TEACHERS’ UNDERSTANDING ABOUT THE LAW OF CHILD PROTECTION TO STUDENT (Studies to The Teachers’ at SD Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu) PEMAHAMAN GURU TENTANG UU PERLINDUNGAN ANAK PADA SISWA (Studi pada Guru SD Negeri 2

ABSTRACT
TEACHERS’ UNDERSTANDING ABOUT THE LAW OF CHILD
PROTECTION TO STUDENT
(Studies to The Teachers’ at SD Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan
Adiluwih, Kabupaten Pringsewu)

By

EPENDI ARIANTO

School as an institution designed to teach the students/pupils who are under the
supervision of a teacher, a place for children to study, to educate the younger
generation as one of the human resources and a potential successor to the ideals of
the nation struggles. In the process of teaching and learning, relationship between
teachers and students are susceptible appear conflict or violent between teachers
and students. Beatings, humiliation and harassment against children can be
interpreted as an act of violence/abuse whether physical, emotional, sexual and
neglect of children. In recent years many cases of violence in the school
environment, especially that done by individual teachers on students.
Currently has issued Law Number 23 Year 2002 about Child Protection in an
effort to protect Indonesian children from abusive treatment. According to the

Law Number 23 Year 2002 about Child Protection legally prohibit violence
against learners. The Law about Child Protection is really necessary to protect
children from the adverse effects of violence, whether committed for reasons of
"goodness" or violence committed by other reasons. Although the Law about
Child Protection is useful to protect students from abuse by teachers at the school,
but not all teachers understand the Law about Child Protection. Many teachers are
familiar about the law yet the rest of them do not understand it. Therefore, this
study was conducted to determine teachers' understanding about the Law Number
23 Paragraph 2 of Child Protection to the student at SD Negeri 2 Waringinsari
Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.

The purpose of this research is to describe the teachers’ comprehension about
The Law Number 23 Paragraph 2 of Child Protection to the students at SD Negeri
2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu. The type of
this research is qualitative descriptive and the method used qualitative method by
taking seven informant, there are six teachers and The Headmaster. The data was
collect by using observation, interview and documentation technique. The data
analysis technique by using the data reduction, data presentation and conclude all
the data.
This research deliver that all the teachers in this school know and understand

about the Law number 23 paragraph 2 on Protection of the child, that are non
discrimination (do not discriminate), the best interest of the child (providing
motivation and academic and non academic services), the right to life, survival,
and development (affection, giving skills, as well as physical and psychological
monitoring), and give awards to child’s arguments (gift giving and praise). So that
according to the Implicit Personality Theory because all the teachers are able to
explain the intent of every point that is in the Law Number 23 Year 2002 about
Child Protection Paragraph 2 very well. The results showed that the teachers able
to get closer to their students to understand about their personalities and
characters, so they can easily communicate each others. The process of good
communication with the student in the learning process in order to complete the
needs of their students, so that according to the Social Penetration Theory.
Keywords : Comprehension, Teacher, Non Discrimination, Child Violence.

ABSTRAK

PEMAHAMAN GURU TENTANG UU PERLINDUNGAN ANAK PADA
SISWA
(Studi pada Guru SD Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih,
Kabupaten Pringsewu)


Oleh

EPENDI ARIANTO

Sekolah sebagai lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid yang
berada di bawah pengawasan guru, tempat bagi anak untuk menuntut ilmu, guna
mencerdaskan generasi muda sebagai salah satu sumberdaya manusia yang
merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Dalam proses belajar
mengajar hubungan antara guru dengan siswa sangat mungkin timbul konflik atau
kekerasan antara pendidik dan anak didik. Pemukulan, penghinaan, dan pelecehan
terhadap anak dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan/penganiayaan baik
secara fisik, emosional, seksual serta pengabaian terhadap anak. Belakangan ini
banyak kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah khususnya yang
dilakukan oleh oknum guru terhadap siswa.
Saat ini telah dikeluarkan UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
sebagai upaya melindungi anak Indonesia dari perlakuan yang sewenang-wenang.
Dengan adanya UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak secara yuridis
melarang adanya tindakan kekerasan terhadap peserta didik. Undang-Undang
Perlindungan Anak itu benar-benar diperlukan untuk melindungi anak dari

