PRARANCANGAN PABRIK POLYETHYLENE TEREPHTHALATE DARI ASAM TEREPHTALAT DAN ETYLENE GLICOL KAPASITAS TIGA PULUH RIBU TON/TAHUN (Perancangan Reaktor Distilasi (R-302)

(1)

ABSTRAK

PRARANCANGAN PABRIK POLYETHYLENE TEREPHTHALATE DARI ASAM TEREPHTALAT DAN ETYLENE GLICOL

KAPASITAS TIGA PULUH RIBU TON/TAHUN (Perancangan Slurry Reaktor (R-301)

Oleh Rohmat

Polyethylene Terephthalate sering disingkat dengan PET atau PETE merupakan bahan kimia yang sangat banyak digunakan sebagai bahan pembuat botol kemasan makanan, pelapis perabot rumah tangga seperti mejamakan, layar kapal, benang, dan lain-lain. Kebutuhan akan PET ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia di dunia. Di Indonesia sendiri kebutuhan PET ini masih dipenuhi oleh impor.

Pabrik PET dengan bahan baku asam terephthalate dan etylene glicol akan didirikan di Propinsi Banten yang direncanakan menghasilkan 30.000 ton/tahun PET, dengan waktu operasi 24 jam/hari, 330 hari/tahun. Jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam operasi ini 3,439.37 Kg/jam asam terephthalate (PTA) dan 4,067.85 kg/jam Ethylene glicol (EG). Kedua bahan baku ini dapat diperoleh langsung dari dalam negeri Indonesia. Tahapan proses pada pabrik PET yaitu:

1. Persiapan bahan baku yaitu mencampurkan semua bahan baku kemudian dipanaskan sampai 275 oC.

2. Mereaksikan PTA dengan EG pada reaktor slurry pada suhu 275 oC dan tekanan 6 atm, sehingga dihasilkan Bi-Hidrosi Ethyl Terphthalate (BHET). 3. Produk yang dihasilkan pada reaktor slurry kemudian di reaksikan dengan proses reaksi poly kondensasi pada reaktor distilasi pada suhu 275 oC dan tekanan 0.1 atm sehingga dihasilkan PET.

4. Produk yang dihasilkan dari reaktor distilasi didinginkan sehingga menjadi chip-chip PET yang siap dikemas dan dipasarkan.

Dari analisis ekonomi diperoleh:

Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 122.974.406.336 Working Capital Investment (WCI) = Rp 21.701.365.824 Total Capital Investment (TCI) = Rp 144.675.772.160 Break Event Point (BEP) = 48,74%

Shut Down Point (SDP) = 31,96 % Pay Out Time before taxes (POT)b = 1,516 tahun Pay Out Time after taxes (POT)a = 1,826 tahun Return on Investment before taxes (ROI)b = 47,576 % Return on Investment after taxes (ROI)a = 38,061% Dicounted cash flow (DCF) = 40,947 %

Dengan mempertimbangkan hasil analisis ekonomi ini, sudah selayaknya pabrik PET ini dikaji lebih lanjut, karena merupakan pabrik yang menguntungkan dan mempunyai prospek yang sangat baik


(2)

PRARANCANGAN PABRIK POLYETHYLENE TEREPHTHALATE DARI ASAM TEREPHTALAT DAN ETYLENE GLICOL

KAPASITAS TIGA PULUH RIBU TON/TAHUN (Perancangan Reaktor Distilasi (R-302)

Oleh Syamsudia

Polyethylene Terephthalate sering disingkat dengan PET atau PETE merupakan bahan kimia yang sangat banyak digunakan sebagai bahan pembuat botol kemasan makanan, pelapis perabot rumah tangga seperti mejamakan, layar kapal, benang, dan lain-lain. Kebutuhan akan PET ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia di dunia. Di Indonesia sendiri kebutuhan PET ini masih dipenuhi oleh impor.

