PENGARUH BERBAGAI PUPUK KANDANG DAN PUPUK PELENGKAP PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

(1)

PENGARUH BERBAGAI PUPUK KANDANG DAN PUPUK PELENGKAP PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

Oleh Bagus Prambudi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

Judul Skripsi : PENGARUH BERBAGAI PUPUK KANDANG DAN PUPUK

PELENGKAP PADA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET Nama Mahasiswa : Bagus Prambudi

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714012034

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Kus Hendarto, M.S. Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S.

NIP 195703251984031001 NIP 19610111987032005

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. NIP 19641118 198902 1 002


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Kus Hendarto, M.S.

Sekretaris : Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S.

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Yohannes C. Ginting, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(4)

PENGARUH BERBAGAI PUPUK KANDANG DAN PUPUK PELENGKAP PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

(Skripsi)

Oleh Bagus Prambudi

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

ABSTRAK

THE EFFECT OF VARIANT AND COMLEMEN FERTILIZER ON GROWING AND PRODUCTION OF MELON (Cucumis melo L.)

SKY ROCKET KULTIVAR

By

Bagus Prambudi

Melon (Cucumis melo L.) is the one of vegetable that has a high commercial price. Manure fertilizer (chicken, goat, rabbit, and cow) on the basic fertilizer, because its could fix the chemical, physic and biologys unsure of soil.

Complimen Fertilizer contain the micro unsure could complementing the decreasing organic fertilizer.

The purpose: (1) knowing the effect of application the variant of fertilizer on melon’s growing and production; (2) knowing the effect of concentration on compliment fertilizer on growing and production of melon; (3) knowing if there is dependency between the variant of manure fertilizer and concentration of

compliment fertilizer in order to produce growing and production of melon. The research uses factorial treatment design (4 kinds of manure fertilizer (chicken, Goat, rabbit, sapi) x 4 concentration of Plant catalyst (0,1,2,3 g/l) on perfect random group design and do it 3 times. Its using uniform analyze and fulfill assumption on uniform analyze is testea with bartllet and aditivity tested with tukey, and its’s continued with polinomial ortogonal an 5% level.

The result of research shows that application of manure fertilizer such as chicken, rabbit, or cow don’tmake a different respons an plant’s heigh changing, leaves number, fruit weight and solution total; but application of goat manure fertilizer make a best respons on fruit diametre. Application of compliment of fertilizer an 3 g/l concentrate doesnt make a differences on growing and the result melon. Goat manure fertilizer and compliment fertilizer 2 g/l make a highest of diametre of melon.


(6)

ABSTRAK

PENGARUH BERBAGAI PUPUK KANDANG DAN PUPUK PELENGKAP PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) KULTIVAR SKY ROCKET

Oleh Bagus Prambudi

Melon (Cucumis melo L.) adalah sayuran buah bernilai komersial tinggi. Pupuk kandang (ayam, kambing, kelinci, dan sapi) baik untuk pupuk dasar, karena dapat memperbaiki sifak fisik, kimiawi, dan biologis tanah. Pupuk pelengkap

mempunyai kandungan unsur mikro yang dapat melengkapi kekurangan pupuk organik.

Penelitian bertujuan: (1) mengetahui pengaruh pemberian berbagai pupuk kandang pada pertumbuhan dan produksi melon; (2) mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk pelengkap pada pertumbuhan dan produksi melon; (3) mengetahui apakah ada ketergantungan antara jenis pupuk kandang dan konsentrasi pupuk pelengkap dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi melon. Penelitian menggunakan rancangan perlakuan faktorial (4 macam pupuk kandang (ayam, kambing, kelinci, sapi) x 4 konsentrasi Plant Catalyst (0,1,2,3g/l) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna diulang 3 kali. Data dianalisis ragam dan telah memenuhi asumsi analisis ragam yaitu diuji dengan uji Bartllet dan aditivitas diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam, kelinci atau sapi tidak menghasilkan respons yang berbeda bagi peubah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot buah, dan total padatan terlarut; namun pemberian pupuk kandang kambing menghasilkan respons yang paling baik pada diameter buah. Pemberian pupuk pelengkap sampai konsentrasi 3 g/l tidak menghasilkan perbedaan dalam pertumbuhan dan hasil melon. Pupuk kandang kambing yang disertai pupuk pelengkap konsentrasi 2 g/l menghasilkan diameter buah melon yang tertinggi.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pecuk, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulung Agung Jawa Timur pada tanggal 1 Maret 1988. Penulis adalah anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Mustahid Nur dan Ibu Suyatin.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di SD An-Nur Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 1995 Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke sekolah dasar di SD An-Nur

Bandar jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2000, kemudian penulis melanjutkan pendidikanya di SLTPN 7 Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Terbanggi Besar Poncowati, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis terdaftar kembali sebagai mahasiswa Program Studi (PS) Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Sejak tahun 2008 PS Hortikultura bergabung dengan PS Agronomi, Jurusan Ilmu Tanah, dan Jurusan Proteksi Tanaman menjadi PS Agroteknologi.


(8)

vii

Penulis melaksanakan praktik umum di Taman Buah Mekarsari (TBM) Cileungsi Bogor Jawa Barat pada bulan Juli─Agustus 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan keorganisasian pecinta alam yaitu Raga Pecinta Alam (RAGAPALA) pada tahun 2006 – 2011. Pada tahun 2007─2008, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Budidaya Tanaman (Himadita) Fakultas Pertanian sebagai kader. Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan seperti Latihan Kepemimpinan Menengah Tingkat Dasar (LKMTD), Training Organisasi dan Profesi BDP, Kemah Bakti Mahasiswa (KBM) di Himpunan Mahasiswa Budidaya Tanaman (HIMADITA), serta berbagai seminar daerah seperti; “Pelatihan Pembuatan Kompos dan Pembuatan proposal PKM” dan seminar tentang kukang “ Kondisi Saat ini dan Permasalahanya”. Pada tahun 2008-2009, penulis terdaftar sebagai anggota bidang kaderisasi di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA-AET) Fakultas Pertanian. Pada tahun 2009-2010 penulis tercatat sebagai Wakil Ketua Umum Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AET). Pada tahun ajaran 2010-2011 penulis menjadi asisten dosen pada praktikum Kapita Selekta

Tanaman Hias, Budidaya Nirtanah, dan sebagai asisten dosen pada kegiatan Cooperate Sosial Responsibility di PT Coca Cola, juga sebagai Tim Pengawas Independent (TPI) dari Universitas Lampung. Pada tahun ajaran 2011/2012 menjadi asisten dosen pada Praktikum Mata Kuliah Kewirausahaan dan sebagai penyuluh utusan dosen di kegiatan” Optimalisasi Lingkungan Pekarangan” yang diadakan oleh Dinas Pertanian Propinsi Lampung.


(9)

Rasa syukur selalu ditujukan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Kupersembahkan karyaku ini untuk Bapak Mustahid Nur, Ibu Suyatin dan Ibu Sri Handayani, adik-adikku Muhamad Andi Rosadi, Viona Clarissa Amanda, dan


(10)

Lakukan, lakukan, dan lakukanlah apa yang kau yakini karena manusia itu hidup dalam keyakinannya.

Jangan pernah berpikir bahwa setiap apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang sia sia, rugi itu belajar dan hiduplah tanpa penyesalan.

Janganlah hidup seperti gulma tapi hiduplah seperti rumput liar. Jangan pernah menjadi pribadi yang merugikan orang banyak. Walaupun dalam hidup kau selalu

jatuh tetapi kau punya semangat yang takkan pernah padam. Jangan sampai sikap pasrah bunuh impianmu yang megah.


(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa taala atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Berbagai Pupuk Kandang dan Pupuk Pelengkap Pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Cucumis melo L.) Kultivar Sky Rocket. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad

shallallahu alaihi wa sallam.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran dan terselesaikannya skripsi ini, yaitu 1. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku Ketua jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S. selaku Pembimbing Utama sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi, bimbingan serta fasilitas yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S. selaku anggota Komisi Pembimbing atas saran, nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.


(12)

xi

5. Bapak Ir. Yohanes Cahya ginting, M.P. selaku Penguji bukan pembimbing atas saran, arahan dan bimbingan yang telah diberikan.

6. Bapak (Mustahid Nur), Ibu (Suyatin dan Sri Handayani), Adik (Muhammad Andi Rosadi, Viona Clarissa Amanda, dan Muhammad Hafiz Sava Raditya ), dan juga Eliza Pratiwi (Eza) atas doa, bantuan, kasih sayang, motivasi, serta dukungan dalam semua hal kepada penulis.

