Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia ensiformis (L).DC) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan

VIABILITAS BENIH KORO PEDANG PUTIH (Canavalia ensiformis (L.)DC.)
YANG DISIMPAN PADA BEBERAPA JENIS KEMASAN
DAN PERIODE SIMPAN

FURI FEBRIYANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Viabilitas Benih Koro
Pedang Putih (Canavalia ensiformis (L.)DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis
Kemasan dan Periode Simpan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Furi Febriyanti
NIM A24090100

ABSTRAK
FURI FEBRIYANTI. Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia
ensiformis (L.)DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode
Simpan. Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN.
Koro pedang putih termasuk famili Leguminoceae dan dikenal sebagai
tanaman substitusi kedelai karena mempunyai kemiripan komposisi kimia benih.
Kandungan protein dalam benih menyebabkan benih tanaman legum seperti
kedelai memiliki masa penyimpanan yang pendek. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh jenis kemasan dan periode penyimpanan pada kondisi
ruang simpan berbeda terhadap viabilitas benih koro pedang putih (Canavalia
ensiformis (L.)DC.). Penelitian ini menggunakan rancangan petak tersarang
dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu jenis kemasan dan faktor kedua yaitu
periode simpan. Koro dikemas dalam empat jenis kemasan (plastik polietilen,
karung terigu, karung plastik dan botol kaca) dan disimpan selama enam bulan di

ruang suhu kamar dan ruang ber-AC. Hasil penelitian menunjukkan kemasan
plastik polietilen dan botol kaca merupakan kemasan yang paling baik untuk
penyimpanan benih koro pedang putih selama enam bulan. Viabilitas benih koro
pedang putih dalam kemasan tersebut lebih tinggi dibandingkan kemasan karung
terigu dan karung plastik untuk kedua ruang penyimpanan. Hasil ini
mengindikasikan bahwa benih koro dapat disimpan dalam ruang AC maupun
kamar lebih dari enam bulan.
Kata kunci: benih, daya berkecambah, legum, penyimpanan

ABSTRACT
FURI FEBRIYANTI. Viability of Jack Bean Seed (Canavalia ensiformis
(L.)DC.) that was Storaged in Various Types of Packaging Materials and Storage
Period. Supervised by MEMEN SURAHMAN.
Jack bean belongs to the family of Leguminoceae and known as
substitution plant for soybean because it has similar seed chemical composition
with each other. The protein content in the seed made legume has low seed
storability. The objectives of this research is to study the effect of packaging
material and storage period on different room storage condition to viability of jack
bean seed (Canavalia ensiformis (L.) DC.). This research used nested design with
two factors. The first factor is packaging material and the second factor is storage

period. Jack bean was packaged with four kinds of package (polyethylen plastic,
flour sack, plastic sack, and bottle glass) and period of storaged up to six months
in the AC and room storage condition. The results showed that polyethylen plastic
and bottles glass was the best package for the jack bean seed storage during six
months. Seed viability in both packaging was higher than flour sack and plastic
sack for both room storage condition. This results showed that jack been seed
could be storage in the AC and room storage condition more than six months.
Keywords: leguminoceae, seed, storage, viability

VIABILITAS BENIH KORO PEDANG PUTIH (Canavalia ensiformis (L.)DC.)
YANG DISIMPAN PADA BEBERAPA JENIS KEMASAN
DAN PERIODE SIMPAN

FURI FEBRIYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Shipsi: Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia ensiJormis (L).DC)
yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan
Nam;:;
: Furi Febriyanti
l'HM
: A24090 100

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr
Pembimbing

Diketahui oleh


Tanggal Lulus:

2 2 CT 2013

Judul Skripsi : Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia ensiformis (L).DC)
yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan
Nama
: Furi Febriyanti
NIM
: A24090100

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini dengan judul “Viabilitas Benih Koro Pedang Putih (Canavalia
ensiformis (L.)DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode
Simpan”. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana di IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Memen Surahman,
MScAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan
bimbingan, Dr Ir Heni Purnamawati MscAgr selaku dosen pembimbing akademik,
Dr. Endah Retno Palupi dan Dr. Tatiek Kartika sebagai dosen penguji, bapak
Rahmat dan staf Leuwikopo yang banyak membantu dalam pelaksanaan
penelitian, teman-teman SOCRATES AGH 46, dan semua pihak yang telah
membantu sehingga terwujudnya karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih ini juga
disampaikan kepada keluarga yaitu bapak Abdul Hamid, ibu Yoyoh Hartini,
Andri Saputra dan Indra Januar atas do’a yang mengiringi setiap langkah selama

pelaksanaan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Furi Febriyanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vix

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani dan Ekologi Kacang Koro Pedang Putih

2

Pengolahan dan Penyimpanan Benih


3

Jenis Kemasan Benih

3

BAHAN DAN METODE

4

Waktu dan Tempat

4

Bahan dan Alat

4

Metode Penelitian


4

Analisis Data

5

Pelaksanaan Penelitian

5

Persiapan

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Kondisi Umum


8

Penyimpanan Benih Koro Pedang Putih di Ruang AC

9

Interaksi antara Jenis Kemasan dan Periode Simpan di Ruang AC

9

Penyimpanan Benih Koro Pedang Putih di Ruang Suhu Kamar

12

Interaksi antara Jenis Kemasan dan Periode Simpan di Ruang Kamar

13

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Kondisi awal benih koro pedang putih sebelum perlakuan
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan periode
simpan terhadap peubah pengamatan pada penyimpanan 2─6 bulan di
ruang AC
3 Interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap viabilitas benih koro
pedang putih di ruang AC
4 Interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap vigor benih koro
pedang putih di ruang AC
5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan periode
simpan terhadap peubah pengamatan pada penyimpanan 2─6 bulan di
ruang suhu kamar
6 Interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap viabilitas benih koro
pedang putih di ruang suhu kamar
7 Interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap vigor benih koro
pedang putih di ruang suhu kamar
8 Hasil uji-t kadar air dan viabilitas benih koro pedang putih di ruang simpan
AC dan ruang suhu kamar saat periode simpan enam bulan

8

9
10
11

12
13
14
15

DAFTAR GAMBAR
1 Jenis kemasan yang digunakan dalam penelitian
2 Kriteria kecambah normal dan abnormal koro pedang putih