dampak buruk kekerasan, baik yang dilakukan demi alasan “kebaikan” maupun
kekerasan yang dilakukan dengan alasan lainnya. Walaupun UU tentang
perlindungan anak ini berguna untuk melindungi siswa dari kekerasan yang
dilakukan oleh guru di sekolah, tetapi tidak semua guru paham dengan UU
tentang perlindungan anak tersebut. Ada guru yang paham dengan UU tentang
perlindungan anak dan ada juga guru yang tidak paham dengan UU tentang
perlindungan anak tersebut. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan guna
mengetahui pemahaman guru mengenai UU No.23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak pasal 2 pada siswa di SD Negeri 2 Waringinsari Timur,
Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemahaman guru
mengenai UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada siswa pasal 2
di SD Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.
Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe penelitian
deskriptif kualitatif dan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah metode kualitatif, dengan mengambil tujuh informan yaitu, seorang kepala
sekolah dan enam guru. pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah reduksi
data, penyajian data dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua guru dalam penelitian ini
memahami mengenai UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak pasal 2,
yaitu non diskriminasi (tidak membeda-bedakan), kepentingan yang terbaik bagi
anak (pemberian motivasi serta pelayanan akademik maupun non akademik), hak
untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan (kasih sayang, pemberian
keterampilan, serta pemantauan fisik dan fsikis), dan penghargaan terhadap
pendapat anak (pemberian hadiah dan pujian), sehingga sesuai dengan Teori
Kepribadian Implisit karena semua guru mampu menguraikan dengan baik
maksud dari setiap poin yang ada di dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak pasal 2. Hasil penelitian juga menunjukkan semua guru
mampu mendekatkan diri dengan anak didiknya untuk memahami sifat dan
karakter siswa guna untuk mempermudah dan memperlancar komunikasi dengan
mereka, melakukan proses komunikasi yang baik dengan siswa dalam proses
belajar mengajar guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didiknya, sehingga
sesuai dengan Teori Penetrasi Sosial.
Kata Kunci : Pemahaman, Guru, Non Diskriminasi, Kekerasan Anak.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Gunung Kemala, Kecamatan Way

Krui, Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 28 Desember
1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan
Bapak Abdillah dan Ibu Kiswati.

Pada tahun 1998, Penulis tercatat sebagai salah satu siswa pada Sekolah Dasar
(SD) Negeri 2 Gunung Kemala, Kecamatan Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat
dan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya pada tahun 2004, kemudian
penulis melanjutkan pendidikannya dengan masuk Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 1 Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat pada 2004 dan
diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis tercatat sebagai
salah satu siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pesisir Tengah,
Kabupaten Pesisir Barat, dan menyelesaikan pendidikan SMA tiga tahun
setelahnya, tepatnya pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
melalui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam
organisasi

kemahasiswaan


Himpunan

Mahasiswa

Jurusan

(HMJ)

Ilmu

Komunikasi bidang Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung periode tahun 2012-2013. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di desa Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu
pada Januari 2013. Pada Juli 2013, penulis mempraktekkan dan mengamalkan
ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Kantor Pajak Pratama Palembang Ilir Timur dan ditempatkan
pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi II. Kemudian penulis melakukan
penelitian di SD Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten
Pringsewu. Penelitian ini mengantarkan penulis meraih gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi.

Tidak ada yang salah dengan sebuah cita-cita
Selama ada keinginan dan kegigihan
semua itu dapat tercapai
Adapun dengan cibiran orang
jadikan saja sebuah pecut agar dapat berlari lebih cepat
demi mengejar cita dan impian

Education is an ornament is prosperity
and a refuge in adversity

Science without conscience is
a collapse soul

PERSEMBAHAN

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih
yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Bapak

yang telah memberi kasih sayang, segala dukungan,
dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada
mungkin
dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang
bertuliskan
kata cinta dan persembahan.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu
dan Bapak bahagia,
karena kusadar selama ini belum bisa berbuat yang
lebih.
Untuk Ibu dan Bapak yang membuatku termotivasi dan
selalu
menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku,
selalu menasehatiku menjadi lebih baik,
Terima kasih Ibu ....
Terima kasih Bapak ....

Kakak dan adikku yang juga telah banyak memberikan
dukungan kepadaku,
terima kasih atas kebaikan, perhatian dan kasih sayang

yang kalian
berikan kepadaku.

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat
serta hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pemahaman Guru Tentang UU Perlindungan Anak pada Siswa (Studi pada Guru
SD Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu)”
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini kepada :
1.

Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung;


2.

Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

3.

Ibu Nanda Utaridah, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih
atas segala bimbingan, masukan, serta saran yang telah diberikan kepada
Penulis dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir. Penulis
mohon maaf apabila banyak melakukan kesalahan baik kata maupun
perbuatan selama proses bimbingan berlangsung;

4.

Ibu Dr. Tina Kartika, M.Si., selaku Dosen Penguji Utama. Terima kasih atas
saran dan masukan yang diberikan kepada Penulis dalam penyusunan skripsi
ini, sehingga menjadi lebih baik lagi;

5.

Bapak Drs. Sarwoko, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima
kasih atas segala bantuannya selama ini;

6.

Segenap dosen pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya dan seluruh
karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, terima
kasih atas ilmu pengetahuannya yang telah diberikan kepada penulis serta
kerjasamanya selama ini;

7.

Kedua orangtua, Bapak Abdillah dan Ibu Kiswati yang selalu mendo’akan
penulis dalam setiap sujudnya, dalam setiap tetes air mata dan keringat yang
tertumpah, atas semua kesabaran, kasih sayang yang tak terbatas yang
membuat penulis merasakan cinta, kebahagiaan dan kehangatan serta
keyakinan untuk meraih cita-cita. Serta kakak dan adik tercinta, Lekat
Suhendri dan Arip Saputra yang telah memberikan do’a dan dukungan yang
tak terhingga kepada penulis;

8.

Para guru di SD Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih,
Kabupaten Pringsewu, yang menjadi informan dalam penelitian ini, Ibu Titik
Subaryanti, Ibu A. Suwarni, Ibu Supriyanti, Ibu Esti Nur Fatimah, Bapak
Sukani, Ibu Suprihatin, dan Bapak Imam Sanyoto selaku Kepala Sekolah SD
Negeri 2 Waringinsari Timur. Terima kasih karena telah bersedia
diwawancarai Penulis dalam mencari data demi terselesaikannya skripsi ini;

9.

Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2010. Terima
kasih buat kebersamaannya selama ini. Terima kasih juga untuk dukungan,
semangat dan batuan yang telah diberikan kepada Penulis;

10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang dengan
sengaja atau tidak sengaja telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk Elsa Puji Rahmawati, terima kasih telah membantu serta memberi
semangat kepada Penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat.

Bandarlampung,
Penulis,

Ependi Arianto

Juni 2014

DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ...............................................................................................

i

DAFTAR ISI ...................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

iv

DAFTAR BAGAN ..........................................................................................

v

BAB I. PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang Masalah ................................................................
Rumusan Masalah .........................................................................
Tujuan Penelitian...........................................................................
Manfaat Penelitian.........................................................................

1
6
6
7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Penelitian Terdahulu ..........................................................
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi ......................................................
2.2.1 Pengertian Komunikasi .....................................................
2.2.2 Proses Komunikasi ............................................................
2.2.3 Fungsi Komunikasi............................................................
2.2.4 Tujuan Komunikasi ...........................................................
2.3 Pemahaman Guru ..........................................................................
2.3.1 Pengertian Pemahaman .....................................................
2.3.2 Pengertian Guru .................................................................
2.3.3 Peranan Guru .....................................................................
2.3.4 Tugas Guru ........................................................................
2.4 Tinjauan Tentang Undang-Undang ...............................................
2.5 Tinjauan Tentang Undang-Undang Perlindungan Anak ...............
2.6 Landasan Teori ..............................................................................
2.6.1 Teori Kepribadian Implisit ................................................
2.6.2 Teori Penetrasi Sosial ........................................................
2.7 Kerangka Pikir...............................................................................

8
15
15
17
19
20
20
20
25
26
31
34
36
38
38
40
42

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian...............................................................................
3.2 Fokus Penelitian ............................................................................

47
48

3.3
3.4
3.5
3.6
3.7

Sumber Data ..................................................................................
Teknik Pengumpulan Data ............................................................
Penentuan Informan ......................................................................
Teknik Analisa Data ......................................................................
Teknik Keabsahan Data ................................................................

50
51
52
53
54

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil SD Negeri 2 Waringinsari Timur ........................................
4.2 Visi, Misi dan Tujuan ....................................................................
4.3 Struktur Organisasi ........................................................................
4.4 Nama-Nama Guru dan Pegawai Sekolah ......................................
4.5 Kegiatan Belajar Mengajar dan Penilaian .....................................
4.6 Manajemen ....................................................................................
4.7 Kondisi Sekolah ............................................................................
4.8 Kondisi Guru .................................................................................
4.9 Buku ..............................................................................................
4.10Mutu Pendidikan di Sekolah .........................................................
4.11Sarana dan Prasarana .....................................................................

57
59
60
61
64
66
67
68
69
70
71

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penyajian Hasil Penelitian ............................................................. 75
5.2 Profil Informan .............................................................................. 75
5.2.1 Profil Informan Pertama .................................................... 77
5.2.2 Profil Informan Kedua....................................................... 78
5.2.3 Profil Informan Ketiga ...................................................... 79
5.2.4 Profil Informan Keempat................................................... 80
5.2.5 Profil Informan Kelima ..................................................... 81
5.2.6 Profil Informan Keenam .................................................... 82
5.2.7 Profil Informan Ketujuh .................................................... 84
5.3 Hasil Observasi ............................................................................. 85
5.3.1 Guru Selalu Tersenyum pada Siswa .................................. 85
5.3.2 Guru Memperhatikan Ketika Siswa Bertanya ................... 86
5.3.3 Guru Merespon Ketika Siswa Bertanya ............................ 86
5.3.4 Guru Bisa Menangani Emosi Siswa .................................. 86
5.3.5 Guru Tidak Membeda-bedakan Siswa
dalam Hal Apapun ............................................................. 87
5.3.6 Guru Mendorong Siswa Untuk Berpendapat .................... 87
5.3.7 Tegas, Jelas, dan Tertuju ................................................... 87
5.3.8 Guru Menghindari Kekerasan, Hinaan,
dan Sebagainya .................................................................. 88
5.3.9 Guru Menghindari dari Ocehan Panjang ........................... 88
5.4 Pembahasan Hasil Observasi ........................................................ 89
5.5 Hasil Wawancara........................................................................... 95
5.5.1 Hasil Wawancara pada Informan Pertama ........................ 95
5.5.2 Hasil Wawancara pada Informan Kedua ........................... 99
5.5.3 Hasil Wawancara pada Informan Ketiga........................... 103
5.5.4 Hasil Wawancara pada Informan Keempat ....................... 107

5.5.5 Hasil Wawancara pada Informan Kelima .........................
5.5.6 Hasil Wawancara pada Informan Keenam ........................
5.5.7 Hasil Wawancara pada Informan Ketujuh .......................
5.6 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................
5.6.1 Analisis Data Hasil Wawancara Tentang
UU Perlindungan Anak .....................................................
5.6.1.1 Non Diskriminasi ...................................................
5.6.1.2 Kepentingan yang Terbaik Bagi Anak ..................
5.6.1.3 Hak Untuk Hidup, Kelangsungan Hidup,
dan Perkembangan .................................................
5.6.1.4 Penghargaan Terhadap Pendapat Anak .................

