Akuntansi Aset Tetap pada PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan

(1)

TUGAS AKHIR

AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN

Oleh:

NELLY OSTARIA HUTABARAT 112102037

PROGRAM STUDI DIII AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan karuniaNya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan judul “AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN” dengan tepat waktu. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Di dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA., sebagai Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE., M.Acc.,Ak., CA., sebagai Pembantu

Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., CA., sebagai Ketua Program Studi D III

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak., sebagai Sekretaris Program Studi D

III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Drs. Hj. Nurzaimah, MM, Ak., sebagai Dosen Pembimbing penulis yang

telah meluangkan waktu dan banyak memberikan masukan kepada penulis.


(5)

dan Bina Lingkungan (PLTA) dan para Staff karena telah memberikan izin riset kepada penulis.

7. Bapak Herbert Lumbangaol sebagai Manajer Seksi Anggaran dan Keuangan

(PLTA), terkhusus buat Bapak Supriadi Jumeno,Bapak Tayib Karsan dan Kak Novelina Simangunsong yang telah membantu dalam proses pengumpulan data yang berhubungan dengan tugas akhir penulis.

8. Teristimewa kepada orangtua tercinta, Ayah A. Hutabarat dan Ibu alhm. R.

Siagian yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.

9. ‘Big Brother’. Buat kakak penulis Apridayana Hutabarat dan Novita

Hutabarat, Abang Marsosen Hutabarat, dan kedua adik penulis Putri Hutabarat dan Sopyan Hutabarat untuk semua doa dan dukungannya.

10. Sahabat-sahabat penulis yang tidak bisa penulis sebut satu persatu untuk

semua perhatian dan kebersamaan selama menjalani perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk tugas akhir ini serta semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2014

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Rencana Penulisan ... 4

1. Jadwal Penelitian ... 4

2. Rencana Isi ... 5

BAB II : PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN A. Sejarah Ringkas ... 7

B. Struktur Organisasi ... 10

C. Job description ... 13

D. Jaringan Usaha/Kegiatan ... 29

E. Kinerja Terkini ... 33

F. Rencana Usaha/Kegiatan ... 33

BAB III : AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN


(7)

A. Pengertian Aset Tetap ... 35

B. Penggolongan Aset Tetap ... 36

C. Perolehan Aset Tetap ... 39

D. Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap ... 50

E. Penyusutan Aset Tetap ... 55

F. PenghentianPemakaianAsetTetap ... 61

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jadual Penelitian dan Penyusunan tugas akhir ………. 5

3.1 Ruang Lingkup Aset PT. INALUM (Persero)

Power Plant Paritohan ……….. 38

3.2 Perhitungan Beban Penyusutan Metode saldo

Menurun……… 57

3.3 Metode Penyusutan, Batas Penyusutan yang

Diperbolehkan dan Sisa Nilai Buku/Nilai Tercatat (Carrying Value) Minimum PT. INALUM (Persero)

Power Plant Paritohan ……….. 59

3.4 Umur Pemakaian dan Tarif Penyusutan


(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Struktur Oganisasi PT. INALUM (Persero)


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Aset Tetap PT. INALUM (Persero)

Power Plant Paritohan ……… 68

2. Prosedur Perolehan dan Pembuangan Aset Tetap

PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan …….. 79

3. Surat Izin Riset dari PT. INALUM (Persero)


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah suatu organisasi yang mentransformasikan sumber daya

(input) menjadi produk (output). Input dalam proses produksi juga disebut faktor produksi. Tanah, tenaga kerja, dan modal adalah tiga faktor produksi utama. Faktor modal yang cukup berpengaruh dalam menunjang kelancaran proses produksi perusahaan salah satunya adalah aset tetap.

Aset tetap merupakan aset berwujud yang digunakan dalam operasional perusahaan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan mempunyai nilai yang cukup material.

Perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun manufaktur menggunakan berbagai macam aset tetap, seperti tanah, bangunan, kendaraan, mesin-mesin dan peralatan. Dalam perusahaan, aset tetap bisa menempati bagian yang sangat signifikan pada total aset perusahaan secara keseluruhan.

Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yakni membeli secara tunai (purchase for cash), membeli secara kredit atau angsuran (purchase on deffered payment), pertukaran (acquisition by exchange), membuat sendiri (acquisition by self construction), dan diterima sebagai hadiah/penemuan (acquisition by gift or discovery). Cara perolehan aset tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehannya.

Aset tetap (selain tanah secara fisik) memiliki masa manfaat yang terbatas yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan atau kontribusi aset tetap


(12)

tersebut terhadap operasional perusahaan. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan kemampuan aset tetap untuk menyediakan manfaat bisa diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik (physical depreciation) terjadi dari kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca. Penyusutan fungsional (functional depreciation) terjadi jika aset tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan. Dengan demikian harga perolehan atau biaya aset tetap harus ditransfer ke akun beban dengan cara yang sistematis sepanjang umur manfaatnya. Transfer periodik ini, dari biaya ke beban dinamakan dengan penyusutan atau depresiasi (depreciation).

Tiga faktor harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah beban penyusutan yang diakui setiap periode. Ketiga faktor tersebut adalah biaya awal aset tetap, umur manfaat yang diperkirakan, dan estimasi nilai pada akhir umur manfaat atau nilai residu (residual value).

Aset tetap mempunyai batas waktu tertentu untuk tetap beroperasi secara layak pakai. Oleh karena itu, aset tetap memerlukan perbaikan dan pemeliharaan yang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam hal ini perlu penetapan apakah pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap tersebut dapat dikategorikan sebagai pengeluaran/belanja modal (capital expenditures) atau sebagai pengeluaran/belanja pendapatan (revenue expenditures). Hal ini perlu ditetapkan untuk menghindari biaya-biaya yang terlalu besar ataupun sebaliknya dalam suatu periode akuntansi sehingga


(13)

penyajiannya dalam laporan keuangan menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Mengingat pentingnya peranan aset tetap dalam mencapai tujuan perusahaan dan nilainya yang cukup material maka kebijakan akuntansi yang dijalankan oleh perusahaan harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pelaksanaan akuntansi aset tetap berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dalam praktiknya di perusahaan.

Untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian ini, maka penulis memilih satu perusahaan sebagai objek penelitian, yaitu PT. INALUM (Persero) – Power Plant, Paritohan. Adapun alasan penulis dalam memilih objek penelitian ini adalah mengingat nilai aset perusahaan ini cukup besar dan bervariasi. Hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk tugas akhir dengan judul “Akuntansi Aset Tetap pada PT. INALUM (Persero) – Power Plant, Paritohan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini, yaitu apakah kebijakan akuntansi aset tetap dalam hal perolehan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap, dan penghentian pemakaian aset tetap yang diterapkan oleh PT. INALUM


(14)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kebijakan akuntansi aset tetap dalam hal perolehan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap, dan penghentian pemakaian aset tetap yang diterapkan oleh PT. INALUM (Persero) – Power Plant Paritohan, telah sesuai dengan PSAK No.16.

2. Manfaat penelitian

1. Memberikan sumbangan informasi berupa saran dan masukan bagi

perusahaan dalam penerapan akuntansi aset tetap sesuai dengan PSAK No.16;

2. Hasil penelitian menjadi bahan masukan bagi penulis dalam

pemahaman mengenai penerapan aset tetap sesuai dengan PSAK No.16;

3. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak

yang ingin melakukan penelitian sehubungan dengan judul ini.

D. Rencana Penulisan 1. Jadual Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. INALUM (Persero) Power – Plant, Paritohan. Untuk lebih jelasnya jadual kegiatan ini dapat dilihat pada tabel 1.1.


(15)

Tabel 1.1

Jadual Penelitian dan Penulisan Laporan Tugas Akhir

NO. KEGIATAN

JUNI

I II III IV

1. Pengesahan Penulisan Tugas Akhir

2. Pengajuan Judul

3. Permohonan Izin Riset

4. Penunjukkan Dosen Pembimbing

5. Pengumpulan Data

6. Penyusunan Tugas Akhir

7. Bimbingan Tugas Akhir

8. Penyelesaian Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Laporan penelitian terdiri dari empat bab, dimana setiap bab saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembuatan tugas akhir yang telah ditetapkan bahwa susunan tugas akhir harus praktis dan sistematis. Oleh karena itu, laporan penelitian tugas akhir ini disusun sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN


(16)

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan yang terdiri dari jadual penulisan dan rencana isi.

BAB II : PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sejarah ringkas PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan, struktur organisasi, job description, jaringan usaha/kegiatan, kinerja terkini, dan rencana usaha/kegiatan.

BAB III : AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. INALUM

(Persero) POWER PLANT PARITOHAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian

aset tetap, penggolongan aset tetap, perolehan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan aset tetap, penyusutan aset tetap, dan penghentian pemakaian aset tetap.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan hasil pembahasan yang terdapat dalam tugas akhir ini.


(17)

BAB II

PROFIL PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN

A. Sejarah Ringkas

Setelah upaya memanfaatkan potensi sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut.

Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972 pemerintah menerima dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang studi kelaikan Proyek PLTA dan Aluminium Asahan. Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan.

Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari pemerintah Jepang untuk proyek ini, pemerintah Republik Indonesia dan 12 Perusahaan Penanaman Modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebuttan Proyek Asahan. Kedua belas Perusahaan Penanaman Modal Jepang tersebut adalah Sumitomo Chemical Company Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha Ltd., Nippon Light Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co., Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni Corporation, MitsubishiChemical Industries Ltd., Mitsubishi Corporation, Mitsui


(18)

Aluminium Co., Ltd., Mitsui & Co., Ltd.

Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di Jakarta kedua belas Perusahaan Penanaman Modal tersebut bersama Pemerintah Jepang membentuk sebuah nama Nippon Asahan Aluminium Co, Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 November 1975.

Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan didirikan di Jakarta.Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.

Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian induk, Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5/1976 yang melandasi terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil Pemerintahan yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan. Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.Inalum membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang


(19)

terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara.Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air Sungai Asahan yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka.

Oleh karena itu, total listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal 9 Juni 1978. Pemabangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah Siguragura dimulai pada tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto dalam acara Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan dengan tata cara adat Jepang dan tradisi lokal. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu 5 tahun dan diresmikan oleh wakil presiden Umar Wirahadikusuma pada tanggal 7 Juni 1983.

Total kapasitas tetap 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan di Kuala Tanjung.

Secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN

terjadi pada 1 November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium. PT Inalum (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada tanggal 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.


(20)

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu sistematika penyusunan kedudukan dalam perusahaan.Struktur organisasi terdiri dari pembagian tugas serta tanggung jawab dari masing-masing bagian karyawan yang disesuaikan dengan keahliannya.

Struktur organisasi bertujuan untuk mendapatkan suatu sistem kerja sama antar karyawan dengan baik dan berguna bagi perusahaan. Agar mempermudah pengawasan, atasan memberikan pekerjaan yang layak kepada seluruh karyawan sesuai dengan keahlian karyawan.

Adapun struktur organisasi yang terdapat pada PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan adalah terdiri dari :

1. Direktorat

1.1 Direktur Utama

1.2 Direktorat Operasi

1.3 Direktorat Pengembangan dan Bisnis

1.4 Direktorat Keuangan

1.5 Direktorat Umum dan Sumber Daya Manusia

2. Departemen dan Seksi

2.1 Departemen di bawah Direktur Utama

2.1.1 Departemen Sekretaris Perusahaan

Seksi Hubungan Masyarakat (PLTA)/Power Public Relation (PPR)


(21)

Seksi Pengadaan (PLTA)/Power Procurement Section (PPM)

2.2 Direktorat Operasi

2.2.1 Departemen Enjineering

Seksi Pengembangan Teknik & Enjineering (PLTA)/Power Technical Development & Engineering Section (PTE)

2.2.2 Departemen Operasi PLTA & Distribusi Seksi Operasi/Power Operation Section (POP)

2.2.3 Departemen Pemeliharaan PLTA

a. Seksi Pemeliharaan/Power Maintenance Section (PMN)

b. Seksi Pekerjaan Sipil & Jaringan Transmisi/Power Civil Work & Transmission Line Section (PCT)

3. Direktorat Pengembangan & Bisnis (terdapat di Kuala Tanjung)

4. Direktorat Keuangan

4.1 Departemen Budgeting & Controlling

Seksi Anggaran & Keuangan (PLTA)/Power Budgeting and Planning Section (PBF)

5. Direktorat Umum & Sumber Daya Manusia

5.1 Departemen Administrasi (PLTA)

a. Seksi Keamanan Industri/Power Security Section (PSC)

b. Seksi Administrasi/Power Administration Section (PAS)

5.2 Departemen Umum & CSR

Seksi Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PLTA)/Power Community Development Section (PCD)


(22)

Gambar 2.1

Struktur Organisasi PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan Direktur Utama Departemen Sekretaris Perusahaan Departemen Pengadaan Direktorat Operasi Direktorat Pengembangan & Bisnis Direktorat Keuangan

Departemen Budgeting & Controlling

Direktorat Umum & SDM

Departemen

Administrasi (PLTA) Departemen

Umum & CSR GMS

Board Of Commissioner 

Board Of Directors President Director Departemen Pemeliharaan PLTA Departemen Operasi PLTA & Distribusi Departemen


(23)

C. Job Description

Berdasarkan struktur organisasi di atas, maka job description dari setiap seksi yang ada pada PT. Inalum(Persero) Power Plant Paritohan adalah :

1. Departemen di bawah Direktur Utama

1.1 Departemen Sekretaris Perusahaan

Seksi Hubungan Masyarakat (PLTA)/Power Public Relation (PPR) Seksi PPR (Power Public Relation), merupakan window dari dan ke Inalum, berbagai tamu dan informasi dari luar perusahaan pertama sekali diterima oleh seksi ini.

1.2 Departemen Pengadaan

Seksi Pengadaan (PLTA)/Power Procurement Section (PPM) Pada Seksi PPM terdapat 2 bagianyaitu :

1.2.1 Bagian Administrasi, D/E dan Pengadaan

Bagian administrasi terbagi atas 2sub bagian yaitu:

a. Administrasi

- Mengurusi surat masuk dan surat keluar, facs

- Registrasi RFE, RFP, RFUD, dan kontrak

- Mempersiapkan permintaan pembayaran

- Mempersiapkan rencana pembelian

- Membuat laporan

- Mengatur pemakaian bahan bakar

- Mengatur spare-parts


(24)

b. D/E & Pengadaan

- Eksekusi pembelian

- Analisa bisnis

- M/L prosedur (L/C, Customs)

- Bagian ISO (14001, SMK3)

- Mengurusi (izin masuk-kontrak) tenaga ahli luar

- Survei pasar pembelian

- Inspeksi pekerjaan di lapangan

- Menjual barang-barang bekas

1.2.2 Bagian Pengadaan/Pelayanan Kerja

- Eksekusi pembelian,

- Analisa bisnis,

- Mengawasi proses,

- Bagian ISO (9001, PA),

- Survei pasar pembelian,

- Inspeksi pekerjaan di lapangan.

2. Direktorat Operasi

2.1 Departemen Enjineering

Seksi Pengembangan Teknik & Enjineering (PLTA)/Power Technical Development & Engineering Section (PTE)

Pada seksi PTE terdapat 2 bagian yaitu :


(25)

Bagian Statistik Operasi dan Teknikal R/D terbagi atas 2 sub bagian yaitu :

a. Statistik Operasi dan Perawatan - Simulasi water level

- Produksi/ rencana operasi

- Menyusun rencana perawatan

- Menginvestigasi dan menganalisis masalah

- Laporan operasi dan rencana

- Urusan ke PLN

- Mengkoordinir masalah Outage

- Kompilasi, evaluasi, melaporkan data statistical

- Pelatihan dan pendidikan

- Mengatur/merawat dokumen dan gambar teknikal

- Mengkoordinasi masalah yang berhubungan dengan

lingkungan.

b. Teknikal R/D

- Penelitian, pengembangan teknikal dan investasi

untuk perbaikan Power Generation termasuk TL, DL, dam waterway fac dan kinerjanya,

- Memimpin pembuatan realisasi & evaluasi program,

termasuk spesifikasi rehabilitasi dan perbaikan Power Generator termasuk TL, DL, fasilitas dam waterway,


(26)

2.1.2 Bagian Pembelian dan Persediaan

Bagian Pembelian dan Persediaan terbagi atas 2 sub bagian yaitu:

a. Mekanikal, elektrikal dan elektronikal

- Rencana perawatan

- Pembelian spare-parts, alat-alat dan pemakaiannya

- Yang berhubungan dengan Master List

- Merencanakan anggaran dan pembelian

- Memproses dan mengawasi RFA, RFP, RFE,RFAB,

TE

- Mempersiapkan AMP, Midterm, anggaran & LTP

- Inspeksi/pengiriman barang-barang material

- Memproses penerimaan persediaan

- Pengklaiman pengiriman barang yang tidak sampai.

b. Persediaan dan Penyimpanan

- Manajemen penyimpanan spare-parts

- Melakukan pengawasan aset tetap dan pemakaiannya

- Melakukan pengawasan persediaan IPW

- Mempersiapkan laporan penyimpanan

- Mengecek stok spare-part/persediaan

- Penerimaan material/menginput ke kartu stok

- Memproses pembuangan material


(27)

- Manajemen limbah (B3). 2.2 Departemen Operasi PLTA & Distribusi

Seksi Operasi/Power Operation Section (POP) Pada seksi POP 2 bagian yaitu :

2.2.1 Bagian Dam Operation, Administtrasion Engineering

Bagian Dam Operation, Administtrasion Engineeringterdapat 2 sub bagianyaitu :

a. Administrasi dan Engineering

Kompilasi, evaluasi & melaporkan pencapaian operasi, kesalahan analisis & pengawasan dokumen, bagian ISO dan SMK3.

b. Dam Operation

- Operasi Dam,

- Perawatan minor Dam.

2.2.2 Bagian Hydro Power Operation

Bagian Hydro Power Operation terdapat 2 sub bagian yaitu : a. Daily SGP & TNP

- Pengelolaan, pengawasan dan inspeksi patrol pada

fasilitas P/S,

- Restorasi pekerjaan selama keadaan darurat di Power

Generating dan fasilitas yang berkaitan.

b. MCR Shift Group


(28)

Power System,

- Determinasi dan permintaan pengoperasian pintu

Dam,

- Pengelolaan, pengawasan dan inspeksi patrol pada

fasilitas P/S,

- Restorasi pekerjaan selama keadaan darurat di Power

Generating dan fasilitas yang berkaitan.