Pabrik PET dengan bahan baku asam terephthalate dan etylene glicol akan didirikan di Propinsi Banten yang direncanakan menghasilkan 30.000 ton/tahun PET, dengan waktu operasi 24 jam/hari, 330 hari/tahun. Jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam operasi ini 3,439.37 Kg/jam asam terephthalate (PTA) dan 4,067.85 kg/jam Ethylene glicol (EG). Kedua bahan baku ini dapat diperoleh langsung dari dalam negeri Indonesia. Tahapan proses pada pabrik PET yaitu:

1. Persiapan bahan baku yaitu mencampurkan semua bahan baku kemudian dipanaskan sampai 275 oC.

2. Mereaksikan PTA dengan EG pada reaktor slurry pada suhu 275 oC dan tekanan 6 atm, sehingga dihasilkan Bi-Hidrosi Ethyl Terphthalate (BHET). 3. Produk yang dihasilkan pada reaktor slurry kemudian di reaksikan dengan proses reaksi poly kondensasi pada reaktor distilasi pada suhu 275 oC dan tekanan 0.1 atm sehingga dihasilkan PET.

4. Produk yang dihasilkan dari reaktor distilasi didinginkan sehingga menjadi chip-chip PET yang siap dikemas dan dipasarkan.

Dari analisis ekonomi diperoleh:

Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 122.974.406.336 Working Capital Investment (WCI) = Rp 21.701.365.824 Total Capital Investment (TCI) = Rp 144.675.772.160 Break Event Point (BEP) = 48,74%

Shut Down Point (SDP) = 31,96 % Pay Out Time before taxes (POT)b = 1,516 tahun Pay Out Time after taxes (POT)a = 1,826 tahun Return on Investment before taxes (ROI)b = 47,576 % Return on Investment after taxes (ROI)a = 38,061% Dicounted cash flow (DCF) = 40,947 %

Dengan mempertimbangkan hasil analisis ekonomi ini, sudah selayaknya pabrik PET ini dikaji lebih lanjut, karena merupakan pabrik yang menguntungkan dan mempunyai prospek yang sangat baik


(3)

X. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan terhadap Prarancangan Pabrik Poliethylene Terephtalat (PET) dari Pure Telephtalat Acid dan Etylene Glikol dengan menggunakan katalis Antimony Triokside dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Percent Return on Investment (ROI) sebelum pajak 47,57 % dan sesudah pajak 38,06 %.

2. Pay Out Time (POT) sesudah pajak 1,82 tahun dan 1,51 tahun sebelum pajak. 3. Break Even Point (BEP) sebesar 48,73 %. Shut Down Point (SDP) sebesar 31,96 %, yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik harus berhenti berproduksi karena merugi.

4. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCF) sebesar 40,94 %, lebih besar dari suku bunga bank sekarang sehingga investor akan lebih memilih untuk berinvestasi ke pabrik ini dari pada ke bank.

B. SARAN

Pabrik Poliethylene Terephtalat dari Pure Telephtalat Acid dan Etylene Glikol, menggunakan katalis Antimony Triokside dengan kapasitas tiga puluh ribu ton per tahun sebaiknya dikaji lebih lanjut baik dari segi proses, maupun ekonominya.


(4)

I. PENDAHULUAN

Pabrik adalah sarana untuk memproduksi barang kebutuhan manusia. Salah satu tujuan pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan keuntungan, yaitu dengan cara mengolah bahan baku menjadi produk baru yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pertumbuhan industri kimia yang membutuhkan polyethylene terepthalat (PET) sebagai bahan baku di dalam negeri seperti industri tekstil, pabrik layar kapal, polyester film, serta industri botol plastik semakin berkembang, hal ini menyebabkan konsumsi polyethylene terepthalat semakin besar pula dan diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang.

