KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP

KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE
DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATERI POKOK
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP
(Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Jati
Agung Lampung Selatan tahun pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh:
SULIANA

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK

KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA MENGGUNAKAN METODE
DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA MATERI POKOK

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP
(Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh
SULIANA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan kerjasama siswa
menggunakan metode diskusi dengan media gambar pada materi pokok
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Desain penelitian adalah deskriptif sederhana. Subyek pada penelitian ini adalah
siswa kelas VIII b dan VIII e yang dipilih secara acak dengan teknik cluster
random sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif yaitu
berupa kualitas kerjasama siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan
wawancara pada beberapa siswa. Data yang diproleh kemudian dianalisis dengan
statistik sederhana yakni dengan deskriptif persentatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: kualitas kerjasama siswa dengan
menggunakan metode diskusi kelompok pada materi pokok pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup pada kelas VIII b dengan rata-rata sebanyak


ii

Suliana
62,50% siswa berkriteria baik, sebanyak15,28% siswa berkriteria sangat baik, dan
sebanyak 11,12% siswa berkriteria kurang baik. Sedangkan pada kelas VIII e
dengan rata-rata sebanyak 56,95% siswa berkriteria baik, sebanyak 23,62% siswa
berkriteria sangat baik, dan sebanyak 13,89% siswa berkriteria kurang baik
Kemudian untuk pencapaian seluruh indikator pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua berkriteria baik. Jadi, kualitas kerjasama siswa berkriteria baik
pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.

Kata kunci : Metode Diskusi, Kerjasama Siswa, Pertumbuhan dan Perkembagan
Makhluk Hidup

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal

17 Febuari 1990, yang merupakan anak ke-lima dari
lima bersaudara dari pasangan Bapak Subilan dan Ibu
Ratmini yang bertempat tinggal di Jalan Pulau Buton
Gg. Bonsai No.13 RT/RW 001/002 Jagabaya 2
Kabupaten Bandar Lampung Kecamatan Sukabumi
Kode Pos 35132 nomor telepon 089631040400.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 06
Penengahan Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun 2002, SMP
Muhammadiyah 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, SMA ALAZHAR 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan MIPA, Program
Studi Pendidikan Biologi, dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 2 Jati Agung Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan.

viii

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Alloh SWT, ku persembahkan
karya kecilku ini untuk :
 Yang Tercinta Bapakku Subilan dan Ibuku Ratmini yang telah mendidik dan membesarkan
ku dengan doa, kesabaran dengan limpahan cinta yang tak terhingga, serta selalu menunggu
keberhasilanku. Curahan kasih sayang kalian yang menjadi pemicu semangatku untuk
menggapai cita-cita.
 Kakak-kakakku tercinta Hartini, , Muniroh , Arifin, Syahroni, serta Kakak Iparku Leny
amalia, Supriadi Junaidi dan Keponakanku tersayang yang selalu memberikan keceriaan ,
perhatian dan kasih sayangnya dalam setiap langkahku.
 Keluarga besar ku, atas doa dan kasih sayangnya.
 Pendamping masa depanku kelak, yang akan menemaniku dalam menjalani kehidupanku.
 Guru dan dosenku yang telah memberiku banyak ilmu.
 Almamater tercinta Universitas Lampung.

ix

MOTO

Kemenangan yang seindah - indahnya dan sesukar-sukarnya yang
boleh direbut oleh manusia ialah mrnundukkan diri sendiri

(Ibu Kartini)
Semakin orang tersebut gigih dan tidak putus asa ketika terjadi
salah atau jatuh, semakin besar kemungkinan orang tersebut untuk
lebih berhasil dalam hidupnya.
(Prof. Sukardi, M.S.Ph.D)
Sejarah bukan hanya rangkaian cerita, ada banyak pelajaran,
kebanggaan dan harta didalamnya.
(Mario Teguh)
Pendidikan merupakam perlengkapan paling baik untuk hari tua.
(Aristoteles)
“Keberhasilan dan kesuksesan hanyalah untuk orang-orang yang
pantang menyerah dan senantiasa berdo’a. Hasil yang terbaik
diperoleh melalui proses yang terbaik, percayalah ketika kita yakin
kita bisa maka semua akan menjadi mudah ”
(Suliana)
x

SANWACANA

Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA,
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA
MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR
PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MAKHLUK HIDUP (Studi Kasus pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jati
Agung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus pembimbing II dan pembimbing akademik atas kesabaran,
bimbingan, arahan, dan masukannya kepada penulis.
4. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed, selaku pembahas atas saran dan
bimbingannya untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku pembimbing I atas kesediaannya memberikan
bimbingan, arahan, dan masukannya kepada penulis.

xi


6.

