Analisi Dampak Penilaian Aset Tetap Pada PT Indospring Tbk.

ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK PENILAIAN ASET TETAP
PADA PT INDOSPRING TBK.

Oleh

FELIX PRANATA PK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penilaian aset tetap pada PT
Indospring Tbk. dalam hal: (1) dampak perubahan metode historical cost menjadi
metode fair value pada nilai aset tetap perusahaan, (2) perubahan perlakuan akuntansi
dari metode historical cost menjadi metode fair value, (3) dampak perubahan metode
historical cost menjadi metode fair value terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan PT Indospring
Tbk. yang terdapat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012.
Hasil dari penelitian membuktikan bahwa: (1) perubahan metode historical cost menjadi
metode fair value meningkatkan nilai aset tetap perusahaan, (2) perubahan metode
historical cost menjadi metode fair value menyebabkan perubahan perlakuan akuntansi
perusahaan, (3) perubahan metode historical cost menjadi metode fair value
mempengaruhi nilai rasio-rasio kinerja keuangan perusahaan.


Kata kunci: aset tetap, metode historical cost, metode fair value, perlakuan akuntansi,
rasio kinerja keuangan.

ABSTRACT
Analysis Affect of the Fixed Assets Evaluation on PT Indospring Tbk.
by
FELIX PRANATA PK

This study aims to understand the affect of the fixed assets evaluation on PT
Indospring Tbk. in the matter of: (1) the affect of change method from historical
cost to fair value in company fixed asset valuation, (2) the change of accounting
treatment from historical cost method to fair value method, (3) the affect of
change method from historical cost to fair value in case of company financial
activity.
The data that used in this study is PT Indospring Tbk.’s financial report data that
can be obtained in Indonesia Stock Exchange website from period 2011-2012.
The results of this study are prove that: (1) the change method from historical
cost to fair value increase the company’s fixed asset valuation, (2) the change
method from historical cost to fair value cause the change of company accounting

treatment, (3) the change method from historical cost to fair value influence the
valuation of company financial ratio activity

Keywords :

fixed assets, historical costs method, fair value method, accounting
treatment, financial ratio activity.

ANALISA DAMPAK PENILAIAN ASET TETAP
PADA PT INDOSPRING TBK.
(Skripsi)

Oleh
FELIX PRANATA PK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 18
Desember 1990. Anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Minat Parwita Parwita Kencana dan Ibu
Maria Fransiska Ika Meliana.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-Kanak di
TK Xaverius 1 Bandar Lampung, Provinsi Lampung dan diselesaikan pada tahun
1996. Kemudian melanjutkan Sekolah Dasar Xaverius 1 Bandar Lampung,
Provinsi Lampung diselesaikan pada tahun 2002. Dilanjutkan masuk Sekolah
Menengah Pertama Xaverius 1 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun
2005, kemudian dilanjutkan Sekolah Menengah Atas Fransiskus Bandar Lampung
dan diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis
aktif sebagai anggota Economics’ English Club (EEC) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung periode kepengurusan 2009-2012 dan sebagai Ketua
Divisi Dua Economics’ English Club (EEC) periode 2011/2012.


Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kehendak
dan Kuasa-Nya telah memberikan kesempatan kepadaku untuk mewujudkan sebuah
karya kecilku ini.
Penulis berharap karya ini dapat berguna dalam usaha pencapaian impian dan citacita. Terima kasih atas segala kesabaran, daya dan upaya yang telah diberikan oleh
semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Keluarga besar yang dengan sabar selalu mendukung dan mendoakan penulis.
Sahabat-sahabatku dan teman-teman yang selalu mendukung.
Seluruh keluarga besar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.

MOTTO

“It's okay to make mistakes. Mistakes are our teachers - they help us
to learn”.
(John Bradshaw)
“If I don’t have to do it, I won’t. If I have to do itm I’ll make it quick”.
(Oreki Houtarou )

”... janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari”
(Matius 6:34)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “ANALISIS DAMPAK PENILAIAN ASET TETAP PADA
PT INDOSPRING TBK.” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E, M.Si, Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan selaku dosen
pembahas serta penguji utama ujian skripsi. Terimakasih telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, waktu dan nasehatnya

dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing
Akademik.Terimakasih atas bimbingannya dalam proses akademik.

5. Bapak Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing utama.
Terima kasih atas segala bantuan, saran, dan nasehat yang telah diberikan
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Liza Alvia, S.E., M.Sc.,Akt., selaku dosen pembimbing kedua. Terima
kasih atas segala waktu, bantuan, saran, kritik yang telah diberikan selama
proses pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.
7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen yang telah membantu penulis dalam menimba
ilmu dan memperluas wawasan selama penulis menyelesaikan pendidikan di
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
8. Pak Sobari, Mbak Sri, Mas Yana, Mas Sulaeman, Mpok Nurul Aini serta
seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Terima kasih atas
bantuan dan pelayanannya.
9. Terima kasih untuk Papa dan Mama atas perjuangan, doa, kasih sayang,
kekuatan dan segala bentuk pengorbanannya untukku.