A. Latar Belakang

Polyethylene Terephtalate (PET) merupakan produk yang dihasilkan oleh industri polimer yang lebih dikenal dengan nama polyester . Polyethylene Terephtalate dibentuk dari hasil reaksi esterifikasi dan reaksi polikondensasi, dengan bahan baku asam terephtalat dengan ethylene glycol.,

Polyethylene Terephtalate sangat banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti untuk botol kemasan, kantong plastic, benang, pakaian, dan layar kapal. Penggunaan Polyethylene Terephtalate (PET) yang sangat banyak ini dikarenakan PET atau dapat juga disingkat PETE memiliki sifat yang aman dan dapat didaur ulang. Karena sifat yang sangat baik dibandingkan dengan jenis plastik lain maka plastik yang berasal dari PET/PETE diberi label 1.


(5)

2

monomer

Polyethylene Terephthalate (PET) n = 130-150 Berat molekul ± 25.000

Catalist, 200-290 oC, Vacuum

water

Gambar 1.1. Rangkaian reaksi pembentukan PET (International Life Sciences Institute, 2000)

Gambar1.2. Produk yang berasal dari PET

Gambar. 1.3. Pemberian kode plastic esterifikasi

[Polikondensasi

HOOC COOH

PTA

HOCH2CH2OH Ethylene glycol

+ OH OC COOCH2CH2O OH

OC COOCH2CH2O n OH OH

+ 2 H2O


(6)

Keterangan Kode

Number 1 - PET or PETE (polyethylene Terephthalate) Aman dan dapat didaur ulang

Number 2 (most common) - HDPE (high-density polyethylene) Aman dan dapat di daur ulang

Number 3 - Vinyl or PVC (polyvinyl chloride) Beracun dan tidak baik untuk didaur ulang

Number 4 - LDPE (Low-density polyethylene)

Aman dan dapat di daurulang, kecuali untuk plastic kemasan makanan

Number 5 - PP (polypropylene)

Aman dan dapat didaur ulang sekali daur ulang

Number 6 - PS (Polystyrene) Beracun, dan dapat didaur ulang

Number 7 - (Miscellaneous)

Jika didaur ulang akan bersifat beracun

Di Indonesia Polyethylene Terephtalate memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, baik ditinjau dari potensi bahan baku maupun industri yang memakainya. Namun hingga saat ini sektor tersebut belum dikembangkan walaupun permintaannya cenderung meningkat. Dengan


(7)

4

belum tergarapnya sektor ini, maka ketergantungan Indonesia terhadap Polyethylene Terephtalate yang selama ini dipenuhi dengan mengimpor.

Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan industri PET, diantaranya aspek yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah yaitu dengan pendirian pabrik ini diharapkan efisiensi dan produktivitas industri dalam negeri dapat ditingkatkan, terpacunya pengembangan industri hilir dimana PET dibutuhkan sebagai bahan baku, juga terbukanya peluang kerja bagi masyarakat.

Keuntungan lain yang diperoleh dengan pendirian pabrik PET ini adalah :

1. Selama ini kebutuhan PET di Indonesia sebagian dipenuhi dari impor, sehingga dengan pendirian pabrik PET ini besarnya volume impor PET dapat ditekan.

2. Adanya peningkatan kebutuhan PET setiap tahunnya , sehingga pendirian pabrik ini tidak akan mengalami kerugian karena permintaan pasar dalam negeri yang selalu meningkat. Selain itu kebutuhan PET dunia juga terus meningkat sehingga pasar luar negeripun terbuka luas.

3. PET yang merupakan bahan baku untuk industri tekstil sehingga pendirian pabrik ini dapat membuka industri - industri tekstil yang nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan yang luas.

4. Dampak yang ditimbulkan cukup baik, dengan banyaknya warga sekitar yang dapat diserap sebagai tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga di lingkungan sekitar lokasi pabrik.

Sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka pendirian pabrik PET di Indonesia sangat layak untuk dilakukan karena prospek industri PET dimasa yang akan datang sangat cerah dan keuntungan yang akan diperoleh cukup besar.