Retno Widiyaningsih, S.Pd., yang telah memberikan izin dan bantuan selama
penelitian serta seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIIB dan
VIII E SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung Selatanatas kerjasama yang baik
selama penelitian berlangsung

7.

Kakak-kakakku tercinta Hartini, Arifin, Muniroh, Syahroni, Leny amalia,
Supriadi dan Junaidi, terimakasih atas motivasi, doa dan dukungannya.

8.

Seseorang disana atas doa, semangat, bantuan serta cinta dan kasih
sayangnya.

9.


Sahabat seperjuangan Pendidikan Biologi ‘08: Sri Rahayu Wulandari,Era
Oktariani, Septina Usman, Ihda Febriana Sari dan Eko Budiyono, serta
teman-teman 08 yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Rekan-rekan Pendidikan Biologi’09 dan’07, terima kasih banyak untuk
pengertian, persaudaraan, semangat, motivasi, nasihat, dan kritikannya.

10. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 19 Desember 2014

Suliana

xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang .................................................................................... ..
1
Rumusan Masalah .............................................................................. ..
6
Tujuan Penelitian ............................................................................... ..
7
Manfaat Penelitian ............................................................................. ..
7
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. ..
8
Kerangka Pikir ................................................................................... .. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Diskusi ................................................................................... .. 13
B. Media Gambar .................................................................................... .. 20
C. Kemampuan Kerjasama ...................................................................... .. 26
III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.

Waktu dan Tempat ...............................................................................
Subyek Penelitian .................................................................................
Desain penelitian ..................................................................................
Prosedur penelitian
1. Prapenelitian .....................................................................................
2. Pelaksanaan Penelitian .....................................................................
E. Jenis dan Tekhnik Pengambilan Data
1. Jenis Data..........................................................................................
2. Tekhnik Pengambilan Data. ............................................................
F. Teknik Analisis data
Analisis kualitas kerjasama siswa .........................................................


29
29
29
30
30
33
33
34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .....................................................................................
B. Pembahasan ...........................................................................................

xiii

37
42

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

51
51

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

53

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Silabus ..............................................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ......................................
Soal Pretest-Postest ...........................................................................
Lembar Kerja Kelompok Siswa .......................................................
Lembar Observasi Kualitas kerjasama Siswa ....................................
Rubrik Penilaian Kualitas Kerjasama Siswa .....................................
Pedoman wawancara .........................................................................
Foto Penelitian. ..................................................................................

xiv

55
57
77
93
107
108
110
112

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Lembar observasi Kerjasama siswa ............................................................

34

2. Perhitungan deskriptif persentatif untuk kualitas kerjasama siswa .............

36

3. Tabulasi Kualitas Kerjasama Siswa Berdasarkan Kriteria ..........................

36

4. Persentase kualitas kerjasama siswa dilihat dari kriteria masing-masing
siswa kelas VIII B .......................................................................................

37

5. Persentase kualitas kerjasama siswa dilihat dari kriteria masing-masing
siswa kelas VIII E........................................................................................

38

6. Persentase kualitas kerjasama siswa dilihat dari pencapaian masing-masing
indikator yang diamati kelas VIII B............................................................. 40
7. Persentase kualitas kerjasama siswa dilihat dari pencapaian masing-masing
indikator yang diamati VIII E........................................................................ 41

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Bagan kerangka pikir ...............................................................................

2.

Guru membimbing siswa mendiskusikan LKS......................................... 112

3.

Siswa sedang berdiskusi kelompok. ......................................................... 112

4.

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok .................................... 114

xvi

12

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembangunan
bangsa. Berbagai kajian diberbagai negara menunjukkan adanya hubungan
yang kuat antara tingkat pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa
yakni pendidikan yang merata, bermutu dan relevan dengan kebutuhan yang
meningkat. Di Indonesia pendidikan diharapkan mampu menghasilkan manusia
dan masyarakat Indonesia yang demokratis, religius yang berjiwa mandiri,
bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan
keunggulan masyarakat diberbagai bidang sehingga tercapai kemajuan dan
kemakmuran (Djunaedi, 2001: 2).

Berdasarkan hasil survei NACE (National Asociation of Colleges and
Employers) pada tahun 2002 kepada 457 pemimpin perusahaan tentang kualitas
terpenting seseorang, hasilnya barturut-turut adalah kemampuan
berkomunikasi, kejujuran dan integritas, kemampuan bekerjasama, kemampuan
interpersonal, etika, motivasi dan inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya
analitis, kemampuan komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada
detil, kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah, sopan, bijaksana, IPK, kreatif,

2

humoris, dan kemampuan berwirausaha (Irma dalam Widodo, 2007:1). Hasil
survei tersebut menunjukkan bahwa kemampuan dibidang akademik hanya
menduduki urutan ke-17 pada indikator dan kemampuan yang mencerminkan
kualitas seseorang. Faktor-faktor yang lain, misalnya kemampuan
berkomunikasi, kejujuran dan integritas, kemampuan bekerjasama, daya
analitis, kepemimpinan, dan lain-lain memegang peranan penting dalam
keberhasilan seseorang di tempat kerja.