10. Seluruh keluarga besarku terima kasih atas doa, dukungan serta perhatian yang
selalu diberikan selama ini.
11. Teman-teman yang sudah membantu selama proses penyelesaian skripsi: Geri,
Febri, Deni, Anhar, Sarman, Agus, Nevia, Devi, Jeni, Adriani, Jerry, Kamal,
Adit, Zona, Reza, Muhayin, dan teman-teman lain yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu. Terima kasih sudah bersedia menjadi tempat berbagi
suka dan duka, juga terima kasih atas segala bantuan dan semangat yang telah
kalian berikan.
12. Teman-teman Akuntansi 2009: Tirta, Sandro, Reza, Nuel, Rama, Fahreza,
Guntur, Fikri, Leo, Erwin, Meli, Nana, Ayu, Nur, Atika, Beth Sianne, Uli,
Dedi Prasetyo, Dedi Novriansyah, Sarah, Wulan, Fachreza dan yang tidak

dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan dan
kerjasamanya selama ini, kalian adalah teman-teman seperjuangan yang begitu
hebat.
13. Rekan-rekan dari EEC FEB Unila. Terimakasih atas doa, nasehat, dan
dukungannya selama ini.
14. Semua pihak yang sudah terlibat atau melibatkan dirinya dalam membantu
proses pengerjaan skripsi ini, dan orang-orang yang terlewat disebutkan tetapi
memiliki arti yang begitu penting, penulis mengucapkan terima kasih.


Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak.

Bandar Lampung, Januari 2015
Penulis

Felix Pranata PK.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRACT
ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
MOTO

SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
I.

II.

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah ................................................................
1.2 PerumusanMasalah ......................................................................
1.3 TujuandanManfaatPenelitian.......................................................
1.3.1 TujuanPenelitian ..............................................................
1.3.2 ManfaatPenelitian ............................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nilai Wajar ..................................................................................
2.1.1 Pengertian Nilai Wajar ....................................................
2.1.2 Metode Pengukuran Nilai Wajar .....................................
2.2 Biaya Historis ..............................................................................
2.2.1 Pengertian Biaya Historis ................................................
2.3 Aset Tetap ....................................................................................

2.3.1 Pengertian Aset Tetap ......................................................
2.3.2 Penggolongan Aset Tetap ................................................
2.3.3 Penyusutan Aset Tetap ....................................................
2.4 Revaluasi Aset Tetap ...................................................................
2.5 Perlakuan Akuntansi ....................................................................
2.6 Analisis Rasio Keuangan .............................................................

1
4
4
4

4

5
5
7
8
8
8

8
9
11
17
17
23

III.

IV.

V.

METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................
3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
3.4 Metode Analisis Data ..................................................................
3.5 Populasi dan Sampel ...................................................................

30
31
31
32
32

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Tentang Perusahaan .....................................................................
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan .................................................
4.1.2 Ruang Lingkup Perusahaan .................................................
4.1.3 Anak Perusahaan ..................................................................
4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan.....................................................
4.1.5 Kebijakan Aset Tetap Perusahaan .......................................
4.2 Hasil Penelitian............................................................................
4.2.1 Pengaruh Terhadap Penilaian Aset Tetap ........................
4.2.2 Pengaruh Terhadap Perlakuan Akuntansi........................
4.2.3 Pengaruh Terhadap Analisis Rasio Keuangan.................

34
34
35
35
36
37
38
39
40
45

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..................................................................................
5.2 Keterbatasan Penelitian ...............................................................
5.3 Saran .........................................................................................

54
55
56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1

Perbedaan PSAK 16/2011 dan PSAK 16/2007 ..............................

17

4.1

Anak Perusahaan PT Indospring Tbk ..............................................

36

4.2

Perbedaan Nilai Aset Tetap PT Indospring Tbk .............................

38

4.3

Aset Pajak Tangguhan dan Liabilitas Pajak Tangguhan .................

42

4.4

Perbedaan Perlakuan Akuntansi untuk Aset Tetap PT Indospring Tbk 44

4.5

Perbandingan Debt to Equity Ratio .................................................

45

4.6

Perbandingan Debt Ratio ................................................................

47

4.7

Perbandingan Perputaran Aset ........................................................

48

4.8

Perbandingan Perputaran Aset Tetap ..............................................

49

4.9

Perbandingan Margin Laba Kotor ...................................................

50

4.10

Perbandingan Net Profit Margin.......................................................

51

4.11

Perbandingan Return On Investment..................................................

