3
2. Kajian Pustaka
Penelitian Terdahulu
Buku Gatotkaca Tanding adalah salah satu buku cerita yang mengangkat cerita wayang kulit[4]. Buku ini kurang memiliki daya tarik karena satu-satunya
ilustrasi yang ada pada buku ini hanya terdapat pada halaman sampul buku. Buku cerita ini lebih mengarah pada novel wayang kulit dimana seluruh isi buku
didominasi oleh teks. Penggunaan kertas HVS sebagai media cetak buku cerita ini juga menjadi salah satu hal yang mengurangi daya tarik buku.
Buku cerita lain yang mengangkat cerita wayang kulit adalah buku Dendam Dewi Gendari karya Herjaka, Hs[5]. Buku ini memuat salah satu cerita wayang
kulit dengan menampilkan ilustrasi wayang kulit di dalamnya. Namun, kurangnya mutu bahan kertas yang digunakan serta isi buku yang kurang interaktif menjadi
kekurangan pada buku ini dalam memperkenalkan kesenian wayang kulit pada generasi muda khususnya siswa SMP.
Selain itu, terdapat buku Lembar Kerja Siswa Bahasa Jawa untuk siswa SMP yang memuat cerita-cerita wayang[6]. Namun, pemakaian kertas buram serta tidak
adanya ilustrasi mengenai isi cerita membuat cerita wayang menjadi kurang menarik.
Keunggulan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu adalah dengan adanya penggunaan teknik pop-up sehingga dapat membuat buku cerita
menjadi lebih menarik. Perancangan buku cerita wayang kulit dengan lakon Semar Maneges yang dibuat berbasis grafis cetak ini berisi gambar dan teks,
merupakan salah satu media komunikasi yang dirancang untuk membantu memperkenalkan dan melestarikan kesenian wayang kulit pada generasi muda
terutama siswa SMP. Penyajian cerita secara menarik, edukatif dan interaktif diharapkan mampu menarik minat siswa SMP untuk lebih mengenal dan
mendalami kesenian wayang kulit.
Komunikasi visual adalah kegiatan menyampaikan pesan dengan
menggunakan bahasa rupa yang disampaikan melalui media dengan tujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga mengubah target audience sesuai
dengan tujuan yang diinginkan[7].
Media pembelajaran adalah media baik berupa cetak maupun elektronik
yang digunakan agar anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan atau sikap. Media pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat grafis atau elektronik
untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
Buku pop-up
merupakan sebuah buku yang memilikibagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi.Sekilas pop-up hampir sama dengan
origami dimana kedua seniini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau demikian origamilebih memfokuskan diri pada menciptakan objek atau
bendasedangkan pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekaniskertas yang dapat membuat gambar tampak secara lebih berbedabaik dari sisi
perspektifdimensi, perubahan bentuk hingga dapatbergerak yang disusun sealami mungkin[8].
Tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan
publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, “menyusun” meliputi
4 merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang
tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki[7].
Warna dapat didefinisikan secara objektif atau fisik sebagai sifat cahaya
yang dipancarkan, atau secara subjektif atau psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan. Warna merupakan bagian terpenting dalam desain
grafis karena setiap desain yang kita buat dengan warna tertentu pasti memiliki arti tersendiri[7].
Ilustrasi
adalahseni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual. Dalam perkembangannya, ilustrasi
secara lebih lanjut ternyata tidak hanya berguna sebagai sarana pendukung cerita, tetapi dapat juga menghiasi ruang kosong[7].
Layout adalah usaha untuk menyusun, menata dan memadukan unsur-unsur
komunikasi grafis teks, gambar, tabel, dll menjadi media komunikasi visual yang komunikatif, estetik dan menarik[7].
“Semar Maneges” adalah salah satu cerita wayang yang masuk dalam
kategori lakon carangan. Lakon carangan adalah suatu lakon yang direkayasa atau disadur yang lepas dari cerita pokok. Lakon-lakon yang terdapat dalam Serat
Pedalangan Ringggit Purwa karya Mangkunegara VII dan diterbitkan olah Balai Pustaka 1930-1936, terdiri dari lakon pokok, lakon sempalan, dan lakon
carangan[9]. Cerita utama dalam Semar Maneges adalah Semar yang bertapa demi mendekatkan diri kepada Sang Hyang Wenang dalam upayanya mendapatkan
pencerahan untuk mengatasi kemelut dalam kerajaan Amarta serta mengatasi pertikaian antara Pandawa dan Kurawa.
Kerajaan Astina adalah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Duryudana, seorang Kurawa. Sedangkan kerajaan Amarta adalah kerajaan yang dipimpin oleh
Yudistira, seorang Pandawa. Meskipun Prabu Duryudana telah memiliki kerajaan sendiri, Prabu Duryudana selalu ingin menghancurkan para Pandawa dan
kerajaannya.