7. Sahabat seperjuangan selama penelitian dan penulisan skripsi: Akhmad Komarudin S.P., Anggi setyawan, S.P., Echa Desta Sagita, S.P., dan Enggalih Melratri, S.P., atas kebersamaan, kerjasama, bantuan, saran, motivasi, dan dukungan yang telah diberikan.

8. Teman- teman FORMATIN, mas Min, Mas buser, Talen, abang-abang Yondri, S.P., Mitra Jani Pramuda, S.P., Rudiyanto, S.P., Rachmat Tyas Pardi Aji, S.P., Agus Chandra, S.P., Topan Dieva, S.P., Akhmad Komarudin, S.P., Arif Aditya, Dewansyah Sabtaki, Panji Setyo Ariska, Satrio Trihandono, Syamsu Ardhona, Iman Alzy, Rizky T, Anggita, Darma, Fajar, Saede, Santos, Mamang, Byun, Rifky, Putu, Zelwia, Farchan, Mustika Adzania, Genadi, Maulana, Nisya, Alamanda atas bantuan, dukungan, persahabatan, dan kebesamaanya selama ini.

9. Teman-teman HORTIKULTURA Annisa Ayu Fitri, S.P., Fadlina Sosiawati, S.P., Suvi Etika Sari, S.P., Fitri Maya Sari, S.P., Wendy Saputri, S.P., Prita Wulansari, S.P., Eka Permatasari, S.P., Fabyan Tusya, S.P., Icha Maretha, Mas Ricko, Pakde Mis, serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, atas bantuan, dukungan, persahabatan, dan kebersamaan selama ini.


(13)

xii

Semoga keberkahan dan rahmat Allah subhanahu wa ta ala selalu dilimpahkan atas keikhlasan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 16 Mei 2012 Penulis,


(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ... xv

DAFTAR GAMBAR... xviii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian... 4

C. Landasan Teori... 4

D. Kerangka Pemikiran ... ... 9

E. Hipotesis... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA .... ... 13

A. Tanaman Melon... ... 13

B. Botani Tanaman melon dan Syarat Tumbuh... 14

C. Pengaruh Media Tanam Organik dan Pupuk Pelengkap Plant Catalyst pada Tanaman ... ... 14

III. METODOLOGI . ... 20

A. Tempat dan Waktu ... 20

B. Alat dan Bahan... 20

C. Metodologi Penelitian... 20

D. Prosedur Percobaan... 21

1. Persiapan Pratanam... 21

1.1 Persiapan Lahan... 21

1.2 Pembuatan Rumah Persemaian ... ... 21


(15)

xiv

1.4 Kebutuhan Benih... 22

1.5 Penyemaian benih... 22

1.6 Pemeliharaan Bibit... 22

1.7 Pembuatan Larutan Nutrisi... 22

1.8 pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)... 24

1.9 Pengajiran... 24

2. Pembuatan Media... 25

2.1 Media Semai... 25

2.2 Media Tanam... 25

3. Pemeliharaan Tanaman... 25

3.1 Penanaman... 25

3.2 Penyiraman... 25

3.3 Pemupukan... 26

3.4 Pewiwilan... 27

3.5 Pelilitan... 27

3.6 penyerbukan ... 28

3.7 Seleksi Buah... 28

3.8 Topping... 39

3.9 Pengendalian Hama Penyakit... 39

3.10 Panen... 30

4. Variabel Pengamatan... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN . ... 32

A. Hasil Penelitian... 32

B. Pembahasan... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN .... ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN... ... ... .44-69


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi pupuk Plant Catalyst dan tinggi tanaman melon pada empat macam pupuk

kandang... 33 2. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi pupuk Plant Catalyst

dan jumlah daun tanaman melon pada empat macam pupuk

kandang... 34 3. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi pupuk Plant Catalyst

dan bobot buah tanaman melon pada empat macam pupuk

kandang... 35 4. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi pupuk Plant Catalyst

dan diameter buah tanaman melon pada empat macam pupuk

kandang... 36 5. Pola hubungan antara peningkatan konsentrasi pupuk Plant Catalyst

dan total padatan terlarut tanaman melon pada empat macam pupuk

kandang... 37 6. Tata letak petak percobaan... 45


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Melon ( Cucumis melo L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang memiliki nilai ekonomi dan prospek pasar yang cukup besar. Komoditas ini diminati oleh masyarakat dan memiliki harga yang relatif tinggi, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Data ekspor menunjukkan bahwa melon merupakan komoditas penghasil devisa kelima dari kelompok sayuran buah. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Deptan (2009) yang dikutip oleh Sobir dan Siregar (2010), volume ekspor melon terus mengalami penurunan. Pada tahun 2005 ekspor melon sebesar 321,445 ton, pada tahun 2006 sebesar 140,931 ton, dan tahun 2007 sebesar 51,624 ton dan pada tahun 2008 sebesar 39,433 ton. Pada luasan 1 hektar produktivitas rata rata mencapai 27,6 ton. Penurunan ini diduga karena peningkatan konsumsi dalam negeri yang tinggi serta kegiatan budidaya yang kurang optimal. Dari data tersebut tampak bahwa potensi konsumsi dalam negeri cukup besar tetapi tidak didukung oleh budidaya yang optimal (Sobir dan Siregar, 2010).

Berbagai macam pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ayam, kambing, kelinci, dan sapi memiliki kandungan unsur hara baik makro maupun mikro yang dapat memperbaiki sifat fisik, biologis maupun kimia tanah. Macam-macam pupuk kandang tersebut merupakan bahan organik yang dapat digunakan untuk


(18)

2 pembenah kualitas tanah. Tanah yang mengandung bahan organik mempunyai warna yang gelap. Di samping itu, tekstur tanah yang berkaitan dengan

perbandingan pasir, liat, dan debu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman melon.

Pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi, kambing, ayam, dan kelinci umumnya berbeda dalam dekomposisinya. Kotoran sapi lebih lama

terdekomposisi daripada kotoran ayam, kambing, dan kelinci (Sutejo dan Kartasapoetra, 1988 yang dikutip oleh Trihastoaji, (2008). Dekomposisi dipengaruhi oleh kadar air kotoran hewan. Jika kadar air dalam kotoran hewan lebih rendah maka proses dekomposisi semakin cepat (Setyamidjaja 1986, yang dikutip oleh Trihastoadji, 2008). Menurut (Sajimin, Raharjo, dan Purwantari 2003), kandungan serat kasar pada kotoran kelinci sangat rendah sehingga lebih cepat terdekomposisi.

Pupuk pelengkap mengandung unsur hara lengkap baik makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman agar tanaman tumbuh sehat, tahan dari hama penyakit, dan fluktuasi cuaca. Pupuk pelengkap Plant Catalystmerupakan katalisator dan berperan dalam mengefektifkan serta mengoptimalkan tanaman dalam menyerap pupuk-pupuk utama dari dalam tanah dan dari pupuk dasar (NPK, SP-36, KCl, ZA, Urea, dan pupuk kandang). Plant Catalyst umumnya merupakan pupuk majemuk yang berguna untuk melengkapi penggunaan pupuk makro (N, P, dan K) dan menambah unsur hara lain karena kandungan utamanya adalah unsur hara mikro sehingga dapat mendukung produktivitas tanaman (Tim Plant Catalyst 2006).


(19)

3 Konsentrasi pupuk yang digunakan pada setiap jenis tanaman berbeda, hal ini karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara bagi tanaman melon itu sendiri sehingga efisiensi dalam penggunaan pupuk yang diikuti dengan produksi yang optimal (Setyamidjaja, 1986)

Pemberian pupuk kandang ayam menghasilkan tanggapan lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman kailan batang dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dan kambing (Triastoadji, 2008). Pemberian pupuk kandang sapi dan ayam meningkatkan tinggi tanaman, panjang seludang daun, jumlah seludang daun, dan bobot kering akar (Rusnedi, 2005). Hasil riset tiga peneliti dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak Bogor), Sajimin, Rahardjo, dan Purwantari (2005) menyimpulkan, pupuk kandang dari kotoran kelinci berpengaruh pada pertumbuhan maupun produksi rumput P. maximum dan leguminos

S. hamata setelah 6 kali panen (umur 258 hari).

Berdasarkan latar belakang masalah maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan berbagai jenis pupuk kandang memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon kultivar Sky Rocket?

2. Apakah peningkatan konsentrasi pupuk pelengkap menghasilkan kecenderungan yang meningkat atau kuadratik dalam pertumbuhan dan produksi tanaman melon kultivar Sky Rocket?


(20)

4 3. Apakah terdapat pertumbuhan dan produksi yang optimal jika

penggunaan pupuk kandang disertai dengan pupuk pelengkap (Plant Catalyst) dalam konsentrasi yang semakin ditingkatkan dari 0 sampai 3 g/l.

B. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah maka disusun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh pemberian berbagai jenis pupuk kandang pada pertumbuhan dan produksi tanaman melon kultivar Sky Rocket.

2. Mengetahui kecenderungan respons dari berbagai konsentrasi pupuk pelengkap (Plant Catalyst) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman melon kultivar Sky Rocket.

3. Mengetahui ada atau tidaknya ketergantungan antara pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan konsentrasi Plant Catalyst yang semakin ditingkatkan dari 0 samapai 3 g/l dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman melon kultivar Sky Rocket.

C. Landasan Teori

Dalam penyusunan penjelasan teori terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka landasan teori yang digunakan antara lain:

Tanaman melon tumbuh menjalar di atas permukaan tanah atau sering kali dirambatkan pada turus bambu. Tanaman melon dapat mencapai ketinggian lebih


(21)

5 dari 2 meter sehingga perlu dilakukan pemangkasan. Tanaman melon

menghendaki sinar matahari yang lama yaitu berkisar 10-12 jam per hari. Apabila intensitas cahaya rendah maka akan terjadi etiolasi atau pemanjangan sel. Lama penyinaran sangat berpengaruh pada proses pembentukan karbohidrat atau zat gula sehingga mengakibatkan buah kurang manis dan berukuran kecil. Rasa buah yang manis dapat diperoleh apabila terjadi perbedaan suhu antara siang dan malam yang cukup tinggi pada saat pemasakan buah (Sobir dan Siregar, 2010).

Kondisi kesuburan tanah merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi tanaman melon. Kesuburan tanah merupakan faktor yang masih bisa dikendalikan oleh manusia, misalnya tanah yang miskin unsur hara dapat diubah menjadi subur melalui pemberian pupuk.

Tanah yang miskin unsur hara dan sifat fisiknya baik dilihat dari struktur dan tekstur tanah dapat diperbaiki melalui pemberian pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam, sapi, kambing, atau kelinci yang sudah terdekomposisi serta pemberian pupuk pelengkap pada dosis atau konsentrasi yang tepat.

Pengaruh pemberian bahan organik yang berasal dari pupuk kandang menciptakan kesuburan tanah baik secara biologis, kimiawi, maupun fisik tanah. Pengaruh bahan organik pada sifat biologis tanah adalah meningkatkan kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik. Faktor biologis atau kehadiran jasad renik cendawan sangat membantu proses dekomposisi bahan organik sehingga proses penyerapan unsur hara oleh tanaman berlangsung baik (Iswandi, 2011). Pengaruh bahan organik pada sifat kimia adalah meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan pH (Setyamidjaja, 1986 ). Kapasitas tukar kation yaitu


(22)

6 kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Unsur hara yang bermuatan negatif pada koloid tanah dapat menarik dan memegang ion-ion

bermuatan positif (Ca2+, H+, Mg2+, K+, Na+, Al3+, NH4+) yang ada pada larutan tanah. Kapasitas tukar kation yang tinggi menyebabkan penyerapan unsur hara oleh akar dapat efektif. Derajat keasaman (pH) dalam kisaran netral yaitu 6,0 – 6,8 sangat baik untuk pertumbuhan dan produksi, karena unsur hara pada kisaran tersebut mudah larut dalam air sehingga dapat langsung tersedia bagi tanaman. Kapasitas tukar kation dari bahan organik sangat tinggi yaitu 200-300 meq/100 g (Foth, 1991).

Derajat keasaman (pH) yang rendah juga merupakan faktor pembatas dalam ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Keadaan tanah pada tingkat keasaman (pH) basa menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal walaupun pupuk yang diberikan pada tanah sudah dalam jumlah cukup. Bila keadaan tanah terlalu masam, maka sebagian unsur hara yang ada di dalamnya seperti fosfor diikat oleh ion aluminium (Al) dan besi (Fe) sehingga fosfor tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Tanah bersifat asam karena kekurangan kation (Ca, Mg, K, Na).

Derajat keasaman (pH) tanah yang cocok bagi tanaman melon antara 6,0-6,8. Jika pH kurang dari 6,0, maka dilakukan pemupukan dengan pupuk pelengkap yang bersifat katalis yaitu dengan kandungan unsur hara mikro yang lengkap yang dapat menaikkan derajat keasaman menjadi netral, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah yaitu warna tanah menjadi hitam, meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air, merangsang granulasi agregat tanah, dan memantapkanya.


(23)

7 Pergerakan air dan udara di dalam tanah ditentukan oleh porositas tanah. Tanah yang memiliki tingkat porositas yang tinggi memilki ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk–keluar tanah secara leluasa. Struktur granular menyediakan porositas yang memadai untuk infiltrasi air dan perpindahan udara dari dalam tanah ke atmosfer (Kemas, 2007).

Struktur granular merupakan struktur yang baik untuk tanaman melon dan tekstur yang mantap memudahkan tanah menahan air serta mampu mencengkeram unsur hara seperti mineral, nitrogen atau fosfor. Pupuk organik mampu menyerap 4 ml air setiap satu gramnya sehingga tanah menjadi gembur (Iswandi, 2011)

Kualitas pupuk kandang yang merupakan pupuk organik sangat tergantung dari jenis ternak, kualitas pakan ternak. Unggas memiliki kandungan unsur hara yang lebih besar dibandingkan dengan ternak lainya karena kotoran unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Bahan organik yang sering digunakan dalam media tanam adalah pupuk kandang ayam. Penggunaan pupuk kandang ayam lebih efisien dibandingkan dengan kotoran hewan lainnya, karena kotoran ayam memiliki partikel yang lebih lembut. Dilihat dari kandungan unsur haranya, pupuk kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara yang cukup tinggi, terutama karena unsur makronya yang meliputi N, P, dan K (Indranada, 1994 yang dikutip oleh Rohmawati, 2005) .

Menurut Iswandi 2011 pupuk kandang ayam memiliki kandungan nitrogen paling tinggi dibandingkan dengan sapi sehingga baik dalam fase vegetatif. Pupuk kandang kambing memiliki kandungan nitrogen rendah tetapi fosfor tinggi sehingga sangat baik pada fase pembungaan, sedangkan untuk kotoran sapi


(24)

8 memiki kandungan nitrogen sedang tetapi kalium tinggi dan itu sangat baik untuk pembentukan buah. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran kelinci memilki kandungan nitrogen dan fosfor yang tinggi sehingga baik untuk fase pertumbuhan dan perkembangan.

Pupuk pelengkap (Plant Catalyst) mengandung unsur hara lengkap (makro + mikro). Kemudian pupuk pelengkap juga melengkapi kebutuhan unsur hara tanaman yang tidak disediakan oleh pupuk dasar NPK serta membuat tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit, ramah lingkungan (bio-degradable) dan hasil tanaman bebas dari unsur-unsur logam berat yang bersifat karsinogenik.

Dalam pupuk pelengkap (Plant Catalyst) terkandung unsur hara yang lengkap yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Kandungan hara makro berupa nitrogen 0,23%, phosphate 12,70%, kalium 0,88%, carbon 6,47%, magnesium 25,92 ppm, sulphur 0,02%, sedangkan kandungan unsur hara mikronya cukup lengkap yaitu kalsium <0,05 ppm, ferum 36,45 ppm, mangan 2,37 ppm, chlor 0,11%, copper <0,03 ppm, zinc 11,15 ppm, boron 0,25%, molibdenum 35,37 ppm, kobalt 9,59 ppm, natrium 27,42%, alumunium <0,4 ppm.

Menurut Fitria (2010), kekurangan pada salah satu unsur mikro dapat juga menimbulkan kerusakan yang serius pada tanaman. Begitupun sebaliknya, hubungannya dengan tanaman adalah bahwa setiap jenis tanaman berbeda-beda kebutuhannya terhadap unsur mikro sehingga kelebihan sedikit saja akan bersifat racun bagi tanaman.


(25)

9 Menurut Rachim (1996), pemupukan sebaiknya dilakukan berdasarkan asas keseimbangan. Pemberian pupuk yang mengandung unsur hara tertentu secara berlebihan akan mengganggu penyerapan unsur hara lainnya. Hasil maksimal dari suatu upaya pemupukan akan diperoleh jika dilakukan dengan tepat meliputi dosis, jenis, waktu, dan cara pemberiannya.

Pemupukan yang efektif melibatkan persyaratan kualitatif dan kuantitatif. Persyaratan kuantitatif adalah dosis dan konsentrasi pupuk yang diberikan

sedangkan syarat kualitatif yaitu kandungan unsur hara yang lengkap pada pupuk yang diberikan. Tanaman membutuhkan unsur hara makro dan mikro untuk pertumbuhan serta dalam pencapaian produksi yang optimal (Indranada, 1994 yang dikutip oleh Rohmawati, 2007).

