Pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Dalam Penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sumatera Utara
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA PEMELIHARAAN
DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
Brayen Markos Purba 117017074 / Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA PEMELIHARAAN
DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Oleh
Brayen Markos Purba 117017074 / Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
TERHADAP ANGGARAN BELANJA PEMERINTAHAN DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Brayen Markos Purba
Nomor Pokok : 117017074
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Rasdianto, M.Si, Ak Ketua
) Anggota
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Ekonomi
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac, Ak, CA)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 10 Februari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak
Anggota : 1. Drs. Rasdianto, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
(5)
PERNYATAAN Judul Tesis
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA PEMELIHARAAN
DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Pebruari 2014
Yang Membuat Pernyataan
(6)
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN
BELANJA PEMELIHARAAN DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada pemerintahan daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah serta website Kementerian Keuangan yang terdiri dari 33 kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Namun yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel adalah sebanyak 30 kabupaten dan kota. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah berpengaruh secara sigifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa nilai aset tetap yang akan dipelihara berpengaruh signifikan namun pendapatan asli daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
Kata kunci: aset tetap, pendapatan asli daerah, anggaran belanja pemeliharaan, dan APBD
(7)
THE INFLUENCE OF FIXED ASSET VALUE WHICH WILL BE MAINTAINED AND LOCALLY GENERATED REVENUES
ON THE BUDGET FOR MAINTAINANCE IN DRAFTING APBD IN REGIONAL ADMINISTRATIONS OF
SUMATERA UTARA PROVINCE
ABSTRACT
The objective of the research was to find out the influence of fixed asset value which will be kept and locally generated revenues on the budget for the maintenance in drafting APBD (Regional Budget) in Regional Administrations of Sumatera Utara Province. The data consisted of secondary data which were obtained from the Regional Revenue and Financial Management Service and from the website of the Ministry of Finance which consisted of 33 districts/towns, and 30 of them were used as the samples. The data were analyzed by using multiple regression analysis. The result of the research showed that fixed asset value which would be kept and the locally generated revenues had significant influence on the budget for the maintenance. Partially, fixed asset value would be maintained had significant influence, but regional generated revenues did not have any significant influence on budget for maintenance in drafting APBD.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan padaMU ya Allah Bapa Sang Maha Pengasih dan Penyayang, atas berkat dan kasih karuniaMu sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan Dalam Penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sumatera Utara”. Penyusunan tesis ini merupakan sebagian syarat untuk dapat menyelesaikan studi Program Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam rangka pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan tesis ini dengan tepat waktu. Dengan demukian, pada kesempatan ini dengan setulus hati, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak selaku Pembimbing Utama yang telah banyak mengarahkan penulis dengan memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si. Ak. selaku Anggota Pembimbing yang juga telah banyak mengarahkan penulis dengan memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan dalam penulisan tesis ini.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
8. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini. 9. Bapak Kepala BPKP dan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan magister akuntansi.
(9)
10. Seluruh rekan kerja di BPKP yang telah banyak memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan magister akuntansi.
11. Rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi 2011 dan 2012 (Novita, Happy, Christina, Dian, Suci, Amnah) serta seluruh staf pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya.
12. Ayahanda Kartinus Purba (Alm) dan ibunda Sarinah Saragih yang telah banyak memberikan dukungan, nasehat, dan doa kepada penulis.
13. Istriku tercinta dr. Netty Yosefhin Damanik Sp.P dan putriku tersayang F.Y. Priscilla Purba yang telah banyak memberikan doa, dorongan, dan semangat kepada penulis.
Kami sangat menyadari bahwa tesis ini masih penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, kami tetap berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat kepada seluruh pembaca dan dengan lapang dada, kami menerima semua kritikan dan saran yang disampaikan. Akhirnya, kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga kita semua selalu dalam bimbinganNYA.
Medan, Pebruari 2014
(10)
RIWAYAT HIDUP Data Pribadi
Nama : Brayen Markos Purba, Ak, CA
Tempat/Tgl Lahir : P. Sipinggan, 18 Agustus 1970
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Katolik
Nama Istri : dr. Netty Yosefhin Damanik, Sp.P
Nama Anak : F.Y. Priscilla Purba
Alamat : Jl.Lizadri Putra, Perumahan Setiabudi Vista E-15 Simpang Selayang - Medan
No.HP : 081397141846
E-mail :
Pendidikan
2012-2014 : Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi USU Medan
1996-1999 : Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Program Studi Akuntan - Jakarta
1990-1993 : Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Program Studi DIII Akuntansi - Jakarta
1989-1990 : SMA Katolik Budi Mulia P. Siantar
1986-1989 : SMA Seminari P. Siantar
1983-1986 : SMP Katolik Bunda Mulia Seribudolok 1977-1983 : SD Negeri Purba Hinalang - Simalungun Pekerjaan:
2010 – sekarang : Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Sumut 2007 – 2010 : Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur
2002 – 2007 : Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Timur
1999 – 2002 : Auditor BPKP Jakarta
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Originalitas Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Pengertian APBD ... 8
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah ... 9
2.1.3. Belanja Pemeliharaan ... 11
2.1.4. Aset Tetap ... 13
2.1.5. Penatausahaan dan Pemeliharaan Aset Tetap ... 16
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 21
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual ... 24
3.2. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 26
4.2. Lokasi Penelitian ... 26
(12)
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 28
4.5.1 Variabel Independen ... 28
4.5.2 Variabel Dependen ... 29
4.6. Metode Analisis Data ... 30
4.6.1 Statistik Deskriptif ... 31
4.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 31
4.6.2.1. Uji Normalitas ... 31
4.6.2.2. Uji Multikolinearitas ... 32
4.6.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 32
4.6.2.4. Uji Uji Autokorelasi ... 33
4.6.3 Uji Hipotesis ... 33
4.6.3.1. Uji F ... 33
4.6.3.2. Uji t ... 34
4.6.3.3. Koefisien Determinasi ... 35
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 36
5.1.1 Statistik Deskriptif Penelitian ... 36
5.1.2 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi... 37
5.1.2.1. Uji Normalitas ... 37
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 38
5.1.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 39
5.1.2.4. Uji Autokorelasi Sebelum Lag Variabel ... 39
5.1.2.5. Uji Autokorelasi Setelah Lag Variabel ... 40
5.1.3 Uji Hipotesis ... 41
5.1.3.1. Uji F ... 41
5.1.3.2. Uji t ... 41
5.1.3.3. Koefisien Determinasi ... 42
5.2. Pembahasan ... 43
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 47
(13)
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 47 6.3. saran ... 48
