EVALUASI VIABILITAS BENIH, KETAHANAN DAN PEMULIHAN BIBIT EMPAT PEDIGRI INBRED JAGUNG YANG DISIMPAN LEBIH DARI DUA BELAS BULAN

(1)

ABSTRAK

EVALUASI VIABILITAS BENIH, KETAHANAN DAN PEMULIHAN BIBIT EMPAT PEDIGRI INBRED JAGUNG YANG DISIMPAN

LEBIH DARI DUA BELAS BULAN

Oleh

Gusti Ayu Ningrum

Salah satu upaya meningkatkan produktivitas jagung adalah mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu. Perakitan varietas unggul dimulai dengan membentuk galur atau lini inbred sebagai calon tetua. Inbred adalah individu dengan derajat kehomozigotan yang tinggi yang dicapai melalui self secara berulang. Benih self yang telah disimpan 12 —24 bulan mengalami penurunan viabilitas. Penurunan viabilitas dapat dicegah dengan teknik penyimpanan benih yang baik. Untuk memperoleh benih dengan mutu awal yang tinggi, lingkungan pertanaman termasuk kesuburan tanah diusahakan pada kondisi optimal. Salah satu caranya yaitu dengan pemupukan. Kelangkaan pupuk yang terjadi menyebabkan penundaan pupuk pada awal pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, inbred perlu diseleksi agar dapat bertahan terhadap ketiadaan pupuk dasar pada fase bibit selama 25—30 hari setelah tanam (hst). Vigor bibit yang kuat akan mampu bertahan walaupun dalam keadaan tercekam. Pemulihan diperlukan untuk


(2)

Gusti Ayu Ningrum

melihat vigor bibit dapat meningkat dan menghasilkan tanaman yang normal.

Pemberian pupuk NPK diharapkan dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga membantu pemulihan tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi viabilitas benih jagung yang telah disimpan lebih dari 12 bulan, (2) mengetahui ketahanan hidup bibit tanpa tambahan pupuk sampai umur 28 hst, dan (3) mengevaluasi pemulihan bibit setelah

penambahan pupuk.

Perlakuan disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Bahan tanaman yang digunakan adalah empat benih inbred yaitu UL4.01 (pedigri Srikandi), UL3.03 (pedigri BiSi 3), UL2.03 (pedigri Cargill 3) , dan UL1.04 (pedigri Pioneer 4). Kehomogenan data dianalisis menggunakan uji Bartlett dan Levene. Data untuk semua peubah dianalisis menggunakan Analysis of

Variance (Anova) melalui Minitab14. Jika hasil analisis ragam yang diperoleh nyata, maka dilakukan pemeringkatan nilai tengah dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 0,05. Tingkat Pertumbuhan dianalisis dengan trend line melalui Microsoft Excel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Empat pedigri inbred jagung memiliki persentase viabilitas benih >86% yaitu UL4.01 95%, UL3.03 100%, UL2.03 94%, dan UL1.04 100%; (2) Keempat pedigri inbred jagung mampu bertahan hidup tanpa adanya tambahan pupuk sampai umur 28 hst; dan (3) Setelah diberi pupuk keempat pedigri inbred jagung tidak menunjukkan terjadinya pemulihan.


(3)

ABSTRACT

EVALUATION SEED VIABILITY, RESILIENCE AND RECOVERY PLANT CORN THE FOUR PEDIGREES INBRED SAVED

MORE THAN TWELVE MONTHS

by

Gusti Ayu Ningrum

One effort to increase the productivity of maize is to develop high yielding varieties of high yielding and adaptable to particular environmental conditions. Varieties development begins by establishing inbred strains or lines as potential parents. Inbreds are individual with a high degree of homozygote achieved through self repeatedly. Seeds that have been stored for 12 — 24 months decreased in their viability. Decrease in viability can be prevented by good seed storage techniques. To obtain seeds with high initial quality, cropping environments including soil cultivated in optimal conditions. One way is by fertilizing. Scarcity of fertilizers happened to cause the delay of fertilizer application in early plant growth. Thus, inbred need to be selected in order to withstand the absence of starting fertilizer at seedling stage for 25-30 days after planting (dap). Strong seedling vigor will be able to survive even in a state of no fertilizer. Recovery is necessary to look to increase seed vigor and


(4)

Gusti Ayu Ningrum

produce a normal crop. NPK fertilizer is expected to stimulate vegetative growth of plants that help plant recovery.

This study aims to (1) evaluate the viability of the seed corn that has been stored for more than 12 months; (2) determine plant survival without additional fertilizer until age 28 dap; and (3) evaluate the recovery of crops after the addition of fertilizer.

Treatments were prepared in Randomized Complete Block Design (RCBD) with three replications. Plant materials used were four inbred seeds : UL4.01 (Srikandi pedigree), UL3.03 (BiSi 3 pedigree), UL2.03 (Cargill 3 pedigree), and UL1.04 (pedigree Pioneer 4). Homogeneity of variation was analyzed using Bartlett's and Levene's test. Data for all the variables stem length, root length, number of root branches, number of leaves, dry weight stem, and root + the remaining seed dry weight were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) with Minitab 14. If the results obtained by the analysis of a variety were significant, then the inbreds were ranked using Honestly Significant Difference (HSD) 0,05. Growth rate was analyzed by the trend line using Microsoft Excel.

The results showed that (1) four pedigrees of inbred corn seed had a percentage viability > 86% in the order of: 95% UL4.01, 100% UL3.03, 94% UL2.03 and 100% UL1.04; (2) the four pedigrees of inbred maize will survive without fertilizer for 28 dap; and (3) after the application of fertilizers, the four pedigrees of inbred maize did not show the recovery.