D. Kerangka pemikiran

Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman herbaceus. Tanaman ini menghasilkan buah pada tiap buku tanaman tersebut. Namun untuk

mengoptimalkan produksi buah, buah yang dipertahankan hanya satu untuk satu tanaman. Pada fase vegetatif dan generatif, tanaman melon membutuhkan unsur hara makro dan mikro dari media tanah, pupuk kandang, pupuk dasar atau

penambahan unsur hara dari pupuk pelengkap.

Tanah yang memiliki bahan organik tinggi kemudian didukung dengan struktur yang baik sangat mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman melon yang optimal. Struktur tanah yang remah mengakibatkan aerasi tanah menjadi baik sehingga sirkulasi udara pada pori-pori mikro tanah dapat berjalan dengan baik


(26)

10 dan akar tanaman mendapat suplai oksigen. Tanaman melon menghendaki tanah yang bahan organiknya tinggi. Hal ini karena pada bahan organik kemampuan menahan airnya tinggi sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan suhu tanah menjadi stabil, merangsang granulasi agregat dan memantapkanya. Selain kandungan unsur haranya, pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah yang berkaitan dengan struktur tanah. Struktur granular merupakan struktur yang baik untuk tanaman melon dan memudahkan tanah menahan air serta mampu mencengkeram unsur hara seperti mineral, nitrogen, atau fosfor. Pupuk organik mampu menyerap 4 ml air setiap 1 gramnya sehingga tanah menjadi gembur.

Bahan organik mempunyai daya jerap kation lebih besar daripada koloid tanah. Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah makin tinggi pula KTKnya. Kapasitas tukar kation dan pH tanah merupakan bagian dari sifat kimia tanah. KTK yang tinggi menyebabkan penyerapan unsur hara oleh akar berjalan dengan baik kemudian derajat keasaman (pH) dalam kisaran netral yaitu 6,0 – 6,8 sangat baik untuk pertumbuhan dan produksi.

Pupuk kandang ayam memiliki kandungan nitrogen paling rendah dibandingkan dengan pupuk kandang kambing dan kelinci, tetapi memiliki reaksi yang cepat terhadap hasil tanaman. Pupuk kandang kambing memiliki kandungan nitrogen dan fosfor yang tinggi dibandingkan dengan ayam dan sapi sehingga sangat baik pada fase vegetatif dan generatif, sedangkan untuk kotoran sapi memiki

kandungan nitrogen dan kalium rendah bila dibandingkan dengan pupuk kandang ayam, kambing, dan kelinci. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran kelinci memilki kandungan nitrogen dan fosfor yang tinggi bila dibandingkan dengan


(27)

11 pupuk kandang ayam, kambing, dan sapi sehingga baik untuk fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Media tanam berbahan pupuk organik memerlukan penambahan unsur hara karena kandungan unsur hara pada bahan organik sangat sedikit yaitu berkisar 0.3% saja. Penambahan pupuk pelengkap sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan unsur dalam menunjang pertumbuhan dan produksi. Pupuk pelengkap Plant Catalyst juga mampu mengkatalis unsur hara makro yang ada dalam media tanam sehingga proses penguraian bahan organik dapat berlangsung cepat dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman melon. Plant Catalyst juga mampu menekan serangan hama dan penyakit dan menetralisir derajat keasamaan tanah sehingga kondisi tanah menjadi tidak asam.

Pemberian Plant Catalyst pada kosentrasi dan dosis yang tepat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kelebihan penggunaan pupuk pelengkap dapat mengakibatkan tanaman rusak bahkan sampai

mengakibatkan kerusakan pada jaringan atau organ tanaman. Konsentrasi yang dianjurkan yaitu 2 g/l dan untuk dosis anjuranya 200 ml/tanaman.

Aplikasi pupuk pelengkap lebih dianjurkan pada konsentrasi dan dosis yang rendah jika diberikan pada tanaman melon. Jika pemberian pupuk pelengkap berlebih atau dalam kondisi yang pekat, hal itu dapat mengakibatkan keluarnya cairan sel pada akar sehingga tanaman mengalami dehidrasi yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Frekuensi pemberian lebih diutamakan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama yaitu satu minggu sekali agar penyerapan unsur hara optimal. Di samping itu tanaman melon merupakan tanaman dwimusim yaitu


(28)

12 tanaman yang pertumbuhan vegetatifnya diikuti dengan pertumbuhan generatif atau pertumbuhan daun diikuti dengan pertumbuhan bunga dan sehingga penyerapan unsur hara dapat dioptimalkan oleh akar tanaman.

Kombinasi perlakuan pupuk kandang dan konsentrasi Plant Catalyst yang tepat menghasilkan respons yang baik bagi tanaman melon. Hal itu akan ditunjukan oleh, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter buah, total padatan terlarut, buah yang dihasilkan memiliki bobot yang optimal yaitu mencapai 1,5 – 2 kg.

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Pemberian berbagai pupuk kandang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman melon yang lebih baik.

2. Pertumbuhan dan produksi tanaman melon yang optimal ditentukan oleh peningkatan konsentrasi pupuk pelengkap Plant Catalyst.

3. Pemberian pupuk kandang yang dikombinasikan dengan pupuk

pelengkap Plant Catalyst dalam konsentrasi yang semakin ditingkatkan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman melon.


(29)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Melon

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili Cucurbitaceae. Melon tersebar ke seluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Buah melon dimanfaatkan sebagai makanan buah segar dan mempunyai kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Buah melon sudah dikonsumsi dalam bentuk slice (potongan), baik segar maupun dikeringkan sejak perhitungan masehi dimulai. Bukti-bukti sejarah dan hortikultura

menunjukkan bahwa melon berasal dari Afrika Timur berdasarkan masih banyak ditemukannya kerabat jauh melon dan artefak konsumsi melon di daerah tersebut. Selanjutnya melon menyebar dan berkembang ke Spanyol, Iran, Uzbekistan, India, Cina, dan Jepang. Melon yang kita temui di pasaran memiliki nama latin

(Cucumis melo L.) yang terdiri dari tujuh kelompok utama. Melon yang ada di

Indonesia hanya tiga kelompok, yaitu reticulatus (C. melo var. Reticulates), Inodorus (C. melo var. Inodorus), dan Cantaloupe (C. melo var. Cantalupensis) (Sobir dan Siregar, 2010).


(30)

14

B. Botani Tanaman Melon dan Syarat Tumbuh

Berbagai kultivar melon telah dikembangkan, namun yang paling banyak diminati oleh petani di Indonesia adalah jenis Sky Rocket. Melon ini memiliki jaring (net) pada permukaan kulit buahnya. Daging buahnya sangat menarik yakni berwarna hijau kekuning-kuningan, rasanya manis, berair, aromanya harum serta bobot buah mencapai 2 kg dan umur panen mencapai 65 hari setelah tanam. Buah ini sangat digemari terutama dihidangkan dalam bentuk segar (Sobir, 2010).

Melon (Cucumis melo L.) tergolong tanaman semusim yang tumbuh merambat berbatang lunak, dari setiap pangkal tangkai daun pada batang utama tumbuh tunas lateral. Pada tunas lateral inilah muncul bunga betina (bakal buah) yang rata-rata mampu menghasilkan 1 – 2 calon buah. Kegiatan pewiwilan tunas lateral harus dilakukan kecuali pada tunas lateral yang bakal buahnya akan dijadikan buah.

Melon dapat tumbuh baik pada ketinggian sekitar 300 – 1000 mdpl, dengan curah hujan ideal 2000 – 3000 mm/th. Melon menghendaki sinar matahari yang lama, yaitu berkisar 10 – 12 jam per hari. Melon menghendaki tanah yang kaya bahan organik dengan pH 6,0 – 6,8. Kelembaban udara yang diperlukan untuk

pertumbuhan adalah sekitar 70 – 80 % (Sobir, 2010).

C. Pengaruh Media Tanam Organik dan Pupuk Pelengkap (Plant Catalyst) Pada Tanaman

Pupuk kandang sapi berupa padatan yang mengandung air dan lendir. Jenis pupuk dengan keadaan seperti ini jika terpengaruh oleh udara maka akan cepat


(31)

15

menjadi keras sehingga air tanah dan udara akan sukar melapukkan kotoran sapi tersebut (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1988 yang dikutip Trihastoaji, 2008).