(8)

B. Ketersediaan Bahan Baku

Dalam proses produksi pabrik sangat tergantung pada keberadaan bahan baku, keuntungan yang didapat akan lebih besar apabila lokasi pabrik dekat dengan sumber bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah Purified Terephtalat Acid (PTA) dimana di Indonesia terdapat 5 pabrik penghasil PTA dengan kapasitas total 2.025.000 ton per tahun, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1. Produsen PTA di Indonesia

Pabrik Lokasi Kapasitas ( ton/tahun )

PT. Pertamina Plaju 225.000

PT. Mitsubishi Chemical Indonesia Serang 650.000 PT. Polysindo Eka Perkasa Kerawang 350.000

PT. Amoco Mitsui PTA Merak 400.000

PT. Polyprima Karyareksa Serang 400.000

Mono Ethylene Glycol (MEG) dapat diperoleh dari PT Gajah Tunggal Petrochemical Industries Terbuka. Pabrik ini adalah satu – satunya produsen ethylene glycol di Indonesia dengan produksi sebesar 220.000 ton. Bahan baku pembuatan PET terdiri dari PTA dan MEG. Kedua bahan baku ini diperoleh dari dalam negeri sendiri sehingga bebas dari ketergantungan dari negara lain.

C. Analisis Pasar

Kebutuhan PET di indonesia dari tahun ketahun terus mengalami kenaikan, Peningkatan ini terjadi karena semakin berkembangnya industri hilir dari PET ini, yaitu berkembangnya industri tekstil di Indonesia. hal ini dapat kita lihat dari Tabel 1.2 :


(9)

6

Tabel 1.2 Kebutuhan PET di Indonesia Tahun Kebutuhan dalam negeri ( ton ) % kenaikan

1998 199.966 -

1999 212.004 6,02

2000 260.534 22,89

2001 331.936 27,41

2002 415.493 25,17

2003 512.687 23,39

2004 647.780 26,35

2005 777.595 20,04

2006 951.232 22,33

2007 1.174.581 23,48

Sumber : Dirjen industri logam, mesin dan kimia, Jakarta 2008 Tabel 1.3. Perkembangan Produksi Polyester di Indonesia

No. Nama Perusahaan Kapasitas

1. PT. Gajah Tunggal Petrochemical 61.760 2. PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation 56.250

3. PT. Panasia Indosyntec 50.400

4. PT. Sulindafin 33.840

5. PT. Indorama Synthetics 64.800

6. PT. Indonesia Toray Synthetics 19.000

7. PT. Polysindo Eka Perkasa 64.800

8. PT. Texmaco Taman Synthetics 22.600

9. PT. Polyfin Canggih 39.600

10. PT. Vastex Prima Industries 12.500

11. PT. Sunkyong Keris 67.200

12. PT. KOHAP Indonesia 49.000

13. PT.Central Filament 38.000

14. PT. Polyfibre Industry 29.600


(10)

Walaupun pabrik PET sudah ada di Indonesia, akan tetapi pabrik yang ada dalan negri ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan PET dari Indonesia, sehingga dibutuhkan impor PET dari luar. Perkembangan import PET Indonesia dapat kita lihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Perkembangan Impor PET Indonesia

Tahun Berat ( Kg )

2003 47.561.818,00

2004 56.937.626,00

2005 60.300.483,00

2006 57.472.270,00

2007 44.211.250,00

Rata-rata 53.296.689,40

Sumber : Departemen perdagangan Indonesia (2008)

Gambar 1.4, Grafik perkembangan impor PET Indonesia D. Kapasitas Pabrik

Kapasitas rancangan pendirian pabrik PET ini direncanakan sekitar 30.000 Ton/tahun atau sekitar 56% dari rata-rata impor PET Indonesia pada tahun 2003 – 2007 atau sekitar 30%