(14)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1.1. Format APBD ... 9
2.1.2. Rekening Belanja Pemeliharaan ... 13
2.1.5. Kriteria Kondisi Barang ... 19
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 22
4.1. Daftar Nama Sampel ... 27
4.5.2. Definisi Operasional ... 29
5.1.1. Stastistik Deskriptif... 36
5.1.2.1. Uji Kolmogorov-Smirnov ... 38
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas ... 38
5.1.2.4. Uji Autokorelasi Sebelum Lag Variabel ... 40
5.1.3.4. Uji Autokorelasi Setelah Lag Variabel ... 40
5.1.3.1. Uji F ... 41
5.1.3.2. Uji t ... 41
(15)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
3.1. Kerangka Konseptual ... 24 5.1.2.3. Scatterplot ... 39
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
Halaman
1 Jadwal Penelitian ... 52
2. Daftar Nama Sampel Penelitian ... 53
3. Uji Statistik Sebelum Transformasi ... 57
(17)
PENGARUH NILAI ASET TETAP YANG AKAN DIPELIHARA DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP ANGGARAN
BELANJA PEMELIHARAAN DALAM PENYUSUNAN APBD PADA PEMERINTAHAN DAERAH
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada pemerintahan daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah serta website Kementerian Keuangan yang terdiri dari 33 kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Namun yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel adalah sebanyak 30 kabupaten dan kota. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah berpengaruh secara sigifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa nilai aset tetap yang akan dipelihara berpengaruh signifikan namun pendapatan asli daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
Kata kunci: aset tetap, pendapatan asli daerah, anggaran belanja pemeliharaan, dan APBD
(18)
THE INFLUENCE OF FIXED ASSET VALUE WHICH WILL BE MAINTAINED AND LOCALLY GENERATED REVENUES
ON THE BUDGET FOR MAINTAINANCE IN DRAFTING APBD IN REGIONAL ADMINISTRATIONS OF
SUMATERA UTARA PROVINCE
ABSTRACT
The objective of the research was to find out the influence of fixed asset value which will be kept and locally generated revenues on the budget for the maintenance in drafting APBD (Regional Budget) in Regional Administrations of Sumatera Utara Province. The data consisted of secondary data which were obtained from the Regional Revenue and Financial Management Service and from the website of the Ministry of Finance which consisted of 33 districts/towns, and 30 of them were used as the samples. The data were analyzed by using multiple regression analysis. The result of the research showed that fixed asset value which would be kept and the locally generated revenues had significant influence on the budget for the maintenance. Partially, fixed asset value would be maintained had significant influence, but regional generated revenues did not have any significant influence on budget for maintenance in drafting APBD.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sesuai dengan tuntutan otonomi daerah, maka peranan pemerintah daerah dalam pelaksanaan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan menjadi semakin penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin besarnya wewenang dan tanggungjawab yang diberikan kepada pemerintah daerah. Salah satu kewenangan pemerintah daerah adalah untuk merencanakan pembangunan di daerahnya masing-masing. Dengan otonomi maupun desentralisasi, Pemerintah Daerah dituntut untuk mewujudkan suatu bentuk akuntabilitas dan transparansi publik yang merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada masyarakat.
Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Di samping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, sebagian kekuasaan Presiden diserahkan kepada Gubernur/ Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah yang diwujudkan dengan adanya APBD. APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah. APBD disusun sesuai dengan
(20)
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan keuangan daerah. APBD disusun dengan berpedoman pada rencana kerja Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Dalam rangka penyusunan Rancangan APBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD). Rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun dengan suatu pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Dengan demikian anggaran yang disusun oleh Pemerintah Daerah harus berbasis kinerja. Dalam hal ini, pendekatan yang dilakukan bukan pada output (keluaran) namun harus pendekatan outcome (hasil). Dengan penyusunan rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang berbasis prestasi kerja maka pengukuran akuntabilitas kinerja daerah akan dengan mudah dilakukan.
Penerapan anggaran berbasis kinerja di sektor publik, dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran, memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintahan Daerah telah memprioritaskan peningkatan anggaran belanja modal. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2012 yang menyebutkan bahwa jumlah belanja modal pada tahun anggaran 2013 yang dialokasikan dalam APBD sekurang-kurangnya 29 persen dari total belanja daerah. Namun kenyataannya, banyak Pemerintahan Daerah yang hanya berusaha untuk meningkatkan anggaran
(21)
belanja modal sampai batas minimal sebesar 29% dari total anggaran belanja daerah.
Di sisi lainnya, anggaran belanja pemeliharaan tidak disesuaikan dengan peningkatan atau penurunan aset tetap yang harus dipelihara agar tetap layak digunakan dalam rangka pelayanan masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan. Anggaran belanja pemeliharaan seharusnya menjadi salah satu prioritas dalam belanja daerah untuk menjaga terpeliharanya aset tetap. Pemerintahan Daerah dalam menyusunan anggaran belanja pemeliharaan untuk tahun berjalan, seharusnya mengacu pada kondisi aset tetap pada tahun sebelumnya. Pemerintahan Daerah juga harus mengetahui kondisi barang milik daerah (rusak berat, rusak ringan atau baik) yang akan dipelihara sehingga dapat dengan jelas mengetahui berapa jumlah dana yang akan dibutuhkan untuk memelihara aset tetap agar dapat digunakan untuk kegiatan pemerintahan atau penyelenggaraan pemerintahan.
Namun dalam penyusunan anggaran belanja pemeliharaan, Pemerintahan Daerah kurang memperhatikan jumlah aset tetap yang akan dipelihara. Hal ini terlihat dari data APBD Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara bahwa rata-rata anggaran belanja pemeliharaan tahun anggaran 2013 hanya sebesar 0,74% dari total nilai aset tetap yang akan dipelihara serta untuk tahun anggaran 2012 yakni sebesar 0,73%. Beberapa Pemerintahan Daerah juga hanya memprioritaskan alokasi untuk anggaran belanja modal ataupun belanja yang dapat menambah aset tetap dalam penyusunan APBD. Sehingga, pengadaan suatu aset tetap (melalui belanja modal) pada Pemerintahan Daerah sering dilakukan setiap tahun untuk jenis aset tetap yang sama.
Dalam penyusunan anggaran belanja pemeliharaan, pemerintahan daerah juga lebih memperhatikan anggaran belanja pemeliharaan kendaraan bermotor
(22)
dari pada pemeliharaan aset tetap yang bukan kendaraan bermotor. Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah pada pemerintahan daerah selalu menyediakan anggaran belanja perawatan/pemeliharaan kendaraan bermotor. Namun anggaran belanja pemeliharaan untuk aset tetap yang bukan kendaraan bermotor belum tentu tersedia anggarannya walaupun terdapat aset tetap yang membutuhkan pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan daerah dalam menyusun anggaran belanja pemeliharaan belum sesuai dengan kebutuhan pemeliharaan aset tetap. Data anggaran belanja pemeliharaan pada beberapa Pemerintahan Daerah menunjukkan bahwa dengan bertambahnya nilai aset tetap yang akan dipelihara, belum tentu secara otomatis akan menambah anggaran belanja pemeliharaan. Hal ini menggambarkan bahwa Pemerintahan Daerah dalam menyusun anggaran belanja pemeliharaan tidak sepenuhnya berdasarkan rencana kebutuhan pemeliharaan. Hal ini juga disebabkan oleh adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri yang menetapkan batasan minimal jumlah anggaran belanja modal yang setiap tahunnya selalu meningkat.