Pupuk kandang kambing memiliki kadar N yang cukup tinggi. Kadar air pupuk kandang kambing lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kandang sapi sehingga merangsang jasad renik untuk melakukan perubahan-perubahan aktif sehingga proses fermentasi berlangsung lebih cepat (Setyamidjaja, 1986).

Pupuk kandang ayam lebih cepat mengalami proses dekomposisi karena perbandingan karbon dan nitrogen (C/N ratio) cukup rendah sejak masih dalam bentuk kotoran segar sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk proses penguraian (Setiawan, 1996 dalam Trihastoadji, 2008).

Pupuk kandang kelinci memiliki kandungan bahan organik C/N : (10–12%), P (2,20–2,76%), K (1,86%), Ca (2,08%), dan pH 6,47–7,52; kandungan tersebut telah memenuhi standar kompos untuk tanaman sayuran dan tanaman pakan. Hasil pemanfaatan pada tanaman kentang dan kubis rata-rata meningkatkan produksi sebesar 23,5% dibanding dengan pupuk domba, namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan petani yang menggunakan pupuk kimia dan pupuk ayam sebesar 39,7% (Sajimin, Raharjo, dan Purwantari, 2003).


(32)

16

Tabel 1. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang.

NO Pupuk Kandang Nitrogen Fosfor Kalium

1 Ayam 0,40 0,10 0,45

2 Kambing 1,44 0,50 1,21

3 Kelinci 2,72 1,1 0,5

4 Sapi 0,40 0,20 0,10

Sumber: Faqih, M “Ternak uang bersama kelinci”.(2008)

Fungsi umum hara mikro adalah: merupakan komponen struktural dari

enzim, baik enzim untuk pengaktifan atau pengaturan sebagai pembawa elektron pada reaksi oksidasi reduksi, sebagai komponen dinding sel atau pengisi larutan yang berkaitan dengan osmosis dan keseimbangan muatan (Agus., 2007 yang dikutip oleh Eko, 2010). Hara mikro dibutuhkan oleh semua tanaman, berupa kation logam (Cu, Fe, Mn, Zn) dan anion (B, Cl, Mo). Meskipun kebutuhan tanaman sedikit tetapi kekahatan unsur ini dapat menghambat pertumbuhan atau mengurangi hasil produksi. Keracunan unsur mikro lebih sering terjadi karena kisaran antara kecukupan pada tanaman sangatlah kecil. Kadar hara mikro dalam tanaman umumnya dinyatakan dalam ppm (mg/kg). Untuk meningkatkan hasil dan mutu tanaman memerlukan zar hara dalam jumlah banyak di antaranya nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) dan belerang (S). Selain itu diperlukan hara sekunder yaitu kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) serta hara mikro yang


(33)

17

Tanaman padi yang kekurangan Urea (zat hara N) tumbuhnya kerdil, anakan sedikit dan daunnya berwarna kuning pucat, terutama daun tua. Sebaliknya tanaman yang dipupuk Urea berlebihan, tumbuhnya subur, daun hijau anakan banyak, tetapi mudah rebah dan pemasakan lambat (PT Pupuk Sriwijaya, 2008)

Tanaman padi yang kekurangan zat hara fosfor (P) tumbuhnya kerdil, daun

berwarna hijau tua, anakan sedikit, bunga yang muncul sedikit, pemasakan lambat dan sering tidak menghasilkan buah. Tanaman yang kekurangan kalium (K), batangnya tidak kuat, daun terkulai dan cepat menua, mudah terserang hama dan penyakit, mudah rebah, Meskipun kebutuhan zat hara belerang tidak sebanyak N, tetapi apabila kekurangan maka tanaman juga kerdil, daun berwarna kuning pucat, terutama daun muda.

Agar tanaman tumbuh sehat dengan hasil dan mutu buah tinggi, maka zat-zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan

tanaman. Apabila salah satu zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah tidak cukup, maka hasil dan mutu buah akan menurun. Oleh karena itu pemupukan harus berimbang, dimana jenis dan dosis pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jumlah zat hara yang tersedia dalam tanah (tingkat kesuburan tanah).

Fe merupakan Unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman. Unsur Fe

merupakan unsur pembentuk korofil. Di dalam tubuh tanaman Fe berada sebagai penyusun fitoferitin (garam feri posfo protein) yang terdapat didalam kloroplas dan senyawa ini yang menentukan proses pembentukan klorofil. Unsur Fe dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+).


(34)

18

Unsur Fe banyak terdapat pada pH asam dan kurang pada pH basa (alkalis) namun tersedia cukup pada kisaran pH 7 netral. Gejala defisiensi yang mulai tampak pada daun muda, mula-mula secara setempat-setempat berwarna hijau pucat atau hijau kekuning-kuningan sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati (Fitria, 2010).

Plant Catalyst mengandung unsur hara lengkap baik makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh sehat, meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil tanaman (jumlah anakan, produksi, rendeman), membuat tanaman tahan dari hama penyakit dan fluktuasi cuaca, dan hasil panen melimpah. Ada 16 unsur yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Tiga unsur didapat dari udara (C, H, O) sementara 13 unsur lainnya diserap dari tanah yang meliputi 6 unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan 7 unsur hara mikro (Fe, Cl, Mn, Cu, Zn, B dan Mo). Bila terus menerus diserap oleh tanaman, ketersediaan unsur hara dalam tanah akan semakin berkurang. Itulah sebabnya diperlukan pemupukan agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal. Plant Catalyst 2006 adalah pupuk pelengkap yang mengandung unsur hara lengkap (makro + mikro). Merupakan katalisator dan berperan dalam mengefektifkkan serta mengoptimalkan tanaman menyerap pupuk-pupuk utama dari dalam tanah dan dari pupuk dasar (Urea, SP-36, KCl, ZA, pupuk kandang).


(35)

19

Tabel 2. Kandungan unsur hara makro dan mikro dalam Plant Catalyst.

Sumber Tim Plant Catalyst 2006.

No Unsur Hara Kandungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nitrogen Phosphate Kalium Karbon Magnesium Kalsium Sulphur Ferum Mangan Chlor Copper Zinc Boron Molibdenum Kobalt Natrium Alumunium 0,23% 12,70% 0,8% 6,47% 25,92 ppm <0,05 ppm 0,02% 36,45 ppm 2,37 ppm 0,11% <0,03 ppm 11,15 ppm 0,25% 35,37 ppm 9,59 ppm 27,42% <0,4 pmm


(36)

18

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di Jln. Palapa VI Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu; bambu, hand sprayer, hand

refractometer, jangka sorong, gembor, botol plastik, palu, gergaji, gunting, pisau,

cangkul, tali nilon, paku, kawat galvanis, meteran, neraca digital, gelas ukur, tali rafia, tipe x, blender.

Bahan yang digunakan adalah benih melon kultivar Sky Rocket, pupuk NPK mutiara 16:16:16, pupuk KNO3, pupuk Plant Catalyst, pupuk kandang (ayam, kambing, kelinci, sapi), pestisida nabati (bawang putih, daun mimba, daun sirsak), EM4, gula pasir, furadan, polibag volume 10 kg, polibag kecil, sekam mentah, tanah.

C. Metodologi penelitian

Untuk mendapatkan bukti empiris dan untuk menguji hipotesis disusun rancangan perlakuan dan rancangan percobaan sebagai berikut:

(1) Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (4 x 4). Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk pelengkap Plant Catalyst yang terdiri dari empat taraf


(37)

21 konsentrasi plant catalyst 0 g/l (P0), 1 g/l (P1), 2 g/l (P2), dan 3 g/l (P3).

Faktor kedua adalah 4 macam pupuk kandang yaitu pupuk kandang ayam (A), pupuk kandang kambing (K), pupuk kandang kelinci (C), pupuk kandang sapi (S). Semua kombinasi perlakuan berjumlah 16 perlakuan

(2) Perlakuan diterapkan dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan 3 kali ulangan. Seluruh data yang diperoleh dianalisis ragam. Untuk memenuhi asumsi analisis ragam, homogenitas ragam diuji dengan Burtlet dan Adivitas diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji

polinomial ortogonal pada taraf 5%.

D. Prosedur Percobaan

1. Persiapan Pratanam 1.1 Persiapan Lahan

Batas luas lahan yang akan digunakan sebagai tempat penelitian berukuran 3 x 8 meter. Lahan dibersihkan dari tanaman pengganggu serta diratakan.

1.2 Pembuatan Rumah Persemaian

Rumah persemaian dengan bentuk setengah lingkaran memanjang dengan panjang 2 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 0,5 meter beratap plastik transparan. Fungsi rumah pembibitan yaitu melindungi bibit dari air hujan, angin, dan terik sinar matahari langsung.