5
8

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Sidik ragam data KA selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC
Sidik ragam data PTM selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC
Sidik ragam data DB selama periode simpan 2-6 bulan ruang AC
Sidik ragam data BKKN selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC
Sidik ragam data IV selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC
Sidik ragam data KCT selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC
Sidik ragam data KST selama periode simpan 2─6 bulan ruang AC
Sidik ragam data KA selama periode simpan 2─6 bulan ruang kamar
Sidik ragam data PTM selama periode simpan 2─6 bulan ruang kamar
Sidik ragam data DB selama periode simpan 2─6 bulan ruang kamar
Sidik ragam data BKKN selama periode simpan 2─6 bulan ruang kamar
Sidik ragam data IV selama periode simpan 2─6 bulan ruang kamar
Sidik ragam data KCT selama periode simpan 2─6 bulan ruang kamar
Sidik ragam data KST selama periode simpan 2─6 bulan ruang kamar
Rata-rata mingguan suhu dan RH ruang AC dan kamar selama
penyimpanan 2─6 bulan

19
19
19
19
19
20
20
20
20
20
21
21
21
21
22

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Koro pedang putih (Canavalia ensiformis (L.)DC.) merupakan salah satu
tanaman yang diharapkan dapat menjadi substitusi kedelai untuk bahan pangan
seperti tahu dan tempe. Benih koro memiliki protein cukup tinggi sekitar 18-25 %
dan karbohidrat 50-60 % (van der Mesen dan Somaatmadja 1993) sedangkan
beberapa varietas kedelai dalam negeri mengandung protein 36.9─45.6 % dan
kandungan lemak antara 13.0-19.6 % (Ginting dan Tastra 2007). Pengetahuan
masyarakat tentang koro pedang putih belum tersebar secara merata pada
beberapa wilayah di Indonesia. Tanaman koro secara botani dapat tumbuh di
berbagai kondisi lahan sehingga penanaman koro ini cocok diterapkan di
Indonesia (Puslitbangtan 2007).
Memasyaratkan koro pedang putih perlu dilakukan sehingga dapat
membantu pemerintah mengurangi impor kedelai. Produksi koro di daerah selain
Sulawesi dan NTB perlu dilakukan secara bertahap sehingga masyarakat lebih
mengenal dan mampu menjadikan kacang ini sebagai salah satu bahan pangan
pengganti kedelai. Produksi koro yang tinggi diharapkan mampu mengurangi
jumlah impor kedelai secara bertahap.
Produksi yang tinggi dan berkelanjutan perlu didukung oleh jumlah benih
bermutu yang memadai. Mutu benih mencakup mutu genetis, fisik, fisiologis, dan
mutu patologis benih yang ditentukan sejak benih ditanam hingga panen.
Penyimpanan benih setelah panen yang termasuk upaya memperpanjang viabilitas
benih perlu dikembangkan. Dengan demikian, ketersediaan benih dengan mutu
yang tinggi lebih terjamin dan konsumen dapat memperoleh benih koro pedang
setiap saat dengan harga yang terjangkau.
Upaya memperpanjang viabilitas dapat dilakukan dengan menjaga kondisi
lingkungan penyimpanan atau mengemas benih untuk mempertahankan viabilitas
benih. Viabilitas benih secara alami akan menurun seiring lamanya penyimpanan
sehingga diperlukan kondisi ruang simpan dan jenis kemasan yang sesuai untuk
mengurangi kecepatan kemunduran benih. Daya simpan benih dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi kondisi
benih, serangga dan hama gudang serta cendawan. Faktor abiotik meliputi suhu,
kelembapan dan komposisi gas (Justice dan Bass 2002). Faktor yang paling
mempengaruhi viabilitas benih yaitu kadar air benih dan suhu selama
penyimpanan. Semakin tinggi kadar air benih dan suhu ruang simpan maka
viabilitas benih akan menurun dengan cepat. Sifat ini berlaku untuk jenis benih
ortodoks termasuk benih koro pedang putih.
Pengaturan suhu dan kelembapan nisbi ruang penyimpanan dapat dilakukan
dengan meletakkan benih pada kondisi ruang simpan terkendali (AC). Namun
untuk kalangan petani dikhawatirkan belum mempunyai fasilitas yang cukup
dalam penyimpanan benih sehingga diperlukan penanganan dalam ruang kamar
dengan memodifikasi bahan kemasan benih. Penelitian mengenai jenis kemasan
dan periode simpan benih diperlukan untuk mempertahankan viabilitas benih

2
koro pedang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi daya
simpan benih koro pedang putih.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis kemasan dan periode
penyimpanan pada kondisi ruang simpan berbeda terhadap viabilitas benih koro
pedang putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.).

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Ekologi Kacang Koro Pedang Putih
Botani
Tanaman koro pedang secara botani dibedakan menjadi dua tipe tanaman
yaitu koro pedang yang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.)
DC.) dan koro pedang yang tumbuh merambat dan berbiji merah (Canavalia
gladiata (Jack)DC). Koro pedang berbiji putih memiliki tipe pertumbuhan
tegak/perdu, polongnya dapat menyentuh permukaan tanah sehingga disebut koro
dongkrak (jack bean).
Bentuk tanaman menyerupai perdu, batangnya bercabang pendek dan lebat
dengan jarak percabangan pendek dan perakaran termasuk akar tunggang. Bentuk
daun trifoliat dengan panjang tangkai daun 7─10 cm, lebar daun sekitar 10 cm,
dan tinggi tanaman dapat mencapai satu meter. Bunga berwarna putih keunguan
dan termasuk bunga majemuk, tumbuh pada ketiak/buku cabang, dan berbunga
mulai umur 2 bulan hingga umur 3 bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar 1─3
polong, tetapi umumnya satu polong per tangkai. Panjang polong 30 cm dan lebar
3.5 cm, polong muda berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami.
Koro pedang berbiji putih dapat dipanen antara 9 hingga 12 bulan, namun terdapat
varietas berumur genjah umur 4─6 bulan (Puslitbangtan 2007).
Ekologi
Tanaman koro pedang dapat tumbuh sampai ketinggian tempat 2 000 m dpl,
tumbuh baik pada suhu rata-rata 14oC hingga 27oC di lahan tadah hujan atau 12oC
hingga 32oC di daerah tropik dataran rendah. Tanaman koro pedang putih dapat
tumbuh baik pada curah hujan tinggi 4 200 mm tahun-1 dan curah hujan rendah
sampai 700 mm tahun-1. Sistem perakaran tanaman sangat dalam sehingga dapat
menjangkau persediaan kadar air tanah yang cukup pada kondisi permukaan tanah
kering. Pertumbuhan tanaman koro pedang akan optimal bila mendapatkan sinar
matahari penuh, namun pada kondisi ternaungi masih mampu menghasilkan biji
dengan baik. Tanaman koro dapat tumbuh pada tekstur tanah dan kesuburan tanah
dengan kisaran yang luas. Selain itu, tanaman koro pedang dapat tumbuh baik
pada tanah asam sampai dengan kondisi netral (4.4─6.8) dan juga pada daerah
tergenang dan salin (Puslitbangtan 2007).