2.3 Departemen Pemeliharaan PLTA

2.3.1 Seksi Pemeliharaan/Power Maintenance Section (PMN)

Pada seksi PMN terdapat 3 bagianyaitu :

a. Bagian General Administration

- Merencanakan perawatan, pengembangan, analisis

masalah, tambahan pekerjaan dan pengawasan,

- Penyelesaian dokumen, pelaporan dan yang

berhubungan dengan ISO, - Tugas-tugas sekretaris,

- Masalah-masalah umum.

b. Bagian Mechanical

Bagian Mechanical terbagi atas 3sub bagianyaitu : (i) Workshop & Cranes

- Mengoperasikan dan merawat cranes serta

peralatan-peralatannya,


(29)

dibutuhkan,

- Melaporkan, merencanakan dan membuat

anggaran yang berhubungan dengan peralatan-peralatan,

- Mempelajari teknologi mekanikal terbaru. (ii)Main Equipment

- Merawat, memperbaiki, memodifikasi dan

mengembangkan W/T SGP dan TNP,

- Merawat dan memperbaiki Penstock, Inlet Valve

by pass valve dan draft tube,

- Merawat dan memperbaiki butterfly valve untuk

TNP,

- Melaporkan, merencanakan dan membuat

anggaran yang berhubungan dengan main equipment,

- Mempelajari teknologi mekanikal terbaru

(iii) Auxiliary Equipment

- Merawat,memperbaiki, memodifikasi dan

mengembangkan auxiliary equipment mekanikal

untuk SGP, TNP dan Dam,

- Merawat emergency diesel generator SGP A/G

dan auxiliary equipment lainnya,


(30)

- Melaporkan, merencanakan dan membuat anggaran yang berhubungan dengan auxiliary equipment,

- Mempelajari teknologi mekanikal terbaru.

c. Bagian Electrical dan Electronical

Pada bagian Electrical dan Electronical terbagi atas 2 bagian yaitu:

(i) Bagian Electrical

Bagian Electrical terbagi atas 2 sub bagianyaitu : a. Protection Sistem

- Merawat protection relay di SGP, TNP dan

KTS,

- Merawat protection generator di SGP dan

TNP,

- Merawat protection station service SGP dan

TNP,

- Merawat elevator,

- Merawat, merencanakan dan membuat

anggaran yang berhubungan dengan protection sistem,

- Perencanaan perawatan,

- Mempelajari teknologi elektrikal terbaru.


(31)

- Merawat dan memperbaiki generator di SGP dan TNP,

- Merawat dan memperbaiki main transformer

di SGP dan TNP,

- Merawat AVR di SGP dan TNP,

- Merawat Governor di SGP dan TNP,

- Merawat OHT Cranes,

- Merawat, merencanakan dan membuat

anggaran yang berhubungan dengan main equipment,

- Mempelajari teknologi elektrikal terbaru.

c. Auxiliary Equipment

- Merawat dan memperbaiki bagian elektrikal

Dam dengan semua fasilitas yang ada (RGD, SGD, TND),

- Merawat peralatan S/Y (GCB dan DS) di SGP

dan TNP,

- Merawat semua transformer (SGP, TNP

Dams, P/S),

- Merawat UPS, Batt Charger, Baterai di SGP

dan TNP,

- Merawat dredger dan water system,


(32)

anggaran yang berhubungan dengan auxiliary equipment,

- Mempelajari teknologi elektrikal terbaru. (ii)Bagian Electronical

Bagian Electronical terdapat 2 sub bagianyaitu : a. Instrumentation

- Merawat, memperbaiki dan memodifikasi

semua instrumen yang ada,

- Merawat, merencanakan dan membuat

anggaran yang berhubungan dengan instrumentation,

- Mempelajari teknologi instrumentation

terbaru.

b. Komunikasi

- Merawat, memperbaiki dan memodifikasi

microwave system, power link system, power line carrier system, telp and PABX system, VHF Radio system, FO cummunication line di SGP, TNP dan Dams, FO back bone communication system IPP-ISP,

- Melaporkan, merencanakan dan membuat

anggaran yang berhubungan dengan komunikasi,


(33)

- Mempelajari teknologi komunikasi dan SCADA terbaru.

2.3.2 Seksi Pekerjaan Sipil & Jaringan Transmisi/Power Civil

Work & Transmission Line Section (PCT) Seksi PCT dibagi atas 3 bagian yaitu :

a. Bagian Civil Work

- Pekerjaan umum sipil,

- Perawatan jalan dan fasilitas pendukung jalan,

- Survei topography,

- Inspeksi jalan dan fasilitas pendukungnya,

- Menangani pekerjaan arsitektur,

- Perawatan bangunan Dam dan Power Station,

- Survei hidrologi

- Inspeksi Waterway Dam, Power Station, Bangunan

dan fasilitas lain,

- Perawatan pekerjaan dredger,

- Mengoperasikan boat,

- Mengoperasikan alat berat seperti loader,

- Perawatan alat-alat berat, dredger, boat dan peralatan lain.

b. Bagian Transmission Line

- Perawatan jaringan transmisi 275 kV,


(34)

lainnya,

- Koordinasi dengan bagian Humas tentang

masalah-masalah yang dijumpai di sepanjang area transmisi,

- Restorasi jika ada keadaan darurat atau masalah

dengan jaringan,

c. Bagian Administrasi Umum

- Membuat anggaran,

- Mengurus masalah pembelian,

- Inventory dan pergudangan,

- Pekerjaan administrasi,

- Pekerjaan-pekerjaan umum,

- Bagian ISO dan SMK3.

3. Direktorat Pengembangan dan Bisnis (terdapat di Kuala Tanjung)

4. Direktorat Keuangan

4.1 Departemen Budgeting & Controlling

Seksi Anggaran & Keuangan (PLTA)/Power Budgeting and Planning Section (PBF):

- Koordinasi rencana anggaran tahunan di PLTA,

- Anggaran dan pengawasan anggaran di PLTA,

- Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di bawah pengawasan


(35)

a. Pengeluaran dan penerimaan kas di PLTA,

b. Manajemen rekening bank di PLTA,

c. Akuntansi untuk PLTA termasuk aktiva tetap dan persediaan

dan rekening bank di PLTA.

5. Direktorat Umum dan Sumber Daya Manusia

5.1 Departemen Administrasi (PLTA)

5.1.1 Seksi Keamanan Industri/Power Security Section (PSC)

Seksi PSC (Power Security), yaitu seksi keamanan yang mengamankan objek vital perusahaan mulai dari Regulating Dam hingga ke Power Station Tangga.

5.1.2 Seksi Administrasi/Power Administration Section (PAS)

Pada seksi PAS terdapat 5 bagianyaitu :

a. Bagian Legal Matter, Outsourcing & Car Management

- Legal matter,

- Regulasi Administrasi,

- Land matter,

- Lisensi dan Permit,

- Stempel Perusahaan,

- Hukum dan Perundang-undangan,

- Hubungan dengan divisi, departemen dan seksi,

- Hubungan dengan Asahan Autority, pemerintah dan


(36)

- Outsourcing matter,

- Manajemen mobil : mobil umum dan kendaraan

khusus, mengatur penggunaan mobil, merawat mobil, asuransi mobil.

b. Bagian Office Management & Budget Execution

- Administrasi umum (surat, dokumen),

- Mengkoordinasi AMP/penyusunan anggaran,

- Bagian ISO dan SMK3,

- Manajemen kantor,

- Manajemen penyimpanan dan proteksi keamanan,

- Kebersihan kantor dan area sekitarnya,

- Penyimpanan barang/material,

- Peralatan kantor (fotocopy, fax, telephone,

teleconference),

- Acara khusus dan tamu.

c. Bagian Personnel & Welfare Administration - Administrasi Personalia,

- Data personal karyawan,

- Penerimaan, pengembangan dan pemberhentian,

- Penilaian kinerja karyawan,

- Memberikan penghargaan dan sanksi kepada

karyawan,


(37)

- Administrasi Kesejahteraan Karyawan,

- Gaji karyawan dan PPh 21,

- Administrasi pinjaman karyawan,

- Pengurusan ke kantor imigrasi dan jamsostek,

- Dana pensiun,

- Dinas luar, perjalanan pribadi (pulang kampung),

- Kompensasi uang makan,

- Asuransi (SIHARTA),

- Bantuan untuk karyawan,

- Mendukung kegiatan hiburan perusahaan.

d. Bagian Fasilitas Perumahan dan Perawatannya

Bagian Fasilitas Perumahan dan Perawatannya terdapat 3 sub bagian yaitu :

(i) Fasilitas perumahan

- Manajemen Residence, Dormitory, & Lodging,

- Mengawasi pekerjaan maids,

- Manajemen Guest House, Multi Purpose Hall &

Gymnasium.

(ii)Civil :Merawat bangunan dan fasilitas rumah di

komplek Paritohan. (iii)Electric

- Merawat fasilitas electrical di komplek Paritohan, pengelolaan air minum & rencana pengolahan air


(38)

buangan rumah tangga,

- Mengoperasikan dan mengontrol perawatan sentral

parabola.

e. Bagian Pengolahan Air Bersih & Sanitasi

Bagian Pengolahan Air Bersih & Sanitasi terdapat 2 sub bagian yaitu :

(i) Pengolahan Air Bersih

- Mengoperasikan dan merawat air bersih,

- Mengawasi pendistribusian air minum.

