data Bobot Buah (Produksi)

SK DB JK KT Fhit F05 F01

Blok 2 0,26 0,13 0,57 tn 5,14 10,92

Pupuk Anorganik (A) 3 2,13 0,71 3,09 tn 4,76 9,78

Galat a 6 1,37 0,23

Organik (O) 4 1,46 0,37 6,17 ** 2,67 3,97

Interaksi (AxO) 12 5,77 0,48 8,00 ** 2,07 2,80

Galat o 32 1,83 0,06

Total 59 12,82

KK(a) = 24,22%


(4)

Lampiran 30. Data Pengamatan Kandungan Gula ( % Brix)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

A0 O0 5,40 5,40 5,60 16,40 5,467

O1 8,60 5,80 6,20 20,60 6,867

O2 6,80 6,60 6,20 19,60 6,533

O3 9,40 7,20 6,80 23,40 7,800

O4 7,80 8,00 6,80 22,60 7,533

A1 O0 5,80 5,60 6,60 18,00 6,000

O1 6,40 5,80 6,60 18,80 6,267

O2 6,80 6,60 8,80 22,20 7,400

O3 6,80 6,80 6,80 20,40 6,800

O4 7,40 7,20 7,20 21,80 7,267

A2 O0 6,60 6,40 6,40 19,40 6,467

O1 6,80 6,80 7,00 20,60 6,867

O2 7,20 6,80 6,80 20,80 6,933

O3 7,40 7,20 7,20 21,80 7,267

O4 7,40 7,40 7,60 22,40 7,467

A3 O0 7,20 6,80 6,80 20,80 6,933

O1 7,40 7,20 7,80 22,40 7,467

O2 7,60 7,80 7,80 23,20 7,733

O3 7,60 7,40 7,40 22,40 7,467

O4 7,40 7,80 7,60 22,80 7,600

Total 143,80 136,60 140,00 420,40

Rataan 7,190 6,830 7,000 7,01

FK= 2945,60

Lampiran 31. Sidik Ragam Pengamatan Kandungan Gula.

SK db JK KT Nilai F

Fhit ket F05 F01

Blok 2 1,30 0,65 0,78 tn 5,14 10,92

Pupuk Anorganik (A) 3 4,25 1,42 1,71 tn 4,76 9,78

Error a 6 4,99 0,83 _ _ _

Organik (O) 4 11,79 2,95 12,29 ** 2,67 3,97 Interaksi (AxO) 12 5,72 0,48 2,00 tn 2,07 2,80

Error b 32 7,79 0,24 _ _ _

Total 59 35,84 _ _ _ _

KKa= 13,08% KKb= 6,99%


(5)

Lampiran 32. Daftar Hasil Analisa Tanah Awal Kecamatan Batangkuis

Tekstur Tanah

Bahan

Organik pH ( 1 : 2,5)

P2O5 Bray 2

(ppm)

Ekstraks N-4 Acetat pH 7, Normalitas 1 N

me/100 g

Pasir : 2 % C : 2,23 H2O : 6,9 70,80 K : 0,29

Debu : 56 % N : 0,33 Ca : 13,58

Liat : 42 % C/N : 7,06 Mg : 5,86

Tekstur : Liat Berdebu


(6)

Lampiran 33. Kandungan Unsur Hara Pupuk Kandang NO Jenis Analisis Pupuk Kandang

Sapi

Pupuk Kandang Ayam

1 N-Total ( % ) 0.99 1.04

2 P2O5 –Total ( % ) 0.70 0.90

3 K2O ( % ) 0.48 0.06