1.3 Pembibitan

Bibit melon berasal dari benih yang disemai di rumah pembibitan sampai umur 12 hari. Sebelum benih ditanam di persemaian, benih diberi perlakuan. Perlakuan


(38)

22 benih melalui cara merendam benih di dalam 1 liter air yang diberi 2 g pupuk Plant Catalyst.

1.4 Kebutuhan benih

Dalam penelitian ini bibit yang dibutuhkan sebanyak 48, Sehingga saat

penyemaian dibutuhkan sebanyak 56 benih. Hal ini karena daya tumbuh benih berkisar 85%, sehingga diperlukan bibit cadangan untuk penyulaman jika perlu.

1.5 Penyemaian benih

Benih yang telah diberi perlakuan perendaman dengan larutan Plant Catalyst diletakkan di atas kain basah dan ditutup dengan kain basah selama 2 hari. Benih lalu dipindahkan ke polibag pesemaian berdiameter 5 cm. Saat meletakkan benih, posisi hilus berada pada bagian bawah, agar pertumbuhan tidak terbalik.

1.6 Pemeliharaan bibit

Pemeliharaan bibit yang dilakukan adalah penyiraman 2 kali sehari menggunakan

hand sprayer. Setelah bibit sudah berumur 12 hari yaitu dicirikan tanaman yang

sudah memilki 2 daun utama, bibit lalu ditransplanting ke media tanam polibag volume 10 kg.

1.7 Pembuatan Larutan Nutrisi

Larutan nutrisi dibuat dengan cara melarutkan pupuk NPK 5 g dalam 1 liter air, 10 g dalam 1 liter air, 20 g dalam 1 liter air. Untuk pupuk KNO3, melarutkan 1 g KNO3 dalam 1 liter air dan 2 g KNO3 dalam 1 liter air. Pupuk pelengkap Plant Catalyst, melarutkan 1 g dalam 1 liter air, 2 g dalam 1 liter air dan 3 g dalam 1 liter air . Kebutuhan pupuk NPK mutiara, KNO3 , dan pupuk pelengkap Plant


(39)

23 Catalyst untuk tanaman disesuaikan dengan umur tanaman dan jadwal aplikasi pemupukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Tabel 3,4, dan 5)..

Table 3. Kebutuhan pupuk NPK.

Pemupukan Pupuk waktu Keterangan

1 NPK mutiara 16:16:16 7 HST 5 gr/liter, 200 ml/tanaman 2 NPK mutiara 16:16:16 14 HST 10 gr/liter, 200 ml/tanaman 3 NPK mutiara 16:16:16 21HST 20 gr/liter, 200 ml/tanaman 4 NPK mutiara 16:16:16 28HST 20 gr/liter, 200 ml/tanaman 5 NPK mutiara 16:16:16 35HST 20 gr/liter, 200 ml/tanaman 6 NPK mutiara 16:16:16 42 HST 20 gr/liter, 200 ml/tanaman 7 NPK mutiara 16:16:16 49 HST 20 gr/liter, 200 ml/tanaman

Tabel 4. Kebutuhan pupuk KNO3.

Pemupukan Pupuk Waktu Keterangan

1 KNO3 21HST 1 gr/liter, 200 ml/tanaman

2 KNO3 28HST 1 gr/liter, 200 ml/tanaman

3 KNO3 35HST 2 gr/liter, 200 ml/tanaman

4 KNO3 42 HST 2 gr/liter, 200 ml/tanaman 5 KNO3 49 HST 2 gr/liter, 200 ml/tanaman 6 KNO3 56 HST 2 gr/liter, 200 ml/tanaman 7 KNO3 63 HST 2 gr/liter, 200 ml/tanaman


(40)

24 Table 5. Kebutuhan pupuk Plant Catalyst.

Pemupukan Pupuk Waktu Keterangan

1 Plant Catalyst 7 HST (0,1,2,3) ml/L 2 Plant Catalyst 14 HST (0,1,2,3) ml/L 3 Plant Catalyst 21 HST (0,1,2,3) ml/L 4 Plant Catalyst 28 HST (0,1,2,3) ml/L 5 Plant Catalyst 35 HST (0,1,2,3) ml/L 6 Plant Catalyst 42 HST (0,1,2,3) ml/L 7 Plant Catalyst 49 HST (0,1,2,3) ml/L Keterangan:

HST adalah hari setelah tanam 1 – 21 HST adalah masa vegetatif 21 – 77 HST adalah masa generatif

1.8. Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)

Pembuatan mikroorganisme lokal yaitu mencampur EM4 sebanyak 1 liter dalam 20 liter air dan gula pasir sebanyak 250 g. Kemudian dimasukkan kedalam ember lalu diaduk hingga merata kemudian ditutup rapat dan dibiarkan selama 1 minggu. Untuk aplikasi ke media tanam 1 liter MOL yang dilarutkan dalam 20 liter air kemudian diberikan ke media tanam.

1.9. Pengajiran

Pembuatan tiang sebagai media rambat tanaman menggunakan kayu yang ditajurkan kedalam tanah antara kedua sisi lahan dengan tinggi 3 meter, antar tiang dipancangkan dengan kawat galvanis. Pada kawat galvanis diberi benang


(41)

25 nilon yang jaraknya 60 cm antarbenang dan dibiarkan terurai, agar nantinya

tanaman melon dapat dirambatkan ke benang tersebut.

2. Pembuatan Media 2.1 Media Semai

Media untuk pesemaian menggunakan pupuk kandang sapi yang dikombinasikan dengan tanah dengan rasio pupuk kandang sapi : tanah yaitu 1:1.

2.2 Media Tanam

Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan perlakuan yaitu jenis pupuk kandang. Perbandingan jenis pupuk kandang : tanah : dan sekam mentah yaitu 3:2:1 untuk setiap perlakuan. Setiap polibag ditambahkan 2 g Furadan yang bertujuan untuk membunuh nematisida yang berada dalam media tanam, serta pemberian MOL pada 1 minggu sebelum tanam sebanyak 1 liter/ polibag untuk mempercepat degradasi bahan organik.

3. Pemeliharaan Tanaman 3.1 Penanaman

Bibit yang sudah berumur 12 hari setelah semai sudah dapat dipindah tanam ke polibag. Bibit sudah mempunyai 2 daun lembaga dan 2 daun utama, serta dalam keadaan sehat dan vigor. Kegiatan pindah tanam dilakukan pada waktu sore hari. Setiap polibag berisi 1 tanaman melon

3.2 Penyiraman

Penyiraman media dilakukan dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Penyiraman dilakukan hingga kapasitas lapang atau ditandai


(42)

26 dengan keluarnya air dari dasar polibag. Apabila tanah mash dalam keadaan lembap tidak perlu dilakukan penyiraman.

3.3 Pemupukan

Pemberian pupuk dasar NPKdengan cara dikocor ke media tanam. Pemupukan pada minggu pertama setelah tanam, 48 g NPK dilarutkan dalam 9,6 liter air dengan dosis 200 ml/tanaman. Pemupukan minggu kedua setelah tanam, 96 g NPK dilarutkan dalam 9.6 liter air dengan dosis 200 ml/tanaman. pemupukan minggu ketiga setelah tanam hingga minggu ketujuh dilarutkan 192 g NPK dalam 9,6 liter air dengan dosis 200 ml/tanaman.

Aplikasi KNO3 dilakukan pada minggu ketiga setelah tanam yaitu pada saat memasuki fase generatif yang disemprotan ke bagian tanaman. Konsentrasi KNO3 yang dipakai sesuai dengan minggu ketiga dan keempat yaitu 9,6 g KNO3 dilarutkan dalam 9,6 liter air dengan dosis 200 ml/tanaman. Pada minggu kelima hingga ketujuh dilarutkan 19,2 g KNO3 dalam 9,6 liter air dengan dosis 200 ml/tanaman.

Aplikasi pupuk pelengkap Plant Catalyst dilakukan pada minggu pertama setelah tanam hingga minggu ke-sepuluh setelah tanam dengan cara disiramkan ke media tanam untuk tiap perlakuan yang diterapkan. Konsentrasi yang dipakai sesuai dengan tiap perlakuan yaitu 0 g, 1 g, 2 g, 3 g. Pada perlakuan 0 g hanya

memberikan air saja pada tiap perlakuan. Pada perlakuan konsentrasi 1g/liter air yaitu dengan 12 g pupuk Plant Catalyst dalam 12 liter air dan diberikan pada perlakuan dengan dosis 1 l/tanaman. Pada perlakuan konsentrasi 2g/liter air yaitu 24 g pupuk Plant Catalyst dalam 12 liter air dan diberikan dengan dosis 1


(43)

27 dilarutkan dalam 12 liter air dan diberikan pada perlakuan dengan dosis 1

l/tanaman.