Penentuan besaran anggaran belanja pemeliharaan dalam APBD sangat sulit untuk ditetapkan. Pemerintahan Daerah seharusnya dalam menyusun anggaran belanja pemeliharaan tahun berjalan, harus memperhatikan jumlah aset tetap yang telah dimiliki pada tahun sebelumnya sehingga dapat memperkirakan dan merencanakan pemeliharaan aset tetap. Dengan adanya anggaran belanja pemeliharaan belum tentu dapat menjamin bahwa seluruh aset tetap akan terpelihara dengan baik. Kondisi ini disebabkan oleh anggaran belanja pemeliharaan sering digunakan tidak sesuai dengan peruntukannya. Namun di sisi lainnya, anggaran belanja pemeliharaan selalu terealisasi 100% dari anggaran yang telah dialokasikan. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa sering terlihat banyak aset tetap Pemerintahan Daerah yang terbengkalai karena tidak pernah
(23)
dilakukan pemeliharaan agar aset tetap tersebut selalu siap digunakan untuk pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintahan daerah kurang perhatian terhadap anggaran belanja pemeliharaan juga disebabkan oleh sumber pendapatan daerah yang kecil. Dana perimbangan yang menjadi sumber utama dalam pendapatan daerah telah diprioritaskan dan diarahkan untuk belanja modal dan belanja pegawai. Dengan demikian sumber dana untuk belanja pemeliharaan akan lebih banyak bersumber dari pendapatan asli daerah. Dengan demikian, jumlah anggaran belanja pemeliharaan dalam APBD sangat tergantung pada tinggi rendahnya pendapatan asli daerah.
Kondisi ini dapat dilihat dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Rata-rata anggaran belanja pemeliharaan untuk tahun anggaran 2013 pada Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara yakni sebesar 15,68% dari total anggaran pendapatan asli daerah serta untuk tahun anggaran 2012 yakni sebesar 15,52%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anggaran belanja pemeliharaan cukup siginifikan bila dibandingkan dengan jumlah anggaran pendapatan asli daerah.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut, penelitian ini bermaksud untuk melakukan analisis pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi rumusan masalah yakni: Apakah nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
(24)
daerah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara?.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk Peneliti: Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang berguna bagi mereka yang ingin mengkaji dan meneliti lebih dalam mengenai pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada pemerintahan daerah . 2) Untuk Para Praktisi: Dapat memberikan informasi khususnya kepada
Pemerintahan Daerah, sejauh mana pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah berpengaruh pada anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD serta dapat menjadi masukan dalam mengambil keputusan di masa yang akan datang.
3) Untuk Akademisi/Pengembangan Ilmu: Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi pemerintahan serta membuktikan secara empiris tentang pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah mempengaruhi anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
(25)
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini yakni tentang Pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan dalam Penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Ide penelitian ini didasarkan pada penelitian Sembiring (2009) yang meneliti tentang “Analisis Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara”.
Hasil penelitian Sembiring menunjukkan bahwa belanja modal dan pendapatan asli daerah secara simultan mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan. Belanja modal dan pendapatan asli daerah secara parsial mempunyai pengaruh terhadap anggaran belanja pemeliharaan, namun belanja modal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap belanja pemeliharaan.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian tersebut di atas adalah variabel independen yang digunakan. Penelitian Sembiring menggunakan variabel independen yaitu Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan variabel independen penelitian ini adalah nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah.
Variabel belanja modal tidak digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan APBD. Hal ini juga yang membedakan dengan penelitian sebelumnya, yakni Sembiring melakukan penelitian terhadap Laporan Realisasi Anggaran.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian APBD
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2005), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD memuat rencana pendapatan dan rencana belanja untuk satu tahun yang setiap tahunnya disusun oleh Kepala Daerah dan disampaikan kepada DPRD untuk ditetapkan.
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode. Anggaran merupakan rencana program/kegiatan yang diukur dalam satuan uang yang berisikan perkiraan kebutuhan belanja dalam satu periode tertentu serta sumber dana yang diusulkan untuk membiayai belanja tersebut. Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Soetjipto dan Sudikdiono (2011) mendefiniskan anggaran sebagai “rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja; gambaran strategi pemerintah dalam pengalokasian sumber daya untuk pembangunan; alat pengendalian; instrumen politik; dan disusun dalam periode tertentu”.
(27)
Dengan demikian, APBD merupakan suatu rencana keuangan Pemerintah Daerah yang memuat anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaran pembiayaan untuk satu periode tahun anggaran yang telah disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD serta ditetapkan melalui peraturan daerah. Berdasarkan hal di atas, anggaran yang belum ditetapkan dengan peraturan daerah tentu tidak akan bisa dilaksanakan kecuali terdapat ketetapan khusus yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang mengecualikannya.
Format APBD sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1.1. Format APBD
Pendapatan A
Belanja B
Surplus/Defisit C = A – B
Penerimaan Pembiayaan D
Pengeluaran Pembiayaan E
Pembiayaan Netto F = D – E
SILPA G = C + F
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah merupakan salah satu jenis pendapatan pada Pemerintahan Daerah. Menurut standar akuntansi pemerintahan (KSAP, 2005) pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan Pemerintah Daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah
(28)
(PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri dari:
a. Pajak daerah; b. Retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diuraikan bahwa pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah yang bersumber dari sumber ekonomi asli daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang menjadi hak pemerintah yang tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 disebutkan bahwa Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup: bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN; dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
(29)
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah merupakan pendapatan asli daerah yang diperoleh Pemerintah Daerah di luar pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, seperti: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian dan lain-lain.
2.1.3. Belanja Pemeliharaan
Belanja pemeliharaan merupakan salah satu rekening obyek belanja dalam pengelolaan keuangan daerah. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2005) belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Nomor 59 Tahun 2007, beberapa pengelompokan belanja dalam penyusunan APBD adalah sebagai berikut:
Belanja barang/jasa yang merupakan bagian dari belanja operasi digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Belanja barang/jasa dapat berupa belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/ gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan
(30)
minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa konsultansi, dan lain-lain pengadaan barang/jasa, dan belanja lainnya yang sejenis.
Belanja pemeliharaan yang merupakan bagian dari belanja barang adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain: pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan irigasi, peralatan mesin, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, belanja pemeliharaan untuk aset tetap telah ditetapkan dengan nomor dan nama rekening/akun belanja. Rekening belanja pemeliharaan tersebut dikelompokkan dalam dalam dua objek rekening belanja yakni belanja perawatan kendaraan bermotor untuk menampung seluruh rekening belanja pemeliharaan yang terkait dengan kendaraan bermotor dan belanja pemeliharaan yang menampung seluruh rekening belanja pemeliharaan aset tetap selain dari belanja perawatan kendaraan.
Rincian obyek belanja yang terkait dengan belanja pemeliharaan aset tetap dapat didilihat pada Tabel 2.1.3. Walaupun nomor dan nama rekening belanja pemeliharaan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri, hal ini tidak menutup kemungkinan Pemerintahan Daerah untuk menambah nomor dan nama rekening yang terkait dengan belanja pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pemerintahan daerah.