52

4.12

Perbandingan Return On Equity.......................................................... 53

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
GAAP dan IFRS adalah dua standar akuntansi internasional yang banyak dipakai
di negara-negara di dunia dan juga perusahaan yang terdapat di negara-negara
tersebut. GAAP sendiri adalah standar umum akuntansi dan perusahaan go public
yang disusun oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) sejak tahun 1973,
sebagai kelanjutan dari usaha American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA) sejak tahun 1933, dan yang digunakan oleh bisnis untuk mengatur
informasi keuangan mereka menjadi catatan transaksi akuntansi yang ringkas
dalam pelaporan keuangan, serta mengungkapkan informasi pendukung tertentu.
Sedangkan IFRS sendiri adalah standar akuntansi internasional yang disusun oleh
International Accounting Standard Board (IASB) yang dikembangkan sejak tahun
2001 di mana untuk mengatur dan melaporkan informasi keuangan.
Sebagai dua standar yang berlaku secara internasional, GAAP dan IFRS
memmpunyai cara pengukuran dan pengakuan yang berbeda terhadap aset
perusahaan, khususnya terhadap aset tetap yang dimiliki perusahaan. Pada GAAP
pengukuran aset tetap menggunakan sistem biaya historis atau harga perolehan

2

aset tetap, sedangkan pada IFRS perusahaan menilai aset tetapnya menggunakan
sistem fair value atau nilai wajar.
Pada sistem biaya historis atau harga perolehan aset tetap, yang digunakan dan
diakui oleh GAAP, aset tetap harus dinilai sesuai jumlah yang tertera pada saat
aset tersebut diperoleh atau diakuisisi tanpa perlu proses penilaian kembali atau
revaluasi. Sehingga nilai aset tetap perusahaan yang tertera pada neraca atau
laporan posisi keuangan tidak akan berubah dari tahun ke tahun atau dari periode
ke periode, kecuali karena penyusutan atau karena penambahan jumlah aset.
Sementara itu, pada penerapan sistem fair value, yang digunakan dan diakui oleh
IFRS, nilai aset tetap perlu untuk dinilai kembali atau direvaluasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dampak dari revaluasi ini adalah perubahan nilai aset
tetap perusahaan pada neraca atau laporan posisi keuangan dari tahun ke tahun
atau dari satu periode ke periode lainnya.
Dengan tidak adanya penyesuaian nilai atau harga atau jumlah dalam pencatatan
aset tetap pada sistem biaya historis (historical cost), maka tingkat relevansi nilai
aset tetap yang tercatat pada neraca atau pada laporan posisi keuangan sangat
rendah. Tingkat relevansi pada sistem historical cost dikatakan rendah karena nilai
aset tetap yang tercatat pada neraca atau laporan posisi keuangan tidak
mencerminkan harga pasar terkini dari aset tersebut. Namun di sisi lain, tingkat
reliabilitas dari sistem historical cost sangat tinggi karena sangat mencerminkan
nilai atau harga yang dikeluarkan perusahaan ketika membeli atau mengakuisisi
aset tersebut.

3

Pada sistem fair value yang terjadi adalah berbanding terbalik dengan sistem
historical cost, di mana tingkat relevansi sistem fair value lebih tinggi bila
dibandingkan dengan tingkat reliabilitasnya. Tingkat relevansi sistem fair value
dikatakan tinggi karena nilai tercatat aset tetap hasil revaluasi dari sistem ini dapat
mewakili harga pasar terkini dari aset tersebut. Sedangkan tingkat reliabilitasnya
dikatakan rendah karena apabila aset tersebut telah mengalami revaluasi, maka
nilai aset tersebut tidak lagi sesuai atau mencerminkan harga yang harus
dibayarkan perusahaan ketika membeli atau mengakuisisi aset tersebut.
Indonesia sendiri, sebagai salah satu negara yang mengadopsi IFRS ke dalam
sistem akuntansinya (PSAK) sejak 1 Januari 2012 turut menerima dampak
perubahan penilaian dan pencatatan aset dari sistem historical cost menjadi sistem
fair value. Perubahan ini tentunya akan mempengaruhi dampak perubahan
terhadap regulasi pengakuan, pencatatan, pelaporan, dan pengungkapan aset di
dalam laporan keuangan.
Penelitian ini penting dilakukan karena peneliti melihat terjadi perbedaan dalam
penilaian aset tetap dalam sistem fair value dan sistem historical cost yang dapat
dilihat dari proses pengakuan, pencatatan, pelaporan, dan pengungkapan aset tetap
di dalam laporan keuangan.
Berdasarkan hal tersebut maka peniliti menetapkan judul penelitian skripsi ini
sebagai berikut: “Analisis Dampak Penilaian Aset Tetap Pada PT Indospring
Tbk.”.

4

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.Bagaimana dampak penilaian aset tetap pada PT Indospring Tbk.?
2.Bagaimanakah perlakuan akuntansi pada aset tetap PT Indospring Tbk.?
3.Bagaimana dampak penilaian aset tetap terhadap kinerja keuangan perusahaan?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1.Untuk menganalisis dampak penilaian aset tetap perusahaan.
2.Untuk menganalisis perlakuan akuntansi terkait penilaian aset tetap perusahaan.
3.Untuk menganalisis dampak penilaian aset tetap terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan saran dan masukan bagi penelitian sejenis.
2. Membantu dalam memahami dalam penilaian aset tetap dalam metode fair
value dan historical cost.
3. Menambah pengetahuan pihak perusahaan mengenai penerapan pengukuran
aset tetap.

