JUDUL INDONESIA: EVALUASI EFEKTIVITAS PROSES PRODUKSI KARET REMAH BERDASARKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) JUDUL INGGRIS: EVALUATION EFFECTIVENESS OF PRODUCTION PROCESS CRUMB RUBBER BASED METHOD OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

ABSTRAK
EVALUASI EFEKTIVITAS PROSES PRODUKSI KARET REMAH
BERDASARKAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
(OEE)

Oleh

Muhammad Pandutias

Karet alam adalah salah satu komoditas perkebunan terkemuka di Indonesia, tetapi
komoditas tersebut belum efektif karena adanya kerugian selama proses produksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas proses produksi karet alam
didasarkan pada Overall Equipment Effectiveness (OEE). Penelitian ini dilakukan
pada produk kualitas baik SIR pabrik PTPN VII Unit Usaha Way Berulu selama tiga
bulan pengamatan. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang
terjadi pada mesin produksi karena mesin memiliki peranan penting dalam aktivitas
produksi, maka mesin yang dipergunakan harus berada dalam kondisi yang baik.
Efektivitas mesin dapat diketahui dengan mengukur nilai OEE dari mesin-mesin
produksi karet tersebut. Pengukuran dengan metode OEE melibatkan tiga faktor
penting yang mempengaruhinya, yaitu availability, performance, dan quality dengan
nilai standar ketiga faktor tersebut berturut-turut adalah 90%, 95%, dan 99%.

Sedangkan untuk standar dari nilai OEE adalah 85%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pabrik SIR kualitas baik di PTPN VII Unit
Usaha Way Berulu memiliki nilai rata-rata 89,58% untuk Availability, 80,29% untuk
Performance, dan 99,81% untuk Quality, sehingga nilai rata-rata OEE adalah 71,68%.

Kata kunci

: Karet Alam, SIR, OEE,

ABSTRACT
EVALUATION EFFECTIVENESS OF PRODUCTION PROCESS CRUMB
RUBBER BASED METHOD OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS
(OEE)

Natural rubber one of the leading estate commodities in Indonesia, but production of
this commodity is not yet effective due to losses during process. The purpose of this
study was to determine effectiveness of natural rubber production process based on
Overall Equipment Effectiveness (OEE). The study start by identifying problem on
production machine because the machine have an important rile in the production

activities, the machine used must be in good condition. The effectiveness of the
machine can be determined by measuring the OEE value of production machinery
rubber. OEE measurement method involves three important factors that influence it,
namely availability, performance, and quality to the standard value of these three
factors are respectively 90%, 95%, and 99%. As for the standard of the value of OEE
is 85%.

The study was conducted at high grade SIR factory (Unit Usaha Way Berulu) for
three months observed. The result showed that high grade SIR factory had average
89.58% of Availability, 80.29% of Performance Eficiency, and 99.81% of Quality
Ratio, therefore average OEE value was 71.68%.

Keywords: Natural Rubber, SIR, OEE

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Jepara pada tanggal 25 September 1990, sebagai anak
kedua dari empat bersaudara, pasangangan Bapak Muhammad Nasir dan Ibu Siti
Mujayanah.


Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Pertiwi
Sumberejo Lampung Timur pada tahun 1996, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di
SD Negeri 1 Labuhan Ratu Dua Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2002,
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Way Jepara
Lampung Timur tahun 2005, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2008. Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) pada tahun 2008.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2011 selama 40 hari
di desa Wiyono, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran dengan tema
“Revitalisasi Pertanian dan Kehutanan untuk Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Petani”. Tahun 2012 penulis juga melaksanakan Praktek Umum
(PU) selama 40 hari di Nusantara Tropical Farm (NTF) Lampung Timur dengan
Tema “Penangan Pasca Panen dan Pengemasan di PT. Nusantara Tropical
Farm (NTF) Labuhan Ratu Lampung Timur”.

Selain menjadi mahasiswa, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Pengembangan Produk Olahan (PPO) tahun 2012/2013 dan Sekertaris

Departemen Sosial dan Hubungan Masyarakat Ikatan Mahasiswa Lampung Timur
(Ikam Lamtim) tahun 2011/2012.

Bismillaahirrahmaanirrahiim

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupan hambanya….”
(QS. Al Baqarah: 286)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan”
(QS. Al Insyirah: 6)

Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu
Ya Allah, kupersembahkan karya ini untuk:

Bapak dan Ibu

Muhammad Nasir dan Siti
Mujayanah
Yang selalu menyanyangi dan mencintai setulus hati

Kedua saudariku, Diah dan Resty yang selalu
memberikan keceriaan, semangat, dan kehangatan dalam
setiap langkah penulis selama ini
Mamasku, Rio Mulyanto terima kasih atas nasehat yang
selalu diberikan, keceriaan yang selalu ada dan
perhatian yang selalu diberikan, semoga penulis akan
menjadi lebih baik lagi
Teman-teman dulu A.5 sekarang E.3 (Isnaeni NR,
Syaza, Budi, Pendi, Isnaini R, Udin, Tesa) yang
mengajarkan banyak hal, atas segala perhatian, bantuan
dan semangat kepada penulis.
Untuk teman-teman Soldier of Primbon atas semangat
yang diberikan, kekeluargaan, serta kebersamaannya
Serta Almamater Tercinta