(ii)Sanitasi

- Pemotongan rumput dan pengelolaan sampah,

- Merawat lapangan golf,

- Merawat komplek Paritohan,

- Pembasmian nyamuk,

- Saluran parit (air kotor),

- Mengawasi dan pengoperasian alat pengolahan limbah air rumah tangga.

5.2 Departemen Umum & CSR

Seksi Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PLTA)/Power Community Development Section (PCD), merupakan seksi yang menangani perencanaan kemitraan dan bina lingkungan serta yang menangani perencanaan dan pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility).


(39)

D. Jaringan Usaha/Kegiatan

PT Inalum terletak di 4 lokasi yang berbeda, yaitu :

a. Kantor Pusat (Head Office) yang bertempat di Jakarta.

b. Kantor Penghubung (Liaison Office) yang bertempat di Medan.

c. Kantor Peleburan (Smelting Plant) yang bertempat di Kuala Tanjung,

Kec. Sei Suka, Kab. Batu Bara.

d. Kantor Pembangkit Listrik (Power Plant) yang bertempat di Paritohan,

Kec. Pintupohan Meranti, Kab. Toba Samosir.

1. Pabrik Peleburan

Pabrik Peleburan Aluminium merupakan bagian utama dari PT Inalum, dibangun di atas areal selua 200 Ha. Peleburan Aluminium PT Inalum di Kuala Tanjung memproses alumina menjadi logam aluminium batangan dengan memakai alumina dan karbon sebagai bahan baku utamanya, dan meleburnya dengan memakai tenaga listrik. Pada Pabrik Peleburan ini, terdapat 3 bagian utama untuk proses produksi, yaitu :

a. Bagian Tungku Reduksi

Bagian Tungku Reduksi terdiri dari 3 unit gedung reduksi yang masing-masing berukuran panjang 648 m, lebar 52 m dan tinggi 29 m. Tungku reduksi atau pot pada ketiga gedung reduksi ini berjumlah 510 buah. Tungku reduksi tipe anoda panggang 175 KA ini beropersi pada suhu 960 C. Setiap tungku reduksi atau pot dapat menghasilkan 1,3 ton metal per hari.


(40)

b. Bagian Karbon

Bagian Karbon memproduksi blok anoda karbon yang akan digunakan pada tungku-tungku reduksi dan terdiri dari 3 bagian, yaitu : Bagian Karbon Mentah, Bagian Pemanggang Anoda dan Bagian Penangkaian. Blok anoda berfungsi sebagai elektroda pada tungku reduksi.

c. Bagian Penuangan

Pada bagian ini, aluminium cair dari tungku reduksi ke Bagian Penuangan dan setelah dimurnikan lebih lanjut dalam tungku-tungku penampung, lalu dibentuk menjadi aluminium batangan (ingot) yang beratnya masing-masing 50 pon (± 22,7 kg) dan merupakan poduk akhir PT Inalum yang dipasarkan di dalam dank e luar negeri. Di sini terdapat 10 buah tungku penampung yang masing-masing berkapasitas 30 ton dan 7 unit mesin pencetak ingot.

d. Fasilitas Penunjang

Untuk kelancaran operasi, perusahaan juga membangun bengkel di Pabrik Peleburan guna memperbaiki peralatan, mesin-mesin, kendaraan yang rusak dan lain-lain di pabrik peleburan. Pabrik

peleburan juga memiliki bangunan kantor seluas 3.300 m2, kantin,

rumah ibadah dan lain-lain.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

PT Inalum membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air, yang terdiri dari Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga yang juga dikenal dengan PLTA Asahan II. Kedua stasiun


(41)

pembangkit ini dioperasikan dengan memakai air Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba ke Selat Malaka. Oleh karena itu, tenaga listrik yang dihasilkan sangat tergantung pada tinggi permukaan Air Danau Toba. Sungai Asahan dengan panjang 150 km memiliki potensi debit pada

musim kemarau 60 m3/detik dan pada musim hujan lebih dari 100

m3/detik.

PLTA di Siguragura dan Tangga masing-masing digerakkan oleh potensi air terjun ini, dengan kapasitas total :

Kapasitas terpasang : 603 MW

Output tetap : 426 MW

Output puncak : 513 MW

PLTA ini terdiri dari :

a. Bendungan Pengatur (Regulating Dam)

Terletak di Siruar ± 14.5 km dari Danau Toba yang berfungsi mengatur kestabilan air keluar dari Danau Toba ke sungai Asahan untuk mensuplai air ke stasiun Pembangkit Listrik secara konstan

b. Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Dam)

Terletak di Simorea dan berfungsi sebagai sumber air yang stabil untuk stasiun Pembangkit Listrik Siguragura.

c. Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura (Siguragura Power Station) Berada 200 m di dalam perut bumi dengan 4 unit generator masing-masing berkapasitas 71,5 MW dan merupakan PLTA bawah tanah


(42)

pertama di Indonesia.

d. Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Dam)

Berfungsi untuk membendung air yang telah dipakai PLTA Siguragura untuk dimanfaatkan kembali pada PLTA Tangga.Bendungan ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia.

e. Stasiun Pembangkit Listrik Tangga (Tangga Power Station)

Air disalurkan melalui sebuah terowongan bawah tanah yang panjangnya 3.150 m. Bendungan ini memiliki 4 unit generator masing-masing berkapasitas 79,2 MW dan berada di atas permukaan tanah. f. Jaringan Transmisi (Transmission Line)

Tenaga Listrik yan dihasilkan stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga disalurkan melalui Jaringan Transmisi sepanjang 120 km dengan jumlah menara 271 buah dan tegangan 275 kV ke Kuala Tanjung. Melalui Gardu Induk Kuala Tanjung tegangannya diturunkan menjadi 33 kV untuk didistribusikan ke tiga gedng tungku reduksi mempunyai 2 unit penyearah silicon dengan DC 37 KA dan 800 V. Sesuai dengan Perjanjian Induk kelebihan tenaga listrik dengan batasan maksimal 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui PLN. Kelebihan tenaga listrik 275 kV ini disalurkan melalui gardu induk Kuala Tanjung ke gardu induk PLN untuk didistribusikan ke masyarakat melalui jaringan transmisi 150 kV.


(43)

E. Kinerja Terkini

Ruang lingkup perusahaan PT. Inalum (Persero) terdiri dari :

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Power Plant, Paritohan

2. Pabrik Peleburan Aluminium Smelting Plant, Kuala Tanjung

Kinerja Usaha terkini dari PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan adalah menghasilkan listrik dengan total kapasitas 426 MW dan Output 513 MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan aluminium di Smelting Plant, Kuala Tanjung.

Inalum membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari Stasiun Pembangkit Listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama Asahan 2 yang terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air sungai asahan yang mengalirkan air Danau Toba ke Selat Malaka. Tenaga Listrik yang dihasilkan sangat tergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba.

F. Rencana Usaha/Kegiatan

Tenaga Listrik yang dihasilkan oleh PLTA sangat tergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba. Oleh karena itu, perlu upaya untuk menjaga dan menstabilkan debit air Danau Toba. Upaya tersebut direncanakan dengan pembuatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). TMC merupakan usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang diubah


(44)

(diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescence) atau proses pembentukan es (ice nucleation).

TMC yang akan dilakukan oleh PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan bertujuan untuk menambah debit air Danau Toba yang akan dilaksanakan di sekitar Kecamatan Muara, Kota Parapat dan sekitar kawasan Danau Toba lainnya yang termasuk dalam Water Level PLTA PT. Inalum (Persero) Power Plant Paritohan.


(45)

BAB III

AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT. INALUM (Persero) POWER PLANT PARITOHAN

A. Pengertian Aset Tetap

Di dalam PSAK 16 (revisi 2011) yang dimaksud dengan aset tetap adalah aset berwujud yang :

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai aset tetap, maka ada beberapa definisi aset tetap yang dikemukakan oleh beberapa ahli dibidang akuntansi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan dibawah ini :

Pengertian aktiva tetap menurut Harahap (2002 : 20) adalah “aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus – menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”.

Warren, et al (2008 : 440) mengemukakan aset tetap (fixed assets)

merupakan “aset jangka panjang atau aset yang relatif permanen. Mereka merupakan aset berwujud (tangible assets) karena terlihat secara fisik. Aset tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal”.

Pengertian aktiva tetap menurut Baridwan (2012 : 271) adalah “aktiva – aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam


(46)

Kieso, et al (IFRS Edition : 512) mendefinisikan aset tetap atau Property, Plant, Equipment (PPE) adalah “aset berwujud yang dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam operasional perusahaan dengan umur ekonomis lebih dari satu tahun”.

Dari pengertian – pengertian yang dikemukakan diatas aset tetap memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Mempunyai bentuk fisik

2. Digunakan dalam operasional perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk

dijual

3. Mempunyai umur ekonomis yang relatif permanen yaitu lebih dari satu

periode akuntansi

4. Nilai dari aset tersebut cukup material

Dalam menentukan apakah suatu aset tersebut termasuk dalam aset tetap atau tidak diperlukan kriteria – kriteria yang jelas dan tepat. Jika tidak, maka akan berdampak pada penyajiannya di laporan keuangan dan hasilnya adalah informasi yang tidak tepat dan menyesatkan pemakainya.