(5)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri. Kebutuhan jagung di Indonesia untuk konsumsi meningkat 5,16% per tahun, sedangkan untuk pakan ternak dan industri naik 10,87% per tahun. Salah satu kendala dalam pemenuhan kebutuhan jagung di Indonesia adalah

produktivitas tanaman jagung yang rendah (Fatih, 2011).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah

mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu (Kartasapoetra, 2003). Perakitan varietas unggul dimulai dengan membentuk galur atau lini inbred sebagai calon tetua. Inbred dapat dibentuk menggunakan bahan dasar varietas bersari bebas atau hibrida, dan inbred lain. Pembentukan inbred dari varietas bersari bebas atau hibrida pada dasarnya melalui seleksi tanaman (Takdir et al., 2007).

Inbred adalah individu dengan derajat kehomozigotan yang tinggi yang dicapai melalui selfsecara berulang (Hikam, 2003). Selfadalah tanaman dari hasil penyerbukan sendiri. Efek dari self yang terus menerus akan memunculkan sifat jelek karena meningkatnya kehomozigotan. Pada tanaman jagung ditunjukan oleh


(6)

2 depresi inbriding antara lain penurunan viabilitas dan vigor misalnya tinggi

tanaman menjadi kerdil dan produksi menjadi rendah (Copeland dan McDonald, 2001).

Benih inbred yang telah disimpan 12 — 24 bulan mengalami penurunan viabilitas, sedangkan benih yang berhasil berkecambah (viabel) mampu tumbuh dan

berproduksi dengan baik. Penurunan viabilitas dapat dicegah dengan teknik penyimpanan benih yang baik (Hikam, 2008).

Menurut Sadjad (1994), vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi lapangan suboptimum. Vigor benih juga berarti benih yang disimpan suboptimum tumbuh normal pada kondisi lapangan

optimum. Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhan, gejala metabolisme, dan garis viabilitas.

Menurut Justice dan Bass (1994), menurunnya vigor dan kematian benih dapat dilihat dari dua aspek: (1) hilangnya viabilitas atau matinya sekelompok benih; (2) kematian suatu individu benih. Proses kematian benih terjadi secara perlahan-lahan, sehingga sulit untuk menentukan waktu kehidupan benih itu berakhir. Pada suatu kelompok benih, proses kehidupan individu benih tidak berlangsung dalam laju yang sama. Benih yang disimpan pada berbagai keadaan, proses

kehidupannya berakhir pada waktu yang tidak sama.

Mutu fisiologis benih merupakan interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan tumbuh benih dihasilkan. Untuk memperoleh benih


(7)

3 tanah diusahakan pada kondisi optimal. Salah satu caranya yaitu dengan

pemupukan. Benih jagung yang diproduksi dari struktur tanaman induk yang bervigor tinggi lebih tahan disimpan dari benih yang diperoleh dari struktur tanaman yang kurang vigor.

Pupuk merupakan salah satu faktor penting bagi tanaman namun harganya mahal dan langka di pasar. Hal ini menyebabkan para pemulia kesulitan memberikan pupuk pertama untuk tanaman. Dengan demikian, inbred perlu diseleksi agar dapat bertahan terhadap ketiadaan pupuk dasar pada fase bibit selama 25—30 hari setelah tanam (hst).

Selama fase bibit tersebut vigor tanaman akan terseleksi. Vigor bibit yang kuat akan mampu bertahan walaupun dalam keadaan tercekam. Pemulihan diperlukan untuk melihat vigor bibit dapat meningkat dan menghasilkan tanaman yang normal. Pemberiaan pupuk NPKdiharapkan dapat merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga membantu pemulihan tanaman.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut

(1) Bagaimana viabilitas benih jagung yang telah disimpan lebih dari 12 bulan? (2) Bagaimana ketahanan hidup bibit tanpa tambahan pupuk sampai umur 28 hst? (3) Apakah terjadi pemulihan setelah tanaman diberi pupuk?


(8)

4 1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah

(1) Mengevaluasi viabilitas benih jagung yang telah disimpan lebih dari 12 bulan. (2) Mengetahui ketahanan hidup bibit tanpa tambahan pupuk sampai umur 28 hst. (3) Mengevaluasi pemulihan bibit setelah penambahan pupuk.

1.3 Kerangka Pemikiran

Berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah sebagai berikut

Salah satu masalah yang dihadapi dalam memproduksi benih jagung adalah viabilitas benih (daya kecambah) yang rendah. Viabilitas benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh pada kondisi optimum. Penyimpanan benih merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya viabilitas benih.

Tujuan utama penyimpanan benih adalah mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan sepanjang mungkin. Penyimpanan benih untuk jangka waktu yang lama (12— 24 bulan) dapat berisiko menurunnya viabilitas benih maupun vigor kecambahnya.

Faktor- faktor yang mempengaruhi dalam penyimpanan benih yaitu kadar air benih sebelum disimpan, suhu, kelembaban, dan tempat pengemasan.

Penyimpanan benih pada kondisi suhu dan kelembaban yang tidak konstan dapat mengakibatkan penurunan viabilitas benih secara bertahap dan menyebabkan


(9)

5 kematian benih sebelum ditanam. Keberhasilan penyimpanan benih jagung

terletak pada pengaturan kadar air dan suhu ruang simpan. Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan naiknya aktivitas pernapasan sehingga bahan cadangan makanan dalam benih terkuras habis dan merangsang perkembangan cendawan patogen. Sedangkan kadar air terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan pada embrio. Seperti yang dilakukan dalam penelitian ini, benih jagung yang

digunakan adalah benih yang disimpan lebih dari 12 bulan. Penyimpanan benih dilakukan dalam kulkas rumah tangga dibungkus dengan kantong kertas berpori. Penyimpanan dalam kulkas rumah tangga kurang efektif karena pintu kulkas yang seringkali buka tutup sehingga menyebabkan kondisi suhu dan kelembaban tidak konstan dapat menyebabkan kerusakan fisiologi benih sehingga kualitas viabilitas dan vigor benih menurun.