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan
nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul “Evaluasi Efektivitas Proses Produksi Karet Remah Berdasarkan

Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE)”. Sebagai manusia biasa,
penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan adanya koreksi dan saran agar dikemudian hari skripsi ini
akan semakin sempurna.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian;
2. Ibu Ir. Susilawati, M.S., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian;
3. Dr. Erdi Suroso, S.T.P., M.T.A selaku Pembimbing Utama yang telah
begitu banyak memberikan bimbingan, saran, kritik, motivasi, semangat,
dan arahannya selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Tanto Pratondo Utomo, M.Si selaku Pembimbing Kedua, atas
bimbingan, saran, kritik, motivasi, semangat, dan arahannya selama
pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

ii

5. Dr. (Eng) Ir. Udin Hasanudin, M.T.selaku Pembahas atas saran, kritik, dan

arahannya dalam penulisan skripsi ini.
6. Dr. Ir. Subeki, M.Si., M.Sc., selaku pembimbing akademik atas
bimbingan, saran, dan kritik selama menjadi mahasiswa di THP.

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar, staf administrasi dan laboratorium di
Jurusan THP atas bimbingan, pengetahuan, dan arahannya selama penulis
menjadi mahasiswa.
8. Adik-adik THP 2009, 2010, dan 2011, terimakasih atas keceriaannya.
9. Ikatan Mahasiswa Lampung Timur, terimakasih banyak atas kebersamaan
dan keceriannya.
10. Semua pihak PTPN VII Unit Usaha Way Berulu yang telah banyak
membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis ucapkan
terima kasih banyak, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah S1 ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya Robbal’alamiin…

Bandar Lampung, Juli 2014
Penulis,


Muhammad Pandutias

iii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................

v


I. PENDAHULUAN ...............................................................................

1

A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Tujuan ............................................................................................

3

II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

6

A. Tanaman Karet di Provinsi Lampung ............................................

6


B. Karet Remah (Crumb Rubber) .......................................................

7

C. Pengolahan Karet Remah ..............................................................

8

D. Overall Equipment Effectiveness (OEE) ......................................

11

1. Availability ..............................................................................
2. Performance............................................................................
3. Quality.....................................................................................

11
12
12


III. BAHAN DAN METODE ..................................................................

15

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................

15

B. Alat .................................................................................................

15

C. Metode Penelitian ..........................................................................

15

D. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................

16

E. Perhitungan ....................................................................................

17

iv

1
2
3.
4.

Penentuan Availability .............................................................
Penentuan Performance ............................................................
Penentuan Quality .....................................................................
Penentuan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ................

17
18
19
19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................

21

A. Proses Pengolahan Karet Remah (Crumb Rubber)
di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu...........................................

21

B. Kinerja PTPN VII Unit Usaha Way Berulu dalam Pengolahan
Karet Remah....................................................................................

25

1.
2.
3.
4.

Pembebanan Waktu (Loading Time)..........................................
Waktu Tidak Beroperasi (Downtime) .......................................
Waktu Operasi (Operation Time)...............................................
Jumlah Produksi Karet Remah (Crumb Rubber) .......................

25
26
28
29

C. Penentuan Kinerja Pabrik Pengolahan Karet Remah Berdasarkan
Overall Equipment Effectiveness (OEE)..........................................

31

1.
2.
3.
4.

Penentuan Availability................................................................
Penentuan Performance .............................................................
Penentuan Quality ......................................................................
Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)................

31
32
34
36

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................

39

5.1 Simpulan ......................................................................................

39

5.2 Saran .............................................................................................

39

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

40

LAMPIRAN ..............................................................................................

42

DAFTAR TABEL

Tabel :

Halaman

1. Penyebaran tanaman karet rakyat di Provinsi Lampung ......................

7

2. Data Pembebanan Waktu (Loading Time) di PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014 ...............................

43

3. Data Waktu Tidak Beroperasi Mesin Produksi Karet Remah di
PTPN VII Unit Usaha Way Berulu Periode Januari 2013 –
Januari 2014 .........................................................................................

44

4. Persentase Waktu Tidak Beroperasi Mesin Produksi
Karet Remah di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu Periode
Januari 2013 – Januari 2014 .................................................................

45

5. Waktu Operasi Mesin Produksi Karet Remah di VII Unit Usaha
Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014 ...............................

45

6. Data Produksi Karet Remah di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu
Periode Januari 2013 – Januari 2014....................................................

46

7. Perhitungan Quality Mesin Produksi di PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014 ...............................

46

8. Perhitungan Availability Mesin Produksi di PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014 ...............................

47

9. Perhitungan Performance Mesin Produksi di PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014 ...............................