3.4 Pewiwilan

Pewiwilan adalah membuang bagian tanaman yang tidak kita kehendaki pertumbuhanya. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan fotosintat yang dihasilkan oleh daun sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal oleh buah. Pewiwilan biasanya dilakukan pada bagian daun, sulur, bunga, dan tunas air.

a. Pewiwilan daun

Pewiwilan dilakukan pada daun yang terserang penyakit dan daun yang berada dekat tanah atau pangkal batang. Pewiwilan dilakukan saat buah sudah mulai terbentuk dan satu minggu sebelum panen.

b. Pewiwilan sulur

Sulur merupakan alat bagi tanaman yang berfungsi sebagai pembelit agar tanaman dapat merambat, tetapi hal ini sudah tergantikan oleh tali sebagai bahan lilitan.

c. Pewiwilan tunas air

Tunas air merupakan tunas yang tumbuh pada batang utama atau pada setiap buku-buku batang yang aktif menyerap fotositat, sehingga harus dilakukan pewiwilan agar fotosintat tidak terbagi dan dapat dimanfaatkan oleh buah secara optimal.

3.5 Pelilitan

Pelilitan merupakan kegiatan merambatkan tanaman melon dengan cara memutar ujung tanaman atau ujung titik tumbuh pada batang utama kebenang searah


(44)

28 dengan jarum jam. Benang atau ajir ini diikat pada seutas kawat dengan

ketinggian 2,5 meter.

3.6 Penyerbukan

Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit atau pada pukul 07.00 hingga 10.00 wib pada saat bunga mekar penuh (blooming) dan dalam keadaan reseptif penyerbukan biasanya dilakukan oleh serangga dan juga dengan bantuan manusia.

Langkah-langkah penyerbukan dengan bantuan manusia

1. Memilih bunga jantan yang sudah matang kelamin, bunga sudah mekar penuh dan serbuk sari mudah rontok lalu mahkota bunga dibuang sehingga menyisakan kepala sari saja

2. Memilih bunga betina yang sudah mekar penuh, kemudian meletakkan bunga jantan atau bagian kepala sari ke bagian putik pada bunga betina. 3. Setelah 3 hari apabila mahkota bunga layu, tetapi bakal buah membesar

berarti penyerbukan berhasil.

3.7 Seleksi Buah

Kegiatan ini dilakukan setelah buah berumur 1 minggu setelah penyerbukan atau pada saat buah sebesar telur ayam. Buah yang dipetahankan memiliki bentuk dan ukuran yang sempurna, serta tangkai buah besar. Setiap buku pada tanaman melon akan muncul bunga dan dapat berkembang menjadi calon buah, tetapi hanya satu yang dipertahankan untuk mengoptimalkan kualitas buah. Diusahakan buah yang dipertahankan yaitu pada ruas ke-sembilan hingga ke-tigabelas.


(45)

29 3.8 Topping

Kegiatan pemangkasan pada ujung batang utama atau pada buku ke-duapuluh enam. Topping bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan vegetatif pada tanaman melon. Kegiatan ini dilakukan pada siang hari agar luka pada saat melakukan topping mudah mengering.

3.9 Pengendalian Hama Penyakit

Hama dan penyakit merupakan faktor yang penting dalam budidaya tanaman melon. Tanaman ini rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang paling sering menyerang yaitu, thrips, lalat buah, leaf miner, sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah bercak daun, embun tepung, rebah batang, busuk pangkal batang dan virus. Untuk itu harus dilakukan pengendalian dengan pestisida nabati.

Pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit

Bahan pembuatan yaitu daun sirsak 20 lembar, daun mindi 5 gram, bawang putih 10 siung, dan Air 1,5 liter. Semua bahan dihaluskan, kemudian dicampur dengan 1,5 liter air kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik lalu diendapkan selama 24 jam.

Cara pengaplikasian yaitu 25 ml larutan dicampur dengan 1 liter air, disemprotkan pada seluruh bagian tanaman khusunya pada bagian yang terserang penyakit dengan frekuensi 1 hari sekali dan dilakukan pada waktu sore hari.

Pada tanaman melon yang terserang virus ditujukan adanya bercak kuning dan beberapa daun menjadi keriting. Virus dapat ditularkan melalui benih, alat-alat pertanian, dan melalui serangga aphids, thrips, dan tungau yang merupakan


(46)

30 serangga vektor bagi virus. Pada serangan berat, perkembangan buah akan lambat sehingga buah yang dihasilkan tidak sempurna, terutama pada bentuk buah dan rasanya. Cara pengendalian dilakukan dengan memberantas serangga vektornya atau dengan cara membuang dan membakar tanaman yang terserang.

3.10 Panen

Panen merupakan kegiatan akhir pada teknik budidaya. Tanaman melon dapat dipanen dari umur 60 hingga 90 hari setelah tanam. Pada umumnya panen pada waktu pagi hari karena hasil fotosintesis berupa fotosintat masih berlangsung. Jika panen dilakukan pada siang hari, zat gula yang dibentuk belum optimal

sehingga rasa manisya berkurang. Hal ini juga berpengaruh dengan umur simpan. Jika melon dipanen pada siang hari maka suhu dalam buah melon akan tinggi dan menyebabkan proses pematangan buah cepat terjadi.

Adapun ciri-ciri buah melon yang sudah masak dan dapat dikonsumsi yaitu daun pada tangkai buah mengering, warna kulit buah optimal, tidak terjadi penambahan volume, terdapat retakan pada pagkal buah, buah sudah memproduksi volatile. Pemanenan buah melon hendaknya menggunakan gunting atau pisau. Pada saat memanen, tangkai buah diikut sertakan agar umur simpan melon lebih lama.


(47)

31 4. Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 2 minggu setelah tanam. 1. Jumlah daun

Jumlah daun ditetapkan dengan cara menghitung jumlah daun yang ada dari pangkal batang utama hingga buku ke-duapuluh enam. hitungan dimulai dari penanaman hingga kegiatan panen.

2. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi tanaman yaitu dimulai dari pangkal tanaman hinga buku ke-duapuluh enam dalam satuan centymeter. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman sudah ditopping. 3. Bobot buah

Bobot buah diukur dengan cara menimbang buah pada neraca digital dan pada saat buah matang fisiologis atau setelah waktu panen. Satuan yang digunakan yaitu gram.

4. Diameter buah

Diameter buah diukur dengan penggaris setelah buah di potong membujur. Pengukuran diakukan pada saat buah sudah dipanen. Satuan yang digunakan yaitu centymeter.

5. Total padatan terlarut

Zat padatan terlarut diukur menggunakan alat hand refractometer. Daging buah dibleander kemudian diambil beberapa tetes, kemudian diletakkan pada


(48)

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan berbagai jenis pupuk kandang belum menghasilkan

pertumbuhan yang berbeda, namun pada diameter buah, media pupuk kandang kambing lebih baik daripada ayam, kelinci atau ayam. 2. Penggunaan pupuk Plant Catalyst hingga konsentrasi 3 g/l tidak

menghasilkan perbedaan dalam pertumbuhan dan produksi.

3. Pada media pupuk kandang ayam, kambing, kelinci atau sapi yang disertai aplikasi pupuk pelengkap Plant Catalyst tidak menghasilkan respons yang berbeda bagi pertumbuhan tanaman melon, tetapi jika media diberi pupuk kandang kambing dan Plant Catalyst 2 g/l menghasilkan diameter buah sebesar 11 cm.

B. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, disarankan untuk melakukan penelitian yang sama tetapi pupuk kandang yang digunakan harus sudah terdekomposisi dengan sempurna. Penambahan unsur boron sangat dianjurkan pada penelitian selanjutnya.


(49)

43

DAFTAR PUSTAKA

Endah. 2011. Kunci membuahkan tanaman anda.

Http://sehatcommunity.com/2011/05/cn-ratio-kunci-membuahkan-tanaman-anda.Html. Diakses pada tanggal 23 september 2011.

Faqih, M. 2009. Ternak Uang Bersama Kelinci. Nuansa. Bandung. Fitria, S. 2010. Peranan Unsur Hara Pada Tanaman. Makalah

Foth, H. 1991. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Universitas Gadjah Mada.

Heriza, W. 2002. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis PPC terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi. Skripsi Sarjana. 42 hlm.

Hanafiah, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo. Jakarta. Iswandi. 2011. Bikin Nutrisi Siap Santap. PT Trubus Swadaya. Depok. Kemas. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

PT Pupuk Sriwijaya. Peran Unsur Hara Makro dan Mikro Pada Tanaman Padi. Rachim, A. 1996. Aspek-Aspek Pemupukan. Makalah Disajikan Pada Pelatihan

Pembinaan Uji Tanah dan Analisis Tanaman.