(11)

8

dari perkiraan impor PET Indonesia pada tahun 2017 (104150 ton/tahun) dan diharapkan pabrik dapat beroperasi pada tahun 2017. Penentuan kapasitas tersebut didasarkan atas pertimbangan rencana pendirian pabrik PET yang bertaraf sedang yang dapat dilihat pada Tabel 1.3 yaitu pabrik PET Indonesia bertaraf sedang dengan kapasitas 30.000 ton/tahun, bertaraf rendah yaitu 12.000 ton/tahun, dan bertaraf tertinggi yaitu 67.200 ton/tahun.

E. Lokasi Pabrik

Salah satu hal yang penting dalam perancangan suatu pabrik adalah pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi yang tepat dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sebelum pabrik didirikan perlu dilakukan berbagai pertimbangan. Lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik PET adalah di daerah Cilegon Banten dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Penyediaan Bahan Baku

Dalam proses produksi pabrik sangat tergantung pada keberadaan bahan baku, keuntungan yang didapat akan lebih besar apabila lokasi pabrik dekat dengan sumber bahan baku.

2. Pemasaran Produk

Industri pengguna PET telah banyak didirikan dan dikembangkan di Indonesia. Adanya konsumen PET tersebut adalah jaminan kelancaran pemasaran produk. Adanya pelabuhan di Cilegon maka didapatkan keuntungan tersendiri karena distribusi produk dapat berjalan lebih lancar. Karena produk berwujud padat, maka cukup mudah dalam trasportasinya dan daerah yang cukup jauh dari pabrik dapat terjangkau.

3. Fasilitas Trasportasi

Cilegon mempunyai pelabuhan yang dapat digunakan untuk keperluan industri maupun transportasi manusia. Untuk keperluan industri, pelabuhan ini dapat digunakan untuk bongkar


(12)

muat kapal-kapal besar, sehingga distribusi produk keluar Cilegon sangat mudah baik pengapalan dalam negeri maupun luar negeri.

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan syarat mutlak bagi berdirinya sebuah perusahaan, maka pemilihan Cilegon sebagai lokasi pembangunan pabrik merupakan alasan yang tepat karena tenaga kerja tersedia dalam jumlah yang banyak di daerah Cilegon dan disekitar Cilegon, seperti Lampung, Jakarta dan Jawa barat.

5. Sarana Penunjang Lain

Berbagai fasilitas terpadu telah didirikan di Cilegon. Sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, apotek, dan toko-toko obat telah banyak didirikan. Sarana hiburan seperti bioskop dan pusat-pusat perbelanjaan juga telah banyak didirikan. Sarana penunjang lain seperti sekolah-sekolah, lapangan olah raga, sarana komunikasi juga telah tersedia. Untuk sarana perumahan masih tersedia lahan yang cukup, sehingga walaupun fasilitas-fasilitas untuk karyawan akan dibangun perumahan nantinya, tetapi supaya pembiayaan awal pendirian pabrik dapat dikurangi, maka fasilitas terpadu tersebut dapat digunakan.


(1)

belum tergarapnya sektor ini, maka ketergantungan Indonesia terhadap Polyethylene Terephtalate yang selama ini dipenuhi dengan mengimpor.

Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan industri PET, diantaranya aspek yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah yaitu dengan pendirian pabrik ini diharapkan efisiensi dan produktivitas industri dalam negeri dapat ditingkatkan, terpacunya pengembangan industri hilir dimana PET dibutuhkan sebagai bahan baku, juga terbukanya peluang kerja bagi masyarakat.

Keuntungan lain yang diperoleh dengan pendirian pabrik PET ini adalah :

1. Selama ini kebutuhan PET di Indonesia sebagian dipenuhi dari impor, sehingga dengan pendirian pabrik PET ini besarnya volume impor PET dapat ditekan.