47

10. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PTPN VII
Unit Usaha Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014.............

48

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Proses pengolahan karet remah SIR 3 berbahan baku lateks kebun ..

9

2.

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian ..................................................

20

3.

Proses Pengolahan Karet Remah di PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu ......................................................................................

24

Data Pembebanan Waktu (Loading Time) di PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014.............................

25

Data Waktu Tidak Beroperasi Mesin Produksi Karet Remah (a),
dan Persentase Jumlah Downtime (b) di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014 .....................................

26

Waktu Operasi Mesin Produksi Crumb Rubber di PTPN VII Unit
Usaha Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014..................

29

Data Produksi Crumb Rubber di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu
Periode Januari 2013 – Januari 2014 .................................................

30

Perhitungan Availability Mesin Produksi di PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014.............................

31

Perhitungan Performance Mesin Produksi di PTPN VII Unit Usaha
Way Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014.............................

34

10. Perhitungan Quality Mesin Produksi di PTPN VII Unit Usaha Way
Berulu Periode Januari 2013 – Januari 2014 .....................................

35

11. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Periode Januari 2013 – Januari 2014 .................................................

36

4.

5.

6.
7.

8.

9.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor
komoditas pertanian menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada
hasil perkebunan. Perkebunan merupakan salah satu subsektor unggulan yang dapat
menghasilkan devisa negara yang cukup besar. Komoditi hasil perkebunan yang
menjadi unggulan di Indonesia salah satunya adalah karet alam. Produksi karet alam
Indonesia yang cukup besar dan layak untuk diperhitungkan dalam pasar
internasional. Saat ini Indonesia merupakan negara produsen karet alam kedua

terbesar di dunia setelah Thailand. Luas areal pertanaman karet Indonesia
3.445.317 hektar, dengan produksi total sebesar 2.770.308 ton (Damanik,2012).

Propinsi Lampung sangat mengandalkan kemajuan sektor perkebunan sebagai
sumber pendapatan daerah salah satunya adalah perkebunan karet. Provinsi
Lampung memiliki areal tanaman karet seluas 96.408 ha dengan produksi
sebanyak 54.120 ton. Areal perkebunan karet milik rakyat 67.472 ha dengan
produksi mencapai 29.646 ton. Pembangunan perkebunan bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan memperbaiki mutu hasil, meningkatkan pendapatan,
memperbesar nilai ekspor, mendukung industri, menciptakan dan memperluas
kesempatan kerja, serta pemerataan pembangunan (Anwar, 2005).

2

Kepemilikan lahan karet di Indonesia didominasi oleh perkebunan karet rakyat
karena hampir 85% luas lahan perkebunan karet Indonesia adalah perkebunan
rakyat. Menurut BPS (2008), perkebunan rakyat merupakan usaha budidaya
tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rumah tangga dan tidak berbentuk
badan usaha maupun badan hukum. Total produksi karet yang dapat dihasilkan
sekitar 2622,8 ribu ton. Hasil karet sebagian besar di Indonesia dijual dalam
bentuk karet alam. Karet alam tersebut memiliki nilai jual yang relative rendah
dibandingkan dengan karet yang sudah mengalami proses pengolahan.

Proses pengolahan karet sangat penting untuk diperhatikan karena akan
mempengaruhi hasil akhir dari olahan karet tersebut. Pengolahan karet sangat
bergantung pada kinerja dari mesin/peralatan yang bekerja pada proses
pengolahan. Mesin/peralatan yang digunakan dengan efisien akan membuat kerja
dan pemeliharaan mesin lebih mudah dan memberikan keuntungan yang lebih
bagi perusahaan. Mesin atau peralatan yang digunakan apabila mengalami
kerusakan maka proses produksi akan terhambat (Hapsari dkk, 2012).

Produktivitas dan efisiensi suatu mesin dapat dilihat dari kondisi mesin dan peralatan
yang mendukungnya. Penggunaan mesin secara kontinyu akan mengalami penurunan
tingkat kesiapan mesin itu sendiri. Usaha untuk menjaga tingkat kesiapan mesin agar
hasil produksi tetap terjamin akibat penggunaan mesin secara terus menerus, maka
dibutuhkan kegiatan pemeliharaan mesin.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja industri karet
adalah menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Metode
OEE merupakan cara terbaik untuk memonitor dan meningkatkan efisiensi

3

produksi antara lain dari proses manufaktur dari mesin-mesin, manufacturing
cells, dan assembly lines. Metode OEE memuat faktor-faktor kinerja dari suatu
industri yang meliputi ketersediaan (availability), kinerja (performance), dan
kualitas (quality) (Hutagaol, 2009). Metode OEE dikenal sebagai salah satu
aplikasi program Total Productive Maintenance (TPM). Kemampuan
mengidentifikasi akar penyebab permasalahan secara lebih terperinci sehingga
membuat usaha perbaikan menjadi terfokus.