110
114
118
122
122
123
130
137
149

BAB VI. KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan.................................................................................... 155
6.2 Saran .............................................................................................. 157
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

Tabel 1. Kajian penelitian terdahulu ................................................................
Tabel 2. Kegiatan belajar mengajar dan hasil mengajar ..................................
Tabel 3. Implementasi pembelajaran hasil kegiatan ........................................
Tabel 4. Kerjasama dalam penilaian di gugus .................................................
Tabel 5. Kegiatan pendidikan anak seutuhnya .................................................
Tabel 6. Manajemen berbasis sekolah (MBS) .................................................
Tabel 7. Standar pelayanan minimal (SPM) ....................................................
Tabel 8. Jumlah siswa tahun 2011/2012 s.d 2013/2014 ..................................
Tabel 9. Jumlah siswa yang mendaftar dan diterima di kelas I .......................
Tabel 10. Jumlah siswa mengulang kelas ........................................................
Tabel 11. Pendidikan terakhir guru ..................................................................
Tabel 12. Jumlah buku pelajaran .....................................................................
Tabel 13. Jumlah buku lainnya ........................................................................
Tabel 14. Prestasi siswa ...................................................................................
Tabel 15. Prestasi dan keunggulan sekolah .....................................................
Tabel 16. Kondisi ruangan/lahan .....................................................................
Tabel 17. Perabot ruang belajar .......................................................................
Tabel 18. Perabot ruang kantor ........................................................................
Tabel 19. Perabot ruang penunjang..................................................................
Tabel 20. Media pembelajaran .........................................................................
Tabel 21. Alat peraga mata pelajaran ...............................................................
Tabel 22. Daftar informan guru SD Negeri 2 Waringinsari Timur,
Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ..................................

12
64
64
65
65
66
66
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
76

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

Gambar 5.1 Informan 1 ....................................................................................
Gambar 5.2 Informan 2 ....................................................................................
Gambar 5.3 Informan 3 ....................................................................................
Gambar 5.4 Informan 4 ....................................................................................
Gambar 5.5 Informan 5 ....................................................................................
Gambar 5.6 Informan 6 ....................................................................................
Gambar 5.7 Informan 7 ....................................................................................

77
78
79
80
81
82
83

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah
sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang
baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam
dunia pendidikan terdapat dua komponen yang berperan penting, yaitu guru dan
sekolah sebagai sarana pendidikan anak yang berperan penting dalam
kelangsungan pembelajaran guna mencerdaskan siswa sebagai penerus cita-cita
bangsa.
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 (UU Guru dan
Dosen), guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasikan
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.

2

Dalam Pasal 2 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 juga dijelaskan
bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu guru seharusnya melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam
memberikan pelayanan pendidikan sebagaimana fungsinya untuk meningkatkan
martabat dan peranan guru sebagai agen pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sekolah sebagai lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid yang
berada di bawah pengawasan guru, tempat bagi anak untuk menuntut ilmu, guna
mencerdaskan generasi muda sebagai salah satu sumberdaya manusia yang
merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Pembinaan dan
perlindungan dalam rangka menjamin perkembangan fisik, mental, dan sosial
secara utuh, selaras, dan seimbang membutuhkan pendidik yang baik dan cerdas.
Namun dalam membentuk karakter siswa yang baik tidaklah mudah, selain
cerdas, seorang guru juga diharapkan mampu menjadi teladan bagi orang yang
dididiknya.
Beragamnya masalah pendidikan semakin rumit. Kualitas siswa masih rendah,
pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan
Undang-Undang yang terkait dengan pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan
yang buruk itu, masa depan Indonesia kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan
ini akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat
nasional, propinsi, maupun kota, dan kabupaten.

3

Dalam proses belajar mengajar hubungan antara guru dengan siswa sangat
mungkin timbul konflik atau kekerasan antara pendidik dan anak didik. Kekerasan
terhadap anak dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan/penganiayaan baik
secara fisik, emosional, seksual serta pengabaian terhadap anak. Kekerasan secara
fisik dilakukan dengan tindakan seperti memukul, menendang, mengguncang atau
menyulut dengan puntung rokok yang menyala. Kekerasan secara emosional
dapat berupa ancaman, bentakan, hinaan, panggilan yang merendahkan atau katakata tajam yang diucapkan secara terus-menerus. Kekerasan secara seksual dapat
berupa sentuhan yang tidak wajar pada bagian tubuh anak. Sedangkan pengabaian
adalah ketidakpedulian pelaku terhadap anak sehingga kebutuhan dan hak mereka
terbengkalai.
Terkait dengan tindak kekerasan guru terhadap siswa, data Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) menetapkan tahun 2013 sebagai tahun darurat kekerasan
terhadap anak. Hal ini tidaklah berlebihan mengingat berbagai kasus kekerasan
anak terus meningkat tiap tahunnya. Lebih lanjut diungkapkan oleh ketua umum
KPAI, Arist Merdeka Sirait, laporan pengaduan kasus kekerasan terhadap anak,
yang diterima baik secara langsung maupun tidak langsung, pada tahun 2010
tercatat ada 2046 kasus, dimana 42% tergolong kasus kekerasan seksual. Pada
tahun 2011, jumlah laporan meningkat menjadi 2059 kasus dengan persentase
kasus kekerasan terbanyak ditempati oleh kasus kekerasan seksual. Tahun 2012,
dari 2637 laporan kasus kekerasan terhadap anak, 62%-nya termasuk kasus
kekerasan seksual. Sedangkan di tahun 2013, jumlah laporan meningkat menjadi
3023. Angka ini menunjukan 60% terjadi peningkatan dibandingkan tahun lalu.
Angka ini belum termasuk kekerasan seksual. Kasus kekerasan seksual ada 1620

