Pembahasan untuk Perbandingan Penyelenggaraan UN-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 114
didiknya dalam menghadapi UN-CBT tersebut. Para guru beranggapan bahwa peserta didiknya belum terbiasa dalam
menghadapi soal-soal matematika saat ujian nasional yang ditampilkan di layar monitor, sehingga pasti akan dihadapkan
akan kondisi psikis yang dialami oleh siswa. Oleh karena itu, dengan
meningkatkan kualitas
pembelajaran, maka
diharapkan dapat meringankan beban psikis yang dialami siswa pada saat mengerjakan soal matematika secara online.
Untuk menghadapi UN-CBT, diperlukan berbagai persiapan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
penyelenggaraan UN-PBT. Berdasarkan hasil wawancara, persiapan-persiapan sebelum dilaksanakan UN-CBT sangat
penting dilakukan, misalnya memberikan simulasi ujian berbasis komputer secara berkala, mempersiapkan sarana dan
prasarana, memberikan penyuluhan bagaimana teknis UN- CBT pada guru di sekolah sampai jaringan listrik dan internet.
Pada awal terlihat rumit, namun semua kebijakan tersebut diperuntukkan
untuk kemajuan
pendidikan seiring
berkembangnya teknologi. Jadi sudah pasti pihak sekolah mendukung diadakannya UN-CBT.
Apabila dilihat dari sisi siswa, menghadapi UN-CBT memang memiliki tingkat kecemasan dan ketakutan yang
lebih tinggi dibandingkan menghadapi UN-PBT. Hal tersebut sebagian besar bersumber dari semua sistem yang dijalankan
secara online yang tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan teknis secara tiba-tiba. Selain itu, kedisiplinan saat
proses penyelenggaraan UN-CBT membuat sebagian siswa menghilangkan niat buruk untuk melakukan kecurangan yang
selama ini mungkin saja lebih bisa dilakukan saat UN-PBT. Tidak heran jika siswa beranggapan bahwa UN-CBT memiliki
tantangan tersendiri bagi mereka.
Saat mengerjakan soal-soal matematika pada saat ujian nasional, tentu membutuhkan beberapa waktu dalam hal
perhitungan. Beberapa siswa yang menganggap menghitung adalah kegiatan yang membosankan tentulah menjadikan
proses pengerjaan akan semakin lama. Jika pada saat penyelenggaraan UN-CBT, akumulasi waktu juga dilakukan
secara online, maka siswa diharuskan untuk mengerjakan soal matematika yang diberikan secepat mungkin. Hal tersebut
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 115
dikarenakan tidak ada toleransi waktu yang diberikan, sudah pasti menjadi tambahan poin untuk menambah tingkat
kecemasan dan ketakutan pada diri mereka. Berdasarkan pendapat Jimoh dkk yang dilihat
dari perspektif siswa, keyakinan atau persepsi siswa tentang keuntungan dan
kerugian dari tes berbasis komputer menjadi pertimbangan tersendiri bagi mereka, sehingga sudah pasti terjadi masalah
dalam penerimaan,
implementasi dan
peningkatan diadakannya tes berbasis komputer tersebut
10
. Beralih membicarakan indikator V2, memang tidak
dapat dihilangkan mindset terkait kekurangan pada penyelenggaraan UN-PBT. Guru sulit untuk mempercayai
pengerjaan yang murni serta hasil yang nyata saat mengerjakannya, apalagi disandingkan dengan melihat
keseharian siswa yang saat mempelajari matematika. Sebagian guru mengkhawatirkan bahwa dengan adanya ujian nasional
bukan menjadi ajang untuk mengukur kemampuan diri sendiri secara nyata, namun menjadi ajang untuk saling mengejar
kelulusan nilai akademik dengan menghalalkan segala cara. Pada penyelenggaraan UN-PBT, hal seperti itu sudah lumrah
terdengar dan memang sering terjadi, sekalipun dari segi keamanan situasi pengerjaan telah diperketat, namun masih
belum bisa dihindari.
Masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia terkait keberfungsian sistem evaluasi nasional
terutama yang berbasis kertas memang belum bisa dihindari, namun pihak sekolah selaku penyelenggara UN-PBT tetap
menunjukkan proses yang terbaik guna mensukseskan ujian nasional tersebut. Diselenggarakannya UN-CBT, pihak
sekolah merasakan bahwa secara garis besar masalah terkait rendahnya sistem evaluasi nasional di Kabupaten Pasuruan ini
sedikit berkurang.
Kesamaan diantara penyelenggaraan UN-PBT dan penyelenggaraan UN-CBT terletak pada indikator V3.
Sekalipun terjadi perbedaan bentuk evaluasi, namun fungsi dari ujian nasional itu sendiri yakni untuk melakukan
pemetaan mutu pendidikan. Di Kabupaten Pasuruan,
10
Ibid, halaman 126.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 116
pemerintah setempat telah memberlakukan pemetaan penyelenggaraan ujian nasional sesuai dengan jenjang sekolah
seperti yang telah dijelaskan dalam metode penelitian. Pemerintah setempat telah memiliki maksud dan tujuan
menerapkan kebijakan tersebut, melihat bahwa jenjang Madrasah Aliyah dari segi sarana dan prasarana jauh lebih
rendah jika dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas SMA. Berdasarkan kebijakan tersebut, Kabupaten Pasuruan
ini mampu mencerminkan bukti nyata keberfungsian diadakannya ujian nasional tanpa mengabaikan kemampuan
pihak sekolah atau madrasah dalam pencapaiannya.