(31)
Tabel 2.1.3. Rekening Belanja Pemeliharaan
No Rekening Nama rekening (obyek dan rincian obyek belanja)
5.2.2.05 Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor
5.2.2.05.01 Belanja Jasa Service
5.2.2.05.02 Belanja Penggantian Suku Cadang dst………..
5.2.2.20 Belanja Pemeliharaan
5.2.2.20.01 Belanja Pemeliharaan Jalan 5.2.2.20.02 Belanja Pemeliharaan Jembatan dst………..
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Nilai aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan. Dengan demikian istilah belanja dalam akuntansi pemerintahan berbeda dengan istilah beban dalam akuntansi keuangan. Belanja dalam akuntansi pemerintahan adalah merupakan pengeluaran kas yang terjadi selama tahun anggaran sedangkan beban merupakan nilai perolehan sumber daya yang telah digunakan.
2.1.4. Aset Tetap
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, 2005) Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan untuk
(32)
digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya; dan konstruksi dalam pengerjaan.
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Dalam akun tanah termasuk tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.
Peralatan dan mesin mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi yang masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap digunakan.
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan bangunan di neraca meliputi antara lain bangunan gedung; monumen; bangunan menara; dan rambu-rambu.
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Jalan, irigasi, dan jaringan yang terdapat dalam neraca antara lain meliputi jalan dan jembatan; bangunan air; instalasi; dan jaringan. Akun ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan. Tanah yang diperoleh untuk keperluan dimaksud akan dimasukkan dalam akun tanah.
(33)
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.
Berdasarkan uraian di atas, barang milik daerah dapat dikelompokkan sebagai aset tetap hanya bila diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan dengan masa manfaat lebih dari dua belas bulan. Barang milik daerah dengan kondisi yang rusak berat sehingga tidak siap digunakan atau dimanfaatkan, tidak dapat dikelompokkan sebagai aset tetap. Barang milik daerah yang rusak berat akan kelompokkan sebagai aset lainnya bila aset tersebut belum dihapuskan.
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya antara lain terdiri dari: aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan/tuntutan ganti rugi (TP/TGR), kemitraan dengan pihak ketiga, dan aset lain-lain. Aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi, dan kemitraan dengan pihak ketiga. Sebagai contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Dengan demikian suatu aset tetap dengan kondisi rusak berat harus direklasifikasi ke aset lainnya karena tidak lagi memenuhi definisi aset tetap.
(34)
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah. Istilah Barang milik daerah berbeda dengan aset tetap. Dalam barang milik daerah telah termasuk seluruh aset tetap, persediaan, aset lainnya, dan barang milik daerah lainnya yang tidak dicatat dalam neraca.
2.1.5. Penatausahaan dan Pemeliharaan Aset Tetap
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa penatausahaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam menatausahakan barang milik daerah, kuasa pengguna barang/pengguna barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang.
Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam Daftar Barang Milik Daerah (DBMD) menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang. Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus menyimpan dokumen kepemilikan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya. Pengelola barang harus menyimpan dokumen kepemilikan tanah dan/atau bangunan yang berada dalam pengelolaannya.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 disebutkan bahwa pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar semua barang selalu dalam kedaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya
(35)
guna dan berhasil guna. Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk maupun kontruksi asal, sehingga dapat dicapai pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan baik dari segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan. Penyelenggaraan pemeliharaan dapat berupa:
a) Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari hari oleh unit pemakai/pengurus barang tanpa membebani anggaran;
b) Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara berkala oleh tenaga terdidik/terlatih yang mengakibatkan pembebanan anggaran; dan
c) Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak dapat diduga sebelumnya, tetapi dapat diperkirakan kebutuhannya yang mengakibatkan pembebanan anggaran.
Perencanaan kebutuhan pemeliharaan barang milik daerah disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan memperhatikan data barang yang ada dalam pemakaian. Perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan barang milik daerah berpedoman pada standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan standar harga yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah dijadikan acuan sebagai dalam menyusun Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).
RKPBMD tersebut menjadi dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) masing-masing satuan kerja perangkat daerah yang pada akhirnya sebagai bahan penyusunan Rancangan APBD.
(36)
Pengelola barang bersama pengguna barang membahas usul Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah masing-masing SKPD dengan memperhatikan data barang pada pengguna dan/atau pengelola untuk ditetapkan sebagai Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah. Setelah APBD ditetapkan, pembantu pengelola menyusun Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD), sebagai dasar pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 disebutkan bahwa pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya. Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB). Biaya pemeliharaan barang milik negara/daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Kuasa pengguna anggaran wajib membuat daftar hasil pemeliharaan barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkan/menyampaikan daftar hasil pemeliharaan barang tersebut kepada pengguna barang secara berkala. Pengguna barang atau pejabat yang ditunjuk, meneliti laporan dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam satu tahun anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan barang milik negara/daerah.
Dalam penatausahaannya, barang milik daerah dikelompokkan dalam tiga jenis kondisi yakni: baik, rusak ringan, dan rusak berat. Kondisi barang milik daerah ini akan tercantum dalam daftar inventaris barang. Kriteria untuk penentuan kondisi suatu barang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/KM.12/2001. Kriteria tersebut dikelompokkan untuk barang bergerak dan barang tidak bergerak, yakni sebagai berikut:
(37)
Tabel 2.1.5. Kriteria Kondisi Barang
No Uraian
1 Barang Bergerak
a. Baik (B) Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh dan berfungsi dengan baik
B Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi barang tersebut masih dalam
keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan perbaikan ringan dan tidak memerlukan penggantian bagian utama/komponen pokok.
c. Rusak Berat (RB) Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan
tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan besar/penggantian bagian utama/komponen pokok, sehingga tidak ekonomis untuk diadakan perbaikan/rehabilitasi.
2 Barang Tidak Bergerak
a. Tanah
1) Baik (B) Apabila kondisi tanah tersebut siap dipergunakan
dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
2) Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi tanah tersebut karena sesuatu sebab
tidak dapat dipergunakan dan/atau dimanfaatkan dan masih memerlukan pengolahan/perlakuan (misalnya pengeringan, pengurugan , perataan dan pemadatan) untuk dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.
3) Rusak Berat (RB) Apabila kondisi tanah tersebut tidak dapat lagi
dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya karena adanya bencana alam, erosi dan sebagainya.
b. Jalan dan Jembatan
1) Baik (B) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam
keadaan utuh dan berfungsi dengan baik
2) Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam
keadaan utuh namun memerlukan perbaikan ringan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
3) Rusak Berat (RB) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam
keadaan tidak utuh/tidak berfungsi dengan baik dan memerlukan perbaikan dengan biaya besar.
c. Bangunan
1) Baik (B) Apabila bangunan tersebut utuh dan tidak
memerlukan perbaikan yang berarti kecuali pemeliharaan rutin.
(38)
No Uraian
2) Rusak Ringan (RR): Apabila bangunan tersebut masih utuh, memerlukan
pemeliharaan rutin dan perbaikan ringan pada komponen-komponen bukan konstruksi utama.