Penggunaan indikator OEE diharapkan dapat menjadi dasar untuk menentukan
sumber-sumber kehilangan produktivitas suatu industri sekaligus mengetahui
posisinya dalam pengkelasan industri. Nilai OEE yang didapat dengan cepat dan
akurat tersebut akan dapat membantu bagian instalasi dalam pengambilan
keputusan terkait peralatan produksi secara cepat dan akurat pula (Maknunah dkk,
2013).

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan
mesin/peralatan produksi dengan menggunakan metode OEE (Overall Equipment
Effectiveness) di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu.

C. Kerangka Pemikiran

Industri karet alam di Indonesia umumnya menghasilkan produk karet yang
didominasi oleh jenis karet remah (crumb rubber) atau karet spesifikasi teknis
(Technically Specified Rubber atau TSR) yang diperdagangkan sebagai Standard

4

Indonesian Rubber (SIR) sebanyak 95%, sedangkan sisanya berupa Ribbed
Smoked Sheet (RSS) sebanyak 3%, lateks pekat sebanyak 0,7%, dan jenis lain
sebanyak 1%. Produk karet Indonesia sebanyak 90% digunakan sebagai bahan
baku pembuatan ban (Budiman, 2000).

Suatu mesin pada perusahaan mempunyai peran penting dalam proses produksi,
yaitu untuk mempermudah serta membantu kegiatan manusia dalam melakukan
suatu proses produksi suatu barang, sehingga proses produksi dari barang-barang
yang dihasilkan memiliki jumlah lebih banyak dan memiliki kualitas yang lebih
baik. Hal ini pada gilirannya telah memperbesar kebutuhan akan fungsi
pemeliharaan pabrik, khususnya pemeliharaan dan pemeliharaan mesin. Perlu
diketahui pula bahwa suatu mesin jika digunakan secara terus menerus akan
mengalami penurunan tingkat kesiapan (availability) dan kualitas performansinya,
tetapi usia kegunaan pemeliharaan dapat diperpanjang dengan melakukan
pemeliharaan peralatan secara berkala.

Menurut Gazperz (2009) untuk mengetahui efisiensi suatu proses produksi dapat
menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Metode OEE
merupakan metode yang digunakan sebagai alat ukur dalam penerapan program
Total Productive Maintenance (TPM) guna menjaga peralatan pada kondisi ideal
dengan menghapuskan six big losess peralatan. Metode OEE memberikan cara
yang konsisten untuk mengukur efektivitas program TPM melalui kerangka kerja
menyeluruh (overall framework) untuk mengukur efisiensi dari suatu proses
produksi. Metode OEE bermanfaat untuk mendeteksi sumber-sumber kehilangan
produktivitas yang ditunjukkan pada nilai faktor-faktor availability, performance,

5

dan quality (Nakajima, 1988). Selain itu, dalam industri karet remah metode
OEE dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan posisi suatu industri
karet di jajaran industri karet kelas dunia lainnya (Gasperz, 2009).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Karet di Provinsi Lampung

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian
penting di lingkungan Internasional dan juga Indonesia. Di Indonesia tanaman
karet dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya karet ditanam di Kebun
Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi kemudian karet dikembangkan
menjadi tanaman perkebunan di beberapa daerah. Hasil devisa yang diperoleh
dari karet cukup besar, dengan produksi sebanyak 1,6 ton pada tahun 1998 dengan
nilai ekspor sebesar US $ 1.101 milyar (Biro Pusat Statistik, 2000).
Luas tanaman karet di Provinsi Lampung adalah 96.738 Ha terdiri dari tanaman
karet milik negara, swasta dan mlik rakyat dengan kapasitas produksi sebesar
56.009 ton serta produktivitas 1.055 Kg/Ha. Tanaman karet ini tersebar di
sebagian kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Penyebaran tanaman karet
milik rakyat di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 1. Lebih dari setengah
luas tanaman karet di Provinsi Lampung milik rakyat. Luas tanaman karet milik
rakyat adalah 68.802 Ha dengan kapasitas produksi 31.294 ton serta produktivitas
944 Kg/HA. Produk yang dihasilkan oleh petani karet berupa karet yang
berbentuk slab (lempengan) (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2010).

7

Tabel 1. Penyebaran tanaman karet rakyat di Provinsi Lampung
Kabupaten
Bandar Lampung
Lampung Selatan
Pesawaran
Lampung Tengah
Lampung Timur
Lampung Utara
Way Kanan
Lampung Barat
Tulang Bawang
Tanggamus
Metro

Luas Areal
(Ha)
536
490
865
474
12.184
26.704
27.408
84
-

Produksi
(Ton Karet Kering)
405
70
350
285
5.828
6.549
17.765
42
-

Produktivitas
(Kg Karet Kering/Ha
799
159
585
798
719
729
1.257
778
-

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung (2010)

B. Karet Remah (Crumb Rubber)
Pada awalnya sebagian besar karet alam Indonesia diperdagangkan dalam bentuk
karet lembaran yakni karet sit asap (RSS = ribbed smoked sheet). Namun sejak
diperkenalkan teknologi karet remah (crumb rubber) pada tahun 1968, produksi
karet sit secara dramastis menurun, beralih ke karet remah. Tidak kurang dari
90% produksi karet alam nasional setiap tahunnya merupakan karet remah
(Anonim, 2008). Karet remah diproduksi dengan menggunakan bahan baku
lateks kebun dan koagulum lapangan (lump dan slab).