B. Penggolongan Aset Tetap

Aset tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat bermacam – macam terjantung dari pada luas operasi perusahaan dan besarnya serta jenis perusahaan. Aset tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain: a. Dari Sudut Substansi, Aset Tetap dapat dibagi:

1. Tangible Assets atau aset berwujud seperti Lahan, Mesin, Gedung, dan Peralatan.


(47)

2. Intangible Assets atau aset yang tidak berwujud seperti HGU, HGB, Goodwill – Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain. b. Dari Sudut Disusutkan atau Tidak

1. Depreciated Plants Assets yaitu aset tetap yang disusutkan seperti

Building (Bangunan), Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin),

Inventaris, Jalan, dan lain-lain.

2. Undepreciated Plant Assets, aset tetap yang tidak disusutkan seperti Land (Lahan).

c. Berdasarkan Jenis

Aset tetap berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut: 1. Lahan

Lahan adalah sebidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri.

2. Bangunan Gedung

Gedung adalah bangunan yang berdiri di atas bumi ini baik di atas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu.

3. Mesin

Mesin termasuk peralatan – peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.


(48)

4. Kendaraan

Semua jenis kendaraan seperti Alat Pengangkut, truck, grader, tractor, forklift, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain.

5. Perabot

Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboratorium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.

6. Inventaris/Peralatan

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gudang dan lain-lain.

7. Prasarana

Di Indonesia adalah merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti Jalan, Jembatan, Riol, Pagar, dan lain-lain.

PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan memiliki ruang lingkup aset tetap seperti dijelaskan dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1

Ruang Lingkup Aset Tetap PT.INALUM (Persero) Power Plant Paritohan

Perkiraan Ringkasan Gedung

Sarana

Yang dimaksudkan dengan gedung adalah bangunan yang terletak tetap diatas tanah, temasuk tambahan dan perlengkapan seperti kabel, penerangan, pengatur udara dan sebagainya.

Sarana artinya pekerjaan civil yang terletak tetap diatas tanah kecuali


(49)

Mesin

Kenderaan dan Alat Angkutan Lain

Alat-alat dan Perabot (Alat-alat Pengukur)

Lain-lain

Konstruksi dalam Persiapan

gedung.

Mesin adalah aset tetap yang mengolah barang, menghasilkan tenaga, atau yang merubah kualitas, merubah bentuk, melarutkan, menyimpan dan atau menggerakkan. Juga termasuk peralatan listrik dan alat transport kecuali kenderaan dan kapal.

Fasilitas transportasi di darat atau di laut, mobil-mobil untuk tujuan khusus. Timbangan kenderaan, alat-alat pengukur, alat-alat penguji dan sebagainya.

Alat-alat dan perabot yang dapat dipindah dengan tangan kecuali alat-alat dan perabot yang telah disebut diatas.

Konstruksi dalam Persiapan berarti perkiraan sementara yang menghimpun biaya yang dibutuhkan untuk perolehan atau pemasangan dari aset tetap sebelum dipindahkan ke perkiraan Aset Tetap.

Jumlah pembayaran termasuk biaya insidentil seperti biaya utama, biaya bahan, biaya pemasangan, dan sebagainya.

C. Perolehan Aset Tetap

Di dalam PSAK 16 (revisi 2011) dijelaskan bahwa yang termasuk dalam biaya perolehan aset tetap adalah

jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain, misalnya PSAK 53 (revisi 2010) : Pembayaran Berbasis Saham.


(50)

1. harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan-potongan lain;

2. biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara lansung untuk membawa

aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;

3. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan

restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan lain selain untuk menghasilkan persediaan.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah :

- biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam PSAK 24 (revisi

2010): Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;

- biaya penyiapan lahan untuk pabrik;

- biaya handling dan penyerahan awal;

- biaya perakitan dan instalasi awal;

- biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah

dikurangi hasil bersih penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya, contoh produk dihasilkan dari peralatan yang sedang diuji); dan

- komisi profesional.

Kieso, et al (IFRS Edition : 536) menetapkan nilai perolehan aset tetap sebagai berikut :

Termasuk dalam nilai perolehan tanah antara lain:

- purchase price; harga yang dibayarkan kepada penjual - closing costs; biaya hukum, biaya pengurusan surat-surat

- costs incurred in getting the land in condition for its intended use; seperti perataan, pembuatan drainase dan pembersihan

- pelunasan biaya-biaya yang masih harus dibayar seperti Pajak Bumi

dan Bangunan, dan lain-lain

- perbaikan tanah lainnya, seperti perbaikan jalan, pagar, tempat parker, dan lain-lain

Termasuk dalam nilai perolehan gedung antara lain:

- semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan proses

perolehannya ataupun konstruksinya, seperti bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead selama konstruksi.

- Biaya ahli dan pengurusan surat-surat

Termasuk dalam nilai perolehan peralatan antara lain: - harga yang dibayarkan kepada penjual

- biaya transportasi


(51)

- biaya komisi, jika ada

- biaya pemasangan

- biaya uji coba penggunaan

Steven M. Bragg (2012 : 146) menyebutkan bahwa biaya-biaya yang

termasuk dalam Properti, Pabrik, dan Peralatan (PP&P) : - harga pembelian dari aset dan pajak yang terkait

- biaya konstruksi dari aset, yang mencakup biaya buruh dan imbalan

pekerja

- bea impor

- biaya pengangkutan dan penanganan

- persiapan lokasi - instalasi dan perakitan - permulaan uji coba asset - biaya operasional

- biaya yang diestimasi untuk membongkar dan menghapus aset

tersebut selanjutnya, jika ini adalah sebuah keharusan

- pengurangan: diskon dan potongan harga

- pengurangan: penerimaan bersih dari penjualan setiap produk yang

dihasilkan selama pengujian awal.

Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yakni membeli secara tunai (purchase for cash), membeli secara kredit atau angsuran (purchase on deffered payment), pertukaran (acquisition by exchange), membuat sendiri (acquisition by self construction), dan diterima sebagai hadiah/penemuan (acquisition by gift or discovery). Cara perolehan aset tetap tersebut akan mempengaruhi pencatatan harga perolehannya.

1. Pembelian Tunai (Purchase for Cash)

Nilai perolehan aset tetap yang didapat melalui transaksi pembelian tunai diukur dengan jumlah uang atau kas yang dibayar dalam transaksi dan pengeluaran-pengeluaran lain yang terjadi dalam hubungannya dengan usaha untuk mendapatkan dan menempatkan aset sampai pada kondisi siap pakai.


(52)

Barat Corp. membeli bangunan seharga Rp 800.000.000. Biaya lain-lain yang dikeluarkan antara lain biaya notaris Rp 10.000.000, biaya perantara Rp 5.000.000.

Transaksi ini dapat dicatat sebagai berikut:

Bangunan……… Rp 815.000.000

Kas ……… Rp 815.000.000 Angka ini diperoleh dari penjumlahan sebagai berikut:

harga beli Rp 800.000.000

biaya notaries 10.000.000

biaya perantara 5.000.000

Total Rp 815.000.000

2. Pembelian secara kredit atau angsuran (purchase on deffered payment)

Aset tetap juga dapat diperoleh melalui pembelian secara kredit berjangka panjang, dengan program pembayaran secara angsuran atau sekaligus pada tanggal tertentu dikemudian hari. Aset tetap yang diperoleh dengan cara ini harus dicatat berdasarkan current cash-equivalent price, dan bunga yang termasuk di dalam program pembayaran tersebut harus diakui sebagai beban dalam periode yang tercakup di dalam kontrak. Praktik demikian bertujuan untuk membedakan secara layak antara pengorbanan yang merupakan bagian dari nilai perolehan aset tetap yang didapat dengan pengeluaran kas yang merupakan beban bunga sebagai konsekuensi dari kredit atau program pembayaran secara angsuran. Pembebanan bunga atas kredit ada dua kemungkinan.


(53)

a. Secara flat

b. Berdasarkan sisa utang

Contoh :

Dibeli Tanah dengan harga Rp 500.000.000. Pembayaran pertama Rp 300.000.000, sisa dibayar dalam 5 kali angsuran per semester. Bunga pertahun adalah 10 %.

Jurnal saat pembelian :

Tanah……… Rp 500.000.000

Kas……….. …….. Rp 300.000.000 Utang Pembelian Angsuran ………. 200.000.000 Jurnal pembayaran angsuran :

(i) Secara flat, jurnalnya sama untuk 5 kali angsuran per semester sebagai berikut:

Utang Pembelian Angsuran ……….. Rp 40.000.000

Bunga (5 % x Rp 200.000.000)………... 10.000.000

Kas………... …… Rp 50.000.000

(ii)Jika bunga dibebankan berdasarkan sisa utang maka dijurnal sebagai

berikut:

Angsuran semester I:

Utang Pembelian Angsuran………….. Rp 40.000.000 Bunga (5 % x Rp 200.000.000)……….. 10.000.000

Kas………. Rp 50.000.000


(54)

Utang Pembelian Angsuran……… Rp 40.000.000 Bunga (5 % x Rp 160.000.000)………. 8.000.000

Kas ………. Rp 48.000.000 Dan seterusnya.