3
Pengolahan dan Penyimpanan Benih
Kegiatan pengolahan benih meliputi pembersihan, pengeringan, sortir dan
pemilahan. Benih yang telah diolah kemudian disimpan dalam ruang tertentu
sebelum didistribusikan kepada konsumen. Penyimpanan benih bertujuan untuk
mempertahankan daya hidup benih (daya simpan) selama mungkin. Faktor yang
mempengaruhi daya simpan adalah faktor benih, faktor lingkungan penyimpanan,
dan faktor jasad hidup di ruang penyimpanan.
Kadar air selama penyimpanan merupakan faktor yang paling
mempengaruhi masa hidup benih. Menurut Justice dan Bass (2002), suhu dan
kadar air merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemunduran benih.
Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.
Kaidah Harrington (1972) menyatakan setiap peningkatan suhu sebesar 5oC atau
kadar air 1%, maka daya simpan benih diperpendek setengah kali. Sebaliknya,
setiap penurunan suhu sebesar 5oC atau kadar air 1%, maka daya simpan benih
meningkat dua kali lipat. Kaidah ini hanya berlaku pada kisaran suhu 0─5 oC dan
kadar air benih 5─14 %. Penggunaan sistem penyimpanan benih secara tertutup
menyebabkan kadar air benih tetap konstan selama periode penyimpanan
sedangkan pada penyimpanan terbuka kadar air benih berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kelembapan nisbi udara di penyimpanan. Penyimpanan tertutup dapat
menjaga kondisi benih lebih baik dibandingkan penyimpanan terbuka.
Jenis Kemasan Benih
Peran utama kemasan adalah untuk melindungi bahan yang dikemas dari
kerusakan dan pengaruh luar hingga bahan tersebut digunakan sesuai dengan
tujuannya (Marsh dan Bugusu 2007). Hal yang penting dalam pengemasan adalah
bahan pengemas dapat menahan masuknya uap air. Sifat permeabilitas bahan
pengemas terhadap uap air sangat penting untuk mempertahankan kadar air serta
viabilitas benih. Sudikno (1977) mengemukakan pengaruh kemasan terhadap
benih dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek fisik dan fisiologis. Pengaruh
kemasan terhadap aspek fisik dapat diketahui dari warna, bobot, kadar air, dan
kerusakan mekanis yang diperlihatkan benih sedangkan terhadap aspek fisiologis
dapat diketahui dari viabilitas benih.
Penggunaan kemasan sangat berperan dalam usaha mempertahankan
viabilitas benih selama penyimpanan. Penyimpanan benih dalam suatu kemasan
ditentukan oleh kemampuannya mempertahankan kadar air benih dan viabilitas
benih selama penyimpanan (Copeland dan McDonald 1985). Materi kemasan
dibagi menjadi tiga golongan yaitu kemasan kedap uap air (alumunium foil dan
kaleng), kemasan yang resisten terhadap kelembapan (plastik) dan kemasan yang
porous (kain, karung goni dan kertas). Menurut Siregar (2000) terdapat beberapa
sifat khusus yang harus diperhatikan dari wadah simpan antara lain permeabilitas,
yaitu kemampuan wadah menahan kelembapan dan gas pada level tertentu,
insulasi yaitu kemampuan mempertahankan suhu, ukuran lubang yaitu
kemampuan bertahan dari serangan serangga dan mikroorganisme yang dapat
masuk melalui celah-celah kemasan, kemudahan dalam hal penanganan seperti
tidak licin, mudah ditumpuk, mudah dibuka, ditutup, disegel dan mudah
dibersihkan.

4

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih dan gudang penyimpanan Departemen Agronomi dan
Hortikultura IPB, Dramaga, Bogor. Pengujian viabilitas benih dilakukan di rumah
plastik, Kebun Percobaan Leuwikopo, IPB, Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan
mulai bulan Oktober 2012 hingga April 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih koro pedang putih
yang telah dipanen pada bulan September 2012 di lahan Leuwikopo, Dramaga,
Bogor. Benih telah mengalami masa simpan selama satu bulan dan dikemas
menggunakan kemasan karung plastik di ruang simpan ber-AC (20─23 oC dan
RH 30─33 %) sebelum diberi perlakuan. Jenis kemasan yang digunakan adalah
kemasan plastik polietilen yang memiliki massa jenis 0.914 hingga 0.925 g cm-3,
karung terigu (15 cm x 15 cm), karung plastik (15 cm x 15 cm), dan botol kaca.
Media pasir digunakan sebagai media untuk mengecambahkan benih, mika plastik
berukuran 24 cm x 24 cm x 3.5 cm sebagai wadah mengecambahkan benih dan
wadah alumunium untuk mengeringkan benih dalam pengukuran kadar air.
Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan untuk mengukur kadar air
(oven 105oC, timbangan analitik dan desikator), pengukur suhu dan RH (hygrothermometer), ruang bersuhu kamar, ruang ber-AC, alat perekat kemasan (sealer),
benang, jarum dan box plastik.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan. Percobaan pertama adalah
percobaan pada ruang ber-AC dan percobaan kedua adalah penyimpanan pada
ruang suhu kamar. Percobaan ini menggunakan rancangan petak tersarang (nested
design) dengan dua faktor perlakuan yaitu faktor jenis kemasan dan faktor periode
simpan. Faktor jenis kemasan yang digunakan terdiri atas empat taraf yaitu plastik
polietilen (K1), karung terigu (K2), karung plastik (K3) dan botol kaca (K4).
Faktor periode simpan terdiri atas tiga taraf yaitu 2 bulan (Ps1), 4 bulan (Ps2) dan
6 bulan (Ps3) sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan untuk satu set percobaan
penyimpanan benih. Kombinasi perlakuan pada masing-masing ruang simpan
diulang sebanyak tiga kali (ulangan tersarang pada faktor periode simpan)
sehingga menghasilkan 36 satuan percobaan untuk satu set percobaan. Kombinasi
perlakuan untuk pengujian viabilitas benih setelah penyimpanan diulang sebanyak
empat kali untuk setiap kemasan pada masing-masing kondisi ruang simpan
sehingga terdapat 48 satuan percobaan untuk satu set percobaan. Sebanyak 100
benih untuk empat ulangan digunakan pada pengujian viabilitas dan 20 benih
untuk dua ulangan pada pengujian kadar air dari setiap kemasan di masing-masing
ruang simpan untuk satu periode penyimpanan.