Kelompok belajar sebagai suatu wadah atas proses belajar yang disokong oleh
anggota-anggotanya sehingga ada ketergantungan antar sesama anggota untuk
mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama. Lebih lanjut Attayaya
menyatakan banyak manfaat belajar bersama yang bisa didapat jika kita
membentuk kelompok belajar. Seperti adanya kebersamaan atau rasa
persaudaraan, saling berbagi ilmu, dapat menyuarakan sesuatu hal secara
bersama-sama, menambah pengalaman, lebih menjadi aktif dan proaktif, dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab, dan lain sebagainya. Selain itu juga dengan
adanya komunikasi timbal balik dalam kelompok akan meningkatkan motivasi
diri untuk menjadi lebih baik (Attayaya, 2010 : 1).

Namun keberhasilan satu kelompok juga tidak bisa lepas dari dinamika
kelompok. Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari
dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara
anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang
dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai
konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak,

3

berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubahubah (Rhudiyah, 2007 : 57).

Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat cenderung bersifat
individualistis dan mementingkan diri sendiri serta mengesampingkan sifatsifat kerjasama dan tanggung jawab. Permasalahan tersebut haruslah
dihilangkan, agar terbentuk suatu bangsa yang mampu bekerjasama,
demokratis dan bertanggung jawab, yang merupakan salah satu kemampuan
yang mencerminkan kualitas seseorang. Salah satu cara mewujudkan hal
tersebut adalah dengan pendidikan. Didalam pendidikan terdapat proses
pembelajaran, pelaksanaan proses tersebut tentu harus disiasati oleh guru agar
berjalan dengan benar dan dapat menumbuhkan sifat-sifat tersebut.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi biologi
di SMP Negeri 2 Jati Agung metode diskusi memang sudah berjalan, tetapi
dalam proses pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok tersebut
sangat terlihat bahwa siswa cenderung hanya ingin memperlihatkan
kemampuannya sendiri bukan kelompoknya dan seringkali hasil dari kelompok
tersebut memang bagus tetapi bukan hasil dari kerjasama setiap anggota
kelompok, melainkan hasil dari beberapa anggota yang memang mempunyai
intelektual yang lebih dari anggota yang lain. Hal tersebut dikarenakan
ketidaksesuaian antara materi dengan metode pembelajaran yang digunakan
sehingga metode yang dipakai hanya berfokus pada hasil belajar siswa saja
seperti ranah kognitif, dan guru belum memperhatikan tujuan utama dari
metodediskusi yang dipakai, yaitu kerjasama dan tanggung jawab yang

4

seharusnya tidak boleh dikesampingkan. Dengan kerjasama hasil dari
kelompok siswa merupakan hasil kerja semua siswa, bukan dari satu atau dua
anggota kelompok saja. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran
maka harus ada kesesuaian antara metode pembelajaran dengan materi yang
diajarkan sehingga dapat meningkatkan kualitas kerjasama serta hasil belajar
siswa, dan salah satu alternatif metode yang dapat digunakan adalah metode
diskusi kelompok dengan materi pokok yaitu pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup karena diskusi yang baik bukan semata timbul dari peran guru.
Akan tetapi lebih tepat apabila timbul dari murid setelah memahami masalah
dan situasi yang dihadapinya. Tetapi dalam hal ini guru dapat pula memberikan
arahan kepada peserta didik dalam memperoleh tema atau masalah yang tepat
untuk didiskusikan, yang sebelumnya kepada peserta didik diberikan tugas
untuk mempelajari, memahami dan menganalisis masalah yang dijadikan topik
diskusi (Kasmadi, 1990:106).
Selama ini metode diskusi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
hanya siswa yang pintar saja yang aktif terlibat dalam diskusi dan siswa yang
lain hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap
penting saja, sehingga diskusi hanya didominasi oleh beberapa siswa bahkan
permasalahan diskusi meluas sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru belum memperhatikan
kerjasama dan tanggung jawab yang seharusnya tidak boleh dikesampingkan,
karena model pembelajaran kooperatif didesain dengan tujuan menumbuhkan
kemampuan sosial dalam diri siswa dan salah satunya adalah kemampuan

5

bekerjasama dalam kelompoknya. Kegiatan siswa dapat dikatakan hanya
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting
saja, padahal menurut Sardiman (2007: 95), aktivitas siswa tidak hanya
mendengarkan dan mencatat saja tetapi lebih menitik beratkan pada aktivitas
atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran, misalnya menyatakan
pendapat, bertanya, menggambar, memecahkan masalah, dapat menganalisis
dan menggambil keputusan dan lain-lain. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar mengajar dalam suatu kelompok belajar.
Melihat permasalahan diatas, maka diperlukan suatu solusi untuk menghadapi
kendala yang dihadapi oleh guru SMP Negeri 2 Jati Agung yaitu dengan
menggunakan metode diskusi dengan media gambar. Metode Diskusi
merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah (Suryosubroto,
2002 : 179).
Media gambar adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau
menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Pesan yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di samping itu media
gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan
atau diabaikan bila tidak digrafiskan (Arsyad, 2007: 3).