2. Adanya peningkatan kebutuhan PET setiap tahunnya , sehingga pendirian pabrik ini tidak akan mengalami kerugian karena permintaan pasar dalam negeri yang selalu meningkat. Selain itu kebutuhan PET dunia juga terus meningkat sehingga pasar luar negeripun terbuka luas.

3. PET yang merupakan bahan baku untuk industri tekstil sehingga pendirian pabrik ini dapat membuka industri - industri tekstil yang nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan yang luas.

4. Dampak yang ditimbulkan cukup baik, dengan banyaknya warga sekitar yang dapat diserap sebagai tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga di lingkungan sekitar lokasi pabrik.

Sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka pendirian pabrik PET di Indonesia sangat layak untuk dilakukan karena prospek industri PET dimasa yang akan datang sangat cerah dan keuntungan yang akan diperoleh cukup besar.


(2)

B. Ketersediaan Bahan Baku

Dalam proses produksi pabrik sangat tergantung pada keberadaan bahan baku, keuntungan yang didapat akan lebih besar apabila lokasi pabrik dekat dengan sumber bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah Purified Terephtalat Acid (PTA) dimana di Indonesia terdapat 5 pabrik penghasil PTA dengan kapasitas total 2.025.000 ton per tahun, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1. Produsen PTA di Indonesia

Pabrik Lokasi Kapasitas ( ton/tahun )

PT. Pertamina Plaju 225.000

PT. Mitsubishi Chemical Indonesia Serang 650.000 PT. Polysindo Eka Perkasa Kerawang 350.000

PT. Amoco Mitsui PTA Merak 400.000

PT. Polyprima Karyareksa Serang 400.000

Mono Ethylene Glycol (MEG) dapat diperoleh dari PT Gajah Tunggal Petrochemical Industries Terbuka. Pabrik ini adalah satu – satunya produsen ethylene glycol di Indonesia dengan produksi sebesar 220.000 ton. Bahan baku pembuatan PET terdiri dari PTA dan MEG. Kedua bahan baku ini diperoleh dari dalam negeri sendiri sehingga bebas dari ketergantungan dari negara lain.

C. Analisis Pasar

Kebutuhan PET di indonesia dari tahun ketahun terus mengalami kenaikan, Peningkatan ini terjadi karena semakin berkembangnya industri hilir dari PET ini, yaitu berkembangnya industri tekstil di Indonesia. hal ini dapat kita lihat dari Tabel 1.2 :


(3)

Tabel 1.2 Kebutuhan PET di Indonesia Tahun Kebutuhan dalam negeri ( ton ) % kenaikan

1998 199.966 -

1999 212.004 6,02

2000 260.534 22,89

2001 331.936 27,41

2002 415.493 25,17

2003 512.687 23,39

2004 647.780 26,35

2005 777.595 20,04

2006 951.232 22,33

2007 1.174.581 23,48

Sumber : Dirjen industri logam, mesin dan kimia, Jakarta 2008 Tabel 1.3. Perkembangan Produksi Polyester di Indonesia

No. Nama Perusahaan Kapasitas

1. PT. Gajah Tunggal Petrochemical 61.760 2. PT. Teijin Indonesia Fiber Corporation 56.250

3. PT. Panasia Indosyntec 50.400

4. PT. Sulindafin 33.840

5. PT. Indorama Synthetics 64.800

6. PT. Indonesia Toray Synthetics 19.000

7. PT. Polysindo Eka Perkasa 64.800

8. PT. Texmaco Taman Synthetics 22.600

9. PT. Polyfin Canggih 39.600

10. PT. Vastex Prima Industries 12.500

11. PT. Sunkyong Keris 67.200

12. PT. KOHAP Indonesia 49.000

13. PT.Central Filament 38.000

14. PT. Polyfibre Industry 29.600


(4)