5
Analisis Data
Data hasil percobaan dianalisis ragam (anova) pada taraf α = 5%. Hasil
analisis ragam yang menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata
terhadap variabel yang diamati, dilakukan uji Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf α = 5% untuk masing-masing ruang penyimpanan. Selain itu,
untuk membandingkan antara dua ruang penyimpanan dilakukan uji-t untuk
mengetahui ruang simpan yang lebih baik bagi penyimpanan benih koro pedang
putih.
Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = μ + αi +βj/i + ɣk + (α, ɣ)ik + εijk
Keterangan :
Yijk
= nilai peubah yang diamati
μ
= nilai tengah populasi
αi
= pengaruh jenis kemasan ke-i (i = 1,2,3,4)
βj/i
= pengaruh ulangan ke-j dalam periode simpan ke-i (j = 1,2,3)
ɣk
= pengaruh periode simpan benih ke-k (k = 0,1,2,3)
(α,ɣ )ik
= pengaruh interaksi jenis kemasan ke-i dan periode simpan ke-k
εijk
= pengaruh galat jenis kemasan ke-i, periode simpan ke-j dan ulangan ke-k

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan
Bahan yang digunakan adalah benih koro pedang putih yang telah dipanen
pada bulan September di Kebun Percobaan Leuwikopo. Benih diukur kadar airnya
terlebih dahulu kemudian dikemas menggunakan jenis kemasan sesuai perlakuan.
Penyimpanan Benih
Benih koro pedang putih dimasukkan ke dalam setiap jenis kemasan.
Pengemasan benih dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam kemasan
plastik polietilen dan karung plastik yang ditutup rapat menggunakan sealer,
kemasan karung terigu yang ditutup rapat dengan menggunakan benang, dan
kemasan botol kaca yang ditutup dan direkatkan dengan selotip. Benih yang sudah
dikemas dimasukkan ke dalam dua tempat penyimpanan yaitu ruang ber-AC
dengan suhu 20.8─23.3 oC dan RH 31─33.7 % serta ruang suhu kamar dengan
suhu 24.5─27.5 oC dan RH 72─81.5 %. Penyimpanan dilakukan selama enam
bulan dan pengujian viabilitas benih dilakukan setiap dua bulan di rumah plastik
( 27─29 oC dan RH 60─70 %).

a

b

c

d

Gambar 1 Jenis kemasan yang digunakan (a) plastik polietilen, (b) karung
plastik, (c) karung terigu, (d) botol kaca

6
Pengamatan dilakukan terhadap:
1. Kadar air (KA)
Kadar air diukur menggunakan metode langsung yaitu benih koro pedang
putih sebanyak 10 benih untuk satu ulangan yang telah dihaluskan dengan
blender kemudian dioven pada suhu 105oC selama 17 jam. Perhitungan
KA menggunakan rumus:
BB-BK
KA (%)

x 100 %
BB

Keterangan: BB = bobot basah benih sebelum dioven (g)
BK = bobot kering benih sesudah dioven (g)

2. Daya berkecambah (DB)
Daya berkecambah dihitung berdasarkan jumlah kecambah normal pada
pengamatan I (hari ke-5) dan pengamatan II (hari ke-7) dibandingkan
terhadap jumlah benih yang ditanam kemudian dikalikan dengan 100%.
Perhitungan DB menggunakan rumus:
∑ KN I + ∑ KN II
DB(%)

∑ benih yang ditanam

x 100 %

Keterangan : KN I = kecambah normal pada pengamatan I
KN II = kecambah normal pada pengamatan II

3. Kecepatan tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan akumulasi persentase kecambah
normal per etmal selama periode perkecambahan yaitu sampai dengan hari
ke-7. Perhitungan KCT menggunakan rumus:
t=7

KCT = ∑ (N/t)
t=0

Keterangan :
t = waktu pengamatan dalam etmal
N = persentase kecambah normal

4. Indeks Vigor (IV)
Indeks vigor ditetapkan berdasarkan persentase kecambah normal (KN)
pada saat hitungan I (hari ke-5) dengan menggunakan rumus:
∑ KN hitungan I
IV

∑ benih yang ditanam

x 100%

7
5. Keserempakan tumbuh (KST)
Keserempakan tumbuh dihitung berdasarkan persentase kecambah normal
kuat yang dihitung pada waktu antara KN I dan KN II (hari ke-6) dengan
menggunakan rumus:
∑ kecambah normal kuat
KST (%)

∑ benih ditanam

x 100%

6. Potensi tumbuh maksimum (PTM)
Potensi tumbuh maksimum merupakan persentase pemunculan kecambah
normal dan abnormal hingga hari ke-7. Perhitungan PTM menggunakan
rumus:
∑ benih yang tumbuh
PTM (%)

∑ benih yang ditanam

x 100%

7. Berat kering kecambah normal (BKKN)
Berat kering kecambah normal diamati pada hari pengamatan II (hari ke-7)
dengan cara memisahkan kecambah normal dari kotiledonnya. Kecambah
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan dioven pada suhu
60oC selama 3x24 jam. Setelah dioven, amplop yang berisi kecambah
dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang.
Pengukuran suhu dan RH menggunakan hygro-thermometer pada
masing-masing ruang simpan dilakukan sebagai data pendukung. Menurut
Handoko (1986) suhu dan RH rata-rata harian dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:
T rata-rata harian = (2 T07.30+ T13.30 + T17.30) / 4
T07.30, T13.30, T17.30 = suhu pada pengamatan pukul 07.30, 13.30, dan 17.30 ( oC)

RH rata-rata harian = RH07.30 + RH 13.30 + RH17.30 / 3
RH07.30, RH13.30, RH17.30 = RH pada pengamatan pukul 07.30, 13.30, dan 17.30 (%)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Viabilitas awal berperan besar jika benih mengalami periode simpan
panjang dalam kondisi tidak ideal (Ilyas 1986). Kondisi awal benih koro pedang
putih sebelum perlakuan yaitu memiliki kadar air 13.55% dan daya berkecambah
65% (Tabel 1).
Tabel 1 Viabilitas awal benih koro pedang putih sebelum perlakuan
Peubah
Kadar air (KA)
Potensi tumbuh maksimum (PTM)
Daya berkecambah (DB)
Berat kering kecambah normal (BKKN)
Indeks vigor (IV)
Kecepatan tumbuh (KCT)
Keserempakan tumbuh (KST)

Nilai
13.55 %
69%
65%
5.47 g
54%
11.25 % etmal-1
54%

Perhitungan first count dan final count pada benih koro pedang putih belum
terstandarisasi oleh ISTA (International Seed Testing Association) sehingga
dilakukan percobaan pendahuluan untuk menentukan hari pengamatan daya
berkecambah. Percobaan dilakukan selama 10 hari dengan menghitung jumlah
kecambah nomal yang tumbuh setiap hari. First count pada koro pedang putih
ditentukan dengan melihat jumlah kecambah normal harian tertinggi sedangkan
final count ditentukan dengan melihat jumlah kecambah normal kumulatif
tertinggi selama waktu pengamatan. Berdasarkan hasil percobaan, first count pada
koro pedang putih jatuh pada hari ke-5 sedangkan untuk final count jatuh pada
hari ke-7. Metode penentuan hari daya berkecambah ini telah dilakukan oleh
Rahmasyahraini (2008) pada benih jarak pagar. Kriteria kecambah normal pada
koro pedang putih yaitu hipokotil memiliki panjang dua kali dari ukuran benih,
akar primer telah berkembang, plumula belum atau telah membuka, dan kotiledon
masih menempel pada hipokotil. Kriteria kecambah abnormal pada koro pedang
putih yaitu hipokotil belum memiliki panjang dua kali dari ukuran benih, akar
belum berkembang sempurna dan kulit benih masih membungkus kotiledon.
Berikut merupakan penampakan kecambah normal dan abnormal pada benih koro
pedang putih.