4

dengan rincian kekerasan fisik 490 kasus (30%), psikis 313 kasus (19%) dan
paling banyak kekerasan seksual 817 kasus (51%). Artinya setiap bulannya
hampir 70-80 anak menerima kekerasan seksual. Data tersebut hanya mengacu
pada kasus yang terungkap. Berarti jika dari data itu semua terungkap, mungkin
akan lebih banyak lagi data kekerasan yang dialami oleh anak (sumber:
www.republika.co.id. Diakses pada 22 November 2013 pukul 10.28 WIB).
Pada era 10-20 tahun yang lalu, dengan metode pendidikan klasik/tradisional
murid mempunyai tata krama dan sopan santun serta disiplin yang tinggi. Guru
mempunyai wibawa yang tinggi sebagai pendidik, namun kondisi saat ini
mengalami

perubahan

yang

drastis.

Jika

guru

menerapkan

metode

klasik/tradisional pada saat ini, maka guru akan mendapatkan hukuman atau
sanksi.
Pendidikan mempunyai fungsi sebagai social machine yang bertanggungjawab
untuk merancang masa depannya. Seorang pendidik bertugas membentuk
mempersiapkan para peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat secara luas. Namun
belakangan ini eksistensi pendidik seringkali dihadapkan dengan realitas yang
tidak mendukung pelaksanaan tugas profesinya, akan menerima dampak diadukan
oleh orang tua atau masyarakat akibat perbuatan yang diindikasikan perbuatan
kekerasan terhadap anak didiknya tatkala melaksanakan tugas di sekolah.
Berdasarkan hasil prariset yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 25
November 2013, diketahui bahwa pada tahun 2002 di SD Negeri 2 Waringinsari
Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu pernah terjadi kekerasan yang

5

dilakukan oleh oknum guru. Kekerasan yang dilakukan oleh oknum guru tersebut
berupa kekerasan fisik seperti menendang, mencubit dan memukul siswa dengan
sapu sampai membekas kepada siswa. Kekerasan ini dilakukan kepada lima siswa.
Siswa yang mendapatkan kekerasan ini sampai tidak masuk sekolah beberapa hari
karena membuat lima siswa tersebut trauma terhadap kekerasan yang dialami
mereka. Sehingga oknum guru yang melakukan kekerasan ini dikeluarkan dari
sekolah (Hasil wawancara dengan ibu Suprihatin).
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru di sekolah SD Negeri 2
Waringinsari Timur tersebut, sebelum adanya UU tentang perlindungan anak,
guru memberikan hukuman seperti menjewer telinga siswa, mencubit dan lain
sebagainya, guru tidak mendapatkan hukuman berupa denda ataupun sanksi.
Dengan hukuman seperti ini, siswa semakin takut dengan guru. Tetapi dengan
adanya UU tentang perlindungan anak ini, siswa semakin tidak terkendali
sikapnya. Mereka berani melaporkan gurunya kepihak yang berwajib jika guru
tersebut melakukan kekerasan.
Kini telah berdiri Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan dikeluarkan
UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagai upaya melindungi
anak Indonesia dari perlakuan yang sewenang-wenang. Dengan adanya KPAI dan
UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak secara yuridis melarang
adanya tindakan kekerasan terhadap peserta didik. Guru dituntut untuk memilih
alternatif lain untuk mendidik anak didiknya. Salah satunya adalah dengan
komunikasi yang terjalin baik antara guru dan siswa. Meskipun terasa teoritis,
guru harus belajar meninggalkan cara kekerasan fisik dan psikologis untuk
mencapai suatu tujuan yang dianggap baik atau mulia. Dan Undang-Undang

6

Perlindungan Anak itu benar-benar diperlukan untuk melindungi anak dari
dampak buruk kekerasan, baik yang dilakukan demi alasan “kebaikan” maupun
kekerasan yang dilakukan dengan alasan lainnya.
Walaupun UU tentang perlindungan anak ini berguna untuk melindungi siswa dari
kekerasan yang dilakukan oleh guru di sekolah, tetapi tidak semua guru paham
dengan UU tentang perlindungan anak tersebut. Ada guru yang paham dengan
UU tentang perlindungan anak pasal 2 dan ada juga guru yang tidak paham
dengan UU tentang perlindungan anak pasal 2 tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik mengadakan penelitian untuk
mengetahui pemahaman guru tentang UU perlindungan anak pada siswa di SD
Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Pemahaman Guru Mengenai UU No.23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 2 pada Siswa di SD Negeri 2
Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu ?”