Industri karet alam di Indonesia menghasilkan produk karet yang didominasi oleh
jenis Karet Spesifikasi Teknis (Technically Specified Rubber atau TSR) yang
diperdagangkan sebagai Standard Indonesian Rubber (SIR) sebanyak 95%,
sedangkan sisanya berupa Ribbed Smoked Sheet (RSS) sebanyak 3%, lateks pekat
sebanyak 0,7% , dan jenis lain sebanyak 1%. Di Indonesia, produk karet setengah
jadi sebanyak 90% digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban (Budiman,

8

2000). Tampak bahwa bahan olah karet lump dan slab sangat penting peranannya
sebagai bahan baku untuk pembuatan karet remah.

Karet remah umumnya diperdagangkan dengan spesifikasi mutu teknis dengan
bermacam-macam karakteristik antara lain SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF yang
tergolong karet jenis mutu tinggi (high grades) dan SIR10, SIR 20 yang tergolong
jenis karet mutu rendah (low grades). Karet remah bermutu tinggi diolah dengan
bahan baku berupa lateks kebun, sedangkan mutu rendah diolah dengan bahan
baku koagulum lapangan, yakni lateks yang membeku secara alami atau dengan
koagulan. Karet remah diperdagangkan dalam bentuk bongkah berukuran 28 x 14
x 6,5 inci3 atau 70 x 35 x 16,25 cm3 dengan bobot 33,3 kg, 34 kg dan 35 kg per
bongkah. Karet remah dibungkus dengan polietilen setebal 0,03 mm dengan titik
pelunakan 108 oC, berat jenis 0,92 dan bebas dari macam-macam pelapis
(Setyamidjaja, 1993).

C. Pengolahan Karet Remah

Berbagai bahan olahan karet dapat diolah menjadi karet remah. Pengolahan karet
remah digolongkan dua macam bahan baku, yaitu lateks kebun dan koagulum
lapangan yang bermutu rendah. Proses pengolahan karet remah berbahan baku
lateks kebun dapat menghasilkan karet remah SIR 3 ( Gambar 1).

9

Lateks kebun
Penambahan
hidroksilamin netral
sulfat (SIR 3CV) atau
sodium metabisulfit

Penerimaan, penyaringan,
pengenceran, dan koagulasi
Pabrik B
Coagulum crusher

Pabrik A
Macerator/creper

Macerator/creper

Hammer-mill

Shredder

Dryer

Dryer

Pengempaan &
pengemasan

Pengempaan &
pengemasan

SIR 3
Gambar 1. Proses pengolahan karet remah SIR 3 berbahan baku lateks kebun
(Maspanger dan Honggokusumo, 2004)

Bahan baku berupa koagulum lapangan akan menghasilkan karet remah jenis SIR
20. Proses pengolahan koagulum lapangan dalam bentuk lump atau slab menjadi
karet remah jenis mutu SIR 20 terdiri dari 1) tahap persiapan dan sortasi bahan
olah, 2) pembersihan tahap I dan II, 3) pencampuran (blending) dan penggilingan,
4) pengeringan alami (pre-drying), 5) peremahan, 6) pengempaan dan
pengemasan, dan 7) penyimpanan (Tunas, 2002; Suparto, 2002; Harmantho,
2002; dan Saputra, 1997).

10

Proses pengolahan koagulum menjadi karet remah SIR 20 pada prinsipnya
merupakan operasi pembersihan bahan olah yang dilanjutkan dengan proses
pengeringan. Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran (size reduction).
Proses ini bertujuan untuk memperbesar luas permukaan karet, sehingga kotoran
semakin mudah dibersihkan dengan air pencuci selain itu, proses pengeringan
membutuhkan waktu yang relatif singkat. Pada setiap tahap pengolahan selalu
digunakan air sebagai media ekstraksi kotoran dari dalam karet sehingga limbah
yang dihasilkan dominan dalam bentuk limbah cair. Air yang digunakan untuk
proses pengolahan karet remah sebagian besar digunakan pada tahap pembersihan
dan penggilingan. Penggunaan air ini tidak boleh melewati ambang batas yang
disyaratkan pada KepMenLH No. 51/MenLH/10/1995 yaitu maksimum 40 m3/ton
karet kering (Utomo, 2008).