Selain viabilitas benih, faktor yang penting dalam memproduksi benih jagung adalah vigor benih. Vigor benih dapat didefinisikan kemampuan benih untuk tumbuh normal di lapangan yang suboptimum. Vigor benih dapat ditunjukkan dengan penampilan vegetatif tanaman. Vigor yang baik dari sebuah bibit

menunjukkan bahwa tanaman tersebut memiliki ketahanan hidup yang baik pula. Untuk melihat kemampuan tanaman bertahan tanpa pupuk, dalam penelitian tanaman dicoba ditanam di lapangan selama tiga minggu hanya menggunakan media air (tanpa pupuk).

Uji ketahanan tanaman dapat menjawab perilaku petani yang seringkali menunda pemupukan, karena harga pupuk yang sangat mahal dan ketersediaan pupuk yang


(10)

6 langka di pasar. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Apabila faktor genetik sudah bagus, maka tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan suboptimum masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sedangkan tanaman yang memiliki genetik yang jelek walaupun tanaman tersebut ditanam pada kondisi lingkungan yang optimum maka tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman salah satunya pemupukan.

Unsur hara memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Defisiensi unsur hara di awal fase pertumbuhan tanaman dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman karena pada awal pertumbuhan tanaman membutuhkan energi yang cukup besar. Oleh karena itu dibutuhkan penambahan nutrisi untuk memulihkan kondisi tanaman serta memenuhi

kebutuhan energi tersebut. Hara yang diberikan ke akar tanaman diserap tanaman dalam bentuk ion-ion, yang mengakibatkan peningkatan metabolisme di dalam tanaman. Meningkatnya metabolisme di dalam tanaman akan meningkatkan senyawa organik yang disintesis oleh tanaman. Asimilat yang dihasilkan pada síntesis senyawa organik tersebut ditranslokasikan ke daerah meristematik tanaman. Asimilat tersebut digunakan untuk pembelahan sel, pembesaran sel, peremajaan sel, dan penumpukan cadangan makanan. Dengan demikian

diharapkan penambahan hara pada tanaman dapat memulihkan kondisi tanaman serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.


(11)

7 1.3Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut

(1) Viabilitas benih jagung setelah disimpan selama lebih dari dua belas bulan memiliki viabilitas yang tinggi.

(2) Terdapat ketahanan hidup bibit meski tanpa tambahan pupuk sampai umur 28 hst dengan peubah panjang turus, panjang akar, jumlah akar cabang, jumlah daun, bobot kering turus, dan bobot kering akar + sisa biji.

(3) Tidak terjadi pemulihan bibit setelah diberi pupuk pada setiap pedigri yang diamati yaitu Srikandi, BiSi 3, Cargill 3, dan Pioneer 4.


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Biji Jagung

Menurut Subekti (2010), biji jagung memiliki bentuk teratur, bergaris pada tongkol sesuai dengan letak bunga. Biji dibungkus oleh perikap yang terdiri dari embrio dan endosperm. Embrio terdiri atas plumula, radikula, dan skutelum. Pada biji yang sudah tua, perikap adalah kulit yang keras. Bentuk biji ada yang bulat, gigi, atau pipih sesuai dengan varietasnya. Warna biji juga bervariasi antara lain kuning, putih, dan merah.

Biji jagung mengandung karbohidrat 70—75%, protein 11—12%, dan lemak 5—9%. Biji jagung kaya karbohidrat, sebagian besar berada pada endosperm. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentukpati umumnya berupa campuran amilosadan

amilopektin. Perbedaan campuran tersebut tidak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi berpengaruh dalam pengolahan sebagai bahan pangan.

Kandungan gizi jagung per 100 g bahan adalah 355 kal; 9,2 g protein; 3,9 g lemak; 73,7 g karbohidrat; 10 mg kalsium; 256 mg fosfor; 2,4 mg besi; 510 SI vitamin A; 0,38 mg vitamin B1; 12 g air; dan bagian yang dapat dimakan 90% (Wikipedia, 2009).


(13)

9 Menurut Subekti (2010), pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif (Tabel 2), yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum ke luarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifikasi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase

reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.

Tabel 1. Fase pertumbuhan vegetatif tanaman jagung.

Tahap Umur Kondisi Pertanaman

V1 5 hst Saat tanam, muncul koleptil di atas permukaan tanah

V2 9 hst Daun pertama mulai muncul

V3 – V5 10 – 18 hst Jumlah daun 3 – 5 helai, akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah.

V6 – V10 18 – 35 hst Jumlah daun 6 – 10 helai, titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan tongkol dimulai

V11 – Vn 33 – 50 hst Jumlah daun 11 helai sampai daun terakir 15 – 18 helai, tanaman tumbuh dengan cepat dan kumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula.

Tasseling 45 - 52 hst Adanya cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul. Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari bagian vegetatif tanaman

Keterangan : hst = Hari Setelah Tanam Sumber : Subekti, dkk., 2010


(14)

10 2.2 Proses Perkecembahan Benih

Proses perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan embrio dan komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Menurut Sutopo (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan hormon benih. Faktor eksternal meliputi suhu, cahaya, oksigen, dan air.

Proses perkecambahan biji meliputi imbibisi, sekresi hormon dan enzim,

hidrolisis cadangan makanan terutama karbohidrat dan protein dari bentuk tidak terlarut menjadi bentuk terlarut, translokasi makanan terlarut dan hormon ke daerah titik tumbuh (Sadjad, 1994). Untuk berkecambah benih membutuhkan air dalam jumlah minimum dalam tubuhnya, bila tidak perkecambahan akan

terganggu. Standar minimum kandungan air benih jagung adalah 30 %.

Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban, contohnya penyerapan air oleh benih dalam proses awal perkecambahan. Kriteria imbibisi yaitu benih

membesar, kulit benih pecah, berkecambah, keluarnya radikula dari dalam benih. Terjadinya imbibisi adalah perbedaan tekanan antara benih dengan larutan, tekanan benih lebih kecil dari pada tekanan larutan, ada daya tarik-menarik yang spesifik antara air dan benih.

Setelah air berimbibisi, enzim mulai berfungsi dalam sitoplasma yang terhidrasi. Enzim mengubah protein menjadi asam amino, lemak dan minyak menjadi larutan


(15)

11 sederhana dan pati menjadi gula. Kebutuhan utama dalam proses perkecambahan adalah air, oksigen, dan cahaya (Arda, 2009).

2.3 Inbred

Inbred didefinisikan sebagai tanaman yang susunan gennya hampir homozigot. Susunan gen pada tanaman alami heterozigot AaBbCcDdEe sedangkan pada gen inbrednya aaBBccddEe. Pada inbred susunan gen dapat homozigot resesif aa, cc, dan dd maupun homozigot dominan BB. Gen Ee tetap berada pada kombinasi heterozigot (Fehr, 1987 dalam Hikam, 2008)

Pada spesies tanaman kros vigor vegetatif dan reproduksi inbred sangat berkurang karena mengalami depresi inbriding, tetapi sifat interest (disukai) berada pada komposisi genetik homozigot baik homozigot dominan maupun resesif. Pada tanaman jagung, misalnya depresi inbriding yang terjadi pada generasi S9 – Sn menyebabkan memendeknya tanaman (< 100 cm) anjloknya produktivitas biji kering pipilan (< 2 t/ha). Depresi inbriding adalah menurunya kinerja vegetatif dan reproduksi spesies tanaman yang alaminya polinasi kros sebagai akibat dari polinasi self yang menyebabkan komposisi genetiknya hampir homozigot. Bila dua inbred jagung disilangkan, vigor vegetatif dan reproduksi melonjak jauh melebihi kedua tetua inbred.

Mempertahankan keberadaan galur inbred sangat penting dalam merakit varietas hibrida. Hasil dari memperbaiki galur-galur inbred yang sudah diperoleh akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut


(16)

12 (1) Meningkatkan produktivitas galur inbred sehingga apabila disilangkan

dengan galur inbred yang lain akan dapat meningkatkan produksi benih hibrida (benih F1) yang dihasilkan.

(2) Untuk proses dalam mempertahankan galur inbred dapat dilakukan perbaikan sehingga akan bersifat lebih baik. Dengan demikian, varietas hibrida yang dibuat dari hasil persilangannya juga akan lebih baik, misalnya akan lebih tahan terhadap hama atau penyakit, tidak mudah rebah, dan lain-lain. (3) Meningkatkan daya gabung sehingga dapat meningkatkan produktivitas

varietas hibrida yang diperoleh (Mangoendidjojo, 2003).

2.4 Viabilitas dan Vigor Benih

Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhan, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas. Sedangkan viabilitas potensial adalah kemampuan benih

menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapangan yang optimum (Sadjad, 1994).

Menurut Purwanti (2004), terdapat dua faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan.

Sadjad (1994) menguraikan vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapangan. Selain itu vigor juga


(17)

13 dapat didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapangan yang optimum.

Leachate atau kebocoran benih termasuk gejala kemunduran benih. Kemunduran benih adalah menurunnya kualitas benih, baik secara fisik maupun fisiologis yang mengakibatkan rendahnya viabilitas dan vigor benih sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman menurun. Laju kemunduran benih dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sifat genetis benih dan lingkungan. Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses deteriorasi yang kronologis. Proses deteriorasi akan tetap berlangsung meskipun benih ditangani dengan baik dan faktor lingkungan mendukung. Kemunduran benih disebabkan oleh lingkungan dan persyaratan penyimpanan yang tidak sesuai.

Gejala kebocoran benih akan terlihat, jika benih yang mengalami kemunduran direndam dalam air. Tingkat kemunduran benih ditunjukkan oleh makin besarnya konsentrasi bocoran benih yang terlarut dalam air perendam. Kebocoran benih yang makin banyak menunjukkan tingkat kerusakan membran sel. Konsentrasi bocoran membran sel dapat diukur dengan alat konduktivitas yang mengukur daya hantar listrik larutan (Pramono, 2007).

2.5 Penyimpanan Benih

Tujuan utama penyimpanan benih adalah mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan sepanjang mungkin. Maksud dari penyimpanan benih supaya benih dapat ditanam pada musim yang sama di lain tahun atau pada musim yang


(18)

14 berlainan di tahun yang sama, dan untuk melestarikan benih dari varietas tertentu. Dalam periode simpan terdapat perbedaan antara benih yang kuat dan lemah. Periode simpan merupakan fungsi dari waktu, maka perbedaan antara benih yang kuat dan lemah terletak pada kemampuannya tidak dimakan waktu (Sadjad, 1976).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan adalah faktor dalam yaitu jenis dan sifat benih, viabilitas awal benih, dan kadar air benih; faktor luar seperti suhu, kelembaban, dan gas di sekitar benih.

2.6 Uji Daya Hantar Listrik Benih

Pengukuran daya hantar listrik (DHL) didasari pada benih yang berkualitas rendah akan membocorkan bahan-bahan yang dikandungnya lebih banyak daripada benih yang berkualitas lebih baik. Kebocoran pada membran sel merupakan tempat kerusakan yang utama. Bahan-bahan yang dikeluarkan benih pada peristiwa tersebut antara lain kalium, klor, gula, dan asam amino.

Pengukuran sistem DHL ini memiliki keuntungan antara lain cepat, tepat, tidak mahal, dan prosedurnya sederhana. Kadar air awal dan ukuran benih dapat mempengaruhi rata-rata kebocoran benih.