3) Rusak Berat (RB) Apabila bangunan tersebut tidak utuh dan tidak
dapat dipergunakan lagi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa barang milik negara ataupun daerah dengan kondisi rusak berat, tidak akan dapat dimasukkan atau digolongkan sebagai bagian dari aset tetap di neraca. Hal ini tentu sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyebutkan bahwa bahwa aset tetap harus dalam kondisi siap pakai untuk digunakan. Barang milik negara ataupun daerah dengan kondisi rusak berat akan dikelompokkan atau digolongkan sebagai aset lain-lain dalam neraca sepanjang barang tersebut belum dilakuan penghapusan.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, disebutkan bahwa penghapusan barang milik negara/daerah dilakukan dalam hal barang milik negara/daerah sudah tidak berada dalam penguasaan pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang. Penghapusan dilakukan dengan penerbitan surat keputusan penghapusan dari pengguna barang setelah mendapat persetujuan dari pengelola barang untuk barang milik negara dan pengguna barang setelah mendapat persetujuan gubernur/bupati/walikota atas usul pengelola barang untuk barang milik daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka jenis aset tetap seperti: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, dan aset tetap yang kondisinya rusak berat tidak dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan sebagai aset tetap. Barang milik daerah yang rusak berat tersebut akan dicatat sebagai aset lainnya sepanjang belum dilakukan penghapusan melalui keputusan Kepala Daerah.
(39)
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian Sembiring (2009) tentang “Analisis Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara” menunjukkan bahwa belanja modal dan pendapatan asli daerah secara simultan mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan. Belanja modal dan pendapatan asli daerah secara parsial mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan, namun belanja modal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap belanja pemeliharaan.
Penelitian Karo-Karo (2006) menemukan bahwa tidak terdapat korelasi di antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan. Dalam penelitiannya, Karo-karo menggunakan sampel Kabupaten Kota di Pulau Jawa untuk anggaran 2003-2004 serta menemukan bahwa ketika Pemerintah Daerah membuat kebijakan untuk mengalokasikan anggaran belanja modal, tidak diiringi dengan dengan pengalokasian untuk belanja operasional dan pemeliharaan yang seimbang. Penyebabnya adalah karena tidak akuratnya Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan anggaran terhadap proyek/kegiatan.
Rustiyaningsih (2012) meneliti pengaruh belanja modal terhadap belanja pemeliharaan (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Jawa Timur). Hasil penelitian menemukan bahwa belanja modal berpengaruh signifikan terhadap belanja pemeliharaan pada tahun yang sama serta belanja modal tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja pemeliharaan dengan menggunakan tahun yang berbeda. Kenaikan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap kenaikan belanja pemeliharaan.
Abdullah dan Halim (2004) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan. Pendapatan yang
(40)
bersumber dari dana perimbangan berpengaruh terhadap anggaran belanja modal yakni apabila terdapat kenaikan dalam dana perimbangan akan mengakibatkan kenaikan dalam belanja modal.
Thomassen (1999) menyatakan bahwa setengah negara bagian (state) di Amerika Serikat yang melaporkan pos belanja modal dan non belanja modal secara terpisah telah gagal menggabungkan anggarannya untuk melakukan evaluasi secara simultan dan komparatif untuk kedua pos belanja yang bersangkutan.
Tabel 2.2. Review Penelitian Terdahulu
No Nama dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel yang digunakan HasilPenelitian
1 Sembiring
(2009)
Analisis Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara
Belanja Modal dan
Pendapatan Asli Daerah
1. Belanja modal dan
pendapatan asli daerah
secara simultan mempunyai pengaruh terhadap belanja pemeliharaan.
2. Belanja modal dan
pendapatan asli daerah
secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap belanja pemeliharaan, namun belanja modal memiliki
pengaruh yang lebih
besar terhadap belanja pemeliharaan.
2 Karo Karo
(2006) Hubungan Belanja Modal dengan Belanja Operasional dan Pemeliharaan Pemerintah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa Belanja Modal, Belanja Operasional, Belanja Pemeliharaan Pengalokasian anggaran belanja modal tidak diiringi dengan pengalokasian untuk belanja operasional dan pemeliharaan yang seimbang
3 Rustiyaningsi
h (2012) Pengaruh Belanja Modal Terhadap Belanja Pemeliharaan (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Jawa Belanja Modal
dan Belanja
Pemeliharaan
1. Belanja modal
berpengaruh signifikan terhadap belanja pemeliharaan pada tahun
yang sama
2. Belanja modal tidak
(41)
No Nama dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel yang digunakan HasilPenelitian
Timur) terhadap belanja
pemeliharaan dengan menggunakan tahun yang berbeda.
3. Kenaikan Belanja modal
berpengaruh signifikan terhadap kenaikan belanja pemeliharaan.
4 Abdullah dan
Halim (2008) Pengalokasian Belanja Fisik dalam Anggaran Pemerintah Daerah: Studi Empiris atas Determinan dan Konsekuensinya Terhadap Belanja Pemeliharaan Belanja Modal, Belanja Pemeliharaan, dan Dana Perimbangan
1. Terdapat hubungan yang
signifikan antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan.
2. Pendapatan yang
bersumber dari dana perimbangan
berpengaruh terhadap anggaran belanja modal
5 Thomassen
(1999)
Capital Budgetting for a state
Revenues and costs capital consumption
Setengah negara bagian (state) di Amerika Serikat yang melaporkan pos belanja modal dan non belanja modal secara terpisah telah gagal menggabungkan
anggarannya untuk melakukan evaluasi secara
simultan dan komparatif untuk kedua pos belanja yang bersangkutan.
(42)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan rumusan masalah penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan gambar 3.1 di atas terdapat satu variabel dependen (Y) yaitu Anggaran Belanja Pemeliharaan dan dua variabel independen yaitu Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara (X1) dan Pendapatan Asli Daerah (X2
Nilai aset tetap yang akan dipelihara yang dimiliki secara sah oleh Pemerintah Daerah tentu seharusnya mempengaruhi anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD. Semakin besarnya nilai aset tetap yang akan dipelihara tentu berdampak pada semakin besarnya anggaran belanja pemeliharaan yang harus disediakan dalam APBD. Hal in untuk menjaga agar aset
). Kedua variabel independen tersebut diperkirakan akan mempengaruhi anggaran belanja pemeliharaan yakni dapat menaikkan dan menurunkan anggaran belanja pemeliharaan.
Anggaran Belanja Pemeliharaan (Y) Nilai Aset Tetap yang Akan
Dipelihara (X1)
Pendapatan Asli Daerah (X2)
(43)
tetap tersebut tetap terpelihara dan dapat digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Aset tetap yang akan dipelihara oleh Pemerintahan Daerah tidak termasuk aset tetap yang dimiliki Pemerintah Pusat atau Pemerintahan Daerah lainnya yang terdapat pada wilayah Pemerintahan Daerah yang bersangkutan.
Pendapatan asli daerah akan mempengaruhi anggaran belanja pemeliharaan karena anggaran belanja pemeliharaan lebih banyak bersumber dari pendapatan asli daerah. Semakin besar jumlah anggaran pendapatan asli daerah akan berdampak pada semakin besarnya jumlah anggaran belanja pemeliharaan yang dianggarkan dalam APBD. Pendapatan asli daerah yang meningkat setiap tahunnya tentu menunjukkan semakin meningkatnya kinerja keuangan Pemerintah Daerah.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan maka kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan hal di atas, maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:
“Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara (X1) dan Pendapatan Asli
Daerah (X2) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap
Anggaran Belanja Pemeliharaan dalam penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Sumatera Utara”.