Proses pengolahan karet remah menghasilkan berbagai jenis limbah baik berupa
limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat pada umumnya berupa pasir, lumpur,
tatal dan sisa-sisa karet. Limbah cair yang dihasilkan berupa air proses, serum,
dan minyak, sedangkan limbah gas yang dihasilkan berupa bau yang terbentuk
pada penyimpanan bahan olah, pre-drying, dan tahap pengeringan akhir. Limbah
cair yang dihasilkan industri karet remah berbahan baku lateks kebun lebih sedikit
jika dibandingkan dengan industri yang berbahan baku koagulum lapangan. Hal
ini karena koagulum lapangan memiliki kadar kotoran yang tinggi sehingga butuh
banyak air untuk pembersihan.

11

D. Overall Equipment Effectiveness (OEE)
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja industri karet
adalah menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Metode
OEE merupakan cara terbaik untuk memonitor dan meningkatkan efisiensi
produksi antara lain dari proses manufaktur dari mesin-mesin, manufacturing
cells, dan assembly lines. Metode OEE memuat faktor-faktor kinerja dari suatu
industri yang meliputi ketersediaan (availability), kinerja (performance), dan
kualitas (quality) (Hutagaol, 2009).

Metode OEE mampu mendeteksi sumber-sumber kehilangan produktivitas yang
ditunjukkan pada nilai faktor-faktor availability, performance, dan quality. Selain
itu, OEE dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan posisi suatu industri
di jajaran industri kelas dunia lainnya (Gasperz, 2009). Metode OEE dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut.
OEE = availability x performance x quality

Pengukuran OEE ini didasarkan pada pengukuran tiga rasio utama, yaitu:

1.

Availability

Availability merupakan suatu rasio yang menggambarkan pemanfaatan waktu
yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Availability
memperhitungkan down time losses yaitu kehilangan waktu produktif akibat
down time mesin atau proses kerja.

12

2.

Performance

Performance merupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan dari
peralatan dalam menghasilkan barang. Performance memperhitungkan speed
losess berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan proses berlangsung lebih
lambat dibandingkan dengan kecepatan maksimum pada saat beroperasi. Tiga
faktor yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency adalah :
a. Ideal cycle time (waktu siklus ideal)
b. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
c. Operation time (waktu operasi mesin)

3.

Quality

Quality atau rate of quality product merupakan suatu rasio yang menggambarkan
kemampuan peralatan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar.
Quality memperhitungkan quality loss berupa parts atau bagian yang tidak
memenuhi persyaratan kualitas. Quality diukur dalam OEE melalui pencatatan
defect per million (DPM) atau part per milllion (PPM).

Nilai OEE untuk industri kelas dunia dengan proses curah adalah lebih besar dari
85 persen dengan nilai minimal masing-masing faktor adalah availability 90
persen, performance 95 persen, dan quality 99,9 persen (Gasperz, 2009).

Gasperz (2009) menjelaskan bahwa nilai OEE dapat menggambarkan 6
kehilangan besar (six big losses) dari suatu proses produksi yang meliputi 3
macam, yaitu :

13

1.

Downtime Losses
a. Breakdowns losses/Equipment Failures yaitu kerusakan mesin atau
peralatan yang tiba-tiba atau kerusakan yang tidak diinginkan tentu saja
akan menyebabkan kerugian, karena kerusakan mesin akan menyebabkan
mesin tidak beroperasi menghasilkan output. Hal ini akan mengakibatkan
waktu yang terbuang sia-sia dan kerugian material serta produk cacat yang
dihasilkan semakin banyak.
b. Setup and Adjusment Losses atau kerugian karena pemasangan dan
penyetelan adalah semua waktu set-up termasuk waktu penyesuaian
(adjusment) dan juga waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan
pengganti satu jenis produk ke jenis produk berikutnya untuk proses
produksi selanjutnya.

2.

Speed Loss
a. Idling and Minor Stoppage Losses disebabkan oleh kejadian-kejadian
seperti pemberhentian mesin sejenak, kemacetan mesin, dan idle time dari
mesin. Kenyataannya, kerugian ini tidak dapat dideteksi secara langsung
tanpa adanya alat pelacak. Ketika operator tidak dapat memperbaiki
pemberhentian yang bersifat minor stoppage dalam waktu yang telah
ditentukan, dapat dianggap sebagai suatu breakdowns.
b. Reduced Speed Losses, yaitu kerugian karena mesin tidak bekerja optimal
(penurunan kecepatan operasi) terjadi jika kecepatan aktual operasi mesin
atau peralatan lebih kecil dari kecepatan optimal atau kecepatan mesin
yang dirancang.

14

3.

Defect Loss
a. Process Defect, yaitu kerugian yang disebabkan adanya produk cacat
maupun karena kerja produk diproses ulanag. Produk cacat yang
dihasilkan akan mengakibatkan kerugian material, mengurangi
jumlahproduksi, biaya tambahan untuk pengerjaan ulang dan limbah
produksi meningkat. Walaupun waktu yang dibutuhkan untuk
memperbaiki produk cacat hanya sedikit, kondisi ini dapat menimbulkan
masalah yang lebih besar.
b. Reduced Yield Losses disebabkan material yang tidak terpakai atau
sampah bahan baku.