3. Pertukaran (acquisition by exchange)

Perusahaan dapat melakukan pertukaran dengan surat-surat berharga atau sekuritas yang diterbitkan , baik sekuritas hutang maupun sekuritas saham untuk mendapatkan aset tetap. Nilai perolehan aset yang didapat melalui transaksi pertukaran dengan sekuritas harus diukur berdasarkan pada :

1) harga pasar dari sekuritas yang diserahkan dalam transaksi 2) harga pasar aset yang didapat

Contoh:

Suatu perusahaan mendapatkan mesin pebriknya melalui pertukaran dengan 10.000 lembar saham biasa, nominal @Rp 100.000 per lembar. Pada saat itu, harga pasar saham perusahaan adalah Rp 110.000 per lembar.

Jurnal perolehan mesin pabrik:

Mesin Pabrik ……… Rp 1.100.000.000

Modal Saham ………. Rp 1.000.000.000 Agio Saham ………... 100.000.000

4. Membuat Sendiri (acquisition by self construction)

Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk membangun atau membuat sendiri aset tetap yang diperlukan untuk menjalankan operasinya: (a) memanfaatkan fasilitas yang menganggur, (b) menghemat biaya konstruksi


(55)

(cost saving), (c) mencapai standar kualitas konstruksi yang lebih tinggi, (d) agar dapat segera dioperasikan.

Ada beberapa masalah yang berhubungan dengan nilai perolehan aset tetap yang dibangun sendiri yaitu sebagai berikut :

- Biaya Overhead yang dibebankan

Dalam menentukan jumlah biaya Overhead akan menimbulkan kesulitan karena biasanya ada biaya-biaya yang sama-sama dibayar atau dibebankan untuk semua (beberapa) kegiatan. Untuk menetapkan berapa besar biaya Overhead yang akan dibebankan terhadap aset yang dibangun sendiri maka ada dua cara:

 Metode Incremental Cost

Dalam hal ini biaya Overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan) biaya Overhead akibat adanya pembangunan aset tersebut.

 Metode Proportional

Dalam metode ini yang dibebankan bukan saja kenaikan Overhead itu tetapi juga dibebankan biaya Overhead tetap secara pro-rata baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan pembangunan sendiri.

- Laba Rugi dari Pembangunan Sendiri

Jika ternyata biaya pembangunan itu lebih rendah apabila diserahkan kepada pihak lain dalm pembangunannya maka perbedaan ini seolah-olah laba tidak boleh dianggap sebagai laba.

Jika ternyata biaya pembangunan sendiri lebih besar maka perlu dipertanyakan mengapa biaya itu lebih tinggi. Jika biaya itu lebih tinggi


(56)

disebabkan hal-hal yang tidak efisien atau karena kelalaian maka harus dicatat sebagai Rugi. Jadi harga pokok aset dicatat sebesar berapa biaya yang sesungguhnya dikeluarkan untuk pembangunan tersebut sesuai dengan metode diatas.

- Biaya Bunga dalam Masa Pembangunan

Jika dalam pembangunan itu digunakan dana atau kredit dari luar perusahaan seperti Bank atau Lembaga Keuangan lainnya maka kita diwajibkan membayar bunga. Bunga yang dihitung dari penggunaan modal sendiri atau imputed interest tidak boleh dicatat sebagai unsur harga pokok aset tetap.

Bunga yang boleh dibebankan terhadap harga pokok menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) statement No. 34 adalah:

1) Bunga dari pinjaman yang benar-benar dibayarkan dan pinjaman itu

memang benar-benar merupakan keharusan.

2) Bunga yang dibebankan hanya selama periode pembangunan berjalan.

3) Tarif bunga adalah “Interest Cost” yang dihitung sebagai berikut :

Misalnya biaya gedung yang dibangun sendiri tersebut sudah mencapai Rp 10.000.000. Apabila pemakaian biaya ini dianggap merata selama setahun itu maka rata-rata pemakaian adalah Rp 5.000.000 (Rp 10.000.000 : 2). Untuk itu telah dipinjam kredit hipotik Rp 2.000.000 dengan bunga 10%, Pinjaman yang diterima tetapi tidak untuk proyek adalah sebesar Rp 500.000 dengan bunga 11 % dan pinjaman lainnya sebesar Rp 1.000.000 dengan bunga 8 %. Maka biaya yang dapat dikapitalisir adalah sebesar Rp 470.000, jumlah ini dihitung


(57)

sebagai berikut:

Rp 2.000.000 x 10 % = Rp 200.000

Rp 3.000.000 x 9 % = 270.000

Rp 5.000.000 = Rp 470.000

Angka 9 % ini dihitung dengan cara sebagai berikut:

Rata-rata penggunaan biaya selama tahun berjalan adalah Rp 5.000.000 (Rp 10.000.000 : 2). Pinjaman adalah Rp 2.000.000, selebihnya Rp 3.000.000 dari pinjaman lain.

Interest Cost 9 % dihitung sebagai berikut:

Rp 500.000 x 11 % = Rp 55.000

Rp 1.000.000 x 8 % = Rp 80.000

Rp 1.500.000 Rp 135.000

Rp 135.000

Interest Rate = x 100 %

Rp 1.500.000

= 9 %

5. Diterima Sebagai Hadiah/Penemuan (acquisition by gift or discovery) Jika aset tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan maka transaksi ini

disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan

balik.

Aset ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak/perusahaan penilai yang independen (Appraisal Company).


(58)

Perusahan X menerima bantuan sebidang lahan dan bangunan gedung dari pemerintah. Nilai lahan dan bangunan itu menurut harga pasar yang wajar masing-masing Rp 500.000.000 dan Rp 700.000.000.

Transaksi ini dijurnal sebagai berikut:

Lahan ………. Rp 500.000.000

Gedung ………….. 700.000.000

Saham Donasi ……….. Rp 1.200.000.000

Prosedur Akuntansi untuk Aset Tetap yang ada di PT. INALUM (Persero) Power Plant dalam hal biaya perolehan menjelaskan bahwa biaya perolehan dari aset tetap pada prinsipnya adalah semua biaya yang dibutuhkan untuk perolehannya dan semua pengeluaran yang langsung dibutuhkan untuk pemasangan aset tersebut hingga siap untuk dioperasikan untuk tujuan usaha. Begitupun dalam hal aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran, pemberian dan yang sejenisnya, Seksi Akunting akan menilai aset tetap tersebut berdasarkan harga pasar yang berlaku, atau harga lain yang pantas sebagai harga perolehan.

I. Harga Perolehan

Biaya perolehan aset tetap umumnya akan terdiri dari : 1) harga beli dan atau biaya konstruksi

2) biaya pengapalan, ongkos muat dan ongkos bongkar dan biaya

asuransi

3) komisi pembelian


(59)

5) biaya pemasangan

6) biaya keahlian teknik, biaya konsultan 7) biaya operasi percobaan

8) biaya intern yang timbul

9) biaya bunga semasa konstruksi

10)biaya-biaya lain yang sama sifatnya dengan diatas.

II. Prosedur yang dilakukan untuk Konstruksi dalam Persiapan sebagai berikut :

1) Penjurnalan ke perkiraan Konstruksi dalam Persiapan

Semua biaya atau harga yang dibutuhkan untuk perolehan aset tetap akan dijurnal ke dalam perkiraan Konstruksi dalam Persiapan, dan pada prinsipnya sewaktu aset tetap siap untuk dioperasikan untuk tujuan usaha, “Konstruksi dalam Persiapan” tersebut segera dipindahkan ke perkiraan aset tetap yang sesuai.

2) Pengklasifikasian Konstruksi dalam Persiapan

Pengklasifikasian Konstruksi dalam Persiapan akan ditetapkan untuk mengatur Konstruksi dalam Persiapan, dan pada dasarnya digolongkan menurut kode anggaran dan kode departement (termasuk nomor kontrak).

3) Waktu Pengklasifikasian

Bulan dimana harga perolehan dijurnal keperkiraan Konstruksi dalam Persiapan adalah sebagai berikut:


(60)

bulan inspeksi.

b. Biaya lain-lain ……….. pada prinsipnya pada

bulan pembayaran.

4) Pembayaran Dimuka

Pembayaran dimuka yang akan dibayar pada saat membuat kontrak akan dijurnal ke perkiraan Konstruksi dalam Persiapan.

III. Prosedur yang dilakukan untuk perolehan aset tetap akan dijelaskan dalam lampiran 2.

D. Pengeluaran Setelah Perolehan Aset Tetap

Selama menggunakan aset tetap perusahaan tidak dapat menghindari adanya pengeluaran-pengeluran untuk aset tetap. Pengeluaran tersebut perlu dianalisis karena pengaruhnya terhadap harga pokok (cost) yang akhirnya mempengaruhi biaya penyusutan.

Aset tetap akan memerlukan biaya-biaya, baik biaya operasional yang rutin sifatnya maupun biaya yang tidak bersifat rutin. Oleh karena itu, adanya kriteria untuk membedakan antara pengeluaran modal (capital expenditures) di satu pihak, dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) di pihak lain mutlak diperlukan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran yang jika dapat menambah harga pokok aset tetap yang bersangkutan dalam arti pengeluaran itu dikapitalisir. Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran yang diperlukan untuk mempertahankan atau menjaga kondisi agar aset dapat menjalankan fungsinya dalam tahun buku berjalan, dan oleh karena itu diakui


(61)

sebagai beban dalam periode terjadinya pengeluaran.