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk Mendeskripsikan Pemahaman
Guru Mengenai UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal 2 pada
Siswa di SD Negeri 2 Waringinsari Timur, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten
Pringsewu”.

7

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya, khususnya guru dalam mendidik siswa.
2. Secara Praktis
a. Untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pendidik,
agar dapat memberikan pendidikan yang berlandaskan kasih sayang
bukan dengan kekerasan semata.
b. Dapat digunakan sebagai salah satu pendukung terhadap penelitianpenelitian berkenaan komunikasi dengan guru yang telah ada
sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Pemahaman Guru Tentang
UU Perlindungan Anak pada Siswa (Studi pada Guru SD Negeri 2 Waringinsari
Timur,

Kecamatan

Adiluwih,

Kabupaten

Pringsewu)”.

Sebagai

bahan

pertimbangan maka penulis mencantumkan beberapa referensi dalam penulisan
skripsi, yaitu :
Pada skripsi Maulida Fitri wisuda (2011) yang berjudul “Pemahaman Masyarakat
Terhadap Komunikasi Simbolik Dalam Simbol Payung Adat pada Masyarakat
Adat Megou Pak Lampung Pepadun Tulangbawang (Studi pada Masyarakat Suku
Lampung Buai Bulan Desa Lingai, Kecamatan Menggala, Kabupaten
Tulangbawang)”. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa masyarakat adat
Megou Pak yang tinggal di Desa Lingai Kabupaten Tulangbawang, memahami
makna simbolik dari ketiga warna simbol payung adat Megou Pak Tulangbawang,
yaitu payung putih (Penyeimbang Marga), payung kuning (Penyeimbang Tiyuh),
dan payung merah (Penyeimbang Suku). Hal ini dapat dilihat dari makna simbolik
dalam payung adat diterapkan pada amsyarakat adat melalui turun-menurun dan
selalu diwariskan pada keturunan terutama laki-laki disetiap keluarga yang
menjadi penerus kestrataan penyeimbangnya, kepedulian dan keikutsertaan dari

9

masyarakat adat itu sendiri yang dapat mempertahankan dan menjaga kebudayaan
yang diwariskan dari nenek moyang.
Peneliti terdahulu ini memiliki konteks atau jenis yang sama dengan penelitian
yang penulis lakukan yaitu pemahaman. Perbedaannya terletak pada teori dan
objek penelitian. Teori yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah teori
interaksi simbolik dan objek penelitian terdahulu adalah pemahaman masyarakat
terhadap komunikasi simbolik dalam simbol payung adat. Sedangkan teori yang
digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah teori kepribadian
implisit dan teori penetrasi sosial dan objek penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah pemahaman guru tentang UU perlindungan anak pasal 2.
Selanjutnya pada skripsi Adhika Pertiwi wisuda (2012) yang berjudul
“Pemahaman Jurnalis Mengenai Konsep Jurnalisme Bencana”. Berdasarkan
penelitian tersebut diketahui bahwa jurnalis sudah memahami konsep jurnalisme
bencana meski tidak menyeluruh. Pemahaman jurnalis diukur dari kemampuan
jurnalis untuk menerjemahkan, menginterpretasi, dan menyimpulkan prinsipprinsip dalam jurnalisme bencana. Jurnalis memahami prinsip-prinsip peliputan
dalam peristiwa bencana. Jurnalis memahami prinsip-prinsip peliputan dalam
peristiwa bencana, yaitu prinsip akurasi, pemberian porsi pemberitaan untuk
menampung suara korban, mengangkat aspek human element, dan pemberitaan
mengenai sisi lain peristiwa bencana. Hanya saja jurnalis masih belum memahami
prinsip peliputan yang menekankan perspektif kemanusiaan dalam pemberitaan
bencana.

10

Peneliti terdahulu ini memiliki konteks atau jenis yang sama dengan penelitian
yang penulis lakukan yaitu pemahaman. Perbedaannya terletak pada teori dan
objek penelitian. Teori yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah teori
konsep diri dan objek penelitian terdahulu adalah para jurnalis bencana dari media
cetak, media televisi, dan media online. Sedangkan teori yang digunakan pada
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah teori kepribadian implisit dan teori
penetrasi sosial dan objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
pemahaman guru tentang UU perlindungan anak pasal 2.
Selain itu, pada skripsi Zakiyah wisuda (2013) yang berjudul “Pemahaman NilaiNilai Syari’ah Terhadap Perilaku Berdagang (Studi pada Pedagang di Pasar
Bambu Kuning Bandar Lampung)”. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui
bahwa pemahaman pedagang terhadap nilai-nilai syari’ah serta perilakunya dalam
berdagang memiliki pemahaman serta perilaku yang beragam. Pandangan yang
beragam terkait perdagangan di mata Islam, serta pemahaman dan perilaku yang
berbeda-beda yang ditunjukkan oleh para pedagang di Pasar Bambu Kuning
Bandar Lampung. Pemahaman nilai-nilai syari’ah terhadap perilaku berdagang di
Pasar Bambu Kuning memiliki pemahaman yang cukup baik, diantaranya yaitu
tentang perdagangan di dalam agama Islam, para informan menyebutkan bahwa
perdagangan di dalam Islam adalah suatu kebolehan, dan bahkan sangat
dianjurkan. Namun menurut mereka di dalam berdagang harus tetap
memperhatikan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama Islam.