2.7 Standar Nasional Indonesia untuk Air Mineral

Tabel 2 menunjukkan persyaratan produk air minum sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Air galon yang digunakan harus memenuhi syarat, sesuai yang ditetapkan oleh SNI.


(19)

15 Tabel. 2. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk air minum

Parameter Produk Satuan Persyaratan

pH - 6,0 – 8,5

Zat terlarut mg/l Maks 500

Zat organic (angka KMnO4) mg/l Maks 1,0

Total Organik Karbon mg/l -

Nitrat (NO3) mg/l Maks 45

Nitrit (NO2) mg/l Maks 0,005

Amonium (NH4) mg/l Maks 0,15

Klorida (Cl) mg/l Maks 250

Florida (F) mg/l Maks 1

Sianida (Cn) mg/l Maks 0,05

Besi (Fe) mg/l Maks 0,1

Mangan (Mn) mg/l Maks 0,05

Boron (B) mg/l Maks 0,3

Sulfat (SO4) mg/l Maks 200

Barium (Ba) mg/l Maks 0,7

Selenium (Se) mg/l Maks 0,01

Klor bebas mg/l Maks 0,1

Cemaran logam:

Timbal (Pb) mg/l Maks 0,005

Tembaga (Cu) mg/l Maks 0,5

Cadmium (Cd) mg/l Maks 0,003

Raksa (Hg) mg/l Maks 0,001

Cemaran Arsen (As) mg/l Maks 0,01 Angka lempeng total awal *) Koloni/ml Maks 1,0 x 10 2 Angka lempeng total awal **) Koloni/ml Maks 1,0 x 10 5 Mikrobiologi:

Bakteri bentuk koli AMP/100ml < 2

Salmonella - Negative/100 ml

Pseudomonas aeruginosa Koloni/ml Nol Keterangan : *) di pabrik **) di pasaran

(sumber : http://bbia.go.id/sertifikasi/SNI%2001-3553-2006AMDK)

2.8 Pemupukan

Tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara menghambat tercapainya mutu fisiologis yang optimal, mempengaruhi komposisi kimia benih yang dapat menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Tanaman yang defisien P dan K akan menghasilkan benih yang tidak dapat berkecambah dengan baik dan tidak tahan


(20)

16 simpan. Vigor benih jagung juga dipengaruhi oleh pemberian pupuk N. Vigor benih meningkat sejalan dengan meningkatnya takaran pemupukan N.

Pemupukan N meningkatkan bobot benih, sehingga daya berkecambah dan kekuatan tumbuh benih meningkat (Saenong, 2010).

Nutrisi yang ditambahkan ke tanaman akan diserap dalam bentuk ion-ion.

Senyawa organik yang diserap tersebut akan digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintat yang dihasilkan berupa pati, protein, dan lipid. Fotosintat tersebut akan ditranslokasikan tanaman ke daerah meristematik untuk pembelahan sel,

penambahan ukuran sel, peremajaan sel, serta akumulasi senyawa organik.

Tabel 3. Tahapan perkecambahan dan efek kekurangan hara untuk tanaman jagung

Fase Deskripsi Efek kekurangan hara 0 — 18 hsb Akar nodul mulia aktif, awal mula

pertumbuhan tanaman

Pertumbuhan tanaman terganggu

18 — 35 hsb Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan dan perkembangan tongkol dimulai

Pertumbuhan vegetatif dan pembentukan bunga jantan serta tongkol terhambat

35 — 50 hsb Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat pula.

Menurunkan

jumlah biji dalam satu tongkol karena mengecilnya tongkol, yang mengakibatkan menurunkan hasil

Keterangan : hsb = hari setelah berkecambah.


(21)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih, Universitas Lampung, Bandar Lampung sejak bulan Juli — September 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan bahan tanaman empat pedigri inbred jagung tahun panen 2010 dan 2008 (Tabel 4). Selain itu digunakan benih tahun 2009 yaitu Cargill 7 dan Pioneer 6. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling dan pupuk NPK majemuk yaitu Hyponex.

Tabel 4. Empat pedigri inbred jagung yang digunakan sebagai bahan tanam dalam penelitian

No. Kode Inbred Pedigri Tahun Panen

1 UL4.01* Srikandi 2010

2 UL2.03* Cargill 3 2008

3 UL3.03* BiSi 3 2008

4 UL1.04* Pioneer 4 2008

Keterangan:

UL = Universitas Lampung

* = Benih tersebut dibungkus dengan kantong kertas dan disimpan lebih dari 12 bulan pada kulkas rumah tangga (Rh = ≤ 18 % dan t = ≤ 17 tidak konstan, karena pemakaian kulkas bersamaan dengan keperluan rumah tangga sehari-hari)


(22)

18 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Growth Chamber tipe IPB 7A/B, electric conductivity meter, rumah plastik, kertas merang, gelas plastik,

styrofoam, solder, neraca elektrik, tissue, hand sprayer, kertas label, lembaran plastik, karet gelang, nampan, oven listrik, gunting/cutter, gelas ukur, kotak kardus A4, spatula, penggaris, dan alat tulis.

3.3 Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan 4 pedigri jagung yaitu Srikandi (UL4.01), BiSi 3 (UL3.03), Cargill 3 (UL2.03), dan Pioneer 4 (UL1.04) dengan tiga ulangan yang disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Pada penelitian ini terdapat beberapa pengujian antara lain

3.3.1Pengukuran nilai Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengukuran nilai DHL dilakukan pada saat:

(1) Benih yang telah ditimbang bobotnya (sebanyak 100 butir/gram) sebelum dikecambahkan, direndam dalam air suling selama 24 jam, kemudian diukur nilai konduktivitasnya menggunakan alat Conductivity Meter. Pengukuran dilakukan pada saat benih sebelum dan sesudah direndam.