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Nilai wajar (Fair Value)

2.1.1. Pengertian Nilai Wajar
Berdasarkan FASB Concept Statement No. 7 dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa fair value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan asaet atau
pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara
partisipan di pasar dan tanggal pengukuran (Perdana, 2010). FASB, dalam
statement yang terbaru 157, pengukuran fair value sebagai exit value, dengan
tanda setuju dari IASB dengan beberapa reservasi minor: “fair value adalah harga
yang akan diterima dengan menjual satu aset atau yang akan dibayar umtuk
memindahkan suatu kewajiban dalam transaksi antara peserta-peserta pasar di
tanggal pengukuran” (Penman, 2007;33).

Menurut Suwardjono (2008;475) fair value adalah jumlah rupiah yang disepakati
untuk suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak
bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Dengan demikian, fair value bukanlah
nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang
dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan, likuidasi yang dipaksakan,

6

atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai wajar adalah nilai yang wajar
mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.

Yang dimaksud nilai wajar (fair value) adalah (1) jumlah aset yang dapat
dipertukarkan, atau kewajiban diselesaikan, antara pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk transaksi lengan panjang; (2) estimasi nilai seluruh aset dan
kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi yang digunakan untuk
mengkonsolidasikan laporan keuangan kedua perusahaan; (3) dalam pasar
berjangka, nilai wajar adalah harga ekuilibrium untuk kontrak berjangka. Ini
adalah harga spot setelah memperhitungkan bunga majemuk (dan dividen hilang
karena investor memiliki kontrak berjangka daripada saham fisik) selama periode
waktu tertentu (termwiki, 2011).

Menurut PSAK No 16 tahun 2011, nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk
mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

Berdasarkan ED PSAK No. 68 tahun 2013, Nilai wajar adalah pengukuran
berbasis pasar, bukan pengukuran spesifik atas suatu entitas. Untuk beberapa aset
dan liabilitas, transaksi pasar atau informasi pasar yang dapat diobservasi dapat
tersedia. Untuk aset dan liabilitas lain, hal tersebut mungkin tidak tersedia. Akan
tetapi, tujuan pengukuran nilai wajar dalam kedua kasus tersebut adalah sama –
untuk mengestimasi harga dimana suatu transaksi teratur (orderly transaction)
untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas akan terjadi antara pelaku pasar

7

(market participants) pada tanggal pengukuran dalam kondisi pasar saat ini (yaitu
harga keluaran (exit price) pada tanggal pengukuran dari perspektif pelaku pasar
yang memiliki aset atau liabilitas).
2.1.2. Metode Pengukuran Nilai Wajar (Fair Value)
Berdasarkan ED PSAK No. 68 tahun 2013 tentang Pengukuran Nilai Wajar,
teknik penilaian nilai wajar yaitu:
1. Pendekatan Pasar (market approach)
Pendekatan pasar (market approach) menggunakan harga dan informasi relevan
lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang melibatkan aset, liabilitas, atau
kelompok aset dan liabilitas yang identik atau sebanding (yaitu serupa), seperti
bisnis
2. Pendekatan Biaya (cost approach)
Pendekatan biaya (cost approach) mencerminkan jumlah yang dibutuhkan saat ini
untuk menggantikan kapasitas manfaat (service capacity) aset (sering disebut
sebagai biaya pengganti saat ini).
3. Pendekatan Penghasilan (income approach)
Pendekatan penghasilan (income approach) mengkonversi jumlah masa depan
(contohnya arus kas atau penghasilan dan beban) ke suatu jumlah tunggal saat ini
(yang didiskontokan). Ketika pendekatan penghasilan digunakan, pengukuran
nilai wajar mencerminkan harapan pasar saat ini mengenai jumlah masa depan
tersebut.

8

2.2.

Biaya Historis (Historical Cost)

2.2.1. Pengertian Biaya Historis
Menurut Suwardjono (2008;475) biaya historis merupakan rupiah kesepakatan
atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Prinsip
historical cost menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat
aktiva/aset, utang/laibilitas, modal/ekuitas, dan biaya. Yang dimaksud dengan
harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak
yang tersangkut dalam transaksi. Harga perolehan ini harus terjadi pada seluruh
transaksi di antara kedua belah pihak yang bebas.Harga pertukaran ini dapat
terjadi pada seluruh transaksi pada pihak ekstern, baik yang menyangkut
aktiva/aset, utang/laibilitas, modal/ekuitas, dan transaksi lainnya.
Menurut Amalia (2012), historical cost principle adalah prinsip yang
menghendaki digunakannya harga perolehann untuk mencatat aktiva, utang,
modal, dan biaya.
2.3.

Aset Tetap

2.3.1. Pengertian Aset Tetap
Menurut Baridwan (2008;271) yang dimaksud aktiva/aset tetap berwujud adalah
aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan
dalam kegiatan perusahaan yang normal.
Menurut PSAK No. 16 tahun 2011, aset tetap adalah aset berwujud yang: (1)
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk

9

direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (2) diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
2.3.2. Penggolongan Aset Tetap
Aset Tetap dikeompokkan karena memiliki sifat yang berbeda dengan aset lainnya.
Kriteria aset tetap terdiri dari berbagai jenis barang maka dilakukan
pengelompokkan lebih lanjut atas aset-aset tersebut. Pengelompokkan itu
tergantung pada kebijaksanaan akuntansi perusahaan masing-masing karena
umumnya semakin banyak aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin
banyak pula kelompoknya.
Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan terdiri dari berbagai jenis dan bentuk,
tergantung pada sifat dan bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan tersebut.
Aset tetap sering merupakan susatu bagian utama dari aset perusahaan, karenanya
signifikan dalam penyajian posisi keuangan. Nilai yang relatif besar serta jenis
dan bentuk yang beragam dari aset tetap menyebabkan perusahaan harus hati-hati
dalam menggolongkannya.
Dari macam-macam aset tetap, untuk tujuan akuntansi dilakukan penggolongan
sebagai berikut:
1. Aset tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan,
pertanian, dan peternakan.
2. Aset tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya dapat diganti dengan aset yang sejenis, misalnya bagunan,
mesin, alat-alat, mebel, dan lain-lain.

10

3. Aset tetap yang umumnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aset sejenis, misalnya sumbersumber alam seperti hasil tambang dan lain-lain.
Menurut Harahap (2004;22) aset tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut
antara lain:
1. Sudut substansi, aset tetap dapat dibagi:
a) Tangible assets atau aset berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan
peralatan.
b) Intangible assets atau aset tidak berwujud seperti goodwill, patent,
copyright, hak cipta, franchise, dan lain-lain.
2. Sudut disusutkan atau tidak:
a) Depreciated plant assets yaitu aset tetap yang disusutkan seperti gedung,
peralatan, mesin, inventaris, dan lain-lain.
b) Undepreciated plant assets yaitu aset yang tidak dapat disusutkan, seperti
tanah.
3.

Berdasarkan jenis
a) Lahan-lahan adalah bidang jenis tanah terhampar baik yang merupakan
tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila
ada lahan yang dididrikan bangunan di atasnya harus dipisahkan
pencatatan dari lahan itu sendiri.
b) Bangunan gedung-gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini
baik di atas lahan atau air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang
menjadi lokasi gedung.

11

c) Mesin-mesin termasuk peralatan-peralaatan yang menjadi bagian dari
mesin yang bersangkutan.
d) Kendaraan yaitu semua jenis kendaraan seperti alat pengangkut, truk,
grader, traktor, forklift, mobil, kendaraan bermotor, dan lain-lain.
e) Perabot yaitu dalam jenis ini termasuk perabotan kantor, perabot
laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.
f) Inventari yaitu peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang
digunakan dalam perusahaan seperti inventaris laboratorium, inventaris
gudang, dan lain-lain.
g) Prasarana yaitu prasarana merupakan kebiasaan bahwa perusahaan
membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, roil, pagar,
dan lain-lain.
2.3.3. Penyusutan Aset Tetap
Menurut PSAK No. 17, penyusutan (depresiasi) adalah alokasi sejumlah aset yang
dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan dibebankan
ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aset tetap yang dapat
disusutkan adalah aset yang:
1) diharapkan untu digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi,
2) memiliki masa manfaat yang terbatas,
3) dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang atau jasa, untuk disewakan atau untuk tujuan administrasi.

12

Menurut Baridwan (2008;306), sebab-sebab penyusutan yaitu:
1. Faktor-faktor fisik
Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aset tetap adalah aus karena dipakai
(wear and tear), aus karena umur (deteriotation and decay) dan kerusakankerusakan.
2. Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor fungsional yang membatasi umur aset tetap antara lain
ketidakmampuan aset untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti
dan karean adanya perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan, atau karena adanya perkembangan teknologi sehingga aset tersebut
tidak ekonomis lagi jika dipakai.
Faktor-faktor yang Menentukan Biaya Penyusutan
Menurut Baridwan (2008;307), ada 3 faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
memnetukan beban penyusutan tiap periode.
1. Harga perolehan (cost)
Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang
terjadi dalam memperoleh suatu aset dan menempatkannya agar dapat digunakan.
2. Nilai sisa (residu)
Nilai sisa suatu aset yang didepresiasi/disusutkan adalah jumlah yang diterima bila
aset itu dijual, ditukarkan atau cara-cara kaub jetuja aset tersebut sudah tidak

13

dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat
menjual/menukarnya.
3. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat)
Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aset dipengaruhi oleh cara-cara
pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan suatu yang dianut dalam reparasi. Taksiran
umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau
satuan jam kerjanmya. Dalam menaksir umur (masa manfaat) aset harus
dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan fungsional.
Metode Perhitungan Penyusutan
Menurut Baridwan (2008;308), untuk menghitung jumlah penyusutan bisa
dilakukan dengan berbagai metode, yaitu:
1. Metode Garis Lurus
Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan.
Dalam cara ini beban penyusutan/depresiasi tiap periode jumlahnya sama
(terkecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian).
Cara perhitungan metode penyusutan garis lurus adalah sebagai berikut.
Harga Perolehan – Nilai Residu
Umur Ekonomis
Perhitungan depresiasi dengan garis luris ini didasarkan pada anggapan-anggapan
sebagai berikut:

14

a) Kegunaan ekonomis dari suatu aset akan menurun secara proporsional
setiap periode.
b) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap.
c) Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu.
d) Penggunaan (kapasitas) aset tiap-tiap periode relatif tetap.
2. Metode Jam Jasa (Service Hours Method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aset (terutama mesin-mesin) akan
lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time) dibandingkan dengan
penggunan tidak sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban depresiasi dihitung
dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutam/depresiasi periodik besarnya
akan sangat bergantung pada jam jasa yang terpakai.
Cara perhitungan metode penyusutan jam jasa adalah sebagai berikut.
Harga Perolehan – Nilai Residu
Taksiran Jam Jasa
3. Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)
Dalam metode ini umur kegunaan aset ditaksir dalam satuan unit hasil produksi.
Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga
depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi.
Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aset itu dimiliki untuk menghasilkan
produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat
dihasilkan.

15

Cara perhitungan metode penyusutan hasil produksi adalah sebagai berikut.
Harga Perolehan – Nilai Residu
Taksiran Jam Jasa
4. Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Method)
a) Metode jumlah angka tahun (sum of year’s digits method)
Di dalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian
pengurang (reducing fractions) yang setiap tahunnya selalu menurun dengan
harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang dihitung sebagai
berikut:
Pembilang = bobot (weight) untuk tahun bersangkutan
Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aset atau jumlah angka
bobot (weight)
Jika aset itu umur ekonomisnya panjang, makan penyebut (jumlah angka
tahun) dapat dihitung dengan rumur sebagai berikutL
Jumlah angka tahun = n(n+1)
2
b) Metode saldo menurun (declining balance method)
Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan
tarif yang tetap dengan nilai buku aset. Karena nilai aset ini setiap tahun selalu
menurun makan beban depresiasu tiap tahunnya juga selalu menurun. Tarif ini
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

16

Keterangan:
T = tarif atau persen penyusutan dari nilai buku
n = perkiraan umur ekonomis aset tetap
S = nilai residu (sisa) aset tetap
A = nilai/harga perolehan aset tetap
c) Metode saldo menurun berganda (doubledeclining balance method)
Dalam metode ini, beban penyusutan tiap tahunnya menurun. Untuk dapat
menghitung beban penyusutan yang selalu menurun, dasar yang digunakan
adalah persentase penyusustan garis lurus. Persentase ini dikalikan dua dan
setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aset tetap. Karena nilai buku selalu
menurun maka beban penyusutanm juga selalu menurun.
d) Metode tarif menurun (declining rate of cost method)
Di samping metode-metode yang telah diuraikan, terkadang dijumpai juga
cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (%) yang selalu
menurun. Tarif (%) ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan.
Penurunan tarif (%) setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang
pasti, tetapi ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan. Karena tarif (%)
setiap periode selalu menurun makan beban depresiasinya juga selalu menurun.

17

2.4.

Revaluasi Aset Tetap

Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan
adanya kenaian nilai aset tetap perusahaan tersebut di pasaran atau karena
rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan
oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan
tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.
Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan
dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga
mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.
2.5. Perlakuan Akuntansi
Berikut adalah perbandingan perlakuan akuntansi terhadap aset tetap antara PSAK
No. 16/2007 dengan PSAK No16/2011.
Tabel 2.1
Perbedaan PSAK 16/2011 dan PSAK 16/2007
Perihal
PSAK 16 (Revisi PSAK 16 (revisi 2007)
2011)
Pengecualian terhadap
: ruang lingkup

Menambahkan
pengecualian ruang
lingkup untuk:
a. aset tetap
diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk
dijual sesuai dengan
PSAK 58 (revisi
2009): Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual dan
Operasi yang
Dihentikan

Hanya mengatur
pengecualian ruang
lingkup untuk untuk
hak penambangan dan
reservasi tambang,
seperti minyak, gas
alam, dan sumber daya
alam sejenis yang tidak
dapat diperbarui

18

b. pengakuan dan
pengukuran aset
eksplorasi dan evaluasi
(Lihat PSAK 64:
Aktivitas Eksplorasi
dan Evaluasi Pada
Pertambangan Sumber
Daya Mineral)
Ruang lingkup

Tidak mengatur lagi
mengenai properti
investasi yang sedang
dibangun atau
dikembangkan.

Ruang lingkup
mencakup properti
yang dibangun atau
dikembangkan untuk
digunakan di masa
depan sebagai properti
investasi.

Hibah Pemerintah

Tidak mengatur syarat
pengakuan aset tetap
yang berasal dari
hibah. Hanya mengatur
nilai tercatat aset tetap
yang dapat dikurangi
dari hibah pemerintah

Pengakuan aset tetap
yang berasal dari hibah
pemerintah
mempunyai syarat
bahwa:a. entitas telah
memenuhi kondisi atau
prasyarat hibah
tersebut;
b. hibah akan diperoleh

Aset Tetap yang
Tersedia untuk Dijual

Pengaturan aset tetap
yang tersedia untuk
dijual dihapus karena
sudah diatur dalam
PSAK 58 (Revisi
2009): Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual dan
Operasi yang
Dihentikan.
Menjelaskan bahwa
pada umumnya tanah
memiliki umur
ekonomis yang tidak
terbatas sehingga tidak
disusutkan, kecuali
entitas meyakini umur
ekonomis tanah
terbatas. Perlakuan
akuntansi tanah yang
diperoleh dengan Hak
Guna Usaha, Hak

Mengatur perlakuan
akuntansi terhadap
suatu aset tetap yang
tersedia untuk dijual.

Depresiasi atas Tanah

Perlakuan akuntansi
untuk tanah yang
diperoleh dengan Hak
Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan
lainnya mengacu pada
PSAK 47: Tanah

19

Guna Bangunan dan
lainnya mengacu pada
ISAK 25: Hak atas
Tanah
Sumber: Prayudi, 2012
1. Pengakuan
Menurut Prayudi (2012) biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika
dan hanya jika:
a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh mangaat ekonomik masa
depan dari aset tersebut; dan
b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap biaya
perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya
awal untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya
selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti, atau memperolehnya.
2. Pengakuan awal
Menurut Prayudi (2012), suatu aset tetap yang memenuhi kualifikai untuk diakui
sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan aset tetap meliputi:
a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potonganpotongan lain;

20

b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset
ke lokasi dan kondisi yang diinginkan manajemen;
c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset
tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama
periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
3. Pengukuran biaya perolehan
Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat
terjadinya. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka
waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui
sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan
PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman.
Biaya perolehan dari suatu aset tetap diukur pada nilai wajar, kecuali:
a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
b) nilai wajar dari aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal.
4. Pengukuran setelah pengakuan awal
a) Model biaya
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

21

b) Model revaluasian
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan
keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan
nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari
jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap
mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu
direcaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan
apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut
mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali. Jika suatu aset tetap
direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi perlu
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
1) disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah
tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan jumlah revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabia aset
direvaluasi dengan cara memberi inideks untuk menentukan biaya
pengganti yang telah disusutkan; atau

22

2) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto
setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.
5. Penghentian pengakuan
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:
a) dilepas; atau
b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi di masa depan yang diharapkan
dari penggunaan atau pelepasannya.
Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dijual,
disewakan berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan. Dalam
menentukan tanggal pelepasan aset, entitas menerapkan kriteria dalam PSAK 23
(revisi 2009): Pendapatan untuk Mengakui Pendapatan dari Penjualan Barang,
PSAK 30 (revisi 2011): Sewa diterapkan untuk Pelepasan melalui Jual dan SewaBalik.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset
tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada,
dan jumlah tercatat dari aset tersebut.
Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya.
Jika pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima
diakui pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal
piutang dan nilai tunainya diakui sebgai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK
23 (revisi 2009): Pendapatan yang Mencerminkan Imbalan Efektif atas Piutang.

23

2.6.

Analisis Rasio Keuangan

1. Rasio Solvabilitas
Menurut Kasmir (151, 2009) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan dibiayai
dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaaan dibubarkan (dilikuidasi).
Oleh karena itu, manajer keuangan dituntut untuk mengelola rasio solvabilitas
dengan baik sehingga mampu menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan
tingkat risiko yang dihadapi. Perlu dicermati pula bahwa besar kecilnya rasio ini
sangat tergantung dari pinjaman yang dimiliki perusahaan, di samping aktiva yang
dimilikinya (ekuitas).
Menurut Kasmir (155, 2009) dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio
solvabilitas yang sering digunakan perusahaan. Adapun jenis-jenis rasio yang ada
dalam rasio solvabilitas antara lain: debt to asset ratio (debt ratio), debt to equity
ratio, long term debt to equity ratio, tangible assets debt coverage, current
liabilities to net worth, times interest earned, dan fixed charge coverage.
Untuk mengukur tingkat solvabilitas yang dimiliki oleh PT Indospring Tbk.
peneliti menggunakan debt ratio dan debt to equity ratio.

24

a. Rasio Utang atas Modal (debt to equity ratio)
Menurut Kasmir (157, 2009), debt to equity ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk meilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan
antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut.
Debt to equity ratio = Total utang (Debt)
Ekuitas (Equity)
b. Rasio Utang atas Aset (Debt to Asset Ratio / Debt Ratio)
Menurut Kasmir (156, 2009) Debt Ratio merupakan rasio utang yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total
aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang
atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan
aktiva.
Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan denman
utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk
memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak
mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian

25

pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai oleh utang.
Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan
rasio rata-rata industri sejenis.
Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut.
Debt to asset ratio = Total debt
Total asssets

2. Rasio Aktivitas
Menurut Kasmir (172, 2009) rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva
yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi
yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan
efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. dari hasil
pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien
dan efektif dakan mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.
Rasio aktivitas yang dapat digunakan manajemen untuk mengambil keputusan
terdiri dari beberapa jenis, Penggunaan rasio yang diinginkan sangat tergantung
dari keinginan manajemen perusahaan. Artinya lengkap tidaknya rasio aktivitas
yang digunakan tergantung dari kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai pihak
manajemen. Berikut ini ada beberapa jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari

26

beberapa ahli keuangan, yaitu: perputaran piutang (receivable turn over), hari
rata-rata penagihan (days of receivable), perputaran sediaan (inventory turn over),
hari rata-rata penagihan sediaan (days of inventory), perputaran modal kerja
(working capital turn over), perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over), dan
perputaran aktiva (assets turn over). (Kasmir, 175, 2009).
a. Perputaran aset (total assets turn over)
Menurut Kasmir (185, 2009), total assets turn over merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan
dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
Rumus untuk mencari total assets turn over adalah sebagai berikut.
Total assets turn over = Penjualan (sales)
Total Aktiva (total assets)
b. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turn Over)
Menurut Kasmir (184, 2009), fixed assets turn over merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanankan dalam aktiva
tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur
apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aset tetap sepenuhnya atau
belum. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara
penjualan bersih denga aktiva tetap dalam suatu periode.

27

Rumus untuk mencari fixed assets turn over dapat digunakan sebagai berikut.
fixed assets turn over = Penjualan (Sales)
Total Aktiva Tetap (Total fixed assets)
3. Rasio Profitabilitas
Menurut Kasmir (196, 2009), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas
digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu
periode tertentu atau untuk beberapa periode.
Dalam praktiknya, jenis-jenis rasio profitabilitas yang digunakan adalah: profit
margin (profit margin on sales), return on investment (ROI), return on equity
(ROE), dan laba per lembar saham.
a. Profit Margin (profit margin on sales)
Menurut Kasmir (199, 2009), profit margin on sales atau ratio profit margin
atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan
untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah
dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih.
Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut.

28



Untuk margin laba kotor dengan rumus:
Profit margin = Penjualan bersih – HPP
Sales



Untuk margin laba bersih dengan rumus:
Net Profit Margin = Earning after Interest and Tax (EAIT)
Sales

b. Return on Investment
Menurut Kasmir (202, 2009), return on investment (ROI) atau return on total
assets merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva
yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang
efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.
Di samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari
seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
Rumus untuk mencari return on investment (ROI) dapat digunakan sebagai
berikut.
Return on Investment = Earning After Interest and Tax
Total Assets

29

c. Return on Equity
Menurut Kasmir (204, 2009), hasil pengembalian ekuitas atau return on equity
atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih
sesudah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.
Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk mencari return on equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut.
Return on Equity (ROE) = Earning After Interst and Tax
Equity

30

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam skripsi ini adalah jenis
penelitian studi kasus.
Menurut Umar (2003;32) Riset dengan metode studi kasus menghendaki suatu
kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas suatu objek tertentu yang biasanya
relatif kecil dalam kurun waktu tertentu
Keunggulan metode studi kasus adalah bahwa hasilnya dapat mendukung pada
studi-studi kasus yang lebih besar di kemudian hari, dapat memberikan hipotesishipotesis untuk riset lanjutan. Di samping keunggulan-keunggulan, metode inipun
memiliki kelemahan-kelemahan misalnya bahwa kajiannya menjadi relatif kurang
luas, sulit digeneralisasi dengan keadaan yang berlaku umum, cenderung subjektif,
karena objek riset dapat mempengaruhi prosedur riset yang mesti dilakukan.
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999;26) tujuan dari studi kasus adalah
melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai subjek tertentu. Lingkup
penelitian kemungkinan berkaitan dengan suatu siklus kehidupan atau hanya
mencakup bagian-bagian tertentu atau unsur-unsur dan kejadian secara
keseluruhan.

31

3.2. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:
a. Data kualitatif yaitu data yang bersumber dari perusahaan dalam bentuk
informasi seperti sejarah perusahaan, ruang lingkup perusahaan, anak
perusahaan, dll. yang sifatnya kualitatif yang mendukung dan dibutuhkan
dalam penulisan.
b. Data kuantitatif yaitu hasil pengamatan yang dihitung dan diukur dalam
skala numerik (bilangan). Data kuan