11

Peneliti terdahulu ini memiliki konteks atau jenis yang sama dengan penelitian
yang penulis lakukan yaitu pemahaman. Perbedaannya terletak pada teori dan
objek penelitian. Teori yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah teori
persepsi dan objek penelitian terdahulu adalah pemahaman para pedagang
terhadap nilai-nilai syari’ah Islam. Sedangkan teori yang digunakan pada
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah teori kepribadian implisit dan teori
penetrasi sosial dan objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
pemahaman guru tentang UU perlindungan anak pasal 2.

12

13

14

15

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi
2.2.1

Pengertian Komunikasi

Pengertian kata komunikasi itu sendiri berasal dari perkataan bahasa latin :
communicatio yang berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Menurut
Rosadi Ruslan (1997:77), dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsurunsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian,
antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).
Menurut Soewarno (2001:95), komunikasi adalah perpindahan informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui isyarat-isyarat, tanda-tanda atau simbolsimbol dengan bahasa yang dipahami dan dapat dimengerti. Dengan kata lain,
komunikasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan ide atau message sehingga
si penerima komunikasi mengerti maksud berita tersebut, apabila tidak mengerti
maka komunikasi itu tidak berjalan dengan baik.
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat dibutuhkan manusia untuk
berinteraksi. Komunikasi memberikan landasan dasar bagi manusia untuk hidup
secara sosial dan bermasyarakat. Menurut Mulyana (2001:41), kata komunikasi
atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang
berarti “sama”, communico, communicatio, dan communicare yang berarti
“membuat sama” (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.

16

Menurut pendapat Dephari dalam Widjaja (1986:2), komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan, pesan harapan yang disampaikan dengan menggunakan
lambang-lambang tertentu yang mengandung suatu maksud tertentu pula.
Penyampaian pesan yang ditujukan kepada penerima pesan (komunikan)
dimaksud untuk mencapai kebersamaan.
Menurut H.A.W Widjaja (2000:13), komunikasi diartikan sebagai hubungan atau
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau diartikan pula
sebagai saling tukar-menukar pendapat. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai
hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.
Sedangkan menurut Charles H. Colley dalam Sunarjo dan Djonaisih (1983:12),
komunikasi diartikan sebagai suatu mekanisme hubungan antara manusia yang
mengembangkan semua lambang dan pikiran yang sama dengan arti yang
menyertainya, melalui keleluasaan (space) serta menyediakan tepat pada
waktunya.
Sementara

menurut

Mulyana

(2001:13),

komunikasi

merupakan

proses

interaksional yang menunjukkan adanya proses interaksi antar manusia yang
melakukan proses komunikasi. Dalam interaksi tersebut terdapat pertukaran pesan
dengan menggunakan lambang-lambang tertentu dari penyampaian pesan atau
komunikator kepada penerima pesan atau komunikan, dengan tujuan untuk
menciptakan kesamaan makna antar belah pihak.
Menurut Effendy (2003:28), komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan
antara manusia yang dinyatakan dari hasil pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Selanjutnya

17

sekelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi
antar manusia (Human Communicatio), memberikan pengertian komunikasi yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungan dengan :
1.

Membangun hubungan antar sesama

2.

Melalui pertukaran informasi

3.

Untuk mengungkapkan sikap dan tingkah laku orang lain

4.

Berusaha mengubah tingkah laku

Berdasarkan pengertian-pengertian dari beberapa ahli di atas maka diambil
kesimpulan bahwa pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan
dari komunikator ke komunikan dimana dalam prosesnya akan menimbulkan efek
berupa mengubah dan mempengaruhi perilaku orang lain sehingga timbul saling
pengertian diantara orang-orang tersebut. Komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan umat manusia, baik secara individu maupun sebagai anggota
masyarakat. Manusia diperlukan untuk mengatur tata krama pergaulan antar
manusia, sebab berkomunikasi memberikan pengaruh langsung pada struktur
keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat, jelas bahwa komunikasi
merupakan faktor yang mutlak dan harus dilaksanakan oleh setiap orang.

2.2.2

Proses Komunikasi

Pada dasarnya proses komunikasi adalah proses penyampaian pemikiran atau
gagasan seseorang kepada orang lain. Menurut Lasswel dalam Sendjaja
(1999:22), menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban
dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu :

18

1.

Komunikator (siapa yang mengatakan?)

2.

Pesan (mengatakan apa?)

3.

Media (melalui saluran/chanel/media apa?)

4.

Komunikan (kepada siapa?)

5.

Efek (dengan dampak/efek apa?)

Jadi beradasarkan paradigma Laswell tersebut, secara sederhana proses
komunikasi adalah komunikator membentuk pesan dan menyampaikannya
melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek
tertentu.
Menurut Charnley dalam Rosady (1997:650), ada 5 komponen yang berperan
dalam proses komunikasi yang terjadi pada proses penyampaian pesan tersebut,
yaitu :
1.

Sumber (source), yaitu adanya suatu ide atau peristiwa yang akan
disampaikan.

2.