(2) Benih yang telah dikecambahkan ditanam pada media air. Media air tersebut diukur nilai konduktivitas. Pengukuran dilakukan dua tahap yaitu pada saat air masih murni dan air yang telah menjadi media tanam. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali selama 5 minggu.


(23)

19 (3) Pada saat pemberian pupuk, pengukuran konduktivitas dilakukan pada

media air yang diberi pupuk sebelum diaplikasikan ketanaman dan sesudah diaplikasikan ketanaman.

3.3.2 Penanaman dan Pemeliharaan

Penanaman dilakukan dengan mengecambahkan benih terlebih dahulu

menggunakan metode Uji Kertas digulung didirikan di dalam Plastik (UKdDP) dengan memakai alat Growth Chamber. Pengecambahan benih dilakukan selama 7 hari dan setiap 3 hari dilakukan pengecekan benih-benih yang mulai

berkecambah.

Benih yang telah berkecambah (plumula dan radikula telah muncul), ditanam pada media air pada gelas plastik. Satu gelas plastik terdapat tiga sampel tanaman. Supaya endosperm tidak terendam air maka kecambah ditahan dengan pelampung

styrofoam. Selanjutnya gelas-gelas yang berisi tanaman tersebut diletakkan di dalam kotak kardus A4 , kemudian kotak kardus tersebut diletakkan di rumah plastik. Penyiraman dilakukan pada saat air di dalam gelas plastik mengalami pengurangan drastis. Tanaman selama tiga minggu hanya diberi air untuk menguji ketahanannya dan selama dua minggu tanaman diberi larutan pupuk untuk melihat adanya pemulihan.

3.3.3 Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu. Konsentrasi pupuk yang diberikan yaitu 4 g/l. Pupuk dilarutkan pada 1 l air kemudian diberikan ke


(24)

20 tanaman, dengan cara mengganti air mineral di dalam gelas plastik dengan air yang mengandung pupuk Hyponex 4 g/l.

Tabel 5. Kandungan nutrisi dalam pupuk Hyponex

Kandungan senyawa Persentase di dalam pupuk

Nitrat 4,5%

Urea 20,5%

P2O5 5,0%

K2O 20,0%

3.3.4 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel diambil dari kardus yang berisi tiga sampel yang mewakili waktu pengamatanya. Setiap sampel terdiri dari ulangan 1, 2, dan 3, jadi terdapat 180 tanaman dari 4 pedigri yang digunakan. Pengamatan dilakukan setiap

seminggu sekali selama 5 minggu.

3.3.5 Analisis Data

Penelitian menggunakan 4 pedigri jagung yaitu Srikandi (UL4.01), BiSi 3 (UL3.03), Cargill 3 (UL2.03), dan Pioneer 4 (UL1.04) dengan tiga ulangan yang disusun dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Kehomogenan data dianalisis menggunakan uji Bartlett dan Levene. Data untuk semua peubah yaitu panjang turus, panjang akar, jumlah akar cabang, jumlah daun, bobot kering turus, dan bobot kering akar + sisa biji dianalisis menggunakan Analysis of Variance (Anova) melalui Minitab 14. Jika hasil analisis ragam yang diperoleh nyata, maka dilakukan pemeringkatan nilai tengah dengan uji Beda Nyata Jujur


(25)

21 (BNJ) 0,05. Tingkat Pertumbuhan dianalisis dengan trend line melalui Microsoft Excel.

3.3.6 Peubah yang diamati

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan yang dihasilkan dengan peubah yang diamati sebagai berikut

(1) Daya hantar listrik benih

i. Dihitung dari DHL akhir - DHL awal; DHL awal adalah kondisi air mineral tanpa perendaman benih, sedangkan DHL akhir merupakan kondisi air mineral setelah perendaman benih selama kurang lebih 24 jam. ii. Nilai DHL (µS/cm) pada pengujian pemulihan tanaman. Nilai DHL

dihitung dengan rumus DHL akhir - DHL awal; DHL awal adalah larutan pupuk Hyponex sebelum diaplikasikan pada tanaman, sedangkan DHL akhir merupakan larutan pupuk setelah diaplikasikan ke tanaman. Pengamatan dilakukan pada 28 hari setelah tanam (hst) dan dan 35 hst.

(2) Viabilitas benih (%). Viabilitas benih dihitung dengan rumus:

Viabilitas benih ═ 100% ditanam yang benih Total tumbuh yang

Benih

     

(3) Jumlah benih mati. Benih yang mati ada dua jenis, pertama benih mati karena nirviabel yaitu benih yang tidak mampu berimbibisi. Kedua benih mati karena leachate, benih tersebut berimbibisi namun mengalami kebocoran dinding sel sehingga tidak mampu berkecambah. Untuk jenis


(26)

22 yang kedua dicirikan dengan benih mengalami pembengkakan namun tidak berkecambah.

(4) Panjang turus (cm). Panjang turus diukur dari pangkal batang hingga bagian ujung daun . Alat yang digunakan adalah penggaris.

(5) Jumlah daun (helai). Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbentuk sempurna atau mekar penuh.

(6) Jumlah akar cabang (helai). Jumlah akar yang dihitung adalah akar-akar yang keluar dari akar primer.

(7) Panjang akar (cm). Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar hingga ke bagian akar terujung.

(8) Bobot kering turus (g). Bobot kering turus ditimbang dengan menggunakan neraca elektrik. Bagian turus dipisahkan dari tanaman lalu ditimbang. Pengamatan dilakukan setelah tanaman dikeringkan dalam oven selama tiga hari untuk menghilangkan kandungan airnya.

(9) Bobot kering akar dan sisa biji (g). Bobot kering akar dan sisa biji ditimbang dengan menggunakan neraca elektrik. Bagian tersebut dipisahkan dari tanaman lalu ditimbang. Pengamatan dilakukan setelah kecambah

dikeringkan dalam oven selama tiga hari untuk menghilangkan kandungan air.