Didalam membedakan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran pendapatan perusahaan dapat mengidentifikasi pengeluaran modal sebagai pengeluaran-pengeluaran yang diharapkan akan membuat aset tetap terkait bisa memberikan jasa yang lebih besar kepada perusahaan di masa mendatang. Oleh karena itu, setiap pengeluaran modal diharapkan mempunyai salah satu atau kedua dampak positif terhadap operasi perusahaan di masa mendatang berikut ini.

(1) Kenaikan kuantitas atau volume jasa yang dapat diberikan oleh aset tetap. Kenaikan kuantitas atau volume jasa yang dapat diberikan oleh aset ini bisa dalam bentuk masa manfaat yang lebih lama atau lebih banyak output yang bisa dihasilkan.

(2) Meningkatnya kualitas jasa yang dapat diberikan oleh aset tetap.

Jika tidak satupun dampak positif terhadap operasi perusahaan di masa mendatang tersebut dapat diidentifikasi, pengeluaran yang terjadi harus dipandang sebagai upaya untuk sekedar mempertahankan kondisi aset tetap agar dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Pengeluaran demikian lebih tepat untuk diperlakukan sebagai pengeluaran pendapatan, dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya.

Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap setelah perolehannya oleh Harnanto (2002 : 340) dibedakan ke dalam 4 kategori: (1) penambahan (additions), (2) penggantian dan perbaikan (replacements and betterments), (3) pengaturan kembali dan relokasi (rearrangement and


(62)

relocation), dan (4) reparasi dan pemeliharaan (repair and maintenance). Harahap (2002 : 50) menggolongkan pegeluaran aset tetap menjadi 5 kategori, yaitu (1) pemeliharaan (maintenance), (2) reparasi (repairs), (3) perbaikan (betterment dan improvement), (4) penambahan (addition), (5) perombakan (rearrangement).

Kategori-kategori diatas akan diuraikan seperti dibawah ini :

(1) Penambahan (Additions)

Penambahan atau perluasan merupakan pengeluaran yang biasanya cukup besar jumlahnya karena menaikkan atau menambah manfaat potensial aset tetap yang bersangkutan. Sebagai contoh, menambah tingkat sebuah gedung. Pengeluaran ini termasuk kedalam Pengeluaran Modal (Capital Expenditure).

(2) Penggantian dan Perbaikan (Replacement and Betterments)

Penggantian menyangkut pembongkaran dari bagian atau komponen aset tetap dan pemasangan komponen pengganti sejenis yang baru. Jika penggantian komponen dilakukan dengan komponen substitusi yang secara signifikan akan menambah nilai kegunaan atau memperpanjang taksiran masa manfaat aset, maka reparasi demikian itu disebut sebagai perbaikan (betterments atau improvements). Perbaikan biasanya ditandai oleh adanya peningkatan efisiensi dan kecenderungan untuk memperpanjang masa manfaat aset secara keseluruhan. Pengeluaran ini dapat merupakan sebagai Revenue Expenditure atau sebagai Capital Expenditure tergantung bagaimana kita memandang penggantian tersebut.


(63)

(3) Pengaturan Kembali dan Relokasi (Rearrangement and Relocation)

Biaya pengaturan kembali dan relokasi tidak ditambahkan pada nilai perolehan aset tetap terkait, melainkan dicatat dalam perkiraan tersendiri secara terpisah dari aset tetap terkait sebagai beban tangguhan dan diamortisasi secara periodik sebagai beban dalam taksiran masa manfaatnya.

Contohnya biaya penyusunan kembali layout mesin & alat pabrik sebagai akibat perubahan proses produksi untuk meningkatkan efisiensi operasi di masa yang akan datang yang material jumlahnya dan dapat diidentifikasi secara terpisah dari biaya operasi. Pengeluaran ini merupakan Pengeluaran Modal (Capital Expenditure).

(4) Reparasi dan Pemeliharaan (Repair and Maintenance)

Biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan biaya yang senantiasa terjadi untuk mempertahankan aset tetap dalam kondisi dan dapat menjalankan fungsinya secara normal. Biaya ini sifatnya biaa dan berulang-ulang dan tidak menambah umur aset. Pengeluaran ini merupakan Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure).

PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan, mengenai pengeluaran setelah perolehan aset tetap memiliki prosedur khusus yaitu membedakan antara Biaya yang Dikapitalisir dengan Biaya Reparasi & Pemeliharaan.

1. Biaya yang Dikapitalisir


(64)

pengeluaran, dan memenuhi salah satu ketentuan yang berikut maka akan dibukukan kedalam perkiraan aset tetap sebagai Biaya yang Dikapitalisir.

a. Menambah kapasitas produksi untuk produksi utama

b. Menambah kapasitas terpasang dari aset tetap

c. Menambah nilai aset tetap akibat perbaikan mutu bahan

d. Perbaikan atau Perubahan lain yang sama sifatnya dengan yang diatas.

Catatan :

Biaya yang dikapitalisir berhubungan dengan : memperbesar bangunan, pengaspalan baru jalan-jalan, penambahan mesin dan sebagainya.

2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

a. Biaya/perbaikan rutin dan biaya perbaikan dan pemeliharaan

periodeik.

b. Biaya untuk pembaharuan bahan-bahan pelapis pada tungku reduksi

(biaya pembaharuan pot yang rusak).

c. Biaya pembongkaran dan pembersihan mesin.

Catatan :

Pada waktu mempersiapkan anggaran reparasi dan pemeliharaan setiap tahun usaha, anggaran tersebut dikelompokkan kedalam biaya yang dikapitalisir dan biaya reparasi dan pemeliharaan dengan menetapkan kode anggaran.

Pengelompokkan ini dipertimbangkan kembali sesuai dengan standar pembedaan pada saat anggaran diteliti menurut hasil sebenarnya.


(65)

Dalam PSAK 16 (revisi 2011) dijelaskan bahwa penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.

Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah.

Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut.

Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan sacara terpisah bagian dari aset yang biaya perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya perolehan aset tersebut.

Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.

Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya.

Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumya maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.

Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset oleh entitas.


(66)

akhir tahun buku, dan apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.

Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), dan metode jumlah unit (sum of the unit method).

Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. Metode jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset.

Metode penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset dan diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada perubahan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut.


(67)

Diketahui harga perolehan suatu aset tetap Rp 15.000.000, estimasi nilai sisa Rp 2.000.000, dan estimasi umur manfaat ditetapkan 5 tahun.

Penyusutan tahunan aset tersebut dihitung sebagai berikut : Harga Perolehan - Nilai Sisa

Umur Manfaat

Rp 15.000.000 – Rp 2.000.000 5 tahun

= Rp 2.600.000

2. Metode Saldo Menurun (Diminishing Balance Method)

Harga perolehan suatu aset tetap Rp 10.000.000 dengan estimasi umur manfaat 4 tahun.Maka tarif penyusutan garis lurus 25% ( 100% : 4).

Perhitungan penyusutan tahunan atas aset tetap tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Perhitungan Beban Penyusutan Metode Saldo Menurun

3. Metode Unit Produksi Tahun Nilai Buku Awal Tahun Tarif Garis Lurus Tarif Ganda Penyusutan Tahunan Nilai Buku Akhir Tahun I II III IV 10.000.000 5.000.000 2.500.000 1.250.000 25 % 25 % 25 % 25 % 50 % 50 % 50 % 50 % Rp 5.000.000 2.500.000 1.250.000 625.000 Rp 5.000.000 2.500.000 1.250.000 625.000 =  =


(68)

Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 15.000.000, dan estimasi nilai sisa Rp 2.000.000 diperkirakan memiliki umur manfaat 10.000 jam operasi. Penyusutan perjam dihitung sebagai berikut :

Rp 15.000.000 – Rp 2.000.000 10.000 jam

= Rp 1.300 / jam

Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.500 jam selama satu tahun, maka penyusutan, maka penyusutan tahun tersebut Rp 3.250.000 (Rp 1300 x 2500).

PT. INALUM (Persero) Power Plant, Paritohan membagi prosedur penyusutan aset tetap menjadi 5, yaitu:

1. Periode Perhitungan Jumlah Penyusutan

Periode perhitungan penyusutan haruslah satu tahun usaha. Perhitungan penyusutan pada prinsipnya haruslah dimulai dari bulan dimana aset tersebut mulai dapat dioperasikan dan telah dipindahkan dari Konstruksi dalam Persiapan.

2. Metode Penyusutan, Batas Penyusutan Yang Diperbolehkan dan Sisa Nilai

Buku / Nilai Tercatat (Carrying Value) Minimum dapat dilihat dalam tabel 3.3.


(69)

Tabel 3.3

Metode Penyusutan, Batas Penyusutan yang Diperbolehkan, dan Sisa Nilai Buku/Nilai Tercatat (Carrying Value) Minimum

Perkiraan Metode

Penyusutan/Amortisasi Batas Penyusutan yang Diperbolehkan Sisa Nilai Buku/Nilai tercatat (Carrying Value) Minimum Aktiva Tetap Berwujud

Metode garis lurus dengan penyusutan tidak langsung Harga perolehan -/- US$ 1.00 US$ 1.00

3. Umur Pemakaian dan Tarif Penyusutan

Umur pemakaian dan tarif penyusutan untuk setiap aset tetap diatur seperti yang dijelaskan dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4

Umur Pemakaian dan Tarif Penyusutan

Perkiraan Jenis Aset Kode

Tarif Penyusutan (per tahun) Gedung Sarana Mesin Kendaraan dan Alat Angkutan Lain Alat-alat dan Perabot Power Sarana Penunjang Power Sarana Penunjang Power Sarana Penunjang Power Alat Pengukur Power Sarana Penunjang Lain-lain 1250 1330 2250 2330 3250 3330 4025 4305 5005 5250 5330 5420 0.05 0.03 0.02 0.03 0.02 0.03 0.20 0.20 0.20 0.02 0.03 0.05


(70)

4. Perhitungan Penyusutan yang Diperbolehkan

Aset yang dapat disusutkan untuk tujuan operasi perusahaan akan disusutkan sampai batas penyusutan yang diperbolehkan.