6

Pengukuran kualitas kerjasama siswa didukung oleh penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian Rudhia (2007: iii) menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dapat meningkatkan
kerjasama serta hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan kualitas
kerjasama siswa berkriteria baik dalam proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada materi pokok
Sistem Pencernaan Makanan, dengan sebagian besar indikator yang diukur
berkriteria baik, dan lebih dari 50% siswa pada pertemuan pertama maupun
pertemuan kedua berkriteria baik. Dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan dengan kriteria sedang pada hasil individu maupun pada hasil
kelompok.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul
“Kemampuan Kerjasama Siswa Menggunakan Metode Diskusi dengan Media
Gambar Pada Materi Pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
(Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Jati
Agung Lampung Selatan tahun pelajaran 2013/2014)’’
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
Bagaimanakah kemampuan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan metode diskusi dengan media gambar pada materi pokok
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup?

7

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui kemampuan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan metode diskusi dengan media gambar pada materi pokok
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup di SMP Negeri 2 Jati Agung
tahun pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Bagi Peneliti
Mengetahui tingkat keberhasilan dari pemanfaatan media gambar dengan
metode diskusi sehingga memudahkan peneliti dalam penyampaian materi
terutama pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada
makhluk hidup.
2. Bagi guru
a. Dapat mengoptimalkan kemampuan kerjasama serta hasil belajar siswa.
b. Menjadikan metode pembelajaran diskusi sebagai salah satu model
pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kualitas kerjasama
siswa dalam berdiskusi di kelas.
3. Bagi siswa
a. Membiasakan siswa untuk bekerjasama yang baik dalam kelompok.
b. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar di kelas.

8

c. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui kualitas kerjasama siswa
menggunakan metode pembelajaran diskusi.
4. Bagi Sekolah
Sebagai masukan untuk mengoptimalkan kerjasama dalam metode diskusi
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah pada khususnya dan mutu
pendidikan pada umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap penelitian ini, maka ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran yang
prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling bertukar
pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan
masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan
(Suryosubroto, 2002:179).
2. Menurut Suryosubroto (2002: 181-182), terdapat langkah-langkah
penggunaan metode diskusi yaitu :
a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
b. Pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama
oleh guru dan siswa.

9

c. Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan
diskusi (Ketua, Sekretaris atau pencatat), mengatur tempat duduk,
ruangan, saranan, dan sebagainya.
d. Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing,
sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain.
e. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang
dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok
lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan
tersebut.
f. Para siswa mencatat hasil (hasil- hasil) diskusi, dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah
para siswa mencatatnya untuk “file” kelas.
3. Media gambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar atau
foto materi pokok pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup
yang pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat
membangkitkan minatnya pada pelajaran, membantu mereka dalam
kemampuan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks lingkungan
sekitar sekolah yang digunakan meliputi lingkungan (Rohani, 1997: 7677).
4. Kerjasama adalah keterampilan yang berkaitan dengan orang lain untuk
melancarkan hubungan kerja dan tugas (Lundgren, 1994 dalam Widodo,
2007:16). Aspek yang dilihat untuk menentukan suatu kualitas kerjasama
adalah indikator yang dijelaskan oleh Lundgren (dalam Widodo 2007:16)

10

namun dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi pada kerjasama
tingkat awal, yakni berjumlah 10 indikator yaitu : (1) menggunakan
kesempatan; (2) menggunakan kontribusi; (3) mengambil giliran dan
berbagi tugas;(4) berada dalam kelompok;(5) berada dalam tugas;(6)
mendorong partisipasi;(7) mengundang orang lain untuk berbicara;(8)
menyelesaikan tugas pada waktunya;(9) menghormati perbedaan individu.
5. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jati Agung Tahun
Pelajaran 2013/2014.

6. Materi pokok ini adalah pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk
hidup. KD 1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan
pada makhluk hidup.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam. Sebagian besar siswa
beranggapan bahwa biologi merupakan pelajaran yang cukup sulit
dipahami, banyak hal yang masih dianggap abstrak untuk mereka pahami,
termasuk materi pokok Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup.
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya penggunaan metode pembelajaran
yang tepat. Guru yang masih terjebak dalam praktik kegiatan belajar
mengajar yang cenderung membosankan bahkan membuat siswa menjadi
tertekan sehingga siswa masih sulit untuk mengembangkan kerjasama
siswa.