(27)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Empat pedigri inbred jagung memiliki persentase viabilitas benih > 86% yaitu UL4.01 95%, UL3.03 100%, UL1.04 94%, dan UL1.04 100%.

2. Keempat pedigri inbred jagung mampu bertahan hidup tanpa adanya tambahan pupuk sampai umur 28 hst.

3. Setelah diberi pupuk keempat pedigri inbred jagung tidak menunjukkan terjadinya pemulihan.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk melihat adanya pemulihan dibutuhkan sampel tanaman desktruktif untuk mengukur jumlah akar, bobot kering brangkasan dan sampel tanaman yang dibiarkan tumbuh sampai pengamatan berakhir untuk mengukur peubah yang lain.


(28)

EVALUASI VIABILITAS BENIH, KETAHANAN DAN PEMULIHAN BIBIT EMPAT PEDIGRI INBRED JAGUNG YANG DISIMPAN

LEBIH DARI DUA BELAS BULAN

(Skripsi)

Oleh

GUSTI AYU NINGRUM

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(29)

EVALUASI VIABILITAS BENIH, KETAHANAN, DAN PEMULIHAN BIBIT EMPAT PEDIGRI INBRED JAGUNG YANG

DISIMPAN LEBIH DARI DUA BELAS BULAN

Oleh

Gusti Ayu Ningrum

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(30)

Judul Skripsi : EVALUASI VIABILITAS BENIH,

KETAHANAN, DAN PEMULIHAN BIBIT EMPAT PEDIGRI INBRED JAGUNG YANG DISIMPAN LEBIH DARI DUA BELAS BULAN Nama Mahasiswa : Gusti Ayu Ningrum

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614011026

Jurusan : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S. NIP 195407231982111001 NIP 196209281987031001

2. Ketua Bidang

Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. NIP 196110211985031002


(31)

MENSAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc. ______________

Sekretaris : Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S. ______________

Penguji

bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. _____________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(32)

viii DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1. Kecenderungan pertumbuhan untuk panjang turus empat pedigri

jagung... 29 2. Kecenderungan pertumbuhan untuk panjang akar empat pedigri

jagung... 30 3. Kecenderungan pertumbuhan untuk jumlah akar cabang empat pedigri

jagung... 30

4. Kecenderungan pertumbuhan untuk jumlah daun empat pedigri

jagung... 31 5. Kecenderungan pertumbuhan untuk bobot kering turus empat pedigri

jagung... 31 6. Kecenderungan pertumbuhan untuk bobot kering akar + sisa biji


(33)

iii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1Morfologi Biji Jagung ... 8

2.2Proses Perkecambahan Benih ... 10

2.3Inbred ... 11

2.4Viabilitas dan Vigor Benih ... 12

2.5Penyimpanan Benih ... 13

2.6Uji Daya Hantar Listrik Benih ... 14

2.7Standar Nasional Indonesia untuk Air Mineral ... 14

2.8Pemupukan... 15

III. BAHAN DAN METODE ... 17

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2Bahan dan Alat ... 17

3.3Metodologi Penelitian ... 18


(34)

iv Halaman

3.3.2 Penanaman dan pemeliharaan ... 19

3.3.3 Pemupukan ... 19

3.3.4 Pengambilan sampel... 20

3.3.5 Analisis data ... 20

3.3.6 Peubah yang diamati ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Daya Kecambah (Viabilitas) dan Daya Hantar Listrik Benih ... 23

4.2 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Ketahanan Bibit... 25

4.3 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Pemulihan Bibit... 27

4.4 Uji Analisis Kecenderungan Pertumbuhan Empat Pedigri Jagung ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Arda, B. 2009. Imbibisi Biji. http://arenlovesu.blogspot.com/2009/08/imbibisi-biji-laporan-oleh-bram-arda.html

Badan standardisasi nasional (BSN). 2006. Ketetapan SNI untuk Air Minum Indonesia.

http://bbia.go.id/sertifikasi/SNI%2001-3553-2006%5B1%5D%20AMDK.pdf

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2010. Deskripsi Varietas. http:// balit sereal. litbang. deptan. go. id/ind/images/stories/deskripsi06.pdf.

Berliando, C. 2008. KeragamanLeachate, Viabilitas Benih, dan Vigor Bibit Jagung Manis yang Dipupuk dengan Semen Portland. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 44 hlm.

Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and Technology. Kluwer Academic Publishers. London. 467 pp.

Fatih, A. 2011. Pengaruh Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Jagung. http://blog.ub.ac.id/abufatih/2011/12/05/pengaruh-kadar-air-terhadap-pertumbuhan-jagung/

Hikam, S. 2003. Teknik Penghibridan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Belum diterbitkan. 38 hlm.

Hikam, S. 2008. Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Belum diterbitkan 36 hlm.

Hikam, S. 2010. Teknik Perencanaan dan Analisis Pemuliaan Tanaman.

Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Naskah Lepas 11 hlm.

Justice, O.L., dan L.N. Bass. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih

Diterjemahkan oleh Rennie Roesli dari Principles dan Practice of Seed Storage. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hlm.

Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntutan Praktikum. PT. Rineka Cipta: Jakarta. 188 hlm.


(36)

37 Litbang Pangan. 2011. Deskripsi Varietas Cargill dan BiSi. Pangan.litbang.

deptan.go.id d/hwww.puslittan.bogor.net.

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. 182 hlm.

Pramono, E. 2007. Bahan Ajar Kemunduran Benih. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan terhadap Kualitas Benih Kedelai

Hitam dan Kedelai Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1) : 22—31. Sadjad, S. 1976. Kertas Merang Untuk Uji Viabilitas Benih di Indonesia.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 181 hlm.

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Widia Sarana Indonesia. Jakarta. 145 hlm.