Jumlah penyusutan untuk setiap tahun usaha akan dihitung sebagai berikut : Simbol berikut digunakan dalam rumus :

C = harga perolehan r = tarif penyusutan

D = penyusutan tiap periode A = bulan perolehan

S = bulan menjadi sisa, pembuangan dan atau penjualan B = bulan permulaan tahun usaha

E = bulan terakhir tahun usaha

I. Aset yang dapat dipakai untuk operasi, secara terus-menerus sejak permulaan tahun usaha.

D = C x r

II. Aset yang mulai dipakai pada pertengahan tahun usaha D = C x r (A – E) 1/12

III. Aset yang habis umur pemakainnya, dibuang atau dijual pada pertengahan tahun usaha.

- Dalam hal jumlah bulan selama B sampai S adalah kurang dari 6.


(71)

- Dalam hal jumlah bulan selam B sampai S lebih dari 6 D = C x r x 6/12

- Begitupun, penyusutan untuk aset yang penting akan dihitung terpisah.

5. Jurnal Untuk Jumlah Penyusutan

Jurnal penyusutan untuk setiap periode kan dicatat kedalam Subsidiary Ledger (buku tambahan) untuk aset tetap pada setiap akhir setengah tahun usaha.

F. Penghentian Pemakaian Aset Tetap

Penghentian pemakaian aset tetap berhubungan dengan penghentian pengakuan aset tetap itu sendiri. Jika penghentian pengakuan aset telah dilakukan secara tidak langsung maka pemakaian aset tetap tersebut juga telah dihentikan.

PSAK 16 (revisi 2011) mengatur tentang Penghentian Pengakuan Aset

Tetap sebagai berikut.

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat : (a) dilepas; atau

(b) tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari

penggunaan atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali PSAK 30 : Sewa mengharuskan perlakuan yang berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa-balik). Keuntungan tidak boleh


(72)

Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, desewakan berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan).

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut.

Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. Jika pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima diakui pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal piutang dan nilai tunainya diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK 23 (revisi 2009): Pendapatan yang mencerminkan imbalan efektif atas piutang.

Prosedur Mutasi dan Pergantian dalam hal penghentian pemakain aset tetap di PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan dijelaskan:

1. Nilai buku yang dipindahkan ke Rugi atas Pembuangan Aset Tetap

atau/dan Laba atas Penjualan Aset Tetap adalah nilai buku pada awal tahun usaha atau pada akhir setengah tahun pertama.

Begitupun nilai buku aset tetap yang penting akan dihitung sendiri.

2. Dalam hal sebagian dari satu satuan aset tetap akan dibuang atau dijual, metode penghitungan nilai bukunya adalah sebagai berikut :


(73)

Catatan :

Perbandingan pembuangan atau bahagian yang dijual akan dihitung berdasarkan jumlah, berat, panjang dan bidang dari pada aset tetap, dan sebagainya.

3. Prosedur yang dilakukan untuk pembuangan aset tetap akan dijelaskan


(74)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengingat pentingnya peranan aset tetap dalam mencapai tujuan perusahaan dan nilainya yang cukup material maka kebijakan yang dijalankan perusahaan dalam mengelola aset tetapnya sangat mempengaruhi posisi keuangan dan penetapan jumlah laba.

Kebijakan aset tetap pada PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan secara umum telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16, dengan alasan :

a. Perolehan aset tetap dalam hal Pengakuan Awal, baik dalam hal komponen

biaya perolehan maupun pengukuran biaya perolehan telah dikelola dengan baik dalam Prosedur Perolehan Aset Tetap. Adapun yang termasuk dalam biaya perolehan adalah harga perolehan aset tetap tersebut, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan-potongan lain; biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung sampai aset siap digunakan; estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.

b. Pengeluaran setelah perolehan aset tetap sangat jelas dibedakan antara


(75)

(Persero) Power Plant Paritohan dijelaskan bahwa yang masuk dalam Capital Expenditure tidak kurang dari US$ 50,000.

c. Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari

suatu aset selama umur manfaatnya. Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan antara lain metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode jumlah unit. Dalam hal pengelolaan penyusutan aset tetap, PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan menggunakan metode penyusutan garis lurus dengan penyusutan tidak langsung dengan sisa nilai buku/nilai tercatat minimum US$ 1,00.

d. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepas; atau tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Penghentian pemakaian aset tetap dilakukan dengan membuang atau menjual aset tetap yang bersangkutan dengan metode perhitungan nilai buku/nilai tercatat sebagai berikut :

Nilai buku/nilai tercatat x Perbandingan Pembuangan atau Bahagian yang dijual.

B. SARAN

Prosedur pengelolaan aset tetap yang diterapkan oleh PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan secara umum telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 16). Akan tetapi ada beberapa hal yang


(76)

a. Perlu meng-update penggunaan istilah-istilah akuntansi seperti ‘nilai buku’ yang pada saat ini sudah diganti dengan ‘nilai tercatat’, istilah ‘aktiva’ yang saat ini masih digunakan sebaiknya diganti dengan kata “aset” seperti yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007. Penggunaan istilah yang tepat cukup berperan penting karena informasi apapun yang disediakan perusahaan untuk pembaca/pengguna akan dapat dengan mudah dipahami.

b. Perlu revisi untuk metode penyusutan aset tetap karena metode garis lurus yang diterapkan kurang relevan jika diterapkan untuk semua jenis aset tetap.


(77)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2012. Intermediate accounting. BPFE, Yogyakarta. Bragg, Steven M, 2012. IFRS Made Easy. Indeks, Jakarta.

Case, Karl E dan Ray C. Fair, 2006. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi 8, Erlangga, Jakarta.

Harahaf, Sofyan Syafri, 2002. Akuntansi Aktiva Tetap, PT.Raja Gofindo Persada, Jakarta.

Harnanto, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah.Buku Satu, BPFE, Yogyakarta. Kieso, Weygandt, Warfield, 2011. Intermediate Accounting. IFRS Edition,

Hoboken, New Jersey.

Sucipto, Toto, Moelyati, & Sumardi, 2009. Akuntansi 2 Untuk SMK Kelas XI, Yudhistira, Jakarta.

Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E.Fees, 2006. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Salemba Empat, Jakarta.


(78)

(79)

(80)

(1)

(Persero) Power Plant Paritohan dijelaskan bahwa yang masuk dalam Capital Expenditure tidak kurang dari US$ 50,000.

c. Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang disusutkan antara lain metode garis lurus, metode saldo menurun dan metode jumlah unit. Dalam hal pengelolaan penyusutan aset tetap, PT. INALUM (Persero) Power Plant Paritohan menggunakan metode penyusutan garis lurus dengan penyusutan tidak langsung dengan sisa nilai buku/nilai tercatat minimum US$ 1,00.

d. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepas; atau tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Penghentian pemakaian aset tetap dilakukan dengan membuang atau menjual aset tetap yang bersangkutan dengan metode perhitungan nilai buku/nilai tercatat sebagai berikut :

Nilai buku/nilai tercatat x Perbandingan Pembuangan atau Bahagian yang dijual.


(2)

66 

 

a. Perlu meng-update penggunaan istilah-istilah akuntansi seperti ‘nilai buku’ yang pada saat ini sudah diganti dengan ‘nilai tercatat’, istilah ‘aktiva’ yang saat ini masih digunakan sebaiknya diganti dengan kata “aset” seperti yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan Per 1 September 2007. Penggunaan istilah yang tepat cukup berperan penting karena informasi apapun yang disediakan perusahaan untuk pembaca/pengguna akan dapat dengan mudah dipahami.

b. Perlu revisi untuk metode penyusutan aset tetap karena metode garis lurus yang diterapkan kurang relevan jika diterapkan untuk semua jenis aset tetap.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2012. Intermediate accounting. BPFE, Yogyakarta. Bragg, Steven M, 2012. IFRS Made Easy. Indeks, Jakarta.

Case, Karl E dan Ray C. Fair, 2006. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi 8, Erlangga, Jakarta.

Harahaf, Sofyan Syafri, 2002. Akuntansi Aktiva Tetap, PT.Raja Gofindo Persada, Jakarta.

Harnanto, 2002. Akuntansi Keuangan Menengah.Buku Satu, BPFE, Yogyakarta. Kieso, Weygandt, Warfield, 2011. Intermediate Accounting. IFRS Edition,

Hoboken, New Jersey.

Sucipto, Toto, Moelyati, & Sumardi, 2009. Akuntansi 2 Untuk SMK Kelas XI, Yudhistira, Jakarta.

Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E.Fees, 2006. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Salemba Empat, Jakarta.


(4)

68 

 


(5)

(6)

70