a

b

Gambar 2 Kriteria kecambah koro pedang putih (a) normal, (b) abnormal

9
Penyimpanan Benih Koro Pedang Putih di Ruang AC
Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa faktor tunggal
periode simpan berpengaruh sangat nyata pada semua peubah. Faktor tunggal
jenis kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah KA, PTM, DB dan KCT
serta nyata pada BKKN dan KST. Interaksi antara kedua faktor berpengaruh sangat
nyata terhadap peubah KA dan BKKN serta nyata terhadap PTM, DB, KCT dan
KST.
Tabel 2

Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan periode
simpan terhadap peubah pengamatan selama periode simpan 2─6 bulan
di ruang AC
Peubah pengamatana

KA
Periode simpan (Ps) **
Jenis kemasan (K)
**
Ps*K
**
kk (%)
6.2

PTM
**
**
*
9.05

DB
**
**
*
19.17

BKKN
**
*
**
15.29

IV
**
tn
**
11.95

KCT
**
**
*
17.87

KST
**
*
*
18.71

**= berpengaruh sangat nyata, *= berpengaruh nyata, tn= berpengaruh tidak nyata,
ditransformasi menggunakan transformasi arcsin = √x/100

a

data

Ruang penyimpanan ber-AC memiliki kondisi ruang yang dingin dan
kering sehingga kandungan uap air di udara rendah dan mampu mempertahankan
kadar air benih tetap rendah. Selain itu, suhu rendah dapat meminimalisasi
serangan cendawan. Kondisi ruang simpan seperti ini sesuai untuk penyimpanan
benih ortodoks yang mempunyai sifat tahan terhadap suhu dan RH rendah.
Penyimpanan benih dengan suhu dan RH yang rendah dapat dilakukan untuk
penyimpanan dalam jangka panjang. Benih selama masa penyimpanan melakukan
aktivitas metabolisme seperti respirasi. Aktivitas metabolisme benih yang
disimpan pada suhu dan RH yang rendah dapat diperlambat, sehingga proses
perombakan cadangan makanan dan deteriorasi benih dapat diperlambat pula.
Deteriorasi benih yang lambat dapat memperpanjang masa simpan benih.
Interaksi jenis kemasan dan periode simpan menunjukkan jenis kemasan
mempengaruhi kadar air selama penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan
permeabilitas bahan kemasan yang berbeda sehingga perubahan kadar air benih
dalam setiap kemasan juga berbeda.
Interaksi antara Jenis Kemasan dan Periode Simpan di Ruang AC
Interaksi antara kedua faktor diperlukan untuk mengetahui hubungan jenis
kemasan dan periode penyimpanan selama enam bulan. Interaksi yang terjadi
antara kedua faktor berpengaruh nyata terhadap kadar air dan tolok ukur viabilitas
potensial yaitu peubah DB dan PTM (Tabel 3).

10
Tabel 3 Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap kadar air
dan viabilitas potensial benih koro pedang putih di ruang AC
Jenis kemasan

2

Periode simpan (bulan)
4

6

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------7.82d
7.55d
7.48d
6.98d

KA (%)
9.87c
15.74a
16.89a
10.43c

-----------10.80c
8.10d
8.03d
10.85c

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------97.00ab
91.00abc
91.00abc
88.00abcd

PTM (%)
90.00abc
75.00de
78.00de
83.00bcd

-----------99.00a
95.00ab
95.00ab
94.00ab

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------75.00abc
66.00bc
61.00bc
66.00bc

DB (%)
59.00c
26.00d
16.00de
3.00e

-----------86.00a
75.00abc
81.00abc
83.00ab

a

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

Interaksi antar kedua faktor berpengaruh nyata terhadap peubah KA, DB,
dan PTM. Peubah KA, DB dan PTM mengalami fluktuasi dari bulan ke-2 hingga
bulan ke-6. Kadar air benih sebelum perlakuan memiliki nilai sebesar 13.55 %
dan selama penyimpanan enam bulan mengalami fluktuasi. Kadar air benih pada
kemasan plastik polietilen dan botol kaca meningkat hingga bulan ke-6 sedangkan
pada kemasan karung terigu dan karung plastik meningkat pada bulan ke-4 dan
menurun pada bulan ke-6. Namun, kadar air benih pada bulan ke-6 untuk semua
jenis kemasan masih berada di bawah batas aman kadar air untuk penyimpanan
benih ortodoks yaitu 12%. Persentase DB dan PTM pada semua jenis kemasan
menurun pada bulan ke-4 dan meningkat pada bulan ke-6.
Fluktuasi kadar air benih terjadi pada kemasan karung terigu dan karung
plastik karena kemasan bersifat porous sehingga mudah terjadi pertukaran air dan
udara dari lingkungan penyimpanan. Kadar air benih dipengaruhi oleh
kelembapan nisbi ruang simpan. Kelembapan nisbi menyatakan persentase jumlah
uap air yang sesungguhnya ada di udara terhadap jumlah uap air yang mampu
ditahan oleh uap air tersebut pada suhu yang sama (Justice dan Bass 2002). Uap
air akan meningkatkan kadar air benih apabila disimpan dalam kemasan porous.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hutahaean (2008) bahwa benih kedelai
varietas Kaba yang disimpan dalam kemasan kantong terigu mengalami
kemunduran yang lebih cepat dibandingkan benih dalam kemasan kaleng dan
plastik. Peningkatan kadar air benih terjadi pada bulan ke-4 untuk semua jenis
kemasan. Hal ini disebabkan saat penyimpanan benih memasuki masa
penyimpanan empat bulan, penyimpanan benih dilakukan di tempat yang berbeda