Alkisah, di kerajaan Amarta tengah terjadi kekacauan karena pusaka Jimat Kalimasada milik Yudistira menghilang. Selain itu, Semar selaku pamong
Pandawa juga pergi entah kemana. Sementara itu, di Kerajaan Astina, Prabu Duryudana tengah mengadakan
pertemuan dengan Resi Bisma, Kartamarma dan Patih Sengkuni. Kala itu Prabu Duryudana sedang terbakar iri karena melihat Kerajaan Amarta yang dipimpin
oleh Pandawa semakin berkembang dan makmur.Patih Sengkuni membujuk Prabu Duryudana untuk menyerang Pandawa. Namun, Resi Bisma menasehati Prabu
Duryudana agar menghindari perang. Namun karena rasa isi terhadap Pandawa telah begitu menguasai hati Prabu Duryudana, akhirnya ia tidak mengindahkan
nasehat Resi Bisma dan justru menuruti kata-kata Patih Sengkuni.
Tidak berapa lama kemudian, datanglah Prabu Kalimantara dari Kerajaan Miderputihan hendak mempersunting Dewi Lesmanawati, putri dari Prabu
Duryudana. Prabu Duryudana bersedia menerima lamaran Prabu Kalimantara terhadap putrinya, namun dengan syarat, yaitu agar Prabu Kalimantara
membantunya menghancurkan Pandawa.Demi cintanya pada Dewi Lesmanawati, Prabu Kalimantara pun setuju untuk membantu menghancurkan Pandawa.
Sementara itu, Bima tengah merasa bingung karena keadaan kerajaan Amarta yang kacau. Terlebih lagi Yudistira pergi mencari Jimat Kalimasada dan
5 meninggalkan Bima di kerajaan sendirian. Bima pun menemui Kresna untuk
meminta nasehat.Setelah mendapatkan nasehat dari Kresna, Bima dan Kresna punpergi mencari kakak dan saudara-saudaranya. Namun, di tengah perjalanan di
tengah hutan, Bima dan Kresna dihadang oleh Buta Cakil yang merupakan suruhan dari Prabu Kalimantara.Bima pun bertarung dengan Buta Cakil dan
mengalahkan Buta Cakil. Lalu datanglah Buta Rambut Geni. Bima pun melawan Buta Rambut Geni, tetapi Bima kalah.
Buta Rambut Geni pun memanggil dua raksasa yang lain, yaitu Buta Terong dan Buta Endog. Namun, ternyata bala bantuan bagi Bima dan Kresna datang. Para
Punakawan yaitu Bagong, Petruk dan Gareng kemudian membantu Bima dalam menghadapi para raksasa.Setelah keempat raksasa berhasil dikalahkan, Bima dan
Kresna pun melanjutkan perjalanan.
Sementara itu, di daerah Tlogo Dwipa tampak Semar tengah bertapa.Sukma Semar yang sebenarnya adalah Batara Ismaya kemudian keluar menghadap Sang
Hyang Wenang, penguasa kahyangan. Batara Ismaya pun mengungkapkan kesedihannya melihat kekacauan di kerajaan Amarta.Sang Hyang Wenang
kemudian menasehati dan memberikan Wahyu Pancadarma kepada Batara Ismaya untuk mengatasi kekacauan di Kerajaan Amarta.
Setelah mendapatkan Wahyu Pancadarma, sukma Batara Ismaya kemudian masuk kembali ke raga Semar.Semar pun memutuskan untuk kembali ke Kerajaan
Amarta, tetapi tidak disangka, ternyata Yudistira justru telah terlebih dahulu menemukannya. Yudistira pun meminta agar Semar kembali ke Kerajaan Amarta
karena kekacauan yang tengah terjadi. Namun di tengah-tengah pembicaraan, Bima dan Kresna justru datang menemukan Yudistira, saudara-saudaranya dan
Semar. Lalu Semar pun memberikan Wahyu Pancadarma pada Yudistira untuk mengatasi masalah tersebut.
Para Pandawa, Kresna dan Semar pun berjalan pulang menuju ke Kerajaan Amarta. Belum sempat mereka melangkah, tiba-tiba datang Prabu Kalimantara
menghadang dan ingin menyerang Yudistira. Lalu, seperti yang telah Semar nasehatkan kepada Yudistira, ia tidak melawan Prabu Kalimantara. Ia justru
menyembah Prabu Kalimantara dan sontak Prabu Kalimantara jatuh dan kalah. Seketika itu pula, Jimat Kalimasada muncul.Kembalinya Jimat Kalimasada
menunjukkan bahwa Yudistira telah berhasil menerapkan Wahyu Pancadarma.
Sementara itu, Bima justru pergi menemui Prabu Duryudana yang merupakan dalang dari penyerangan Prabu Kalimantara dan para raksasa terhadap
dirinya. Bima menyerang Prabu Duryudana, Kartamarma dan Patih Sengkuni secara bersamaan. Namun, tiba-tiba Semar datang dan menghentikan Bima supaya
tidak terjadi Baratayudha perang saudara. Semar mengingatkan Bima mengenai Wahyu Pancadarma. Bima pu sadar dan memutuskan untuk kembali ke Kerajaan
Amarta.Bima dan Semar pun kembali ke Kerajaan Amarta yang kini telah kembali pulih setelah pusaka Jimat Kalimasada kembali dan seluruh rakyat mendapatkan
Wahyu Pancadarma[10].
3. Metode Penelitian dan Perancangan