15

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way
Berulu Pesawaran jenis Karet Remah (Crumb Rubber) dari bulan Desember 2013
sampai dengan Januari 2014.

B. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa seperangkat komputer, printer,
kamera, log book dan alat tulis.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei di lapangan. Metode pengumpulan
data yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan data primer dan data
sekunder untuk keperluan penelitian (loading time, jumlah produksi, downtime,
operation time). Data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
kemudian dianalisis secara deskriptif (Dermawan dkk, 2014).

Permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah terjadinya in-efficiency
pada produksi karet yang disebabkan oleh banyaknya pemborosan yang dapat

16

merugikan perusahaan. Permasalahan terkait produktivitas akan diidentifikasi
terlebih dahulu untuk meninjau faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode
OEE digunakan sebagai pengukuran produktivitas produksi karet remah. Faktorfaktor yang diidentifikasi meliputi tingkat efektivitas waktu, kinerja mesin, serta
kualitas produk yang dihasilkan. Selanjutnya, nilai OEE dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya akan dievaluasi dengan membandingkan dengan standar yang
ada.

Hasil identifikasi dan evaluasi produktivitas dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya berdasarkan metode OEE akan dilakukan perancangan
formulasi model peningkatan produktivitas dilakukan untuk menghasilkan
perencanaan produktivitas untuk kedepannya. Formulasi model dibuat dalam
bentuk matematis sehingga dapat mewakili kondisi yang sedang terjadi sekaligus
memudahkan dalam pemecahan permasalahan yang kompleks.

D. Pelaksanaan Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan adalah adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan: pengumpulan data sekunder mengenai kondisi pabrik karet remah
(Crumb Rubber).
2. Melakukan survei lokasi disalah satu industri karet remah di Provinsi
Lampung.
3. Pengumpulan informasi melalui cara wawancara terstruktur untuk
memperoleh data primer tentang pengolahan karet remah, faktor yang

17

mempengaruhi kerusakan mesin, produktivitas karet, waktu yang tersedia
(Loading Time), waktu operasi mesin (Operation Time), jumlah produk cacat
(Defect Amount), dan waktu mesin tidak beroperasi (Total Downtime).
4. Melakukan analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness)..
5. Hasil dari pengolahan data akan dianalisa, dilakukan pemecahan masalah, lalu
diberikan rekomendasi perbaikan
6. Penulisan Laporan hasil kajian

E. Perhitungan

Perhitungan OEE memuat faktor-faktor kinerja dari suatu industri yang meliputi
ketersediaan (availability), kinerja (performance), dan kualitas (quality).
Sehingga ketiga faktor tersebut juga perlu diketahui besarnya untuk mengetahui
besarnya nilai OEE suatu perusahaan (Hutagaol, 2009).

1.

Penentuan Availability

Availability merupakan rasio dari operation time, dengan mengeliminasi
downtime mesin, terhadap loading time. Rumus yang digunakan untuk mengukur
availability adalah :
Operation Time
x 100%

Availability =
Loading Time

Loading time adalah waktu yang tersedia (available time) perhari atau perbulan
dikurangi denagn waktu downtime mesin yang direncanakan (planned downtime).
Loading time = Total Available Time ─ Planned Downtime

18

Planned downtime adalah jumlah waktu downtime yang telah direncanakan dalam
rencana produksi termasuk di dalamnya waktu downtime mesin untuk
pemeliharaan (schedule maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya.

Operation time dapat dihitung dengan rumus :
Operation time = Loading Time – Planned Downtime

2.

Penentuan Performance

Perhitungan performance dimulai dengan perhitungan ideal cycle time. Ideal
cycle time merupakan waktu siklus ideal mesin dalam bekerja. Rumus yang
digunakan untuk mengukur performance adalah :

Processed Amount x Ideal Cycle Time
Performance =

x 100%
Operation Time

Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency :
1. ideal cycle ( waktu siklus ideal/waktu standar)
2. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
3. Operation time (waktu operasi mesin)
Ideal cycle time dihitung dengan rumus :
Ideal Cycle Time = Cycle Time x % Jam Kerja

Cycle time dapat dihitung dengan rumus :
Loading Time
Cycle Time =
Produksi karet

19

% Jam kerja dapat dihitung dengan rumus :
Total Delay
% Jam Kerja = 1 -

x 100%
Available Time

3.

Penentuan Quality

Quality merupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan mesin dalam
menghasilkan produk yang sesuai dengan standar. Formula yang digunakan
untuk pengukuran rasio ini adalah :
Processed Amount – Defect Amount
Quality =

x 100%
Processed Amount

4.