Walaupun pabrik PET sudah ada di Indonesia, akan tetapi pabrik yang ada dalan negri ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan PET dari Indonesia, sehingga dibutuhkan impor PET dari luar. Perkembangan import PET Indonesia dapat kita lihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Perkembangan Impor PET Indonesia

Tahun Berat ( Kg )

2003 47.561.818,00

2004 56.937.626,00

2005 60.300.483,00

2006 57.472.270,00

2007 44.211.250,00

Rata-rata 53.296.689,40

Sumber : Departemen perdagangan Indonesia (2008)

Gambar 1.4, Grafik perkembangan impor PET Indonesia D. Kapasitas Pabrik

Kapasitas rancangan pendirian pabrik PET ini direncanakan sekitar 30.000 Ton/tahun atau sekitar 56% dari rata-rata impor PET Indonesia pada tahun 2003 – 2007 atau sekitar 30%


(5)

dari perkiraan impor PET Indonesia pada tahun 2017 (104150 ton/tahun) dan diharapkan pabrik dapat beroperasi pada tahun 2017. Penentuan kapasitas tersebut didasarkan atas pertimbangan rencana pendirian pabrik PET yang bertaraf sedang yang dapat dilihat pada Tabel 1.3 yaitu pabrik PET Indonesia bertaraf sedang dengan kapasitas 30.000 ton/tahun, bertaraf rendah yaitu 12.000 ton/tahun, dan bertaraf tertinggi yaitu 67.200 ton/tahun.

E. Lokasi Pabrik

Salah satu hal yang penting dalam perancangan suatu pabrik adalah pemilihan lokasi. Pemilihan lokasi yang tepat dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sebelum pabrik didirikan perlu dilakukan berbagai pertimbangan. Lokasi yang dipilih untuk pendirian pabrik PET adalah di daerah Cilegon Banten dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Penyediaan Bahan Baku

Dalam proses produksi pabrik sangat tergantung pada keberadaan bahan baku, keuntungan yang didapat akan lebih besar apabila lokasi pabrik dekat dengan sumber bahan baku.

2. Pemasaran Produk

Industri pengguna PET telah banyak didirikan dan dikembangkan di Indonesia. Adanya konsumen PET tersebut adalah jaminan kelancaran pemasaran produk. Adanya pelabuhan di Cilegon maka didapatkan keuntungan tersendiri karena distribusi produk dapat berjalan lebih lancar. Karena produk berwujud padat, maka cukup mudah dalam trasportasinya dan daerah yang cukup jauh dari pabrik dapat terjangkau.

3. Fasilitas Trasportasi

Cilegon mempunyai pelabuhan yang dapat digunakan untuk keperluan industri maupun transportasi manusia. Untuk keperluan industri, pelabuhan ini dapat digunakan untuk bongkar


(6)

muat kapal-kapal besar, sehingga distribusi produk keluar Cilegon sangat mudah baik pengapalan dalam negeri maupun luar negeri.

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan syarat mutlak bagi berdirinya sebuah perusahaan, maka pemilihan Cilegon sebagai lokasi pembangunan pabrik merupakan alasan yang tepat karena tenaga kerja tersedia dalam jumlah yang banyak di daerah Cilegon dan disekitar Cilegon, seperti Lampung, Jakarta dan Jawa barat.

5. Sarana Penunjang Lain

Berbagai fasilitas terpadu telah didirikan di Cilegon. Sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, apotek, dan toko-toko obat telah banyak didirikan. Sarana hiburan seperti bioskop dan pusat-pusat perbelanjaan juga telah banyak didirikan. Sarana penunjang lain seperti sekolah-sekolah, lapangan olah raga, sarana komunikasi juga telah tersedia. Untuk sarana perumahan masih tersedia lahan yang cukup, sehingga walaupun fasilitas-fasilitas untuk karyawan akan dibangun perumahan nantinya, tetapi supaya pembiayaan awal pendirian pabrik dapat dikurangi, maka fasilitas terpadu tersebut dapat digunakan.