Rusnedi. 2008. Pengaruh Pemberian Zeolit dan Jenis Pupuk Kandang terhadap

Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera linn). skripsi sarjana.

Universitas lampung. 78 hlm.

Rohmawati, U. 2005. Evaluasi Status Unsur Hara NPK dengan Teknik Uji Cepat

dan Karakteristik Morfofisiologi Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Skripsi.


(50)

43 Sajimin, Raharjo, dan Purwantari. 2003. Integrasi sistem usaha ternak sayuran

berbasis kelinci di sentra produksi sayuran dataran tinggi. Laporan Tahunan

2003. Balitnak Bogor.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex. Jakarta. 122 hlm. Sobir dan Siregar. 2010. Budi Daya Melon Unggul. Gramedia. Jakarta. 115 hlm. Susanti, F. 2011. Peranan unsur Fe (Besi) Dalam Pertumbuhan Tanaman.

Makalah.

Tim Plant Catalyst 2006.

Triastoadji, R. 2008. Tanggapan Tanaman Kailan Batang (Brassica olleraceae) Varietas Alboglabra Terhadap Pemberian Tiga Macam Pupupk Kandang dan

Cara Aplikasi Pupuk Pelengkap Cair. skripsi sarjana. Universitas lampung.


(1)

29 3.8 Topping

Kegiatan pemangkasan pada ujung batang utama atau pada buku ke-duapuluh enam. Topping bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan vegetatif pada tanaman melon. Kegiatan ini dilakukan pada siang hari agar luka pada saat melakukan topping mudah mengering.

3.9 Pengendalian Hama Penyakit

Hama dan penyakit merupakan faktor yang penting dalam budidaya tanaman melon. Tanaman ini rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang paling sering menyerang yaitu, thrips, lalat buah, leaf miner, sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah bercak daun, embun tepung, rebah batang, busuk pangkal batang dan virus. Untuk itu harus dilakukan pengendalian dengan pestisida nabati.

Pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit

Bahan pembuatan yaitu daun sirsak 20 lembar, daun mindi 5 gram, bawang putih 10 siung, dan Air 1,5 liter. Semua bahan dihaluskan, kemudian dicampur dengan 1,5 liter air kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik lalu diendapkan selama 24 jam.

Cara pengaplikasian yaitu 25 ml larutan dicampur dengan 1 liter air, disemprotkan pada seluruh bagian tanaman khusunya pada bagian yang terserang penyakit dengan frekuensi 1 hari sekali dan dilakukan pada waktu sore hari.

Pada tanaman melon yang terserang virus ditujukan adanya bercak kuning dan beberapa daun menjadi keriting. Virus dapat ditularkan melalui benih, alat-alat pertanian, dan melalui serangga aphids, thrips, dan tungau yang merupakan


(2)

30 serangga vektor bagi virus. Pada serangan berat, perkembangan buah akan lambat sehingga buah yang dihasilkan tidak sempurna, terutama pada bentuk buah dan rasanya. Cara pengendalian dilakukan dengan memberantas serangga vektornya atau dengan cara membuang dan membakar tanaman yang terserang.

3.10 Panen

Panen merupakan kegiatan akhir pada teknik budidaya. Tanaman melon dapat dipanen dari umur 60 hingga 90 hari setelah tanam. Pada umumnya panen pada waktu pagi hari karena hasil fotosintesis berupa fotosintat masih berlangsung. Jika panen dilakukan pada siang hari, zat gula yang dibentuk belum optimal

sehingga rasa manisya berkurang. Hal ini juga berpengaruh dengan umur simpan. Jika melon dipanen pada siang hari maka suhu dalam buah melon akan tinggi dan menyebabkan proses pematangan buah cepat terjadi.

Adapun ciri-ciri buah melon yang sudah masak dan dapat dikonsumsi yaitu daun pada tangkai buah mengering, warna kulit buah optimal, tidak terjadi penambahan volume, terdapat retakan pada pagkal buah, buah sudah memproduksi volatile. Pemanenan buah melon hendaknya menggunakan gunting atau pisau. Pada saat memanen, tangkai buah diikut sertakan agar umur simpan melon lebih lama.


(3)

31 4. Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 2 minggu setelah tanam. 1. Jumlah daun

Jumlah daun ditetapkan dengan cara menghitung jumlah daun yang ada dari pangkal batang utama hingga buku ke-duapuluh enam. hitungan dimulai dari penanaman hingga kegiatan panen.

2. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi tanaman yaitu dimulai dari pangkal tanaman hinga buku ke-duapuluh enam dalam satuan centymeter. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman sudah ditopping. 3. Bobot buah

Bobot buah diukur dengan cara menimbang buah pada neraca digital dan pada saat buah matang fisiologis atau setelah waktu panen. Satuan yang digunakan yaitu gram.

4. Diameter buah

Diameter buah diukur dengan penggaris setelah buah di potong membujur. Pengukuran diakukan pada saat buah sudah dipanen. Satuan yang digunakan yaitu centymeter.

5. Total padatan terlarut

Zat padatan terlarut diukur menggunakan alat hand refractometer. Daging buah dibleander kemudian diambil beberapa tetes, kemudian diletakkan pada hand refractometer. Satuan yang digunakan yaitu persen (%).


(4)

43

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan berbagai jenis pupuk kandang belum menghasilkan

pertumbuhan yang berbeda, namun pada diameter buah, media pupuk kandang kambing lebih baik daripada ayam, kelinci atau ayam. 2. Penggunaan pupuk Plant Catalyst hingga konsentrasi 3 g/l tidak

menghasilkan perbedaan dalam pertumbuhan dan produksi.

3. Pada media pupuk kandang ayam, kambing, kelinci atau sapi yang disertai aplikasi pupuk pelengkap Plant Catalyst tidak menghasilkan respons yang berbeda bagi pertumbuhan tanaman melon, tetapi jika media diberi pupuk kandang kambing dan Plant Catalyst 2 g/l menghasilkan diameter buah sebesar 11 cm.

B. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, disarankan untuk melakukan penelitian yang sama tetapi pupuk kandang yang digunakan harus sudah terdekomposisi dengan sempurna. Penambahan unsur boron sangat dianjurkan pada penelitian selanjutnya.


(5)

43

DAFTAR PUSTAKA

Endah. 2011. Kunci membuahkan tanaman anda.

Http://sehatcommunity.com/2011/05/cn-ratio-kunci-membuahkan-tanaman-anda.Html. Diakses pada tanggal 23 september 2011.

Faqih, M. 2009. Ternak Uang Bersama Kelinci. Nuansa. Bandung. Fitria, S. 2010. Peranan Unsur Hara Pada Tanaman. Makalah

Foth, H. 1991. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Universitas Gadjah Mada.

Heriza, W. 2002. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis PPC terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi. Skripsi Sarjana. 42 hlm. Hanafiah, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo. Jakarta. Iswandi. 2011. Bikin Nutrisi Siap Santap. PT Trubus Swadaya. Depok. Kemas. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 130 hlm.

PT Pupuk Sriwijaya. Peran Unsur Hara Makro dan Mikro Pada Tanaman Padi. Rachim, A. 1996. Aspek-Aspek Pemupukan. Makalah Disajikan Pada Pelatihan

Pembinaan Uji Tanah dan Analisis Tanaman.

Rusnedi. 2008. Pengaruh Pemberian Zeolit dan Jenis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera linn). skripsi sarjana. Universitas lampung. 78 hlm.

Rohmawati, U. 2005. Evaluasi Status Unsur Hara NPK dengan Teknik Uji Cepat dan Karakteristik Morfofisiologi Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Skripsi. 124 hlm.


(6)

43 Sajimin, Raharjo, dan Purwantari. 2003. Integrasi sistem usaha ternak sayuran

berbasis kelinci di sentra produksi sayuran dataran tinggi. Laporan Tahunan 2003. Balitnak Bogor.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex. Jakarta. 122 hlm. Sobir dan Siregar. 2010. Budi Daya Melon Unggul. Gramedia. Jakarta. 115 hlm. Susanti, F. 2011. Peranan unsur Fe (Besi) Dalam Pertumbuhan Tanaman.

Makalah.

Tim Plant Catalyst 2006.

Triastoadji, R. 2008. Tanggapan Tanaman Kailan Batang (Brassica olleraceae) Varietas Alboglabra Terhadap Pemberian Tiga Macam Pupupk Kandang dan Cara Aplikasi Pupuk Pelengkap Cair. skripsi sarjana. Universitas lampung. 67 hlm.