Penentuan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Untuk mengetahui besarnya efektivitas mesin secara keseluruhan di PTPN VII
Unit Usaha Way Berulu, maka terlebih dahulu harus diperoleh nilai-nilai
availability, performance, dan quality. Nilai OEE dihitung dengan rumus :
OEE = Availability (%) x Performance (%) x Quality (%)

20

START








DATA PRODUKSI
LAMA DOWNTIME
KAPASITAS PRODUKSI
LOADING TIME
OPERATION TIME
DEFECT AMOUNT

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS

EVALUASI PRODUKTIVITAS PRODUKSI KARET
MENGGUNAKAN METODE OEE

NILAI OEE
PRODUKSI

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan nilai rata-rata overal equipment effectiveness (OEE) dari proses
pengolahan karet remah di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu sebesar 71,68
persen yang tersusun dari nilai rata-rata availability 89,58 persen, performance
80,29 persen, dan quality 99,81 persen.

B. Saran
1.

Perlu upaya untuk meningkatkan nilai OEE dari proses produksi karet remah
di PTPN VII Unit Usaha Way Berulu, yaitu dengan memperbaiki kinerja
produksi pengolahan karet remah dari segi kinerja mesin produksi.

2.

Perlu meningkatkan jumlah bahan baku yang digunakan untuk proses
produksi dengan petani karet rakyat.

3.

Persiapan menghadapi gangguan mesin produksilebih dioptimalkan sehingga
jika ada kerusakan mesin produksi bisa ditangani secara cepat dan tidak
memakan waktu yang terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Upaya Industri Karet Nasional Dalam Menghadapi Persaingan
Pasar Karet Remah Di Dunia Internasional. http://web.bisnis.com/ edisicetak/edisi-harian/agribisnis/karet/1id40777.html. Diakses tanggal 22
Februari 2014.
Anwar, C. 2005. Prospek Karet Alam Indonesia : Suatu Analisis Integrasi Pasar dan
Keragaan Ekspor. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Sekolah Pasca Sarjana.
Bogor

Asisco, H., Kifayah A., dan Y.R. Perdana. 2012. Usulan Perencanaan Perawatan
Mesin dengan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) di PT.
Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Sungai Niru Kab.Muara
Enim. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2008. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 2008
Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Ekspor-Impor. Vol. II. BPS. Jakarta.
Budiman A.F.S. 2000. The Future of Natural Rubber Production and Quality in
Indonesia.
Corder, A., diterjemahkan Hadi, K., 1992, Tenik Manajemen Pemeliharaan,
Erlangga, Jakarta.
Damanik, S. 2012. Pengembangan Karet (Havea Brasiliensis) Berkelanjutan di
Indonesia. 12 Halaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor.
Gasperz, V. 2009. Overall Equipment Effectiveness (OEE) – Indikator efektifitas
TPM. http://www.esnips.com/web/GratisDariVincentGasperz. Diakses 25
Agustus 2013
Hapsari, N., K. Amar, dan Y.R. Perdana. 2012. Pengukuran Efektivitas Mesin
dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di
PT. Setiaji Mandiri. 12 halaman. Universitas Islam Negeri. Yogyakata
Hutagaol, J. 2009. Penerapan Total Productive Maintenance untuk Peningkatan
Efisiensi Produksi menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness
di PTP Nusantara III Gunung Para. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.

41

IRSG (Internatinal Rubber Study Group). 2011. Rubber Statistical Bulletin:
October–December 2011 edition. International Rubber Study Group.
Wembley, UK.
Maknunah, L.U., R. Astuti, dan M. Effendi, 2013. Perancangan Aplikasi
Pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE) (Studi Kasus Di Pg
Krebet Baru II). 13 Halaman. Universitas Brawijaya. Malang.
Maspanger, D., dan Honggokusumo, S. 2004. Dampak Penerapan Produksi Bersih
Industri Crumb Rubber pada Peningkatan Pasar Global. Disampaikan pada
Seminar/Temu Usaha Sosialisasi Produksi Bersih Industri Crumb Rubber.
Pekan Baru, 6 Oktober 2004.
Nakajima, S., 1988, TPM Development Program, Productivity Press inc,
Cambridge.
Pudji, E. dan F. Ilma. 2012. Perencanaan Pemeliharaan Mesin dengan
Menggunakan Metode Markov Chain untuk Mengurangi Biaya
Pemeliharaan Di PT. Philips Indonesia. Prosiding Seminar Nasional
Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
Setyamidjaja, D. 1993. Karet : Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta.
Tunas, E. 2002. Proses produksi dan penanganan limbah pada industri crumb
rubber. Sosialisasi Profil Teknologi dan Penyusunan Pedoman
Penanganan Pencemaran Lingkungan pada Industri Crumb Rubber.
Bogor, 17 September 2002.
Utomo, T.P dan Marimin. 2002. “Sistem Pakar Penanganan Limbah Gas Pabrik Karet
Remah”. Prosiding Seminar Nasional KOMMIT 2002. Universitas Gunadarma.
Jakarta.
Utomo, T.P., A.M. Fauzi, T. Tedja, M. Romli, A. Aman, dan S. Honggokusumo.
2008. Kajian Perbaikan Agroindustri Karet Remah Menggunakan
Interpretative Structural Modelling. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi-II 2008. Bandar Lampung, 17-18 November 2008.