11

Upaya meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa pada materi
pokok pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup siswa didorong
untuk aktif melakukan kegiatan agar dapat memecahkan permasalahan
yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dengan pola belajar seperti ini
diharapkan aktivitas dan penguasaan materi siswa dapat meningkat.
Keberhasilan belajar juga tidak terlepas dari faktor yang
mempengaruhinya, salah satunya adalah metode pembelajaran yang
digunakan.
Salah satu metode yang diduga dapat meningkatkan kemampuan ini adalah
metode diskusi dengan media gambar diduga lebih efektif untuk
meningkatkan aktivitas belajar, karena dengan menggunakan metode dan
media, siswa menjadi tidak bosan serta dapat mengembangkan aktivitas
dan kreatifitas untuk berpikir, berbicara serta berani berargumen. Metode
diskusi, prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling
bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan
kesepakatan.
Di SMP Negeri 2 Jati Agung tingkat persaingan antar siswa masih sangat
terasa,berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi mengatakan pada
setiap pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil sangat terlihat
siswa hanya ingin memunculkan dirinya sendiri bukan kelompoknya dan
cenderung ingin memperlihatkan kemampuannya sendiri jadi salah satu
cara mengatasinya adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang

12

memang didesain untuk mengurangi hal-hal tersebut, yakni metode
pembelajaran diskusi.
Keberhasilan metode diskusi kelompok ini tidak lepas dari proses yang
terjadi di dalamnya, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh setiap masingmasing anggota kelompok. Dengan kerjasama hasil dari kelompok siswa
merupakan hasil kerja semua siswa, bukan dari satu atau dua anggota
kelompok saja. Seringkali hasil dari kelompok tersebut memang bagus
namun bukan hasil dari kerjasama setiap anggota kelompok, melainkan
hasil dari beberapa anggota yang memang mempunyai intelektual yang
lebih dari anggota yang lain. Hal tersebutlah yang menarik minat peneliti
untuk meneliti kualitas kerjasama dan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok ini agar
tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Secara ringkas kerangka pikir kualitas kerjasama ini dapat dilihat pada
bagan berikut:
Metode
Diskusi

Kemampuan
guru

Intelektualitas
siswa

Kualitas
kerjasama

Dinamika
kelompok

Hasil
belajar

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung
dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu
masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama untuk mendapatkan
jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.
Menurut Suryosubroto (2002: 179) dan Djamarah dan Zain (2006: 87-88).
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan oleh
seorang guru di sekolah. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
(kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah,
diantaranya yaitu saling tukar-menukar pengalaman, informasi, memecahkan
masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai
pendengar saja sehingga akan terjadi proses belajar dalam diskusi tersebut.
Forum diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas dapat pula
dibentuk kelompok-kelompok kecil, yang perlu mendapatkan perhatian ialah
hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif di dalam setiap forum
diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannya,
semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari, perlu pula diperhatikan

14

masalah peranan guru. Terlalu banyak “campur tangan dan “main perintah”
dari guru niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak (Suryosubroto, 2002:
179-180).
Diskusi dapat dilakukan dalam bermacam-macam Menurut Suryosubroto
(2002: 181-182) bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan.
Berbagai bentuk diskusi yang terkenal sebagai berikut:
a. The social problema meeting
Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelasnya
atau di sekolahnya dengan harapan setiap siswa akan merasa
”terpanggil” untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku, seperti dengan guru atau personel sekolah
lainnnya, peraturan-peraturan di kelas atau sekolah, hak-hak dan
kewajiban siswa dan sebagainya.
b. The open-ended meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang
berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari dengan kehidupan
mereka di sekolah, dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar
mereka, dan sebagainya.
c. The educational-diagnosis meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan
maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang
telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman
yang lebih baik dan benar.

15

Menurut Suryosubroto (2002: 180-181), teknik diskusi sebagai metode
belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendaknya:
1. memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para siswa.
2. memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan
kemampuannya masing-masing.
3. memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang
telah dirumuskan telah tercapai.
4. membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai
mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
5. membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
6. membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari
pelajaran sekolah.
7. mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

Menurut Suryosubroto (2002: 181-182), terdapat langkah-langkah
penggunaan metode diskusi hendaknya:
1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula
pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh
guru dan siswa. Judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus
dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh setiap
siswa.