Saenong, S., M. Azrai, dan R. Arief. 2010. Pengelolaan Benih Jagung. Http://balitsereal.litbang. deptan.go. id/ind/bjagung/sebelas.pdf.

Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, S. Sunarti. 2010. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Http://balit-sereal.litbang.deptan.go..id/ ind/bjagung/empat.pdf.

Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. 221 hlm

Takdir, A., S. Sunarti, dan M.J. Mejaya. 2007. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian tanaman Serealia. Sulawesi Selatan.

Wikipedia. 2009. Jagung. http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/difusi-osmosis-dan-imbibisi/Jagung.


(37)

Barang Siapa yang Bersungguh-Sungguh Pasti Akan

Berhasil (Manjadda Wa Jadda)

(Negeri 5 Menara)

Kegagalan Bukan Berarti Tidak Berhasil, tetapi Kegagalan

adalah Ketika Berhenti Mencoba (Hitam Putih)


(38)

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan ridho-Nya

kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

kedua orangtuaku terkasih, Ibunda Nurul dan Ayahanda Bustam, terima kasih atas segala pengorbanan dan doa tulus yang kalian berikan dalam mengiringi setiap langkah hidupku.

Semoga ini merupakan awal kecil dari persembahan-persembahan besar berikutnya yang akan kuberikan untuk kalian.

kak Bagus, Tia, dan Solichin terima kasih untuk dukungan dan motivasi yang kalian berikan.


(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1988 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, pasangan Nurul Nikmah dan Bustam Setia Budi, B.Sc.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Sejahtera Bandar

Lampung pada tahun1994, Sekolah Dasar di SDN 2 Branti Raya, Natar pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 1 Natar pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Swadhipa Natar penulis pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada bulan Juli—Agustus 2009 penulis melakukan Praktik Umum di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Bunga Mayang Kota Bumi, Lampung Utara. Penulis menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan tahun 2008 –2010.


(40)

i SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

1. Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc. selaku pembimbing pertama atas bimbingan dan arahan selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S. selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. selaku pembahas atas masukan serta kritikannya yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi.

4. Ir. Eko Pramono, M.S. selaku pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Teman-teman tim penelitian jagung 2010: Julia Agustina dan Siska Safaria S.P. atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

6. Cipta Arief Martyadi S.P., Defky Irawan S.P., Adi Cahyadi S.P., Sri Nurmayanti S.P, Ardiansyah S.P., dan Bapak Marjito atas kesediaannya membantu pembuatan rumah plastik.


(41)

ii Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala budi baik mereka. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,


(1)

37 Litbang Pangan. 2011. Deskripsi Varietas Cargill dan BiSi. Pangan.litbang.

deptan.go.id d/hwww.puslittan.bogor.net.

Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. 182 hlm.

Pramono, E. 2007. Bahan Ajar Kemunduran Benih. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan terhadap Kualitas Benih Kedelai

Hitam dan Kedelai Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1) : 22— 31. Sadjad, S. 1976. Kertas Merang Untuk Uji Viabilitas Benih di Indonesia.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 181 hlm.

Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Widia Sarana Indonesia. Jakarta. 145 hlm.

Saenong, S., M. Azrai, dan R. Arief. 2010. Pengelolaan Benih Jagung. Http://balitsereal.litbang. deptan.go. id/ind/bjagung/sebelas.pdf.

Subekti, N.A., Syafruddin, R. Efendi, S. Sunarti. 2010. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Http://balit-sereal.litbang.deptan.go..id/ ind/bjagung/empat.pdf.

Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. 221 hlm

Takdir, A., S. Sunarti, dan M.J. Mejaya. 2007. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian tanaman Serealia. Sulawesi Selatan.

Wikipedia. 2009. Jagung. http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/difusi-osmosis-dan-imbibisi/Jagung.


(2)

Barang Siapa yang Bersungguh-Sungguh Pasti Akan

Berhasil (Manjadda Wa Jadda)

(Negeri 5 Menara)

Kegagalan Bukan Berarti Tidak Berhasil, tetapi Kegagalan

adalah Ketika Berhenti Mencoba (Hitam Putih)


(3)

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan ridho-Nya

kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

kedua orangtuaku terkasih, Ibunda Nurul dan Ayahanda Bustam, terima kasih atas segala pengorbanan dan doa tulus yang kalian berikan dalam mengiringi setiap langkah hidupku.

Semoga ini merupakan awal kecil dari persembahan-persembahan besar berikutnya yang akan kuberikan untuk kalian.

kak Bagus, Tia, dan Solichin terima kasih untuk dukungan dan motivasi yang kalian berikan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1988 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, pasangan Nurul Nikmah dan Bustam Setia Budi, B.Sc.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Sejahtera Bandar

Lampung pada tahun1994, Sekolah Dasar di SDN 2 Branti Raya, Natar pada tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 1 Natar pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Swadhipa Natar penulis pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada bulan Juli—Agustus 2009 penulis melakukan Praktik Umum di PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Bunga Mayang Kota Bumi, Lampung Utara. Penulis menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan tahun 2008 –2010.


(5)

i SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

1. Dr. Ir. Saiful Hikam, M.Sc. selaku pembimbing pertama atas bimbingan dan arahan selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.

2. Dr. Ir. Paul B. Timotiwu, M.S. selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. selaku pembahas atas masukan serta kritikannya yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi.

4. Ir. Eko Pramono, M.S. selaku pembimbing akademik atas bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Teman-teman tim penelitian jagung 2010: Julia Agustina dan Siska Safaria S.P. atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

6. Cipta Arief Martyadi S.P., Defky Irawan S.P., Adi Cahyadi S.P., Sri Nurmayanti S.P, Ardiansyah S.P., dan Bapak Marjito atas kesediaannya membantu pembuatan rumah plastik.


(6)

ii Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala budi baik mereka. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis,