MANAJEMEN DAN EVALUASI PORTOFOLIO

(1)

MANAJEMEN DAN EVALUASI PORTOFOLIO

MANAJEMEN PORTOFOLIO

Teori portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko dan pengembalian.

Teori portofolio adalah pendekatan investasi yang diprakarsai oleh Harry M. Makowitz (1927) seorang ekonom lulusan Universitas Chicago yang telah memperoleh Nobel Prize di bidang ekonomi pada tahun 1990. Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor tehadap ekspektasi risiko dan return, yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Markowitz menjabarkan cara mengkombinasikan aset ke dalam diversifikasi portofolio yang efisien. Dalam portofolio ini, risiko dapat dikurangi dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan tingkat expected return dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga dari aset-aset yang dikombinasi tersebut (“Harry Max Markowitz”) Pada prakteknya para pemodal pada sekuritas sering melakukan diversifikasi dalam investasinya dengan mengkombinasikan berbagai sekuritas, dengan kata lain mereka membentuk portofolio.

Menurut Husnan (2003:45), portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya.

Dalam kenyataannya kita akan sulit membentuk portofolio yang terdiri dari semua kesempatan investasi, karena itu biasanya dipergunakan suatu wakil (proxy) yang terdiri dari sejumlah besar saham atau indeks pasar. Contohnya di Bursa Efek Jakarta yang menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Indeks LQ45.


(2)

Dalam pembentukan portofolio, investor berusaha memaksimalkan pengembalian yang diharapkan dari investasi dengan tingkat resiko tertentu yang dapat diterima. Portofolio yang dapat mencapai tujuan diatas disebut dengan portofolio efisien. Untuk membentuk portofolio yang efisien, perlu dibuat beberapa asumsi mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi. Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari resiko (risk averse). Investor penghindar resiko adalah investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan pengembalian diharapkan yang sama dan resiko berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat resiko yang lebih rendah. Jika investor memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal akan dipilihnya.

Aktiva beresiko merupakan aktiva dimana pengembalian yang akan diterima di masa depan bersifat tidak pasti. Sebagai contoh, seorang investor membeli saham GM saat ini dan bermaksud memegang saham tersebut 1 tahun. Pada saat dilakukan pembelian saham investor tidak mengetahui besar pengembalian yang akan diterimanya. Pengembalian yang diterima kan bergantung pada harga saham GM satu tahun mendatang dan pendapatan diperoleh investor selama 1 tahun, maka dapat disimpulkan saham merupakan aktiva berisiko. Bahkan sekuritas yang diterbitkan oleh pemerintah (obligasi) merupakan aktiva beresiko. Contoh, obligasi yang jatuh tempo 30 tahun, investor tidak mengetahui besarnya pengembalian yang diterimanya jika obligasi ini hanya disimpan 1 tahun. Hal ini terjadi karena perubahan suku bunga akan mempengaruhi pengembalian investasi pada obligasi tersbut selama satu tahun.

Aktiva bebas resiko adalah aktiva yang pengembalian masa depannya dapat diketahui dengan pasti. Aktiva bebas resiko umumnya merupakan kewajiban jangka pendek dari pemerintah. Sebagai contoh, jika investor membeli sekuritas pemerintah dengan jangka waktu jatuh tempo 1 tahun dan berniat untuk menyimpan sekuritas tersebut hingga saat jatuh temponya, maka besar pengembalian satu tahun mendatang akan diketahui dengan pasti.

Manajemen portofolio jika dipahami meliputi serangkaian keputusan dan tindakan yang dibuat oleh setiap investor baik individu maupun institusi. Portofolio harus dikelola oleh investor entah menggunakan pendekatan manajemen aktif dan pasif dalam menyeleksi dan memiliki aset-aset financial, Manajer/Inverstor yang menggunakan pendekatan manajemen pasif berarti akan memegang berbagai sekuritas untuk jangka


(3)

waktu yang relatif lama dan jarang melakukan perubahan. Sikap mereka merefleksikan berlakunya efisiensi pasar modal. Dengan kata lain, keputusan penganut manajemen pasif konsisten dengan penerimaan taksiran konsensus terhadap risiko dan tingkat keuntungan. Manajer/Investor yang menggunakan gaya manajemen aktif percaya bahwa terdapat sekuritas-sekuritas yang salah harganya (mispriced) dari waktu ke waktu. Mereka bertindak seolah-olah tidak percaya bahwa pasar modal efisien. Dengan kata lain, mereka mempunyai prediksi yang berbeda dengan consensus forecast tentang risiko dan keuntungan. Apabila seorang manajer/Investor lebih optimis terhadap suatu sekuritas maka ia akan memegang sekuritas tersebut lebih besar dari proporsi normal, sedangkan apabila ia merasa lebih pesimis, maka sekuritas tersebut akan dimiliki dalam proporsi yang lebih rendah dari normalnya. Arah perkembangannya adalah operasi manajemen portofolio menjadi makin terkontrol, sesuai dengan pendapat bahwa pasar modal secara relative dapat dikatakan efisien. Meskipun demikian, setiap pengelolaan investasi dapat dilakukan dengan style yang berbeda-beda, demikian juga pendekatan yang dipergunakan. Oleh karena itu, manajemen portofolio dapat diartikan sebagai proses, yaitu proses:

1. Pengidentifikasian tujuan, hambatan, dan kemauan oleh masing-masing investor. Hal tersebut mengarah pada pernyataan kebijakan secara eksplisit yang digunakan sebagai panduan dalam proses memanage uang.

2. Ekspektasi pasar modal terhadap perekonomian, industry dan sector-sektornya, sekuritas individu yang menjadi pertimbangan dan dikuantifisir

3. Penerapan dan pengembangan strategi. Proses ini meliputi alokasi aset, optimasi portofolio, dan pemilihan sekuritas

4. Pemonitoran factor-faktor portofolio dan respon yang dibuat ketika terjadi perubahan tujuan investor, hambatan dan atau ekspektasi pasar

5. Penyeimbangan portofolio sesuai dengan keperluan dengan cara mengulang alokasi aset, strategi portofolio dan langkah-langkah pemilihan sekuritas


(4)

6. Penilaian kinerja portofolio yang diukur dan diebaluasi untuk memastikan pencapaian tujuan investor

Investor Individu vs Investor Institusional

Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut dengan investor. Investor pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi, sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan-pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi. Perbedaan utama investor individu dengan investor institusi terletak pada tujuan, hambatan dan pilihan terutama dari sudut pandang kepentingan investor.

 Investor Individu

1. Mendefinisikan risiko sebagai kehilangan uang. 2. Bercirikan personal.

3. Tujuan berdasarkan apa yang ingin dicapai oleh individu ketika menginvestasikan asetnya.

4. Lebih bebas dalam berinvestasi.

5. Pajak seringkali menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting bagi investor individu.

 Investor Institusional

1. Lebih menggunakan pendekatan kuantitatif dan umumnya mendefinisikan risiko dalam bentuk penyimpangan atau standar deviasi.

2. Mempertimbangkan karakter investasi yaitu mana yang bisa memberikan keuntungan lebih dalam portofolio yang dikelola oleh investasi.

3. Tujuannya lebih terinci sesuai dengan total paket aset dan kewajibannya. 4. Menjadi subjek terkait dengan berbagai hukum dan aturan.

5. Bukan pertimbangan utama terutama ketika berinvestasi di dana pensiun. Implikasi proses manajemen portofolio terhadap:

 Investor individu: Perbedaan profil keuangan dari masing-masing individu dan terkadang dipengaruhi oleh kebijakan atau faktor-faktor unik tergantung dari individunya, maka dampaknya terhadap pilihan investasi disebut dengan self imposed constraints.

 Investor institusi: Sehubungan dengan meningkatnya kompleksitas pengelolaan risiko institusi, maka penentuan kebijakan menjadi hal yang penting. Karena dengan


(5)

menentukan kebijakan yang tepat maka akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tingkat toleransi terhadap risiko, hambatan yang muncul ketika berinvestasi dan bagaimana pilihan portofolio yang dilakukan.

Sikap Investor terhadap Risiko

Alexander, Sharpe dan Bailey (1993: 144-145) membedakan tiga jenis sikap investor terhadap risiko, yaitu:

1. Menghindari risiko (Risk Averse)

Investor yang cenderung menghindari investasi yang berisiko dan cenderung memilih investasi yang kurang mengandung risiko.

2. Suka menghadapi risiko (Risk Seeker)

Investor yang cenderung memilih investasi yang mengandung risiko. 3. Acuh terhadap risiko (Risk Neutral)

Investor yang tidak terlalu peduli pada jenis investasi mana yang akan diambil.

Dengan adanya beberapa jenis sikap investor dalam menghadapi risiko, maka pengambilan sebuah keputusan investasi surat berharga yang dilakukan oleh investor akan sangat dipengaruhi oleh sikap yang dimilikinya dalam menghadapi risiko. Apabila seorang investor memiliki sikap menghindari risiko, maka investor tersebut akan memilih investasi yang berisiko rendah. Demikian sebaliknya, apabila seorang investor memiliki sikap suka menghadapi risiko, maka investor tersebut akan memilih investasi yang berisiko tinggi.

Formulasi Kebijakan Investasi (Tujuan, Kendala dan Preferensi)

Tujuan investasi tidak bisa dikatakan untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Investor harus menyadari ada kemungkinan mengalami rugi. Sedangkan tujuan portofolio berfokus pada pertukaran risiko imbal hasil antara return ekspektasi yang diinginkan investor dan berapa banyak risiko yang bersedia ditanggung investor. Kendala ini berkaitan dengan adanya hubungan positif antara risiko dengan keuntungan investasi. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.

Bagaimana memformulasikan kebijakan investasi baik bagi investor individu maupun institusi dengan pendekatan sebagai berikut:


(6)

1. Tujuan

Menentukan tujuan utama dari portofolio dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian dan toleransi terhadap risiko.

2. Mengidentifikasi hambatan dan pilihan.

Detail dari hambatan dan pilihan yang ada tergantung pada portofolio yang hendak diambil karena terkait dengan jaminan, diuraikan sebagai berikut:

 Likuiditas  Kebutuhan likuiditas terkait dengan aset yang bisa dijual tanpa perubahan yang drastis dalam penetapan harganya. Biasanya setara kas (sekuritas pasar uang) memiliki likuiditas tinggi dan biasanya mudah dijual dengan harga mendekati face value. Banyak saham yang memiliki likuiditas bagus tapi ketika dijual baru akan menunjukkan seberapa besar penilaian pasar.

 Jangka waktu  Investor perlu mempertimbangkan berapa lama ia akan berinvestasi karena terkait dengan kebijakan yang akan diambil dan perencanaan yang akan dilakukan.

 Hukum dan Peraturan  Investor akan berhubungan dengan hukum dan aturan yang berlaku di negara tertentu.

 Pajak  Perlu mempertimbangkan pajak karena akan berdampak pada program investasi yang akan dilakukan terutama untuk investor institusi.

 Pilihan unik dan ruang lingkup  Ada hal-hal tertentu yang akan dihadapi oleh investor ketika melakukan pilihan tertentu dan berinvestasi dengan menggunakan kategori aset atau aset spesifik.

Implementasi Strategi Investasi (Alokasi Aset dan Optimisasi Portofolio) Proses pembentukan portofolio dapat diilustrasikan sebagai berikut:

1. Tentukan saham atau efek mana yang tersedia untuk pembentukan portofolio.

2. Manfaatkan prosedur yang optimal dalam memilih sekuritas dan tentukan bobot portofolio dengan saham yang dipilih.

Alokasi Aset

Proses untuk membagi dana ke dua portofolio yang terdiri dari kelompok aset yang berbeda (yaitu portofolio yang terdiri dari saham dan portofolio yang terdiri dari obligasi) disebut alokasi aset. Dalam tahap ini ditaksir tingkat keuntungan dan deviasi standar untuk portofolio yang optimal, baik portofolio yang terdiri dari saham maupun yang terdiri dari obligasi, dan koefisien korelasi antar portofolio tersebut. Dengan


(7)

demikian dapat ditentukan berbagai portofolio yang terdiri dari kombinasi kedua portofolio tersebut. dengan memperhatikan preferensi risiko pemodal, dipilihlah portofolio yang terdiri dari kombinasi portofolio saham dan portofolio obligasi.

Proses alokasi aset terdiri atas tahapan:

1. Menetapkan kelompok aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. Biasanya dipertimbangkan sebagai berikut:

 Instrument pasar uang  Sekuritas pendapatan tetap  Saham

 Real estate  Logam mulia

2. Mendefinisikan ekspektasi pasar modal

Meliputi pemanfaatan data historis maupun analisis ekonomi makro untuk menentukan ekspektasi tentang return realistis hasil masa depan selama periode memegang aset yang dimasukkan dalam portofolio.

3. Mencari frontier portofolio yang efisien.

Meliputi penentuan portofolio yang akan mencapai return ekspektasi maksimum untuk setiap tingkat risiko.

4. Menentukan bauran yang optimal

Terdiri atas pemilihan portofolio efisien yang terbaik untuk memenuhi tujuan risiko dan return dengan mempertimbangkan batasan yang dihadapi.

Manajemen mungkin memilih alokasi antara portofolio saham dengan portofolio obligasi relative tidak berubah dari waktu ke waktu. Tetapi komposisi saham dan obligasi pada masing-masing portofolio yang dirubah dari waktu ke waktu. Sebaliknya dapat juga dilakukan bahwa komposisi sekuritas individual pada masing-masing portofolio relative tidak berubah, tetapi alokasi antar portofolio yang dirubah. Misalnya pada saat kondisi pasar diperkirakan akan membaik, diputuskan untuk mengalokasikan dana yang lebih besar pada portofolio saham dan sebaliknya. Dengan demikian masalah timing dipertimbangkan dalam pemilihan portofolio.

Monitoring dan Penyesuaian Portofolio

Aktivitas monitoring dan penyesuaian portofolio dapat dilakukan dengan cara:

1. Memonitor kondisi pasar  Kondisi pasar perlu dimonitor karena situasi pasar sangat dinamis dan berdampak pada harga saham dan pendapatan yang diperoleh.


(8)

2. Perubahan kondisi investor, meliputi:

o Perubahan kekayaan

o Perubahan jangka waktu investasi

o Perubahan syarat tingkat likuiditas

o Perubahan ruang lingkup pajak

o Perubahan hukum dan aturan yang berlaku

o Perubahan kebutuhan khusus dan kondisi investor.

Investor melakukan pemonitoran digunakan untuk melakukan penyesuaian terhadap portofolionya. Dengan berjalannya waktu, pengelola investasi mungkin perlu melakukan revisi terhadap portofolionya. Suatu saham akan masuk ke portofolio saham mengganti saham yang sudah ada dalam portofolio karena pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut misalnya karena saham baru tersebut merupakan perusahaan yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang amat pesat, sedangkan saham yang diganti adalah dari perusahaan yang menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal yang sama mungkin juga dilakukan untuk obligasi.

Masalah yang dihadapi dalam penggantian sekuritas dalam portofolio tersebut adalah biaya transaksi, dan kemungkinan mencari pembeli atau penjual sekuritas yang ingin diganti. Apabila nilai sekuritas yang akan diganti cukup besar, maka biaya transaksi juga akan cukup besar. Disamping itu bagaimana dampaknya terhadap harga sekuritas yang akan dijual dalam jumlah yang cukup besar. Apakah tidak menimbulkan tekanan harga sehingga akan memperbesar biaya penggantian sekuritas.

Dengan demikian salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memutuskan apakah pergantian memang diperlukan ataukah tidak adalah dengan melakukan analisis biaya dan keuntungan. Apabila biaya (yang terdiri dari biaya transaksi, penurunan harga sekuritas yang akan dijual, dan kenaikan harga sekuritas yang akan dibeli) masih lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan, penggantian tersebut dapat dulakukan. Apabila yang sebaliknya, revisi portofolio mungkin perlu ditunda dulu.


(9)

Ada dua hal penting yang menjadi syarat dalam menilai performa dari seorang manajer investasi, yaitu:

a. Kemampuan dalam memperoleh tingkat pengembalian di atas rata-rata untuk suatu tingkat risiko tertentu.

b. Kemampuna dalam mendiversifikasi portofolio sehingga menghilangkan semua risiko non sistematik.

Tahap akhir proses investasi adalah penilaian kinerja portofolio. Dua variable diatas yaitu tingkat keuntungan dan risiko merupakan variable relevan yang digunakan dalam penilaian kinerja portofolio. Tujuan penilaian kinerja portofolio adalah mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan investasi dan dapat diketahui portofolio mana yang memiliki kinerja lebih baik.

Dalam tahap evaluasi, pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Menurut Husnan (2003:45), tidaklah benar jika portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari portofolio lainnya. Menurut John (2005:53), kerja besar dikerahkan untuk pembentukan portofolio. Teori portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya harus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek di masa depan dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko dan pengembalian. Teori portofolio mengasumsikan bahwa investor yang rasional menolak untuk meningkatkan risiko tanpa disertai peningkatan pengembalian yang diharapkan.

Hubungan antara risiko yang diterima dan pengembalian yang diharapkan merupakan dasar bagi keputusan pinjaman dan investasi modern. Makin besar risiko atas investasi atau pinjaman, makin besar tingkat pengembalian yang diinginkan untuk menutup risiko tersebut. Dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio dalam hal tingkat risiko dan tingkat pengembaliannya, ada beberapa teknik atau ukuran yang biasa digunakan, yaitu:


(10)

a. Treynor’s Measure (T) b. Sharpe’s Measure (S) c. Jensen’s Measure ()

d. Information Ratio (IR) atau Rasio Penilaian (Appraisal Ratio)

a. Rasio Treynor atau Ukuran Treynor (T)

Diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan beta (Beta adalah risiko pasar atau risiko sistematis). Relevan bagi investor yang memiliki berbagai portofolio atau menanamkan dana pada berbagai reksadana (mutual fund) dan melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio. Rumus Indeks Treynor:

Ket:

Tpi : Indeks Treynor portofolio i

Rpi : Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i Rf : Rata-rata bunga investasi bebas risiko

pi : Beta portofolio

Rpi – Rf : Premi risiko portofolio i b. Rasio Sharpe atau Ukuran Sharpe (S)

Diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi total risiko. Premi risiko portofolio adalah selisih rata-rata tingkat pengembalian portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko. Relevan bagi investor yang menanamkan dana hanya atau sebagian besar pada portofolio yang dianalisis. Rumus Indeks Sharpe:.

Ket:


(11)

Rpi : Rata-rata tingkat pengembalian portofolio I Rf : Rata-rata bunga investasi bebas risiko

SDpi : Standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio I Rpi-Rf : Premi risiko portofolio i

c. Alpha Jensen atau Ukuran Jensen ()

Metode ini didasarkan pada konsep garis pasar sekuritas (Security Market Line /SML) yang merupakan garis yang menghubungkan portofolio pasar dengan kesempatan investasi yang bebas risiko. Dalam keadaan ekuilibrium semua portofolio diharapkan berada pada SML. Rumus Indeks Jensen:

Jpi = (Rpi-Rf) – (Rm-Rf) pi Ket:

Jpi : Indeks Jensen portofolio i

Rpi : Rata-rata tertimbang pengembalian portofolio i Rf : Rata-rata bunga investasi bebas risiko

Rm : Rata-rata tingkat pengembalian pasar (IHSG)

pi : Beta portofolio (risiko pasar-risiko sistematis) Rpi – Rf : Premi risiko portofolio i

Rm – Rf : Premi risiko pasar

d. Rasio Appraisal atau Information Ratio (IR)

Rasio appraisal yaitu membagi alfa portofolio dengan risiko sistematik-sistematik portofolio. Rasio appraisal mengukur return abnormal per unit risiko yang secara prinsip dapat dihilangkan dengan memegang portofolio indeks pasar.

Risk Adjusted Return

Karena ada dua ukuran risiko yaitu total risiko dan risiko sistematis, maka kita mengenal dua ukuran utama risk adjusted return. William Sharpe (1966) memperkenalkan rasio Sharpe yaitu excess return per satuan total risiko () atau (return portofolio – bunga bebas risiko)/, untuk mengukur kinerja reksa dana saat itu. Sebelum itu, Jack Treynor (1965) sudah menggunakan rasio Treynor yaitu excess


(12)

return per satuan risiko sistematis () atau (return portofolio – bunga bebas risiko)/, untuk tujuan yang sama.

Jones dalam bukunya Investment (2007) mengatakan kalau rasio Sharpe sebaiknya digunakan jika portofolio investor seluruhnya (atau sebagian besar) dalam sekuritas. Untuk investor yang portofolionya terdiri dari banyak aset, sehingga sekuritas hanya sebagian kecil saja, rasio Treynor yang lebih tepat.

Berdasarkan risk adjusted return, portofolio reksa dana yang berkinerja terbaik bukanlah portofolio yang memberikan return nominal terbesar. Portofolio reksa dana terbaik adalah yang mampu memberikan premi risiko per unit terbesar atau yang mempunyai rasio Sharpe dan atau rasio Treynor tertinggi.

Jika bunga bebas risiko dalam persamaan Sharpe diganti dengan target return dari investor, kita mendapatkan risk adjusted return dari A.D Roy (1952) yaitu rasio safety first. Rasio safety first adalah (return portofolio – target return) / . Rasio safety first yang positif sudah lumayan karena berarti target return terpenuhi.

Return Nominal vs Return Rill

Return nominal adalah return yang hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak mempertimbangkan tingkat daya beli dari nilai uang tersebut.

Return = Capital Gain (Loss) + Yield

Ket:

R = return

Pt = nilai investasi sekarang Pt-1= nilai investasi periode lalu

Return rill adalah return yang disesuaikan dengan tingkat inflasi.

Ket:

RIA= return disesuaikan dengan tingkat inflasi R = return normal


(13)

IF = tingkat inflasi

Return investasi yang positif tetapi lebih kecil daripada besaran inflasi periodik akan mengakibatkan total kekayaan investor bertambah secara nominal tetapi berkurang secara riil. Secara umum, return riil adalah return nominal dikurangi tingkat inflasi. Agar daya beli tidak berkurang, return nominal dari sebuah investasi harus melebihi tingkat inflasi. Menghitung return nominal untuk periode tunggal seperti satu semester atau satu tahun relatif mudah karena kita cukup mengurangi investasi akhir dengan investasi awal dan hasilnya dibagi dengan investasi awal. Penghitungan return nominal menjadi tidak sederhana lagi untuk investasi lebih dari satu periode dan menjadi lebih rumit lagi jika selama periode itu ada penambahan atau pengambilan uang. Untuk multi periode dan jumlah dana disetor yang berubah-ubah, sedikitnya ada tiga konsep return yang perlu diketahui seorang investor yaitu:

1. return berdasarkan waktu – aritmetik, 2. return berdasarkan waktu – geometrik, dan 3. return berdasarkan uang.

1. Return Aritmetik dan Return Geometrik

Return aritmatik digunakan untuk menghitung rata-rata tanpa memperhatikan tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu.

RA = [R1 + R2 …… + Rn]/n

Return geometrik digunakan untuk menghitung rata-rata yang memperhatikan tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu.

RG = [(1+R1)(1+R2)……..(1+Rn)]/n-1

2. Return Tertimbang Berdasarkan Uang

Dalam mencari return berdasarkan uang secara akurat, besar penerimaan atau pengeluaran uang dalam setiap periode diperhitungkan. Ekuivalen dengan IRR (Internal Rate of Return) yang digunakan pada beberapa perhitungan keuangan. IRR mengukur return aktual yang didapatkan pada nilai-nilai portofolio awal dan pada kontribusi netto yang dibuat selama periode tersebut.

Return yang lebih unggul di antara ke tiga return adalah tergantung tujuannya. Return aritmetik karena kurang akurat untuk mengukur kinerja beberapa periode,


(14)

sebaiknya digunakan untuk proyeksi ke depan. Demikian juga dengan hitungan kasar return berdasarkan uang yang tidak akurat, sebaiknya digunakan hanya jika kita ingin praktis dan cepat. Untuk tujuan mengukur kinerja portofolio investasi, pilihannya tinggal return geometrik dan return berdasarkan uang secara akurat. Literatur keuangan dan investasi mengatakan kalau kedua ukuran ini dapat digunakan untuk kondisi yang berbeda.

Jika investasi dilakukan oleh seorang investor pribadi yang mempunyai wewenang menentukan kapan menambah atau mengurangi besar investasinya, return yang digunakan mestinya adalah return berdasarkan uang. Berbeda dengan investor individu, untuk investasi yang dilakukan manajer investasi atau manajer keuangan, menurut Jones dalam bukunya Investments (2007), return yang digunakan untuk mengukur kinerjanya harusnya return geometrik. Ini dikarenakan keputusan mengenai jumlah investasi yang ditanamkan adalah bukan dalam kendalinya tetapi di tangan para nasabahnya melalui aksi subscription dan redemption atau tergantung anggaran perusahaan untuk kasus manajer keuangan. Bukan manajer investasi atau manajer keuangan yang menentukan besaran Rp 100 juta di tahun 2005 dan Rp 1 miliar di tahun 2006 sehingga tidak fair membobotkan jumlah uang ini untuk mengukur kinerja returnnya.

Kelemahan dari return riil, return aritmetik, return geometrik dan return tertimbang berdasarkan uang adalah semuanya belum memperhitungkan risiko padahal risiko dan return adalah dua sisi dari koin mata uang yang sama. Jika risiko dipertimbangkan, kita akan memperoleh risk-adjusted return.

Ukuran M2

Ukuran M2 merupakan ukuran mengenai kinerja yang disesuaikan dengan risiko dimana return yang disesuaikan untuk volatilitas yang memungkinkan perbandingan return di antara portofolio-portofolio. Keunggulannya adalah hasil-hasilnya dinyatakan dalam bentuk decimal atau persentase, yang segera dapat dipahami.

Beta2

Untuk identifikasi kinerja portofolio yang superior, Jensen menggunakan ukuran alpha yaitu selisih antara return portofolio dengan required return berdasarkan risiko


(15)

sistematis () yang dikandungnya. Treynor-Mazuy dan Henriksson-Merton kemudian memodifikasi model alpha Jensen untuk mencari tahu sumber return superior itu. Apakah superioritas itu berasal dari kemampuan pemilihan saham () atau kemampuan antisipasi pasar (2).


(16)

KASUS: “INTERPRETASI EVALUASI KINERJA REKSA DANA DI INDONESIA”

Definisi Menurut UU Pasar Modal, Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Dalam literatur investasi lainnya, reksa dana adalah kumpulan dari instrumen investasi yang membentuk satu portfolio. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana dikenal juga dengan istilah Evaluation of Portfolio Performance. Metode evaluasi kinerja portfolio secara khusus hanya mengukur risk and return dari portfolio investasi reksa dana yang bersangkutan.

Dibawah ini adalah table perhitungan yang menggunakan Indeks Reksa Dana Saham dari PT Infovesta Equity Fund Index yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyediaan informasi, riset dan konsultasi yang berkaitan dengan investasi pasar modal dan Corporate Finance. yang dibandingkan dengan IHSG sebagai indicator pasar dengan menggunakan data saham 2006 – 2011. Hasil perhitungan beserta dengan interpretasinya adalah sebagai berikut:

Berikut kami mencoba menginterpretasikan data diatas

1. Rata-rata return tahunan geometric adalah rata-rata return dari kedua indikator di atas selama 5 tahun setelah memperhitungkan faktor bunga berbunga. Pengukuran return dilakukan dengan menggunakan metode rata-rata return geometrik. Hasil di atas menunjukkan bahwa secara rata-rata-rata-rata, IHSG memiliki kinerja yang lebih baik dari Indeks Reksa Dana Saham.


(17)

2. Standar deviasi (risiko), dalam definisi statistic adalah simpangan baku dari rata-rata. Dalam definisi keuangan, standar deviasi merupakan suatu angka yang mencerminkan total risiko dari suatu portfolio investasi. Yang dimaksud dengan total risiko adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Semakin besar angka tersebut semakin besar pula risiko yang berarti semakin besar fluktuasi harga suatu reksa dana.

3. Beta dalam definisi keuangan, adalah risiko sistematis dari suatu portfolio investasi. Meski hanya mewakili sebagian dari risiko reksa dana, indicator ini lebih investor friendly karena lebih mudah diterjemahkan. Misalnya Indeks Reksa Dana Saham memiliki beta 1.0483. Maka ketika IHSG bergerak naik 1%, maka indeks tersebut diperkirakan akan naik sebesar 1.0483%, demikian juga sebaliknya. Jika suatu reksa dana memiliki beta lebih kecil dari satu maka pengaruh fluktuasi IHSG terhadap reksa dana tersebut juga semakin kecil. Secara umum, interpretasinya sama dengan total risiko.

4. Risk Free Rate yang dipergunakan adalah SBI 9 bulan terakhir. Penggunaan ini bersifat opsional, ada pula yang menggunakan Yield Obligasi 5 atau 10 tahun sebagai indicator Risk Free.

5. Risk Adjusted Return (RAR) sebesar 0.6287 pada IHSG dapat diinterpretasikan: atas 1 % risiko yang investor tanggung, maka IHSG memberikan return 0.6287%. Semakin besar RAR, maka semakin baik kinerja suatu reksa dana karena memberikan return yang tinggi atas risiko yang ditanggungnya

6. Sharpe Ratio sebesar 0.2324 dapat diinterpretasikan: atas 1% risiko yang ditanggung, maka rata-rata reksa dana saham memberikan excess return sebesar 0.2324%. Yang dimaksud dengan excess return adalah selisih return reksa dana dengan Risk Free. Dasar pemikirannya, selain return positif, return reksa dana juga seharusnya di atas tingkat return instrument bebas risiko. Interpretasi baik buruknya Sharpe Ratio sama dengan RAR.


(18)

7. Treynor Ratio sebesar 0.065 dapat diinterpretasikan: atas 1% risiko sistematis yang ditanggung, reksa dana memberikan excess return sebesar 0.065%. Selanjutnya baik buruknya interpretasi sama dengan Sharpe Ratio dan RAR, perbedaan hanya pada risiko yang digunakan.

8. Expected Return sebesar 17.84% pada Indeks Reksa Dana Saham menunjukkan bahwa dengan risiko sistematis (beta) sebesar 1.0483, Risk Free Rate sebesar 6.39%, Return market (IHSG) sebesar 17.31%, maka sepantasnya, rata-rata reksa dana saham memberikan return 17.84% Actual return adalah rata-rata return yang sebenarnya selama 5 tahun terakhir sebesar 13.20%

9. Information Ratio adalah rasio yang mengukur konsistensi dari reksa dana untuk menghasilkan return yang berbeda dari benchmark yang menjadi acuan. Semakin besar Information Ratio menunjukkan bahwa reksa dana tersebut mampu secara stabil mengalahkan benchmark.

DAFTAR REFERENSI

Agus Zainul Arifin. Modul 14 Evaluasi Kinerja Reksa Dana. Pengembangan Bahan Ajar-UMB.


(19)

Budi Frensidy. 2007. Menghitung Risk Adjusted Return. Tabloid Minggu Bisnis Indonesia 2 September 2007.

. 2007. Alternatif Pengukuran Return dan Manfaatnya. Manajemen dan Usahawan Indonesia Oktober 2007.

Hendra. 2008. Kinerja Portofolio. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?

submit.x=0&submit.y=0&page=1&qual=high&submitval=prev&fname= %2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F2000%2Fjiunkpe-ns-s1-2000-31497132-702-go_publik-chapter2.pdf (diakses 29 Maret 2012)

Implikasi Manajemen Portofolio terhadap Investor. http://blog.stie-mce.ac.id/sriati/2011/07/11/implikasi-manajemen-portofolio-terhadap-investor/ (diakses 16 November 2012)

Shiddiq N. Rahardjo. Portofolio Management & Evaluation. Universitas Diponegoro. Teori Ekonomi Penyesuaian Portofolio.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/teori-ekonomi-penyesuaian-portofolio/ (diakses 16 November 2012) 111401102014


(20)

FAMFILYA SAU A32113073 HARTINAH A32113073

GABRIELA SIOLA MARTHEN A32113074

SANDRA MELIZA A3211075

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014


(1)

sistematis () yang dikandungnya. Treynor-Mazuy dan Henriksson-Merton kemudian memodifikasi model alpha Jensen untuk mencari tahu sumber return superior itu. Apakah superioritas itu berasal dari kemampuan pemilihan saham () atau kemampuan antisipasi pasar (2).


(2)

KASUS: “INTERPRETASI EVALUASI KINERJA REKSA DANA DI INDONESIA”

Definisi Menurut UU Pasar Modal, Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Dalam literatur investasi lainnya, reksa dana adalah kumpulan dari instrumen investasi yang membentuk satu portfolio. Oleh karena itu, pengukuran kinerja reksa dana dikenal juga dengan istilah Evaluation of Portfolio Performance. Metode evaluasi kinerja portfolio secara khusus hanya mengukur risk and return dari portfolio investasi reksa dana yang bersangkutan.

Dibawah ini adalah table perhitungan yang menggunakan Indeks Reksa Dana Saham dari PT Infovesta Equity Fund Index yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyediaan informasi, riset dan konsultasi yang berkaitan dengan investasi pasar modal dan Corporate Finance. yang dibandingkan dengan IHSG sebagai indicator pasar dengan menggunakan data saham 2006 – 2011. Hasil perhitungan beserta dengan interpretasinya adalah sebagai berikut:

Berikut kami mencoba menginterpretasikan data diatas

1. Rata-rata return tahunan geometric adalah rata-rata return dari kedua indikator di atas selama 5 tahun setelah memperhitungkan faktor bunga berbunga. Pengukuran return dilakukan dengan menggunakan metode rata-rata return geometrik. Hasil di atas menunjukkan bahwa secara rata-rata-rata-rata, IHSG memiliki kinerja yang lebih baik dari Indeks Reksa Dana Saham.


(3)

2. Standar deviasi (risiko), dalam definisi statistic adalah simpangan baku dari rata-rata. Dalam definisi keuangan, standar deviasi merupakan suatu angka yang mencerminkan total risiko dari suatu portfolio investasi. Yang dimaksud dengan total risiko adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Semakin besar angka tersebut semakin besar pula risiko yang berarti semakin besar fluktuasi harga suatu reksa dana.

3. Beta dalam definisi keuangan, adalah risiko sistematis dari suatu portfolio investasi. Meski hanya mewakili sebagian dari risiko reksa dana, indicator ini lebih investor friendly karena lebih mudah diterjemahkan. Misalnya Indeks Reksa Dana Saham memiliki beta 1.0483. Maka ketika IHSG bergerak naik 1%, maka indeks tersebut diperkirakan akan naik sebesar 1.0483%, demikian juga sebaliknya. Jika suatu reksa dana memiliki beta lebih kecil dari satu maka pengaruh fluktuasi IHSG terhadap reksa dana tersebut juga semakin kecil. Secara umum, interpretasinya sama dengan total risiko.

4. Risk Free Rate yang dipergunakan adalah SBI 9 bulan terakhir. Penggunaan ini bersifat opsional, ada pula yang menggunakan Yield Obligasi 5 atau 10 tahun sebagai indicator Risk Free.

5. Risk Adjusted Return (RAR) sebesar 0.6287 pada IHSG dapat diinterpretasikan: atas 1 % risiko yang investor tanggung, maka IHSG memberikan return 0.6287%. Semakin besar RAR, maka semakin baik kinerja suatu reksa dana karena memberikan return yang tinggi atas risiko yang ditanggungnya

6. Sharpe Ratio sebesar 0.2324 dapat diinterpretasikan: atas 1% risiko yang ditanggung, maka rata-rata reksa dana saham memberikan excess return sebesar 0.2324%. Yang dimaksud dengan excess return adalah selisih return reksa dana dengan Risk Free. Dasar pemikirannya, selain return positif, return reksa dana juga seharusnya di atas tingkat return instrument bebas risiko. Interpretasi baik buruknya Sharpe Ratio sama dengan RAR.


(4)

7. Treynor Ratio sebesar 0.065 dapat diinterpretasikan: atas 1% risiko sistematis yang ditanggung, reksa dana memberikan excess return sebesar 0.065%. Selanjutnya baik buruknya interpretasi sama dengan Sharpe Ratio dan RAR, perbedaan hanya pada risiko yang digunakan.

8. Expected Return sebesar 17.84% pada Indeks Reksa Dana Saham menunjukkan bahwa dengan risiko sistematis (beta) sebesar 1.0483, Risk Free Rate sebesar 6.39%, Return market (IHSG) sebesar 17.31%, maka sepantasnya, rata-rata reksa dana saham memberikan return 17.84% Actual return adalah rata-rata return yang sebenarnya selama 5 tahun terakhir sebesar 13.20%

9. Information Ratio adalah rasio yang mengukur konsistensi dari reksa dana untuk menghasilkan return yang berbeda dari benchmark yang menjadi acuan. Semakin besar Information Ratio menunjukkan bahwa reksa dana tersebut mampu secara stabil mengalahkan benchmark.

DAFTAR REFERENSI

Agus Zainul Arifin. Modul 14 Evaluasi Kinerja Reksa Dana. Pengembangan Bahan Ajar-UMB.


(5)

Budi Frensidy. 2007. Menghitung Risk Adjusted Return. Tabloid Minggu Bisnis Indonesia 2 September 2007.

. 2007. Alternatif Pengukuran Return dan Manfaatnya. Manajemen dan Usahawan Indonesia Oktober 2007.

Hendra. 2008. Kinerja Portofolio. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?

submit.x=0&submit.y=0&page=1&qual=high&submitval=prev&fname= %2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F2000%2Fjiunkpe-ns-s1-2000-31497132-702-go_publik-chapter2.pdf (diakses 29 Maret 2012)

Implikasi Manajemen Portofolio terhadap Investor. http://blog.stie-mce.ac.id/sriati/2011/07/11/implikasi-manajemen-portofolio-terhadap-investor/ (diakses 16 November 2012)

Shiddiq N. Rahardjo. Portofolio Management & Evaluation. Universitas Diponegoro. Teori Ekonomi Penyesuaian Portofolio.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/teori-ekonomi-penyesuaian-portofolio/ (diakses 16 November 2012) 111401102014


(6)

FAMFILYA SAU A32113073 HARTINAH A32113073

GABRIELA SIOLA MARTHEN A32113074

SANDRA MELIZA A3211075

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014