16

2. Pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,
memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris atau pencatat), mengatur
tempat duduk, ruangan, saranan, dan sebagainya.
Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:
a. Lebih memahami atau menguasai masalah yang akan didiskusikan.
b. “berwibawa” dan disenangi oleh teman-temannya.
c. berbahasa baik dan lancar bicaranya.
d. dapat bertindak tegas, adil dan demokratis.
Tugas pimpinan diskusi antara lain meliputi (a) pengatur dan pengarah
acara diskusi, (b) pengatur “lalu lintas” percakapan, (c) penengah dan
penyimpul berbagai pendapat.
3. Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan
guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (kalau ada
lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan
dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok
berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota
kelompok harus tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana
caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap
anggota harus tahu bahwa hak bicaranya sama.
4. Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya
yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari
kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporanlaporan tersebut.

17

5. Akhirnya para siswa mencatat hasil (hasil- hasil) diskusi, dan guru
mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah
para siswa mencatatnya untuk “file” kelas.
Menurut Suryosubroto (2002: 185), beberapa keuntungan metode diskusi,
meliputi (a) metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam
proses belajar, (b) setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan
penguasaan bahan pelajarannya masing-masing, (c) metode diskusi dapat
menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah, (d)
dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi
diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan
(kemampuan) diri sendiri, (e) metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha
pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
Menurut Suryosubroto (2002: 186), beberapa kelemahan metode diskusi
adalah sebagai berikut:
1. suatu diskusi tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana
hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi
anggota- anggotanya.
2. suatu diskusi memerlukan keterampilan- keterampilan tertentu yang
belum pernah dipelajari sebelumnya.
3. jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberpa siswa yang
“menonjol”.
4. tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal
yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

18

5. diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak
boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan
kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
6. apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan
buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok
masalahnya.
7. sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan
pendapatnya.
8. jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi
kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut Djajadisastra (dalam Suryosubroto,
2002: 186-187), mengemukakan saran mengenai usaha-usaha yang dapat
dilakukan antara lain adalah:
1. Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang kecil,
misalnya lima orang murid setiap kelompok. Kelompok kecil ini harus
terdiri dari murid-murid yang pandai dan kurang pandai, yang pandai
bicara dan yang kurang pandai bicara, murid laki-laki dan murid
perempuan. Hal ini harus diatur benar-benar oleh guru. Disamping itu,
harus pula diperhatikan agar murid-murid yang sekelompok itu benarbenar dapat bekerja sama. Dalam setiap kelompok ditetapkan ketuanya.
2. Agar tidak menimbulkan rasa “kelompok-isme”, ada baiknya bila untuk
setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk lagi
kelompok-kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran anggota-

19

anggota kelompok. Dengan demikian semua murid akan pernah
mengalami suasana bekerja bersama-sama dalam satu kelompok dan juga
pernah mengalami bekerja sama dengan semua teman sekelasnya.
3. Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi
dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari
kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan di masyarakat yang
sedang menjadi pusat perhatian penduduk setempat.
4. Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan
pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi di dalam beberapa hari atau
minggu berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-topik yang lebih
kecil lagi (sub topik). Keleluasaan berdiskusi dapat pula dilakukan
dengan menyelenggarakan suatu pekan diskusi dimana seluruh pekan itu
dipergunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
5. Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik
yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.

Memperhatikan ketentuan-ketentuan tersebut kelemahan metode diskusi
dapat dikurangi. Tentu saja, pada akhinya berhasil atau tidaknya
penggunaan metode diskusi ini banyak bergantung pada kecakapan guru di
dalam membimbing murid-muridnya berdiskusi.

Salah satu alternatif metode pembelajaran interaktif yang mungkin dapat
mengoptimalkan peningkatan aktivitas siswa dan penguasaan materi ialah
dengan menggunakan metode diskusi yaitu suatu cara penyampaian bahan

20

pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untukmengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan masalah. Hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi
kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan
yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari
keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak,
latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Metode ini
dapat membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan penguasaan
materi siswa seperti menggali informasi lebih banyak, mengolah informasi
secara cerdas, mengambil keputusan dengan tepat, dan memecahkan
masalah dengan arif dan kreatif.
B.

Media Gambar
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau penghantar.
Menurut bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2007: 3).
Brigg (dalam Sadiman, 1986: 6), berpendapat bahwa media adalah segala
alat fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar. Gerlach dan Eli (dalam Arsyad, 2007: 3), mengatakan bahwa media
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Sedangkan Gagne (dalam Sadiman, 1986: 6), menyatakan bahwa media

21

adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang untuk belajar.