(44)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan metode ilmiah yang memiliki kriteria seperti: berdasarkan fakta, menggunakan prinsip analisa, menggunakan hipotesa, menggunakan ukuran objektif dan meggunakan data kuantitatif. Dalam mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk penelitian, data yang digunakan adalah data sekunder.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain melalui dinas atau instansi yang terkait pada Pemerintahan Daerah seperti Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah serta web site Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan - Kementerian Keuangan.
4.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di seluruh Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang dijadikan sebagai sampel. Waktu penelitian dilakukan bulan Oktober 2013-Januari 2014.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah Pemerintahan Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara yakni sejumlah 33 Pemerintahan Kabupaten/Kota.
Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
(45)
1) Neraca Pemerintahan Daerah untuk tahun buku 2011 dan 2012 telah diaudit oleh BPK RI.
2) APBD dan Penjabaran APBD Tahun 2012 dan 2013 telah ditetapkan dengan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
Berdasarkan kriteria di atas, maka sampel yang memenuhi syarat dalam penelitian ini berjumlah 30 Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara sehingga jumlah observasi dalam penelitian ini adalah 2 tahun observasi x 30 sampel = 60 sampel observasi. Berikut ini disajikan daftar nama sampel yang dipilih berdasarkan purposive sampling tersebut.
Tabel 4.3. Daftar Nama Sampel Periode Tahun 2012-2013 NO KABUPATEN/KOTA
1 Asahan 2 Batubara 3 Dairi
4 Humbang Hasundutan 5 Karo
6 Langkat
7 Mandailing Natal 8 Serdang Bedagai 9 Simalungun 10 Tapanuli Selatan 11 Tapanuli Tengah 12 Tapanuli Utara 13 Toba Samosir 14 Labuhanbatu 15 Labuhanbatu Selatan 16 Labuhanbatu Utara 17 Padang Lawas 18 Pakpak Bharat 19 Kota Binjai 20 Kota Medan 21 Kota Sibolga 22 Kota Tebing Tinggi 23 Kota Pematang Siantar 24 Kota Gunung Sitoli 25 Nias Barat
(46)
NO KABUPATEN/KOTA 27 Kota Padang Sidempuan 28 Padang Lawas Utara 29 Samosir
30 Nias Utara
4.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini adalah dengan mendapatkan Neraca Pemerintahan Daerah untuk tahun anggaran 2011 dan 2012 yang telah diaudit BPK RI serta APBD dan Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2012 dan 2013 pada seluruh Pemerintahan Daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Data yang diambil adalah anggaran pendapatan asli daerah dan anggaran belanja pemeliharaan dari APBD tahun 2012 dan 2013 serta data aset tetap dari neraca yang telah diaudit BPK RI untuk tahun buku 2011 dan 2012.
4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang diajukan, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.5.1. Variabel Independen (X)
Variabel independen (variabel bebas) yang digunakan dalam penelitian adalah:
1) Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara (X1), yakni dengan menggunakan
jumlah nilai Aset Tetap dengan kondisi baik dan rusak ringan setelah dikurang dengan Konstruksi Dalam Pengerjaan. Dalam hal ini, nilai Aset Tetap yang digunakan adalah: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, serta aset tetap lainnya yang masuk dalam kategori kondisi baik dan rusak ringan. Aset tetap berupa konstruksi dalam pengerjaan tidak akan dimasukkan karena belum membutuhkan
(47)
pemeliharaan. Data nilai aset tetap yang akan dipelihara yang digunakan adalah data pada tahun 2011 dan 2012.
2) Pendapatan Asli Daerah (X2), yakni dengan menggunakan jumlah
anggaran pendapatan asli daerah pada APBD tahun 2012 dan 2013. Pendapatan asli daerah meliputi pendapatan yang berasal dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
4.5.2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah anggaran belanja pemeliharaan. Anggaran belanja pemeliharaan merupakan jumlah anggaran yang dialokasikan untuk belanja pemeliharaan aset tetap dalam APBD yang dikelompokkan sebagai bagian dari belanja barang untuk tahun anggaran 2012 dan 2013.
Definisi operasional dari seluruh variabel dapat diuraikan dan dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Pengukuran Anggaran Belanja
Pemeliharaan
(Y)
Merupakan
pengeluaran yang
dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap yang sudah ada atau yang telah dimiliki ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah
belanja.
Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk belanja pemeliharaan aset tetap dalam APBD yang dikelompokkan
sebagai bagian dari belanja barang untuk tahun anggaran
2012-2013
Rasio
Nilai Aset Tetapyang Akan dipelihara
(X1
Merupakan aset berwujud dengan kondisi yang baik dan rusak ringan, setelah dikurangi dengan kontruksi dalam pengerjaan, yang )
Jumlah nilai aset tetap dalam kondisi baik dan rusak ringan dikurangi dengan Konstruksi Dalam Pengerjaan
(48)
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala Pengukuran mempunyai masa
manfaat lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum Pendapatan Asli Daerah (X2 Merupakan semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) yang berasal dari berbagai sumber ekonomi asli daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintahan daerah,
dan tidak perlu lagi dibayar kembali oleh pemerintahan daerah. )
Jumlah anggaran pendapatan asli daerah dalam APBD Tahun 2012-2013
Rasio
4.6. Metode Analisis Data
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (Multiple Regresion Analysis) yakni data sekunder tersebut akan diolah dengan menggunakan SPSS 18.00 for windows. Berdasarkan uji tersebut, selanjutnya akan dilakukan suatu persamaan regresi berganda yakni sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1+ β2X2
Dimana:
+ e
Y = Anggaran Belanja Pemeliharaan (ABP)
β0 β
= Nilai Y bila X = 0 atau nilai konstan
1, β2
X
= Koefisien Regresi
1
X
= Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara (AT)
2
e = error
(49)
4.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran untuk profil dari sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif variabel independen (nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah) dan variabel dependen (anggaran belanja pemeliharaan) yang terdiri dari rata-rata, standar deviasi, minimum, dan maksimum.
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik sangat diperlukan sebelum dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan untuk dapat menentukan syarat persamaan pada model regresi dan dapat diterima secara ekonometrik.
Dalam analisis ini perlu juga dilihat terlebih dahulu apakah data penelitian yang tersedia bisa dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dapat dilakukan dengan pengujian normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.
4.6.2.1Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak normal, dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dimana bila nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Pengujian juga dapat dilakukan dengan analisis grafik atau dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data residual normal,
(50)
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
4.6.2.2Uji Multikolinearitas
Tujuan pengujian multikolinearitas ini adalah untuk melakukan pengujian apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika ada, maka berarti terdapat multikolinearitas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen (Santoso, 2001). Pengujian apakah terdapat multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat besaran VIF (varians inflation faktor) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF > 10 atau nilai Tolerance < 0,10 berarti terdapat multikolinearitas.
4.6.2.3Uji Heterokedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu ke residual pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas, jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah bahwa bila tidak terdapat heterokedastisitas, dengan kata lain bahwa jika terdapat heterokedastisitas maka model tersebut kurang efisien (Santoso, 2001).
