bekerja sama dengan divisi marketing dan pihak ketiga dalam pelaksanaan assessment karyawan training pengembangan SDM.
Penetapan wewenang dan tanggung jawab. Setiap karyawan PT. Cartenz
Indonesia mempunyai otoritas dan tanggung jawab masing-masing dalam menjalankan sistem dan prosedur sebuah transaksi bisnis seperti yang terdapat
pada job description. Terdapat pemisahan fungsi penjualan yang bertanggung jawab terhadap pesanan konsumen, fungsi gudang bertanggung jawab pada
persediaan barang, fungsi akuntansi bertanggung jawab terhadap pencatatan transaksi yang terjadi. Pada perusahaan PT. Cartenz Indonesia masih terdapat satu
karyawan yang merangkap dua fungsi yaitu penjualan dan penagihan karena adanya target penjualan yang harus dipenuhi karyawan bagian marketing on-line.
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. PT. Cartenz Indonesia
menerapkan kebijakan tentang kontrak karyawan baru, pelatihan karyawan baru dan lama, evaluasi karyawan yang dilakukan setiap 3 tiga bulan dengan sistem
rangking, pemberian kompensasi cuti tahunan selama 12 dua belas hari kerja dengan mendapatkan upah penuh dan cuti khusus untuk karyawan wanita hamil.
Cuti hamil tersebut diberikan 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan sesudah terjadinya kelahiran.
2. Penilaian Resiko.
Risiko yang dapat muncul atau berubah di PT. Cartenz Indonesia karena keadaan berikut ini :
Perubahan lingkungan. Lingkungan PT. Cartenz Indonesia dalam beroperasi
cenderung berubah secara cepat dan dinamis, karena PT. Cartenz Indonesia
memiliki banyak cabang dan konsumen partai. Cabang dan konsumen partai semakin lama memesan barang dengan jumlah yang banyak dan dalam jangka
waktu yang cepat, sehingga perusahaan dituntut untuk memproduksi pesanan konsumen dengan jangka waktu yang singkat pula. Dalam hal ini muncul resiko
yaitu beberapa barang yang diproduksi mengalami cacat produk sehingga kepuasan konsumen terhadap barang tersebut berkurang dan mengakibatkan
rusaknya mutu perusahaan. Personel baru. PT. Cartenz Indonesia dalam merekrut karyawan melalui berbagai
tahap dan karyawan akan melalui training terlebih dahulu untuk membekali karyawan dalam bekerja, namun jabatan karyawan di PT. Cartenz Indonesia ini
tidak diukur dari latar belakang pendidikannya. Pendidikan karyawan sebagian besar adalah SMA salah satunya adalah bagian accounting, dan hanya beberapa
dari perguruan tinggi. Di sini, terjadi ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan karyawan dengan jabatannya sehingga munculnya kinerja yang kurang
optimal sehingga dapat mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam proses pelaporan,
perhitungan, pencatatan
karena tidak
adanya kesesuaian
pendidikannya.
Lini produk. PT. Cartenz Indonesia menyediakan berbagai macam jenis barang
dan pelayanan jasa kepada konsumen. Semakin banyak barang yang disediakan, pengawasan juga harus semakin ditingkatkan, karena resiko barang hilang akan
semakin besar untuk itu karyawan PT. Cartenz Indonesia selalu melakukan pengawasan baik untuk gudang dan konsumen yang datang. Karyawan juga tidak
diperbolehkan membawa barang tanpa persetujuan atasan.
Sistem informasi yang diperbaharui diperbaiki. Pada tahun 2012 awal, sistem
komputer yang lama diganti menjadi sistem yang baru, namun transformasi dari sistem ini menyebabkan karyawan melakukan kesalahan-kesalahan karena tidak
adanya pelatihan terlebih dahulu. Karyawan lebih lama dalam memproses data, membuat laporan, menginput data karena belum terbiasa dengan sistem baru ini.
Perubahan struktur organisasi. Mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 PT.
Cartenz Indonesia tidak melakukan perubahan struktur karena perubahan struktur organisasi ini dianggap tidak efisien karena masing-masing dari karyawan
tersebut sudah memiliki tanggung jawabnya terhadap tugasnya masing-masing, namun hal ini justru kan mengakibatkan kecurangan karyawan apabila terus
berada di posisi yang sama karena karyawan akan lebih memahami semua yang ada di posisi tersebut sehingga kecurangan akan mudah dilakukan.
3. Aktivitas Pengendalian