Solihatin (2007: 23), menyatakan bahwa manfaat media dalam proses
pembelajaran adalah untuk memperlancar interaksi antara guru dengan
siswa sehingga pembelajaran lebih efektif dan efesien. Hamalik (dalam
Arsyad, 2007: 15), menambahkan bahwa pemakaian media pembelajaran
dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginana dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Berdasarkan pendapat Sadiman (1986: 17-18), secara umum media
pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1. memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
a. Objek yang terlau besar bisa digantikan dengan gambar, film, atau
model.
b. Objek yang kecil bisa dibantu dengan film, gambar, dan sebagainya.
c. Gerak yang terlau lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan
timelapse.
d. Kejadian yang terjadi di masa lampau bisa ditampilkan lagi lewat
rekaman film, video, dan foto.
3. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif siswa. Media pendidikan berguna untuk:

22

a. Menimbulkan kegairahan belajar.
b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar siswa dengan
lingkungan dan kenyataan.
c. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.

Sudjana dan Ahmad (2005: 3), mengungkapkan bahwa ada beberapa jenis
media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama,
media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun,
komik, dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi yaitu
media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga
dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model
penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain.
Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan
lain-lain. Keempat, pengunaan lingkungan sekitar sebagai media
pendidikan.

Salah satu media pembelajaran adalah pengunaan gambar. Gambar sangat
penting dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik. Sehingga
dengan menggunakan gambar peserta didik dapat lebih memperhatikan
terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang
berkaitan dengan pelajaran. Gambar dapat membantu guru dalam mencapai
tujuan instruksional, karena gambar termasuk media yang mudah dan murah
serta besar artinya untuk mempertinggi nilai pengajaran. Karena gambar,
pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan

23

tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi
peserta didik. Adapun manfaat media gambar dalam proses instruksional
adalah penyampaian dan penjelasan mengenai informasi, pesan, ide dan
sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi
dapat lebih memberikan kesan (Rohani, 1997: 76-77).

Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah diperoleh dari
berbagai sumber, seperti buku pelajaran, majalah, dan lain-lain. Hal ini
penting sebab dapat memberi penggambaran visual yang konkrit tentang
masalah yang digambarkannya. Gambar membuat orang dapat menangkap
ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas
daripada yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, baik yang ditulis
maupun yang diucapkan. Supaya gambar mencapai tujuan semaksimal
mungkin sebagai alat visual, gambar harus dipilih menurut syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat itu sebagai berikut: (a) gambar harus bagus, jelas,
menarik, mudah dimengerti, dan cukup besar untuk dapat memperlihatkan
detail, (b) apa yang tergambar harus cukup penting dan cocok untuk hal
yang sedang dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi, (c) gambar harus
benar atau autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat
dalam keadaan sebenarnya, (d) kesederhanaan penting sekali. Gambar yang
rumit sering mengalihkan perhatian dari hal-hal penting, (e) gambar harus
sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya, (f) warna walau tidak
mutlak dapat meninggikan nilai sebuah gambar, menjadikannya lebih
realistis dan merangsang minat untuk melihatnya. Selain itu, warna dapat
memperjelas arti dari apa yang digambarkan. Akan tetapi penggunaan warna

24

yang salah sering menghasilkan pengertian yang tidak benar, (g) ukuran
perbandingan penting pula (Hamzah, 1981: 27-28).

Diantara media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang paling
umum dipakai, gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat
dimengerti dimana-mana. Oleh karena itu ada pepatah cina yang
mengatakan sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
Bebarapa kelebihan media gambar antara lain:
1. Sifatnya konkrit: gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok
masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda,
objek atau peristiwa dapat dibawa di kelas, dan tidak selalu bisa anakanak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Untuk itu gambar atau foto
dapat mengatasinya.
3. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata
telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.
4. Dapat memperjelas sutu masalah, dalam bidang apa saja, sehingga dapat
mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.
5. Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa
memerlukan peralatan khusus.

Menurut Sadiman, dkk (1986: 29-31), menyatakan selain kelebihankelebihan tersebut, gambar atau foto mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

25

1. Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indra mata.
2. Gambar atau foto benda yang terlalau kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran.
3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Menurut Hamzah (1981: 30) dan Sadiman, dkk (1986: 31-32), tekhnik
dalam memilih gambar-gambar yang baik, pada lazimnya kriteria kriteria di
bawah ini dapat dipergunakan:
a. Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti
melihat keadaan atau benda sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini
akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan, misalnya gambar yang
palsu dikatakan asli.
b. Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan
tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai
praktis.
c. Bentuk item. Pengamat dapat memperoleh tanggapan yang tepat tentang
objek-objek dalam gambar.
d. Perbuatan. Gambar hendaknya menunjukkan hal yang sedang melakukan
suatu perbuatan. Anak lebih tertarik pada gambar yang kelihatan hidup
atau kelihatan bergerak.
e. Artistik. Segi artistik pada umumnya turut mempengaruhi nilai-nilai
gambar itu. Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dicapai autentik. Dimana gambar tersebut harus secara jujur
melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