Salah satu cara atau metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplots. Jika membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang kemudian menyempit). Maka telah terjadi heterokedastisitas, sedangkan jika titik-titik tersebut menyebar secara tidak teratur dengan pola tidak jelas yang berada di atas dan di bawah nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
(51)
4.6.2.4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu (time series). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji DW dengan melihat koefisien korelasi DW Test. Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson Test dan Uji Lagrange Multiplier (LM Test). Syarat adanya autokorelasi antara lain:
a) Jika 0 < d < dl maka tidak ada autokorelasi positif sehingga keputusan ditolak
b) Jika dl ≤ d ≤ du maka tidak ada autokorelasi positif sehingga tidak ada keputusan
c) Jika 4-dl < d < 4 maka tidak ada korelasi negatif sehingga keputusan ditolak.
d) Jika 4-du ≤ d ≤ 4 – dl maka tidak ada korelasi negatif sehingga tidak ada keputusan.
e) Jika du < d < 4 – du maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif sehingga tidak ditolak keputusan
4.6.3. Uji Hipotesis 4.6.3.1Uji F
Uji F (secara bersama-sama) tujuannya adalah untuk menilai variabel-variabel independen yang secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika dalam ANOVA SPSS nilai signifikansinya < 0,05 maka secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak Ha
(52)
simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan sebaliknya.
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dengan menggunakan Uji F ini, hipotesisnya adalah:
Ho : b1
H
= 0, maka nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan.
a : b1 ≠ 0, maka nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
daerah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan.
4.6.3.2. Uji t
Uji t (parsial) adalah untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Jika Coefficients SPSS, masing-masing variabel independen signifikansinya < 0,05 maka secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak Ha
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dalam uji t , hipotesisnya:
diterima sehingga secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dan sebaliknya.
Ho : b1 = b2
H
= 0 maka nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
daerah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan.
a : b1 ≠ b2 ≠ 0 maka nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli
daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan.
(53)
4.6.3.3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Artinya menurut Ghozali (2005), nilai yang mendekati satu berarti variabel variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati nol. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka nilai R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
(54)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Statistik Deskriptif Penelitian
Variabel independen pada penelitian ini adalah Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara (X1), dan Pendapatan Asli Daerah (X2
Tabel 5.1.1. Statistik Deskriptif
). Variabel dependen yang digunakan adalah Anggaran Belanja Pemeliharaan (Y). Untuk lebih jelas mengenai statistik deskriptif variabel tersebut, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AT 60 77573805328 2.E13 1.90E12 3.902E12
ANGPAD 60 1789530295 2.E12 8.96E10 2.818E11
ABP 60 3456755000 82863248170 1.40E10 1.351E10
Valid N (listwise) 60
Sumber: Lampiran 3 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.1.1. di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1) Variabel independen Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara memiliki nilai terendah sejumlah 77.573.805.328,00 dan memiliki nilai tertinggi sejumlah 2.E13 dengan nilai rata-rata sejumlah 1.90E12 dengan standar deviasi sejumlah 3.902E12. Artinya nilai aset tetap yang akan dipelihara selama periode pengamatan menunjukkan adanya perbedaan yang amat jauh antara nilai minimum dan maksimum dari nilai aset tetap yang akan dipelihara.
(55)
2) Variabel independen Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai terendah sejumlah 1.789.530.295,00 dan nilai tertinggi sejumlah 2.E12 dengan nilai rata-rata sejumlah 8.96E10 dengan standar deviasi sejumlah 2.818E11. Artinya nilai anggaran pendapatan asli daerah antara tahun 2012-2013 menunjukkan adanya perbedaan yang amat jauh antara nilai minimum dan maksimum dari anggaran pendapatan asli daerah.
3) Variabel dependen Anggaran Belanja Pemeliharaan memiliki nilai terendah sejumlah 3.456.755.000,00 dan nilai tertinggi sejumlah 82.863.248.170,00 dengan nilai rata-rata sejumlah 1.40E10 dengan standar deviasi sejumlah 1.351E10. Artinya nilai anggaran belanja pemeliharaan antara tahun 2012-2013 menunjukkan adanya perbedaan yang amat jauh antara nilai minimum dan maksimum dari anggaran belanja pemeliharaan.
Berdasarkan analisis data statistik deskriptif di atas, maka perlu dilakukan transformasi data.
5.1.2 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil bahwa data tidak normal sehingga dilakukan transformasi. Uji Asumsi Klasik setelah transformasi terdiri dari: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
5.1.2.1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dapat diuji melalui beberapa metode antara lain yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov, Grafik P-P Plot dan Histogram. Dalam pengujian normalitas ini, peneliti melakukan pengujian dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov.
(56)
Tabel Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov setelah transformasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.1.2.1. Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AT_LN ANGPAD_LN ABP_LN
N 60 60 60
Normal Parametersa,b Mean 27.729772 24.206634 23.097337
Std. Deviation .9037641 1.0876006 .6665090
Most Extreme Differences Absolute .158 .127 .122
Positive .150 .127 .122
Negative -.158 -.089 -.069
Kolmogorov-Smirnov Z 1.223 .982 .948
Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .290 .330
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Lampiran 4 (data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.1.2.1. di atas nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov setelah transformasi, variabel nilai aset tetap yang akan dipelihara (X1),
pendapatan asli daerah (X2), dan anggaran belanja pemeliharaan (Y) adalah
0,101; 0,290 dan 0,330 (Nilainya > 0,05). Dengan demikian data tersebut telah terdistribusi normal. Artinya Ho ditolak, Ha diterima.
5.1.2.2. Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian multikolinearitas setelah transformasi dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5.1.2.2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10.600 2.055 5.158 .000
AT_LN .289 .117 .392 2.470 .017 .398 2.514
ANGPAD_LN .185 .097 .302 1.902 .062 .398 2.514
a. Dependent Variable: ABP_LN
(57)
Berdasarkan Tabel 5.1.2.2. di atas, uji multikolinearitas sesudah transformasi menunjukkan nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10 untuk variabel nilai aset tetap yang akan dipelihara (X1) dan pendapatan asli daerah (X2
5.1.2.3. Uji Heterokedastisitas
) . Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil Uji Heterokedastisitas dilakukan dengan Scatterplot dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.1.2.3.
Scatterplot
Sumber: Lampiran 4 (data diolah)
berdasarkan Gambar 5.1.2.3 di atas, scatterplot tersebut menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terjadi heterokedastisitas.
5.1.2.4. Uji Autokorelasi Sebelum Lag Variabel
Hasil Uji Autokorelasi sebelum lag variabel dapat dilihat pada Tabel 5.1.2.4. Berdasarkan tabel tersebut, nilai Durbin-Watson sebesar 1,253 sedangkan nilai DW untuk kedua variabel independen (nilai aset tetap yang akan dipelihara dan pendapatan asli daerah); k =2 dan sampelnya = 60 dengan signifikansi 0,05
(58)
maka nilai DL = 1,5144 dan DU =1,6518 sehingga nilai 4 – DU = 4-1,6518 = 2,3482. Jadi, disimpulkan DW < DU sehingga tidak ada kesimpulan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah autokorelasi setelah transformasi data adalah melakukan lag variabel.
Tabel 5.1.2.4.