Komunikator

(encoder),

yaitu

orang

atau

lembaga

yang

hendak

menyampaikan pesan dari sumber pesan.
3.

Pesan (message), yaitu pernyataan yang berisi lambang-lambang yang
mengandung arti dan makna.

4.

Komunikan (decoder), yaitu sasaran dari pesan yang disampaikan
komunikator.

5.

Tujuan (destination), yaitu hal yang diinginkan dari pesan yag disampaikan
berupa efek tertentu.

19

2.2.3

Fungsi Komunikasi

Menurut William I. Gorden dalam Mulyana (2005:5-30), mengkategorikan fungsi
komunikasi menjadi empat, yaitu :
1.

Sebagai Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi
diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar
dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat
menghibur, dan memupuk hubungan-hubungan orang lain. Melalui
komunikasi, kita bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga,
kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, negara secara keseluruhan)
untuk mencapai tujuan bersama.

2.

Sebagai Komunikasi Ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan
nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,
prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa
disampaikan secara lebih ekspresif lewat perilaku nonverbal.

3.

Sebagai Komunikasi Ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang
tahun dan sepanjang hidup, yaitu disebut para antropolog sebagai rites of
passage, melalui upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan,
siraman,

pernikahan,

dan

lain-lain.

Dalam

acara-acara

itu,

orang

mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik.

20

4.

Sebagai Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu :
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan
tindakan dan juga menghibur.

2.2.4

Tujuan Komunikasi

Menurut Pace, Peterson, dan Burnet dalam Ally (1995:50), tujuan sentral dari
komunikasi meliputi 3 hal utama, yaitu :
1.

To secure understanding (memastikan pemahaman)

2.

To establish acceptance (membina penerimaan)

3.

To motivate action (membina kegiatan)

Jadi pertama-tama harus diperhatikan bahwa orang dijadikan sasaran komunikasi
itu memahami apa yang disampaikan oleh si pemberi pesan, jika sudah dapat
dipastikan ia menerima dan memahami apa yang disampaikan maka penerimanya
itu perlu dibina sehingga pada gilirannya ia memotivasi untuk melakukan
kegiatan.

2.3 Pemahaman Guru
2.3.1

Pengertian Pemahaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:714), pemahaman adalah
pengertian, pengetahuan banyak, pendapat, aliran, mengerti benar. Dengan
demikian pemahaman adalah pengertian atau mengerti benar tentang sesuatu.

21

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Senja,
2008:607-608). Pemahaman memiliki arti proses, perbuatan dan cara memahami
atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994:74).
Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami
baik-baik supaya paham (Pratiwi, 2010:25).
Bila pengetahuan merupakan indikator dari komponen kognitif, maka pemahaman
memiliki tingkat yang lebih tinggi bila dibandingkan pengetahuan dalam
komponen kognitif ini. Dalam ranah kognitif, aspek pengetahuan merupakan
aspek paling rendah dalam hirarki piramidal ranah kognitif. Dalam jenjang
pengetahuan, seseorang dituntut untuk dapat mengenali dan mengetahui adanya
konsep, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau menggunakannya (Bloom,
1981:28).
Sementara di aspek pemahaman, menurut Bloom (1981:29), seseorang dituntut
memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan

dan

dapat

memanfaatkan

isinya

tanpa

keharusan

menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Contoh kata kerja operasional yang
sering digunakan adalah mengklasifikasikan, mengutif, mengubah, menguraikan,
membahas, memperkiraan, menjelaskan, menggeneralisasikan, memberikan
contoh,

menggambarkan,

menyatakan

merangkum, menelusuri dan mengerti.

kembali

dalam

kata-kata

sendiri,

22

Pemahaman sendiri dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu :
1.

Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan
dalam arti yang sebenarnya, menerjemahkan suatu masalah menggunakan
bahasa sendiri, menerjemahkan suatu prinsip umum dengan memberikan
ilustrasi atau contoh.

2.

Tingkat kedua adalah pemahaman interpretasi atau penafsiran, yaitu
menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui atau
menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dengan yang tidak pokok. Kemampuan untuk menjelaskan makna
yang terdapat di dalam simbol, baik simbol verbal maupun nonverbal.
Kemampuan untuk menjelaskan konsep, atau prinsip atau teori tertentu
termasuk dalam kategori ini. Seseorang dapat menginterpretasikan suatu
konsep atau prinsip jika ia dapat menjelaskan secara rinci makna atau arti
suatu konsep atau prinsip, atau dapat membandingkan, membedakan, atau
mempertentangkannya dengan sesuatu yang lain.

3.

Tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi, berarti seseorang
mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi
berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau
simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan
implikasi dan konsekuensinya (Sudjana, 1992:24). Kemampuan untuk
melihat kecenderungan atau arah atau kelanjutan suatu temuan. Kemampuan
pemahaman jenis ini menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi,
misalnya membuat telahan tentang kemungkinan apa yang akan berlaku
(Bloom, 1981:30).

23

Pemahaman adalah hasil dari kegiatan manusia dan pengamatan yang mengikat
tanda-tanda, sinyal-sinyal, peninggalan dalam aturan fisik dan sosial. Pemahaman
dapat timbul dari sebuah akumulasi pengalaman dan informasi yang bergantung
pada pengumpulan data (Jorge,