26

C. Kemampuan kerjasama
Keterampilan bekerjasama merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dalam kehidupan dewasa ini, karena hampir semua perilaku yang
ada di masyarakat menunjukkan adanya kerjasama dari semua lapisan masyarakat,tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, laki-laki dan
perempuan, serta golongan. Ketrampilan kerjasama akan terwujud dalam
kehidupan bermasyarakat, apabila semenjak usia dini siswa sudah mulai
dilatih melalui proses belajar di sekolah (Apriono 2011: 159)
Keterampilan kerjasama haruslah difasilitasi oleh guru, seperti yang
dijelaskan oleh Holubec (dalam Apriono 2011: 160), menyatakan bahwa
sama seperti seorang guru harus mengajarkan keterampilan akademis,
keterampilan kerjasama juga harus diberikan kepada siswa, karena tindakan
ini akan bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok, dan
menentukan bagi keberhasilan hubungan sosial di masyarakat. Bordessa
(dalam Apriono 2011: 160) juga menyatakan pentingnya seseorang siswa
memiliki keterampilan kerjasama, dengan mengatakan bahwa siswa benarbenar harus belajar untuk bekerjasama menuju satu tujuan, yakni adanya
pemahaman bahwa tidak ada satu orangpun yang memiliki semua jawaban
yang tepat, kecuali dengan bekerjasama.
Menurut Lundgren (dalam Widodo 2007: 16) yang dimaksud dengan
keterampilan kooperatif atau keterampilan kerjasama adalah keterampilan
yang berkaitan dengan orang lain untuk melancarkan hubungan kerja dan
tugas.

27

Sedangkan menurut Landsberger (2009:1) kerjasama atau belajar bersama
adalah proses beregu (berkelompok) yang anggota-anggotanya mendukung
dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Ruang kelas
suatu tempat yang sangat baik untuk membangun kemampuan kelompok
(tim), yang Anda butuhkan kemudian di dalam kehidupan.
Kerjasama/belajar bersama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim,
Anda seharusnya:
1. Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah
2. Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaaan,
wawasan, dan pemecahan
3. Tanggap terhadap, dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan
penyelesaian.
4. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi,
dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka.
5. Bertanggung jawab terhadap yang lain, dan mereka bertanggung jawab
pada anggota.
6. Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada anggota.

Adapun indikator keterampilan kooperatif atau kerjasama tersebut menurut
(Lundgren dalam Widodo 2007:16) antara lain:
1.

Keterampilan Kooperatif tingkat awal, meliputi (a) menggunakan
kesempatan, (b) menggunakan kontribusi, (c) mengambil giliran dan
berbagi tugas, (d) berada dalam kelompok, (e) berada dalam tugas, (f)
mendorong partisipasi, (g) mengundang orang lain untuk berbicara, (h)

28

menyelesaikan tugas pada waktunya, (i) menghormati perbedaan
individu.
2.

Keterampilan Kooperatif tingkat menengah, meliputi (a) menunjukkan
penghargaan dan simpati, (b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan
cara yang dapat diterima, (c) mendengarkan dengan aktif, (d) bertanya,
(e) membuat ringkasan, (f) menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, (f)
menerima tanggung jawab, (g) mengurangi ketegangan.

3.

Keterampilan Kooperatif tingkat mahir, meliputi (a) mengelaborasi, (b)
memeriksa dengan cermat, (c) menanyakan kebenaran, (d) menetapkan
tujuan, (e) berkompromi.

29

III.

A.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII semester ganjil bulan
November tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Negeri 2 Jati Agung Lampung
Selatan.

B.

Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Jati Agung Lampung Selatan yang berjumlah 130 siswa dan terbagi menjadi
4 kelas. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
random sampling, dan hasilnya kelas yang menjadi subyek penelitian

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP N 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Semester Ganjil Ta

1 15 72

Pengaruh Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Gambar Terhadap Akativitas Belajar dan Penguasaan Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup

0 7 73

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP

0 4 54

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI MENGGUNAKAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN DI SMP NEGERI 2 MEDAN.

0 2 34

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN IMMI (INTERACTIVE MULTIMEDIA INSTRUCTION) DENGAN MEDIA CHARTA PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP DI KELAS VIII SMPN 11 BINJAI T.P. 2012/2013.

0 1 17

Efektivitas Penerapan Metode PBI (Problem Based Instruction) pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk hidup Dengan Pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar) pada Siswa kelas VIII.

0 0 1

Peningkatan Proses Pembelajaran Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup di Kelas VIII-F SMP Negeri 1 Kaliwungu Kabupaten Kendal Menggunakan Media Visual.

0 0 100

Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup semester 1

0 0 5

BG Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

0 0 185

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

0 0 5