11
dan memiliki suhu dan RH yang lebih rendah dari tempat penyimpanan awal.
Perpindahan tempat penyimpanan benih terjadi dua minggu sebelum masa
pengujian bulan ke-4. Kadar air benih sebelum benih dipindahkan diduga
memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga saat pengujian, benih memiliki kadar
air yang tinggi. Kondisi AC di tempat penyimpanan awal tidak selalu dalam
keadaan menyala. Hal ini menyebabkan suhu ruang meningkat dan respirasi benih
pun meningkat. Tingginya aktivitas respirasi dapat meningkatkan kadar air benih.
Peningkatan kadar air benih pada bulan ke-4 membuat persentase DB dan PTM
pada bulan ke-4 pun menurun. Hal ini dapat disebabkan kenaikan kadar air
meningkatkan aktivitas metabolisme benih sehingga cadangan makanan untuk
proses perkecambahan semakin berkurang.
Interaksi yang terjadi antara kedua faktor pun berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tolok ukur BKKN, IV, KCT dan KST (Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap vigor
benih koro di ruang AC
Periode simpan (bulan)
4

6

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------6.27b
8.13ab
7.00ab
7.52ab

BKKN (g)
6.81ab
3.05c
2.62c
0.66d

-----------8.70ab
7.03ab
8.40ab
9.86a

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------33.00ab
27.00bc
34.00ab
42.00ab

IV (%)
3.00c
1.00c
2.00c
3.00c

-----------44.00ab
36.00ab
56.00a
40.00ab

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------13.27a
11.59a
10.99a
12.09a

KCT (% etmal-1)
9.60a
4.01bc
2.59c
0.95c

-----------14.90a
13.27a
14.96a
13.74a

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------61.00a
53.00ab
48.00ab
53.00ab

KST (g)
35.00b
11.00c
10.00c
3.00c

-----------66.00a
57.00ab
64.00a
59.00a

Jenis kemasan

2

a

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

Peningkatan kadar air pada bulan ke-4 turut mempengaruhi vigor benih koro
pedang putih. Nilai BKKN pada kemasan plastik polietilen meningkat setiap

12
bulannya sedangkan pada kemasan karung terigu, karung plastik dan botol kaca
menurun pada bulan ke-4 dan meningkat pada bulan ke-6. Nilai peubah IV, KCT
dan KST menurun dari bulan ke-2 ke bulan ke-4 dan meningkat dari bulan ke-4 ke
bulan ke-6. Hal ini mengindikasikan benih koro pedang putih yang disimpan pada
kemasan plastik polietilen memiliki nilai vigor yang lebih tinggi dibandingkan
kemasan yang lain.
Pengujian viabilitas dan vigor benih dilakukan di rumah plastik
menggunakan media pasir. Nilai IV benih koro pedang putih pada Tabel 4 rendah
selama masa pengujian vigor benih. Rendahnya nilai IV diduga karena
perkecambahan benih koro pedang putih berjalan lambat. Perbedaan suhu yang
drastis secara cepat dari suhu ruang AC ke suhu rumah plastik saat pengujian
viabilitas dan vigor diduga dapat membuat benih lambat untuk berkecambah.
Hasil percobaan penyimpanan benih di ruang AC merekomendasikan bahwa
benih koro pedang putih masih dapat disimpan untuk waktu yang lebih dari enam
bulan.
Penyimpanan Benih Koro Pedang Putih di Ruang Suhu Kamar
Penyimpanan benih di ruang suhu kamar sering dilakukan oleh petani
supaya benih dapat digunakan pada musim tanam berikutnya. Ruang kamar
memiliki suhu dan RH yang fluktuatif karena kondisi yang tidak terkontrol dan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Viabilitas benih koro pedang putih selama
penyimpanan di ruang suhu kamar disajikan pada Tabel 5. Hasil sidik ragam
penyimpanan benih koro pedang putih di ruang suhu kamar menunjukkan faktor
tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata untuk semua peubah
pengamatan. Faktor tunggal jenis kemasan memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap peubah KA, DB, BKKN, KCT dan KST serta tidak berpengaruh
nyata terhadap PTM dan IV. Interaksi antara kedua faktor berpengaruh sangat
nyata terhadap peubah KA, PTM, IV, KCT dan KST serta berpengaruh nyata
terhadap DB dan BKKN.
Tabel 5

Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jenis kemasan dan periode
simpan terhadap peubah pengamatan pada penyimpanan 2─6 bulan di
ruang suhu kamar
Peubah pengamatana

KA
Periode simpan (Ps) **
Jenis kemasan (K)
**
Ps*K
**
kk (%)
2.7

PTM
**
tn
**
7.46

DB
**
**
*
17.96

BKKN
**
**
*
17.37

IV
**
tn
**
13.38

KCT
**
**
**
15.57

KST
**
**
**
19.23

** = berpengaruh sangat nyata, *= berpengaruh nyata, tn= berpengaruh tidak nyata, adata
ditransformasi menggunakan transformasi arcsin √x/100

Kondisi ruang suhu kamar yang tidak terkontrol dapat dipengaruhi oleh
pengaruh lingkungan antara lain iklim dan cuaca, intensitas cahaya, ventilasi
udara dan aktivitas manusia di dalam ruangan yang mempengaruhi kondisi udara

13
ruang penyimpanan (Justice dan Bass 2002). Fluktuasi suhu dan RH di ruang
kamar menyebabkan kadar air benih di dalam setiap kemasan memiliki perbedaan
yang cukup signifikan.
Interaksi antara Jenis Kemasan dan Periode Simpan di Ruang Kamar
Ruang kamar memiliki fluktuasi suhu dan RH yang nyata dibandingkan
ruang AC. Jenis kemasan dan periode simpan akan lebih berpengaruh terhadap
penyimpanan benih di ruang kamar. Interaksi jenis kemasan dan periode simpan
(Tabel 6) berpengaruh nyata terhadap peubah KA dan DB. Kadar air benih pada
kemasan plastik polietilen meningkat setiap bulannya sedangkan pada kemasan
botol kaca meningkat pada bulan ke-4 dan menurun pada bulan ke-6. Kadar air
benih koro pada kemasan karung terigu dan karung plastik kadar air benih
menurun pada bulan ke-4 dan meningkat pada bulan ke-6.
Tabel 6 Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap kadar air
dan viabilitas potensial benih koro di ruang suhu kamar
Jenis kemasan

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca
Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca
Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

2
-----------9.21f
14.20ab
13.59b
7.94g
-----------93.33bcd
100.00a
100.00a
92.00cd
-----------82.67bc
82.67abc
88.00bc
78.00c

Periode simpan (bulan)
4
6
KA (%)
-----------10.99cd
11.56c
7.83g
14.61a
7.70g
14.87a
10.72d
9.95e
PTM (%)
-----------92.00cd
100.00a
93.00bcd
94.67ab
96.00abc
100.00a
96.00abc
100.00a
DB (%)
-----------42.67d
97.33a
8.00e
65.33c
40.00d
92.00abc
32.00d
98.00abc

a

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

Kadar air benih berkesetimbangan dengan kelembapan relatif udara
lingkungan simpan sehingga peningkatan kelembapan relatif udara di ruang kamar
akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar air benih. Selain itu, koro
memiliki kandungan protein sehingga menurut Kusumawana (1988), benih yang
mengandung protein tinggi sangat higroskopis dan benih yang mengandung
karbohidrat lebih mudah menyerap air daripada benih yang mengandung lemak.
Benih yang mengandung protein mampu menyerap dan menahan kadar air
sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kadar air benih.