Uji Autokorelasi Sebelum Lag Variabel
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
dimension0
1 .655a .429 .409 .5125616 1.253
a. Predictors: (Constant), ANGPAD_LN, AT_LN b. Dependent Variable: ABP_LN
Sumber: Lampiran 4 (data diolah)
5.1.2.5. Uji Autokorelasi Setelah Lag Variabel
Hasil pengujian Autokorelasi sesudah lag variabel dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5.1.2.5.
Uji Autokorelasi Setelah Lag Variabel Model Summaryb
Model R R
Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson dimension0 1 .727 .529
a .503 .4739488
1.809 a. Predictors: (Constant), Lag_Y, AT_LN, ANGPAD_LN
b.Dependent Variable: ABP_LN
Sumber: Lampiran 4 (data diolah)
Setelah melakukan pengujian lag variabel, maka nilai Durbin-Watson adalah 1,809 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1.2.5. Dengan 3 variabel bebas (bertambah satu variabel lag_variabel) maka nilai DL = 1,4797 dan DU = 1,6889 maka DU < DW < (4-DU) = 1,6889 < 1,809 < 2,3101 yang artinya tidak terjadi autokorelasi negatif maupun positif sehingga bebas dari gangguan autokorelasi.
(59)
5.1.3. Uji Hipotesis 5.1.3.1. Uji F
Data berdasarkan hasil uji F setelah transformasi diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5.1.3.1. Uji F ANOVA Model
b
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 11.235 2 5.617 21.382 .000a
Residual 14.975 57 .263
Total 26.210 59
a. Predictors: (Constant), ANGPAD_LN, AT_LN b. Dependent Variable: ABP_LN
Sumber: Lampiran 4 (data diolah)
Dari Tabel 5.1.3.1. di atas, nilai signifikansinya < 0,05 (0,000 < 0,05) artinya Ho ditolak, Ha diterima sehingga dapat diambil kesimpulan maka secara
simultan variabel independen (Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah) berpengaruh signifikan terhadap variabel independen (Anggaran Belanja Pemeliharaan).
5.1.3.2. Uji t
Hasil uji t (secara parsial) dapat diuraikan dalam Tabel 5.1.3.2. sebagai berikut:
Tabel 5.1.3.2. Uji t Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.600 2.055 5.158 .000
AT_LN .289 .117 .392 2.470 .017
ANGPAD_LN .185 .097 .302 1.902 .062
a. Dependent Variable: ABP_LN
(60)
Berdasarkan Tabel 5.1.3.2. tersebut, maka secara parsial pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijelaskan. Pengaruh nilai aset tetap yang akan dipelihara terhadap anggaran belanja pemeliharaan dan pengaruh pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja pemeliharaan dalam penyusunan APBD.
Berdasarkan Tabel 5.1.3.2. di atas, maka secara parsial pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Nilai signifikansi X1 (AT) = 0,017 < 0,05. Artinya nilai signifikansi < 0,05
sehingga Ho ditolak, Ha diterima. Jadi, secara parsial antara X1 (AT)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Y (ABP) 2) Nilai signifikansi X
.
2 ( PAD) = 0,062 > 0,05. Artinya nilai signifikansi >
0,05 sehingga Ho diterima, Ha ditolak. Jadi, secara parsial antara X2
(PAD) tidak berpengaruh signifikan terhadap Y (ABP)..
Berdasarkan uraian di atas, dengan demikian dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = 10,600 + 0,289 Ln_AT + 0,185 Ln_PAD
5.1.3.3. Koefisien Determinasi
Hasil perhitungan koefisien determinasi dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5.1.3.3. Koefisien Determinasi Model Summary Model
b
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson dimension0 1 .655 .429
a .409 .5125616 1.253
a. Predictors: (Constant), ANGPAD_LN, AT_LN b. Dependent Variable: ABP_LN
(61)
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 5.1.3.3., nilai adjusted R-Square adalah 0,409. Hal ini berarti 40,9 % variabel dependen yakni Anggaran Belanja Pemeliharaan dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen di atas (Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah) sedangkan sisanya yaitu 59,1 % (100 % - 40,9 % ) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
5.2. Pembahasan
Dari hasil analisis regresi berganda sebagaimana diungkapkan dalam Tabel 5.1.3.2 diperoleh persamaan Y = 10,600 + 0,289 Ln_AT + 0,185 Ln_PAD. Variabel Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara (X1) dan Pendapatan Asli
Daerah (X2
5.2.1. Pengaruh Nilai Aset Tetap yang Akan Dipelihara Terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan
) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan.
Variabel nilai aset tetap yang akan dipelihara (X1
Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang sedang dalam unit pemakaian, tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk maupun ) mempunyai koefisien positif sebesar 0,289. Artinya apabila nilai koefisiennya tetap (konstan) maka kenaikan aset tetap sebesar 1 akan menaikkkan anggaran belanja pemeliharaan sebesar 0,289 atau 28,9 %. Kondisi ini sesuai dengan teori ataupun ketentuan yang diungkapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa pemeliharaan merupakan kegiatan atau tindakan agar semua barang selalu dalam kedaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
(1)
3.3 Normal P-P Plot Sebelum Transformasi
(2)
3.5. Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi
Coefficients
aModel
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
1 (Constant)
1.025E10
2.001E9
5.121 .000
AT
.001
.002
.180
.258 .797
.015 68.261
ANGPAD
.028
.033
.594
.855 .396
.015 68.261
a. Dependent Variable: ABP
3.6. Uji Heterokedastisitas Sebelum Transformasi
3.7. Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi
Model Summary
bModel
R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
dimension0 1 .773
a.597
.583
8.722E9
1.368
a. Predictors: (Constant), ANGPAD, AT
b. Dependent Variable: ABP
(3)
Lampiran 4
4.1. Statistik Deskriptif Penelitian Sesudah Transformasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AT_LN 60 25.0745 30.7583 27.729772 .9037641
ANGPAD_LN 60 21.3052 28.0976 24.206634 1.0876006
ABP_LN 60 21.9636 25.1405 23.097337 .6665090
Valid N (listwise) 60
4.2. Uji
Kolmogorov-Smirnov
Setelah Transformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestAT_LN ANGPAD_LN ABP_LN
N 60 60 60
Normal Parametersa,b Mean 27.729772 24.206634 23.097337
Std. Deviation .9037641 1.0876006 .6665090
Most Extreme Differences Absolute .158 .127 .122
Positive .150 .127 .122
Negative -.158 -.089 -.069
Kolmogorov-Smirnov Z 1.223 .982 .948
Asymp. Sig. (2-tailed) .101 .290 .330
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data
(4)
(5)
4.4. Histogram Setelah Transformasi
4.5 Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 10.600 2.055 5.158 .000
AT_LN .289 .117 .392 2.470 .017 .398 2.514
ANGPAD_LN .185 .097 .302 1.902 .062 .398 2.514
(6)
4.6. Uji Heterokedastisitas Setelah Transformasi
4.7. 1. Uji Autokorelasi Sebelum Lag Variabel
Model Summary
Model
b
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
dimension0 1 .655 .429 a
.409 .5125616 1.253
a. Predictors: (Constant), ANGPAD_LN, AT_LN b. Dependent Variable: ABP_LN
4.7. 2. Uji Autokorelasi Setelah Lag Variabel
Model Summary
Model
b
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
dimension0 1 .727 .529 a
.503 .4739488 1.809