14
Pengujian vigor benih koro diperlukan untuk melihat kemampuan tumbuh di
lapangan. Hasil interaksi antara kedua faktor berpengaruh nyata terhadap peubah
BKKN, IV, KCT dan KST. Nilai semua peubah menurun dari bulan ke-2 ke bulan
ke-4 dan meningkat dari bulan ke-4 ke bulan ke-6 (Tabel 7).
Tabel 7 Pengaruh interaksi jenis kemasan dan periode simpan terhadap vigor benih
koro di ruang suhu kamar
Jenis kemasan

2

Periode simpan (bulan)
4

6

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------8.96bc
14.64a
9.15bc
8.86bc
-----------49.33cd
73.33a
76.00a
38.00de
-----------15.52ab
17.96ab
16.13ab
13.93ab

BKKN (g)
4.33cd
0.88d
4.25cd
4.42cd
IV (%)
16.00b
0.00c
0.00c
16.00b
KCT (% etmal -1)
7.49c
1.18e
6.19cd
5.82d

-----------11.32ab
6.23bc
8.95bc
11.29ab
-----------93.33a
56.00bcd
86.67a
92.00a
-----------18.93a
11.72b
17.29ab
18.59ab

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

-----------78.67ab
78.67ab
88.00a
64.00ab

KST (%)
28.00cde
1.33e
20.00de
30.00cd

-----------93.33a
56.00bc
86.67a
92.00a

Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca
Plastik polietilen
Karung terigu
Karung plastik
Botol kaca

a

angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

Peubah BKKN menunjukkan kemasan plastik polietilen, karung plastik dan
botol kaca berbeda nyata dari bulan ke-2 dengan bulan ke-4 dan tidak berbeda
nyata pada bulan ke-2 dengan bulan ke-6. Nilai IV pada kemasan karung plastik
berbeda nyata pada bulan ke-2 ke bulan ke-4 namun tidak berbeda nyata pada
bulan ke-2 dan bulan ke-6. Peubah KCT berbeda nyata dari bulan ke-2 ke bulan ke4 namun tidak berbeda nyata dari bulan ke-2 dan bulan ke-6. Peubah KST berbeda
nyata pada bulan ke-2 dan bulan ke-4 namun tidak berbeda nyata pada bulan ke-2
dan bulan ke-6.
Perbandingan viabilitas dan kadar air benih koro pada suhu ruang AC dan
kamar diperlukan untuk mengetahui kondisi ruang simpan yang lebih baik selama
penyimpanan enam bulan. Hasil pada Tabel 8 menunjukkan perbandingan
viabilitas dan kadar air benih koro saat penyimpanan enam bulan pada suhu ruang

15
AC dan kamar berbeda nyata pada peubah PTM dan KST. Nilai PTM dan KST
benih koro di ruang AC lebih tinggi dibandingkan penyimpanan benih di ruang
kamar. Peubah KA, DB, BKKN, IV dan KCT tidak berbeda nyata antar kedua
ruang simpan. Hal ini mengindikasikan bahwa benih koro dapat disimpan dalam
ruangan AC maupun kamar selama enam bulan namun vigor benih koro yang
disimpan pada ruang AC lebih tinggi dibandingkan penyimpanan benih di ruang
kamar.
Tabel 8 Hasil uji-t kadar air dan viabilitas benih koro di ruang simpan AC dan
ruang suhu kamar saat periode simpan enam bulan
No
1
2
3
4
5
6
7

Peubah
Kadar air (%)
Potensi tumbuh maksimum (%)
Daya berkecambah (%)
Berat kering kecambah normal (g)
Indeks vigor (%)
Kecepatan tumbuh (% etmal-1)
Keserempakan tumbuh (%)

AC

Kamar

t-test

9.45
98.75
86.75
8.50
59.75
16.30
80.25

12.75
95.75
79.00
9.04
44.00
14.22
61.50

0.0030tn
0.0202*
0.1739tn
0.5460tn
0.0680tn
0.0839tn
0.0060*

*)berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji-t, tn=tidak berbeda nyata pada taraf 5%
berdasarkan uji-t

Nilai PTM benih setelah penyimpanan enam bulan masih memiliki
persentase di atas 95%. Potensi tumbuh maksimum menunjukkan kemampuan
benih tumbuh normal pada keadaan optimum dan dapat pula menunjukkan
persentase benih yang tidak tumbuh. Persentase PTM yang tinggi
mengindikasikan bahwa benih koro yang memiliki ketebalan kulit sekitar 2 mm
tidak termasuk benih keras karena ketebalan kulit tidak menghambat proses
perkecambahan. Nilai KST mengindikasikan vigor suatu lot benih. Lot benih yang
kurang vigor akan tumbuh bervariasi sehingga menyulitkan masa panen. Benih
yang memiliki vigor yang tinggi akan lebih serempak berkecambah, karena
memiliki cadangan makanan yang tinggi, sehingga dapat membantu untuk
berkecambah secara serempak di lingkungan yang optimum maupun yang
suboptimum.
Benih yang dikemas dan disimpan pada ruang suhu rendah memiliki nilai
kadar air rendah dan viabilitas yang lebih tinggi daripada benih yang disimpan
pada ruang suhu tinggi. Penelitian Purwanti (2004) pada benih kedelai varietas
Wilis dengan KA awal 9% dan DB 100% yang disimpan pada suhu rendah
(21─23 oC) menggunakan kemasan kaleng maupun kantong plastik ternyata
masih mempunyai persentase DB lebih besar dari 80% setelah periode simpan
enam bulan. Perlakuan kedelai pada suhu tinggi (27–29 oC) membuat DB benih
turun menjadi 60% pada bulan kedua dan 41% setelah periode simpan enam bulan.
Penyimpanan benih koro sejalan dengan hasil penelitian kedelai tersebut.
Penyimpanan benih koro pada suhu ruang AC lebih baik dibandingkan dengan
penyimpanan benih pada suhu kamar. Hampir semua peubah viabilitas benih
setelah penyimpanan enam bulan yang disimpan pada ruang ber-AC lebih tinggi
dibandingkan benih yang disimpan pada ruang kamar. Nilai rataan kadar air benih

16
pada bulan ke-6 yang disimpan pada ruang ber-AC untuk semua jenis kemasan
besar 9.45% sedangkan pada ruang kamar sebesar 12.75%. Persentase DB yang
disimpan pada ruang ber-AC sebesar 86.75% sedangkan pada ruang kamar
sebesar 79%.
Kadar air benih koro pada kemasan plastik polietilen dan botol kaca di suhu
ruang simpan AC dan kamar mengalami peningkatan selama enam bulan
seharusnya kemasan kedap mempunyai permeabilitas terhadap uap air yang
rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kualitas dan ketebalan
kemasan plastik polietilen yang digunakan selama penelitian kurang baik sehingga
memungkinkan terjadinya peningkatan kadar air. Peningkatan kadar air benih
dalam kemasan botol kaca dapat disebabkan perekatan tutup botol yang kurang
sempurna sehingga memungkinkan terjadi peningkatan kadar air. Benih yang
disimpan pada kemasan kedap di ruang ber-AC seharusnya tidak mengalami
peningkatan kadar air. Peningkatan kadar air benih dalam kemasan kedap di ruang
ber-AC dapat disebabkan kondisi suhu di ruang ber-AC yang digunakan tidak
jauh berbeda dengan suhu kamar. Suhu yang baik untuk penyimpanan benih di
ruang AC yaitu di bawah 20oC sedangkan suhu ruang AC yang digunakan yaitu
20-23 oC. Kisaran suhu ruang AC penyimpanan yang digunakan dapat menjadi
faktor meningkatnya kadar air benih dalam kemasan kedap.
Sadjad et al (1999) mendefinisikan daya simpan benih sebagai kemampuan
lamanya benih disimpan. Benih secara alami akan mengalami kemunduran selama
masa penyimpanan. Hasil penelitian Marwanto et al (2003) menyatakan
kandungan lignin pada kulit benih kedelai berpengaruh nyata terhadap
kemunduran benih. Periode penyimpanan benih koro selama enam bulan
menunjukkan hasil yang fluktuatif. Viabilitas benih meningkat pada bulan ke-2
lalu turun drastis di bulan ke-4 dan meningkat tajam di bulan ke-6 untuk semua
kemasan dan kedua ruang penyimpanan. Salah satu tolok ukur yang mengalami
fluktuatif yaitu daya berkecambah pada kemasan plastik di ruang AC. Daya
berkecambah benih awal sebesar 65% lalu meningkat menjadi 75% pada bulan
ke-2. Daya berkecambah benih pada bulan ke-4 mengalami penurunan menjadi
59% dan meningkat kembali menjadi 85% pada bulan ke-6. Hal ini dapat
disebabkan karena terjadi peningkatan kadar air benih pada masa penyimpanan
bulan ke-4. Peningkatan kadar air pada kemasan porous (karung plastik dan
karung terigu) dapat terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak terkontrol dan
permeabilitas kemasan yang rendah. Peningkatan kadar air pada kemasan kedap
(plastik polietilen dan botol kaca) selama periode penyimpanan dapat disebabkan
benih yang disimpan selama enam bulan tetap melakukan aktivitas metabolisme
yaitu respirasi meskipun dikemas dalam kemasan kedap. Respirasi benih
menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Gas karbon dioksida dan uap air
dalam kemasan porous dapat keluar masuk kemasan sedangkan dalam kemasan
kedap gas tersebut tidak dapat keluar kemasan dan terus berada dalam kemasan
sehingga dapat meningkatkan kadar air benih.

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Jenis kemasan dan periode simpan mempengaruhi kadar air dan viabilitas
benih selama penyimpanan di kedua ruang simpan. Interaksi antara kedua faktor
berpengaruh nyata terhadap semua peubah pengamatan. Kadar air benih selama
enam bulan pada semua kemasan mengalami fluktuasi. Kadar air benih pada
bulan ke-6 dalam semua kemasan di kedua ruang simpan masih berada di bawah
batas aman penyimpanan untuk benih ortodoks yaitu di bawah 12% kecuali
kemasan karung terigu dan karung plastik memiliki kadar air di atas 12%.
Kemasan plastik polietilen dan botol kaca merupakan kemasan yang paling baik
untuk penyimpanan benih koro pedang putih selama enam bulan karena
menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan kemasan karung terigu
dan karung plastik untuk kedua ruang penyimpanan. Penyimpanan benih koro
selama enam bulan di suhu ruang AC dan suhu ruang kamar menghasilkan
viabilitas yang berbeda nyata hanya pada peubah PTM dan KST. Hal ini
mengindikasikan bahwa koro dapat disimpan di suhu ruang AC dan kamar dengan
periode simpan lebih dari enam bulan.
Saran
Penyimpanan benih koro perlu dilakukan lebih dari enam bulan untuk
melihat daya simpan benih. Selain itu, pengukuran respirasi benih selama
penyimpanan perlu diamati untuk mengetahui aktivitas metabolisme benih koro.

DAFTAR PUSTAKA

Copeland LO, McDonald M.B. 1985. Principles of Seed Science and Technology.
New York (US): Burgess Publishing Comp.
Ginting E, Tastra IK. 2007. Standar mutu biji kedelai. Di dalam: Sumarno,
Suyamto, Widjono A, Hermanto, Husni Kasim, editor. Kedelai – Teknik
Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. hlm 444 – 463.
Handoko. 1986. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta. 192 hal
Harrington J.F. 1972. Seed Storage and Longevity, Seed Biology, Vol. III, In Ed
Kozlowsky, T.T., New York (US):Academic Pr.
Hutahaean EJ. 2008. Viabilitas benih kedelai (Glycine max (L.) Merr) dengan
varietas dan kemasan yang berbeda pada beberapa ruang simpan [tesis].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

18
Ilyas S. 1986. Pengaruh faktor induced dan enforced terhadap vigor benih kedelai
(Glycine max L.Merrill) dan hubungannya dengan produksi per hektar
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Justice OE, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R,
penerjemah. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Terjemahan dari:
Principles and Practices of Seed Storage.
Kusumawana T. 1988. Pengaruh kadar air awal dan wadah selama periode
simpan terhadap viabilitas benih Pinus merkusii dalam hubungannya dengan
konsumsi oksigen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kuswanto H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengolahan, dan Penyimpanan Benih.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Marsh K, Bugusu B. 2007. Food packaging – roles, materials and environmental
issues. Journal of Food Science.(72):39-55
Marwanto, Marlin, Marlinda M. 2003. Hubungan antara kandungan lignin kulit
benih dengan mutu benih kedelai selama penyimpanan [catatan penelitian].
JIPI. 5(1):12-17.
[Puslitbangtan] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2007.
Kelayakan dan teknologi budidaya koro pedang (Canavalia sp) [internet].
[diunduh 2012 Des 10]. Tersedia pada http:www.puslittan.bogor.net
Purwanti S. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai
hitam dan kedelai kuning. JIPI. (11):22-31.
Rahmasyahraini. 2008. Studi periode pengujian daya berkecambah serta
pengaruh perlakuan benih dan jenis media p